NovelToon NovelToon

Bertemu Untuk Cinta

BAB 1. Gadis Bernama Cesya

Cesya Shaqueena Brown atau lebih di kenal dengan Cesya seorang gadis blasteran Indonesia-Inggris, mempunyai mata berwarna coklat kekuningan, rambutnya yang panjang berwarna coklat kehitaman terikat layaknya ekor kuda dengan gelombang di ujung rambutnya.

Kini ia terpaku di depan kelas dimana langit kelabu membuat suasana redup di sekitar kawasan kelas yang tidak mendapatkan pencahayaan lebih dari matahari. 

Ia melihat sosok temannya dan pacarnya sedang bersenda gurau sambil berpegangan tangan dan akhirnya saling berpelukkan. Cesya selama ini sudah tahu apa yang terjadi tapi dengan denial ia melawan semua kebenaran yang ada demi mempertahankan pertemanan dan juga pacarnya yang akhirnya membuatnya sadar ke naifannya sekarang menjadi bumerang bagina. 

Cesya membuka pintu kelas, membuat kedua orang itu dengan cepat melepas pelukan mereka, langit kelabu di luar membuat kelas itu menjadi minim cahaya. Nela yang menyadari kedatangan Cesya langsung menyerbu ke hadapan Cesya yang kini hanya menatap dengan raut wajah yang sulit ditebak. 

Cesya melengos begitu saja berlalu di hadapan Nela, Farhan tampak hanya diam dan masih duduk santai di atas meja, sedangkan Nela bergerak gelisah sambil memberi isyarat pada Farhan untuk menegur Cesya. 

"Aku sudah tahu, gak usah kalian tutup tutupin lagi, aku gak akan ganggu kalian mulai sekarang, kita akhiri semua hubungan kita hari ini" ucap Cesya Seraya menggendong tas ranselnya dan keluar dari kelas, Cesya telah memikirkannya, bagaimanapun reaksi dirinya terhadap kedua orang itu, tetap tak ada jalan bagi mereka bertiga untuk menjalin sebuah hubungan sebagai teman. 

Mendengar ucapan Cesya, Farhan seketika beranjak dari tempatnya—yah dulu memang ia sangat mencintai Cesya, bagaimana tidak wajah cantik Cesya dan kepribadian yang baik tentu membuat lelaki mana saja akan jatuh hati, tapi itu semua sudah menjadi jenuh ketika Farhan mengenal Nela sosok gadis yang begitu rapuh berbeda dengan Cesya yang punya kepribadian mandiri walaupun ceroboh, Cesya selalu bisa mengatasi semuanya dengan caranya sendiri, sedangkan Nela dia adalah gadis yang lemah selalu ditindas oleh orang lain, masa lalunya yang kelam membuat Farhan yang gentleman serasa di panggil dan dibutuhkan. 

Kini Farhan mengejar langkah Cesya yang sedang setengah berlari di lorong kelas yang sebagian kelas sudah kosong hanya meninggalkan segelintir murid yang melaksanakan piket. 

"Cesya tunggu" panggil Farhan yang akhirnya berhasil meraih tangan Cesya, nafas yang tersengal-sengal membuatnya menelan salivanya dengan cepat berharap ia bisa segera mengatur nafas. 

"Tunggu, biar ku jelaskan" pinta Farhan yang kini sudah bisa mengatur nafasnya sambil menatap Cesya dengan penuh waspada akan sekelilingnya. 

"Apalagi yang pengen dijelaskan, aku sudah lihat semuanya" ucap Cesya seraya menepis genggaman tangan Farhan. 

"Kamu tahu, hubungan kita gak seperti dulu lagi" gumam Farhan, Cesya yang mendengar itu hanya menghela nafas dengan senyum getir menunjukkan betapa tidak tahu malunya pria di hadapannya itu yang sudah ketahuan selingkuh malah mengungkit masalah hubungan mereka yang renggang cr. 

"Lalu itu alasanmu diam-diam punya hubungan dengan Nela" ucap Cesya menatap sengit ke arah Farhan yang tak berani membalas tatapannya. 

"Kau tahu Nela dia sangat lemah, kau sendiri yang memintaku untuk memperhatikannya" ucap Farhan membela diri tak ingin disalahkan sepihak dalam hubungan yang sudah tak ada rasa itu, bagaimana pun juga pikir Farhan ini adalah kesalahan Cesya yang tak pernah punya waktu untuknya yang selalu sibuk dengan kegiatannya. 

"Jadi menurutmu ini salahku" ucap Cesya dengan tatapan tidak percaya kalau pria di hadapannya itu adalah pria yang pernah ia cintai. 

Farhan memutar matanya merasa menyesal dengan ucapannya barusan, tapi perlahan sambil membasahi bibirnya ia dengan berani menatap Cesya. 

"Iya, ini salahmu, kemana kamu selama ini saat aku butuh " kilah Farhan dengan suara yang setengah serak karena menahan emosi. 

"Kemana aku? Kamu tanya kemana aku? Aku di hadapanmu jadi orang bego tolol yang selalu menutup mata sama kelakuan kalian berdua di belakangku. " sergah Cesya yang tak sanggup lagi menahan amarahnya karena terus merasa terpojokkan menjadi pelaku, padahal jelas ia yang di sakiti oleh kedua orang yang tak merasa bersalah ini, jika kejadian dimasa lalu diungkapkan, banyak sekali keganjilan dari hubungan Farhan dan Nela dimana mereka makan bersama, merayakan ulang tahun bersama, jalan berdua bahkan saat Nela sakit Farhan rela merawat Nela sampai bolos sekolah. 

"Lalu apa mau" ucap Farhan sengit menatap Cesya berharap wanita itu memelas untuk cintanya, setidaknya itu harapan terakhirnya kepada wanita yang tak pernah bersandar pada pundaknya itu. 

"Kita putus" ucap Cesya, Farhan mendengar itu dengan gaya tengil menonjolkan pipinya dari dalam mulut dan mengangguk sambil tersenyum kecut. 

"Ok, fine" ucap Farhan dengan aliran wajah yang menegang karena kesal. 

Cesya mengangguk menyetujui, bukankah itu juga yang ia katakan tadi saat di kelas, dimana ia tak akan lagi mengganggu hubungan mereka hasil dari menyakiti dirinya itu. 

"Kalau begitu semoga bahagia" ucap Cesya seraya berlalu, Farhan menghela nafas pelan ada sedikit kekecewaan dimana di akhir hubungannya itu Cesya tak ada satu pun niat untuk menahannya. 

Cesya melangkah keluar dari pekarangan sekolah, untung mobil jemputannya tiba tepat waktu sehingga ia tak butuh waktu menunggu, ia dengan cepat masuk kedalam mobil. 

Di dalam mobil Cesya bertemu dengan kakaknya yaitu Lydia wanita berambut pendek berwarna coklat elegan, matanya yang kuning kecoklatan serta riasan tipis wanita dewasa yang menawan, menatap adiknya bingung, karen masuk ke mobil dengan tidak ramahnya. 

Tapi Lydia tak mau ambil pusing, ia menjalankan mobil model Audi nya di tengah jalanan yang ramai, sesaat ia melirik keluar menatap langit kelabu yang sudah melahap semua awan putih, menandakan hujan akan segera turun. 

Suasana di dalam mobil menjadi sangat hening membuat Lydia risih dan menatap adiknya yang biasanya ceriwis itu seketika hanya diam dan termenung menatap ke luar jendela mobil, di dapatinya terkadang Cesya menghela nafas berat seperti ada beban yang sedang ia ringankan dari dadanya. 

"Pelajaran apa lagi yang tak masuk dalam otakmu yang kecil itu? " canda Lydia memecahkan suasana hening dalam mobil.

Tapi tak digubris oleh Cesya, membuat Lydia mengangkat alisnya bingung serta merasa terbebani oleh adiknya yang bontot itu—bagaimana tidak, hanya Cesya lah keluarga yang ia miliki di Jakarta ini, seluruh keluarganya sekarang berada di Manchester, Inggris. Sedangkan yang di indonesia hanya Eyang Putri, Bu lek Eka sama Om Rudi yang tinggal jauh di Jogja. 

"Kalau gak mau ngomong, mau makan? " tanya Lydia lagi mencoba meluluhkan adiknya yang sedari tadi hanya diam. Tapi panggilan alam pun tak bisa di pungkiri, suara perut Cesya seperti menjawab pertanyaan kakaknya itu, Lydia terkekeh dan mengarahkan mobilnya menuju Restoran terdekat. 

Saat datang di Restoran hujan pun turun dengan derasnya, untung Restoran yang mereka kunjungi memiliki parkir basement. 

Lydia memilih untuk duduk di pojok yang jauh dari pelanggan lainnya di dalam Restoran, dengan niatan untuk kembali bertanya apa yang terjadi pada adiknya itu. 

Setelah memesan beberapa makanan, kini Lydia menatapi Cesya yang duduk di depannya, seraya memperbaiki posisi duduknya Lydia pun dengan tak enak hati bertanya. 

"Apa yang terjadi? " tanya Lydia dengan tatapan penuh harap pada Cesya untuk bisa membuka hati berbicara pada dirinya. 

Cesya mengusap tangannya dengan gerakan gelisah, matanya bergerak seperti memikirkan sejenak pertanyaan kakaknya itu dan akhirnya ia pun memilih untuk menceritakan semua kejadian yang ia alami hari itu. 

Lydia mengepal tangannya dan menggebrak meja sambil berdesis memaki nama Farhan dan Nela, membuat Cesya melihat sekelilingnya berharap tak ada yang melihat kakaknya yang sedang marah itu. 

"Kak, biasa aja" bisik Cesya yang tak di gubris oleh Lydia yang kini melipat tangannya dengan kesal. 

"Kenapa kamu gak pernah cerita sebelumnya" ucap Lydia, Cesya menghela nafas sambil mengusap tangannya. 

"Soalnya kak Lydia galak" bisik Cesya yang masih didengar oleh Lydia itu, Lydia cukup tersinggung dengan ucapan adiknya, tapi tak bisa dipungkiri ia lebih sakit mengetahui adiknya itu telah dikhianati oleh dua orang dekat dengan adiknya. 

Tak beberapa lama kemudian saat mereka mulai berbincang seorang pelayan datang membawa pesanan mereka. Dengan suka cita mereka pun menikmati makan siang mereka sambil berbincang akan banyak hal, setidaknya Lydia bisa membuat hati adik kecil nya itu merasa lebih baik dan menghabiskan waktu bersama sambil menunggu hujan mereda. 

Bersambung…

BAB. 2 Pria Bernama Renal

Suara pesawat lepas landas menggema di sekitaran bandara, seorang pria bernama Renal Aldian Saputra dengan tubuh jangkung berparas tampan, rambut hitam model curtain berjalan keluar dari pintu bandara.

saat itu di London, Inggris. sedang musim salju, Renal membalut tubuhnya dengan mantel dimana sebelumnya ia sudan memakai kaos berlapis serta hoodie berwarna hitam, dilihatnya sekeliling masih tak begitu banyak orang dan taksi yang ada karena jam baru saja menunjukan jam 3 pagi.

"Mr.Renal" teriak seseorang diantara banyaknya deru suara pesawat dan juga anginnya yang cukup kencang menerpa wajah tampan Renal dan membuat poni rambutnya sedikit acak-acakan. 

Renal memicingkan matanya yang minus berusaha mencari arah suara sampai ditemukannya sosok pria paruh baya brewok berambut merah kecoklatan dengan mata kuning jernih menggunakan mantel tebal, sebagian rambut yang tersisir rapi sudah ditempeli dengan salju.

"Dokter Richard, senang bertemu dengan anda" Ucap Renal seraya menghampiri Dr. Richard yang merupakan dosen dan dokter, saat menjadi mahasiswa pertukaran 2 tahun lalu sebelum akhirnya ia lulus dan menjadi Dokter Umum sekarang. 

"lama tidak berjumpa Renal, cepatlah masuk biar ku antar kamu" Ucap Dr. Richard dengan ramah langsung meraih koper Renal tanpa menunggu jawaban dari si empunya Koper.

Renal yang tak enak hati sudah ditawari tumpangan pun hanya tersenyum canggung dan bergegas menuju ke kursi penumpang samping supir.

Saat dalam perjalan beberapa obrolan ringan mereka bicarakan sampai dimana Renal akhirnya tahu kalau keberadaan Dr. Richard di bandara bukanlah suatu kebetulan karena dari pihak rumah sakit dimana Renal akan bekerja, memberitahukan kalau kedatangan Renal sudah ditentukan, Dr. Richard yang merupakan orang yang merekomendasikannya untuk bekerja di sana, sangat antusias dan menjemputnya langsung.

"jadi, kamu yakin tidak ingin tinggal di rumahku sementara waktu? " tanya Dr. Richard yang sudah memasuki lingkungan tempat apartemen Renal, dimana pacar Renal sudah menempati apartemen itu setahun yang lalu. 

"iya dokter, terima kasih tawaran anda, tapi saya tidak mau merepotkan anda, terlebih saya lama tidak bertemu dengan pacar saya. " Jawab Renal yang dibalas tawa pelan dari Dr. Richard.

"anak muda jaman sekarang memang beda, ya sudah kalau begitu, selamat bersenang-senang" Ucap Dr. Richard setelah menepikan mobilnya, Renal dengan cepat keluar dari mobil dan mengambil kopernya yang berada dalam bagasi.

"terima kasih banyak sudah mengantar saya, semoga anda selamat dalam perjalanan dokter

" ucap Renal yang disambut anggukan dan lambaian tangan pelan dari Dr. Richard, kini Dr. Richard kembali membawa mobilnya ke jalanan dan menghilang di tikungan tak jauh dari apartemen.

Renal menghela nafas sesaat membuat kepulan asap tipis dari mulutnya, sambil menatap gedung apartemen berlantai 6 yang menjulang ke langit gelap dimana butiran salju turun cukup banyak. Ia berjalan memasuki lobby apartemen yang cukup luas, walaupun apartemen yang ia miliki hanya apartemen kecil tapi kondisi apartemen ini cukup bagus. 

Ia menaiki lift ke lantai 5 dimana apartemennya berada, setelah berada di depan pintu ia memasukkan beberapa kombinasi kode lalu bergegas masuk, dari pintu masuk apartemen kecil itu menyuguhkan dapur dan ruang tengah yang saling berhadapan mengarah ke kaca balkon besar dimana Renal bisa melihat cahaya permukiman kota London yang padat serta kamar mandi dan kamar tidur saling berhadapan yang berada di sebelah kiri ruangan. 

Renal menebarkan pandangannya mencari sosok pacarnya yang lama tak ia temui itu, alih-alih menyalakan lampu ia memilih mengatur suhu ruangan dan membuka gorden balkon lebar-lebar menanti datangnya cahaya matahari, karena dilihatnya jam sudah hampir menunjukkan jam setengah 5 pagi walaupun pencahayaan dalam apartemen hanya di bantu terangnya cahaya kota London yang menyeruak masuk, tapi mata Renal yang minus masih bisa melihat sekelilingnya. 

Ia bertujuan untuk memberi kejutan untuk pacarnya itu, karena suhu ruangan sudah menghangat Renal pun melepas mantelnya dan meletakkannya ke kepala kursi meja makan di dapur seraya ia menyalakan teko listrik untuk membuat segelas kopi untuk menghangatkan tubuhnya yang belum sepenuhnya menerima suhu dingin yang menyengat di musim salju kota London. 

Tak berselang lama ia berkutat membuat kopi, dari arah pintu apartemen terdengar suara kombinasi kode pintu terbuka, Renal mengulum senyum menunggu untuk mengejutkan pacarnya itu. Tapi tiba-tiba ia terpaku ketika yang masuk tak hanya pacarnya melainkan seorang pria lain, dimana dengan minimnya cahaya di apartemen itu, Renal mendengar dengan jelas kalau pacarnya sedang bercumbu dengan pria lain, Renal pun langsung menyalakan lampu, betapa terkejutnya saat ia melihat sendiri pacarnya dan pria itu mulai melepaskan pakaian mereka tapi terhenti karena kaget saat lampu menyala dan tahu kalau ada orang lain dalam apartemen itu.

"RENAL?!! " Pekik wanita berambut pendek dengan riasan yang sudah acak-acakan, wajahnya yang separuh oriental, warna kulit sawo matang tampak bergidik ngeri saat mengetahui sang kekasih mendapatinya sedang bercumbu dengan pria lain.

Renal hanya mundur perlahan saat wanita itu mencoba mendekatinya, tak ada kata-kata yang bisa Renal katakan saat itu, kecuali dengan cepat Renal mengambil kembali koper dan mantelnya, suara teko yang tadi ia nyalakan berbunyi dan di biarkannya begitu saja, seraya berjalan setengah berlari keluar dari apartemen, wanita tadi pun berusaha mengejarnya tapi sudah terlambat, Renal sudah memasuki Lift dan pergi.

Di jalanan pagi dimana kabut tipis turun di jalan, langit masih berwarna kelabu dengan sedikit cahaya oren di pelupuk timur, menandakan matahari segera muncul, salju mulai berhenti turun, Renal berjalan di trotoar dimana sesekali ia melihat pria mabuk sedang terduduk di pinggir jalan dan beberapa pengemis menggunakan kardus melindungi diri mereka dari sengatan hawa dingin, musim dingin.

Tak lama Renal pun memasuki sebuah cafe kecil dipinggir jalan, bar itu sudah di isi beberapa orang, Renal duduk di meja pojok ruangan, meronggoh saku mantel mencari ponselnya.

Saat ia temukan dengan cepat ia pun menelpon seseorang.

"Bisakah kau datang ketempat kita biasanya? " Ucap Renal lugas, lalu mematikan ponselnya begitu saja.

Jam sudah menunjukan 7.40 dimana saat itu Renal sedang menyeruput kopi yang ia pesan beberapa saat yang lalu, tak berselang lama datang seorang pria berambut hitam kecoklatan, paras yang tampan karena wajahnya blasteran menunjukan rupa yang unik percampuran karakter wajah asia dan eropa, matanya coklat kekuningan dan tubuhnya jangkung—jelas itu karakter fisik seseorang yang sulit untuk dilupakan yaitu Aditya Pratama Brown.

"kenapa kau tak bilang akan datang hari ini? " Tanya Aditya setelah memesan sesuatu di depan kasir dan menyerbu kursi di depan temannya yang sedang fokus menatap gelas kopi.

"tentu saja aku tidak bilang karena ini kejutan" gumam Renal dengan malas. Aditya terdiam dan hanya memutar matanya merasa ada yang tidak beres dengan temannya itu.

"apa ini tentang Shopia? " tanya Aditya dengan hati-hati tapi langsung di tatap sengit oleh temannya itu.

"wow, wow! sabar, aku gak tahu apa yang terjadi, shopia udah gak masuk kerja dan kemungkinan dia gak kerja lagi, aku dipindahkan ke divisi lain, jadi aku tak tahu menahu tentangnya" jelas Aditya yang tahu jelas dengan watak temannya yang ia janjikan bakal terus mantau pacarnya itu.

Tapi tidak bisa di pungkiri kalau, kesibukan di rumah sakit tidak bisa membuatnya menepati janji itu dengan baik.

"aku tidak menyalahkanmu, aku seharusnya sudah tahu sejak lama, kalau hubungan ini gak bakal bertahan lama" Ucap Renal dengan senyum ketir, Aditya hanya mengusap tangannya merasa sedikit bersalah walaupun ia tak tahu apa yang terjadi—dalam benaknya penuh rasa penasaran, tapi demi menjaga perasaan temannya itu, ia mengurungkan niat untuk bertanya.

"aku akan mengambil deposit apartemenku" ucap Renal memecahkan keheningan sesaat itu.

"apa kau lagi mencari apartemen lain?" tanya Aditya seraya menyeruput kopinya yang baru saja datang.

"iya, aku gak mungkin kembali ke apartemen dimana aku memergoki pacarku sendiri sedang bercumbu di sana. " Ucap Renal yang lantas membuat Aditya tersedak, raut wajah Aditya tampak sangat terkejut dengan kabar itu —tentu saja Shopia dulunya adalah sosok gadis lugu yang ikut pertukaran mahasiswa karena prestasinya, tapi sayang setelah lulus banyak hal yang berubah darinya.

"jadi kau lihat langsung" ucap Aditya tak habis pikir dengan apa yang baru saja temannya itu alami, tapi ada sedikit hal yang menggelitik baginya, karena sudah jadi rahasia umum gadis seperti Shopia bakal berubah karena lingkungannya.

"kalau itu yang terjadi, beruntunglah kau selamat dari wanita seperti itu" ucap Aditya, tapi Renal tak begitu mendengarkan perkataan Aditya, Renal tampak mengetuk-ngetuk ponselnya dengan pandangan menerawang jauh.

"heh, kok bengong" tegur Aditya. Renal mengubah posisi duduknya.

"sekarang aku butuh tempat apartemen baru, tapi barusan aku dapat chat dari pemilik apartemenku, kalau depositnya bisa cair besok, sekarang aku tidak punya uang cukup untuk menyewa apartemen baru. " Jelas Renal dengan raut wajah yang rumit untuk dijelaskan.

"hm?! kalau begitu sewa apartemen keluargaku saja" ucap Aditya menemukan solusi.

"yah, anggapan untuk tambahan uangku, ku beri kau diskon 50%, ini harga teman tahu, kau orang yang cukup rajin. orang tuaku sedang pulang kampung ke Manchester, mengurus nenek dan kakekku, sekarang di rumah tidak ada orang, sesekali hanya ada pembantu yang datang seminggu sekali, kau boleh tinggal di sana, bayar aku biaya perawatan apartemen saja" ucap Aditya, Renal pun tertarik dengan hal itu, untuk permulaan awal hidup di kota London ini, saran dari Aditya cukup masuk akal.

"baiklah, jika kau tidak keberatan. lebih baik kita lakukan kontrak hitam di atas putih, karena aku tidak mau berdebat denganmu masalah uang, karena aku pasti akan kehabisan semua uangku" Ucap Renal, yang membuat Aditya tertawa pelan mengingat beberapa kejadian masa lalu dimana Renal selalu kalah dari segi apapun yang bersangkutan dengan uang.

Bersambung… 

BAB. 3 Pentahouse

Setelah menandatangani kontrak secara pribadi masalah apartemen dengan Aditya, Renal yang lelah mengalami jet leg ditambah pagi yang begitu memuakan, membuat kepalanya pening, baru saja sampai di apartemen barunya itu, ia menjatuhkan dirinya ke dalam Sofa besar di ruang tengah.

Sekilas ia teringat dengan persyaratan antara penyewa dan induk semang yang baru saja ia lakukan tadi.

................

Setengah jam yang lalu di cafe, setelah Aditya selesai menulis persyaratan yang ada, Renal yang terlalu lelah tak begitu memperhatikan setiap persyaratan, kecuali sebuah syarat dimana ia sebagai pihak penyewa di bebankan biaya siapapun yang akan tinggal bersamanya di apartemen itu.

Sesaat Renal mengangkat alisnya bingung dan menatap Aditya dengan penuh curiga. aku tidak tau jebakan batman apa lagi yang akan anak ini lakukan, tapi sudahlah—batin Renal yang tak mau ambil pusing, karena ia sangat membutuhkan tempat tinggal saat ini, toh! dia juga tak akan selamanya tinggal di sana, ia langsung menandatangani kontrak itu layaknya bukan surat yang begitu berarti.

"sudah, untuk pembayarannya. bisakah aku membayarnya besok. " ucap Renal yang disambut dengan senyum sumringah Aditya seraya mengambil surat persyaratan dari tangan Renal.

"tentu, lusa pun kau mau membayarnya, tak apa-apa" ucap Aditya dengan senang.

"jadi, mana kunci apartemennya? " tanya Renal dengan wajah yang letih, Aditya merogoh tas kecilnya mencoba mengeluarkan sebuah kartu.

"bukan kunci, tapi kartu" ucap Aditya sambil mengangkat alisnya dengan nakal.

Saat Renal diajak Aditya untuk melihat apartemennya, betapa terkejutnya apartemen yang dimaksud oleh Aditya adalah sebuah penthouse 2 lantai yang mewah. hal itu membuat Renal sempat membelalakkan matanya kaget.

"kau gila, aku hanya membayar 50% biaya apartemen lamaku, untuk penta house" Pekik Renal tak percaya, Aditya terkekeh pelan.

Renal yang melihat Aditya tertawa hanya bergidik ngeri, karena dia tak tahu seberapa kayanya keluarga temannya itu, tapi Aditya perlahan mendorong Renal masuk.

"sudah-sudah, ini kartunya dan selamat menikmati rumah barumu, aku harus ke rumah sakit, sampai jumpa. " Seru Aditya seraya berlalu dan menutup pintu apartemen meninggalkan Renal yang masih terpaku dengan seisi apartemen yang mewah itu, tak begitu banyak barang didalamnya tapi cukup menunjukan kalau si yang empunya apartemen adalah orang yang berwibawa, rajin dan minimalis.

................

Begitulah terjadinya yang kini membuat Renal bisa menikmati berbaring dengan nyaman di atas Sofa besar di ruang tengah apartemen itu. karena lelah, Renal pun terlelap, jendela kaca besar yang menerangi ruangan tengah itu, menunjukan matahari dan warna langit silih berganti menunjukan waktu yang terus berputar sampai langit berwarna oren dengan langit yang mulai gelap menandakan petang hari pun tiba.

Renal terbangun dari tidurnya, ia melihat seisi apartemen sudah gelap, jadwal tidur Renal berantakan karena perbedaan waktu yang berbeda di indonesia dan inggris. ia bangkit dari tidurnya, dan memegang kepalanya yang pening.

Dengan malas ia menggerakkan tubuhnya menyalakan lampu dan  menuju ke dapur, ia mengambil segelas air dan meminumnya dengan perlahan. lagi-lagi tak bisa Renal pungkiri Apartemen penthouse ini sangat menakjubkan.

Renal yang puas melihat seisi apartemen pun kembali ke Sofa dan mencari-cari ponselnya, di tatap layar ponselnya di mana 20 panggilan tak terjawab dan pesan dari Shopia tertera di layar ponselnya, Renal menatap nanar dan bayangan  kejadian pagi tadi terlintas lagi di pikirannya.

"itu bukan yang ku inginkan" gumam Renal seraya melempar ponselnya kesamping dan ia menyandarkan tubuhnya dalam—dalam ke Sofa berharap sofa itu bisa seketika melahap nya. 

Tapi saat pandangan Renal mulai menerawang jauh ke depan, tiba-tiba saja ponselnya berdering, di ambil ponselnya dengan malas dan dilihatnya lagi layar ponsel, dimana tertera nama Aditya. Renal pun mengangkat telepon itu.

"Halo" seru Renal dengan nada malas.

"selamat pagi dokter Renal" Canda Aditya, Renal memutar matanya tidak tertarik.

"2 hari lagi kau akan masuk kerjakan, pastikan selama 2 hari itu kau gunakan untuk merapikan kamarku" Ucap Aditya mengejek temannya, Renal hanya tersenyum kecut mendengar ucapan temannya itu.

"apa urusanmu menelepon ku? " Tanya Renal yang tak mau ikut candaan temannya itu.

"besok pembantu akan datang, pastikan pintu jangan kau kunci ganda, aku sudah memberitahunya kalau ada keluarga ku menginap di rumah" Jawab Aditya menerangkan kebiasaan pembantu yang membersihkan apartemennya itu.

"senang jadi keluargamu" seru Renal membalas ejekan temannya itu sambil tertawa mencibir.

"tentu saja, bukankah itu lebih baik" ucap Aditya sambil tertawa kecil.

"baiklah hanya itu, beristirahat lah, pekerjaan yang menantimu di rumah sakit lebih banyak, jadi pastikan kau baik-baik saja, aku menelponmu karena takut mendapat kabar buruk dari orang yang putus cinta" Ucap Aditya mengkhawatirkan temannya itu, Renal tersenyum puas karena setidaknya dia punya satu teman yang bisa dipercayainya.

"terima kasih, aku akan menikmati apartemen mewah ini sepuasnya" jawab Renal dengan senang.

"ok kalau begitu sampai jumpa" ucap Aditya sebelum memutuskan panggilan, Renal setelah mendengar nada memutuskan sambungan panggilannya kembali menyandarkan dirinya ke kepala sofa. 

Tak lama kemudian Renal beranjak dari sofa dan membawa tas kopernya menuju kamar lantai atas dimana Aditya sebelumnya sempat memberitahukan letak kamarnya berada.

Kamar ke-3 pojok kanan— batin Renal seraya menuju kamar yang dituju dan membuka kamar itu secara perlahan.

Dinyalakannya lampu, cat kamar itu berwarna abu cream yang elegan, beberapa rak buku dan meja tulis yang berdekatan dan ranjang yang cukup besar berada di tengah, kamar itu cukup luas dan ada balkon. 

****************

Cesya sekarang duduk termenung di depan televisi ruang keluarganya yang berada di lantai bawah rumahnya yang bak mansion itu, terasa sangat hening dimana hanya ia dan kakaknya yang tinggal di rumah. 

Pada hari itu Cesya tumben sekali bangun pagi karena tak bisa bisa tidur dimana pikirannya menjadi sangat kalut akibat kejadian kemarin. 

Ia tak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Nela dan Farhan, yang mungkin sekarang mereka sedang menguatkan satu sama lain, berbeda dengan Cesya yang hanya memiliki dirinya sendiri. 

Cesya hanya menghela nafas lesu menatap keatas langit-langit rumahnya di penuhi dengan ukiran unik dan lampu kristal yang kewah tergantung di atasnya. 

"Cesya" Panggil kakaknya dari lantai atas, membuat Cesya mengalihkan pandangannya 

ke arah kakak yang celingak-celinguk mencarinya. 

"Aku disini" Seru Cesya membuat Lydia melangkah menuruni anak tangga turun ke bawah menghampiri adiknya. 

"Kamu gak siap-siap sekolah" Ucap kakaknya seraya menghampiri adiknya yang sekarang terduduk malas di ruang keluarga. 

"Bentar lagi" Bisik Cesya tak bersemangat. 

"Masih mikirin yang kemarin" Ucap Lydia seraya duduk di samping adiknya yang bersandar setengah baring di sofa. 

"Udah siap mental untuk hari ini? " Tanya Lydia yang disambut reaksi Cesya yang memutar matanya kesamping tak mau membahas hal yang jelas ia belum siap. 

"Mau gak mau, harus aku hadapi" Bisik Cesya, mendengar itu membuat Lydia tersenyum bangga. 

Tapi siapa sangka keadaan malah semakin buruk—

Bersambung… 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!