"Kurang ajar! Kau membuatku marah! Ayo seret dia!" perintah Sindi geram.
Sindi dan kedua temannya menarik Grizelda ke dalam toilet lalu mendorongnya dengan kuat membuat Grizelda terhempas di lantai.
Byuuuurrrrr!
Sindi menyiram air toilet yang sudah di campur dengan kotoran sampah di sekujur tubuh Grizelda.
"Beraninya kau mendekati Hendra! Dengan tubuhmu yang gendut dan buruk rupa ini berani menyukai Hendra orang yang aku sukai itu! Kau nggak sadar diri ya!" teriak Sindi geram dengan mencengkram rambut Grizelda kebelakang membuat kepala Grizelda mendegak ke atas.
"Aku … aku tidak menyukainya, tadi itu hanya …." belum sempat Grizelda menjelaskan, Sindi menarik rambutnya dengan kuat, Grizelda meneteskan air matanya sambil memegang rambutnya yang dicengkeram kuat oleh Sindi. Ya, tadi Grizelda tak sengaja menyenggol Hendra, tapi ia juga mendapatkan cacian dari Hendra.
"Jangan banyak alasan kamu!" tukas Sindi menarik rambut Grizelda ke atas berdiri dengan kuat dan menghadapkan wajahnya ke depan cermin toilet membuat Grizelda kesakitan.
"Lihat muka kamu! Lihat! Punya kelebihan apa kamu menyukai dia! Sadar diri donk! Dasar payah! Siapa pun tidak ada yang menyukai kamu yang jelek ini! Tapi kau berani mendekati pria yang aku sukai? Kau benar-benar membuatku kesal!" ucap Sindi geram, ia membentur kepala Grizelda ke cermin membuat kaca matanya terjatuh.
Melihat kacamata itu, Sindi menjadi geram, ia menginjak dengan kuat kacamata milik Grizelda.
"Tolong jangan lakukan itu!" Grizelda berusaha menyelamatkan kaca matanya sayangnya kacamata itu sudah hancur menjadi serpihan kaca.
"Rasakan ini!" Sindi menendang Grizelda hingga ia terjerembab ke belakang. Dengan tubuhnya yang gendut membuat ia kesulitan untuk bangun.
"Ayo habisi saja dia," ucap Sindi kepada Rita dan Maya.
"ini … apa tidak apa-apa Sindi?" tanya Rita.
"Lakukan saja, aku yang akan bertanggung jawab, ayahku adalah kepala sekolah ini, dia akan membereskan masalah ku," ucap Sindi menatap Grizelda geram.
Mereka pun memukuli Grizelda bersamaan tanpa henti.
"Sakit! Tolong hentikan," rintih Grizelda menghalangi kepalanya dengan tangannya dengan isak tangisnya menahan sakit. Mereka sama sekali tak peduli dengan rintihan Grizelda yang mengerang kesakitan, mereka terus melanjutkan memukulnya sampai puas hingga sekujur tubuhnya lebam.
"Kalau gitu mati saja kau!" teriak Sindi geram.
Karena Sindi sangat muak melihat wajah Grizelda, ia menarik rambut Grizelda lalu membentur kepala Grizelda dengan kuat dinding tembok.
Duuuaaakkkk!
Sebuah hantaman keras itu menimbulkan suara dari tembok dan dari kepala Grizelda membuat mereka sejenak terdiam.
Darah segar mengalir dari kepala Grizelda dan menggenang di lantai membuat mereka panik kalang kabut. Rasa sakit yang sangat luar biasa itu membuat Grizelda tak berdaya, tubuhnya lemas tak ada tenaga. Pandangan melihat mereka bertiga di depannya menjadi kunang-kunang.
"Sindi, gimana donk?" tanya Rita menarik tangan Sindi gemetaran. Sindi terdiam terpaku melihat darah yang sudah hampir menjalar di ujung sepatunya.
"Sindi, ayo cepat kita pergi!" ucap Maya menyadarkan Sindi. Mereka pun keluar dari toilet meninggalkan Grizelda begitu saja dan mengunci pintu dari luar.
"To … Long," pinta Grizelda mencoba mengangkat tangannya, tapi mereka sudah buru-buru pergi meninggalkannya begitu saja.
"Tuhan … jika aku di beri kesempatan sekali lagi, aku nggak mau menjadi wanita lemah, aku ingin menjadi wanita yang pemberani. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi untuk mengubah hidupku yang malang ini."
Setelah mengucapkan itu, Grizelda pun tak sadarkan diri lagi.
Grizelda kerap kali di bully oleh Sindi bersama teman-temannya. Bukan hanya Sindi, tapi masih banyak murid yang lain juga membullynya, baik secara diam mau pun terang-terangan. Dan hari ini karena ia tak sengaja menyenggol pria idaman Sindi, ia malah mendapat perlakuan yang sangat buruk dari Sindi dan teman-temannya hingga hampir meregang nyawa.
Grizelda sendiri adalah gadis gendut, lemah, tidak berani melawan dan sangat penurut. Ia adalah gadis baik dan suka membantu, hanya saja, tidak ada yang peduli dengan kebaikannya. Mereka bahkan menganggap bantuannya adalah sebuah keharusan yang di lakukan olehnya.
Ia mempunyai seorang ayah kandung yang tidak peduli dengannya dan tinggal dengan ibu dan kakak tiri yang kejam. Bukan hanya di sekolah, ia bahkan menjadi pembantu di rumah sendiri. Ia juga kerap kali mendapatkan perlukan kasar dan kekerasan fisik, sayangnya tidak ada yang peduli dengan masalah ini.
***
Di saat itu jiwanya melayang-layang di tengah kegelapan. Ia membuka matanya secara perlahan-lahan dan yang ia lihat di sekelilingnya hanya hamparan gelap tanpa batas.
"Di mana aku?" tanya Grizelda yang kebingungan.
Tiba-tiba saja cahaya mendatanginya dan cahaya itu berbentuk database.
"Apa ini?" tanya Grizelda kebingungan.
[Ding Ding]
Loading...
Menemukan Nona pemilik system...
Memindai...
Pengenalan Nona pemilik system...
Memproses....
Selesai...
Menscan tubuh Nona...
Selesai.
Nama: Grizelda Amira
Umur: 17 tahun.
Pekerjaan: Belum bekerja
Jenis kelamin: Perempuan
Status: Pelajar
Menyadarkan Nona ...
Memproses...
Selesai.
Di dalam alam bawah sadar Grizelda, ia terbangun, saat itulah ia melihat sebuah database masuk ke dalam pikirannya, ia terasa amat pusing dan memegang kepalanya yang teramat sakit. Setelah database itu masuk semuanya, barulah sakit itu menghilang.
"Apa itu barusan? Kenapa semuanya masuk di kepala ku?" tanya Grizelda kebingungan.
WELCOME
[Selamat datang di system super canggih, yaitu Strong Girl System. System sudah memilih Anda sebagai Nona pemilik system luar biasa ini. System akan mewujudkan impian Anda]
"Eh, apa-apaan ini? Ini kenapa ada di kepala ku?" tanya Grizelda memejamkan matanya dan menggeleng kepalanya dengan kuat berharap sesuatu itu akan hilang.
[Ini adalah system canggih dari kecerdasan buatan, mengikuti perkembangan zaman modern yang terus meningkat, Anda adalah orang yang terpilih oleh system, karena dari data, umur, dan DNA Anda cocok dengan system ini]
"Tidak! Tidak! Tidak! Aku pasti mimpi! Oh Tuhan, tolong cepat bangunkan aku," pinta Grizelda.
***
Perlahan-lahan matanya terbuka, ia melihat ruangan serba putih. Kepalanya juga di perban dan tangannya di infus.
"Aduh!" serunya merasakan sakit di kepalanya. "Aku di rumah sakit?" tanyanya bingung.
"Bukannya tadi aku ada di toilet dan kemudian yang aku ingat aku ada di ruang gelap dan ada sesuatu masuk di kepalaku? Tapi apa ya? Apa itu hanya mimpi?" tanyanya masih kebingungan.
[Ini adalah nyata dan benar adanya Nona]
"Aaaaaaaaaaaaa! Ini beneran!" teriak Grizelda ketakutan.
[Benar Nona, system akan membantu Anda untuk mewujudkan keinginan Anda menjadi orang terpandang, kaya, punya kekuatan dan juga pastinya Nona akan menjadi cantik agar tidak dihina lagi]
"Tapi bagaimana kau bisa mewujudkan keinginan ku?" tanya Grizelda lagi yang masih penasaran.
[Anda harus mengerjakan misi yang sudah di programkan oleh system. Melalui misi, Nona harus menyelesaikan misi tersebut, dengan begitu Nona akan mendapatkan reward berupa hadiah yang di acak dan menaikkan tingkat, pengalaman dan penampilan. Setiap naik level Anda akan di beri reward, semakin tinggi level Anda, semakin besar reward yang Anda dapatkan. Akan tetapi jika Anda gagal menyelesaikan misi maka Anda akan mendapat hukuman dari system]
"Tapi kenapa harus aku?" tanya Grizelda menekuk alisnya.
[System sudah memilih Anda karena karma baik Anda, Anda sangat suka membantu orang tanpa mengharapkan imbalan meskipun tidak ada yang peduli tentang itu. Maka dari itu system datang untuk Anda sebagai balasan atas perbuatan baik Anda]
"Begitu ya, lalu bagaimana aku menggunakan system ini?" tanya Grizelda ragu-ragu.
[Anda cukup mengklik profil Anda, maka Anda bisa menggunakannya]
Grizelda pun mengklik poto profilnya dan di sana banyak fitur-fitur berbetuk database yang ada di komputer, tapi yang ini berbentuk hologram dan hanya ia sendiri yang bisa melihatnya.
[Hadiah pengenalan]
[Saldo 100.000]
[Penampilan:1]
[Pesona:1]
[Kekuatan:1]
[Kecepatan:1]
[Kelincahan:1]
[Pertahanan:1]
[Kecerdasan:1]
[Keberanian:1]
[Poin:10]
"Benar-benar sangat luar biasa," puji Grizelda.
"Oh kamu sudah bangun ya?" tanya kepala sekolah tiba-tiba masuk dalam ruangan.
"Eh, Bapak kepala sekolah," ucap Grizelda terkejut.
Ia terlihat senyum tapi menekan. "Maaf ya atas perlakuan Sindi, Bapak harap kamu tidak menyebarkan masalah ini," ucapnya mengintimidasi.
Grizelda terdiam, ia merasa ini tidak adil untuknya, ia menatap datar kepala sekolah.
"Jika kamu berani menyebar masalah ini bukan hanya di keluarkan dari sekolah, tapi kamu juga harus menanggung akibatnya yang lebih parah dari ini!" ancam kepala sekolah dengan senyum mengembang.
Terlihat Sindi juga tersenyum sinis.
Dokter pun masuk ruangan untuk mengecek keadaan Grizelda.
"Hm … Ini sedikit aneh ya, tadi ia terluka cukup parah, tapi sekarang dia sudah sembuh?" tanya dokter itu merasa heran.
"Hm mungkin dokter salah lihat kali, karena dokter baru saja mengurus pasien yang kecelakaan maut," ucap kepala sekolah.
"Oh, mungkin begitu. Karena dia sudah sembuh maka dia sudah boleh pulang," ucap dokter.
"Terima kasih Pak dokter," ucap kepala sekolah.
Grizelda pun turun dari brankar rumah sakit dan buru-buru pergi. Ia sungguh tidak ingin melihat anak dan ayah itu, karena mereka punya kemampuan jadi mereka bisa menutup mulutnya masalah ini.
"Lihat saja nanti, karena aku sudah di beri kesempatan, maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku tidak akan membiarkan kalian. Akan ku balas kalian satu persatu!" ucap Grizelda bertekad.
Ia pun pergi meninggalkan rumah sakit segera mungkin.
[Ding Ding]
[Misi baru]
[Lari 200 meter arah pulang ke rumah]
[Hadiah: Turun berat badan 10 kilogram]
[Status Misi: Sedang berlangsung]
"Eh, apa misinya sudah di mulai?" tanya Grizelda kaget.
[Benar sekali, Anda harus menyelesaikan misi untuk mengklaim hadiah]
Grizelda pun berlari, jika di bilang tubuhnya gendutnya itu sungguh ia tak sanggup berlari. Tapi hadiah sangat mengiurkan baginya yang sudah lama bercita-cita menjadi kurus, tapi ia tak bisa menurunkan berat badannya. Jika ia sedih, ia selalu makan-makanan yang banyak.
Grizelda terus berlari, rasa kakinya sangat sakit dan lelah.
"Oh ya, system nggak bilang jika ada batas waktu, dia cuma mengatakan jika jaraknya 200 meter saja. Jika begitu aku istirahat sebentar, kaki ku sudah tegang sekali," ucap Grizzla duduk di pinggir jalan sambil mengurut kakinya.
Setelah beberapa menit kemudian, ia kembali berlari.
"Aku … sangat … lelah."
Bruk!
Grizelda terbaring di pinggir jalan karena kecapean. Semua mata melihat ke arahnya, tapi tidak ada satu pun yang mu menolongnya.
[Ding Ding]
[Misi selesai]
[Hadiah penurunan berat badan 10 kilogram]
[Saldo 200.000]
[Penampilan:2]
[Pesona:2]
[Kekuatan:2]
[Kecepatan:2]
[Kelincahan:2]
[Pertahanan:2]
[Kecerdasan:2]
[Keberanian:2]
[Penurunan berat badan di mulai]
Memproses…
Loading…
Mulai…
10%…
20%…
30%…
40%…
50%…
60%…
70%…
80%…
90%…
100%…
Selesai.
Perlahan-lahan tubuh Grizelda ada yang berubah, tubuhnya sedikit mengecil. Grizelda pun bangun dan merasakan perubahan pada dirinya, ia merasa tubuhnya sedikit ringan dari pada tadi. Karena awalnya ia berat sekitar 90 kilogram.
"Eh, beneran sudah turun?" tanya Grizelda melihat tubuhnya yang sedikit mengecil.
Rasanya sedikit berbeda, Grizelda melangkahkan kakinya dengan mantap. Ia tersenyum bahagia.
Sesampainya di rumah, terlihat rumah sangat berantakan. Ya, tentu saja karena para teman ibu tirinya baru pulang dari rumah mereka habis berpesta ria, terlihat kolam renang juga airnya sangat kotor. Mereka sungguh bersenang-senang hari itu.
"Oh kamu sudah pulang ya, cepat bereskan rumah ini!" perintah Eve.
"Kenapa aku? Kan Tante yang habis berpesta," tukas Grizelda menekuk alisnya.
Grizelda merasa aneh dengan ucapannya. 'Eh, kok aku berani membantah ya?' batin Grizelda menutup mulutnya merasa masih kebingungan.
"Oh, sudah berani melawan kamu ya! Cepat bersihkan!" hardik Eve dengan suara lantang.
"Tidak mau! Aku capek! Kau saja yang bersihkan!" balas Grizelda meninggalkan Eve.
"Dasar anak kurang ajar! Beraninya kau melawan ya! Kau membuat ku kesal!" teriak Eve berjalan cepat dan ingin menarik rambut Grizelda.
Grizelda menghindarinya. "Hey Nenek lampir! Kau yang sudah membuat kekacauan kenapa aku yang kau suruh, kalau begitu bagaimana jika aku yang membuat kekacauan kau yang bereskan," ledak Grizelda menyengir.
Grizelda pun lari masuk ke dalam kamarnya.
"Kau bereskan saja sendiri, aku bukan pembantu mu yang kau suruh seenaknya," ucap Grizelda dan ia langsung menutup pintu.
Bam!
"Kau … kau … sungguh membuatku kesal!" Eve mendekati pintu kamar Grizelda dan mengendor-gedor pintu kamarnya.
Duk! Duk! Duk!
"Bukan pintunya! Dasar anak nakal! Cepat bereskan rumah ini sebelum ayah mu pulang! Jika tidak aku akan mengatakan jika kau yang membuat kekacauan ini!" teriak Eve.
"Siapa peduli, aku cepak, aku mau tidur, bereskan saja sendiri!" sahut Grizelda mengambil bantalnya dan ia pun berbaring memejamkan matanya.
"Grizelda! Cepat bereskan!" teriak Eve yang sudah kehabisan akal.
Akan tetapi, tidak ada sahutan dari Grizelda.
"Anak itu! Benar-benar membuatku kesal!" teriak Eve geram. "Tapi … sejak kapan ia bisa membantah begini? Apa otaknya sudah kemasukan air," denggus Eve kesal.
"Argghhh! Rumah sangat berantakan, bentar lagi si tua Joni akan pulang."
Baru saja Eve mengatakan itu, ayah Grizelda pulang dengan membawa tasnya.
"Apa-apaan ini!" teriak Joni melihat rumah yang sangat berantakan.
"Eh sayang, kamu sudah pulang ya, maaf ya sayang rumah ini berantakan. Ini nih kerjaan Grizelda, dia tadi bikin acara di rumah dan nggak mau membereskan rumah, anak ini benar-benar pemalas," ucap Eve kesal.
"Di mana dia?" tanya Joni.
"Ada tuh di kamarnya," ucap Eve berjalan duduk di sofa seolah-olah memang Grizelda pelakunya.
Duk! Duk! Duk!
"Grizelda! Cepat keluar! Bereskan kekacauan yang kamu buat itu!" teriak Joni menggedor kamar Grizelda.
Grizelda pun keluar dari kamarnya.
"Ayah, kenapa Ayah tidak bertanya langsung sama Tante apa yang dia lakukan di rumah ini? Aku baru saja pulang sekolah. Lihat ini kaki ku terkilir gara-gara kekacauan yang Tante buat. Teman-teman dia juga menyuruh dia untuk menceraikan Ayah karena Ayah sudah tua dan menyuruh mencari yang lebih muda. Jika ayah tidak percaya tanya saja pada teman arisannya. Ya sudah aku mau ke rumah sakit untuk periksa kakiku yang sakit ini," ucap Grizelda yang berpura-pura pincang berjalan melewati Joni sambil tersenyum sinis melihat Eve.
'Anak ini? Sejak kapan dia bisa berpura-pura dan menjadi pembohong! Ada apa dengannya?' batin Eve terbelalak.
Eve pun berlari dan memeluk Joni. "Dia bohong sayang, mana ada mereka mengatakan itu, mereka ada teman-teman yang baik," ucap Eve dengan air mata buayanya.
"Ah sudahlah, bereskan rumah, aku capek mau istirahat," ucap Joni melepaskan pelukan Eve dan menuju kamarnya.
"Kurang ajar bocah itu! Lihat saja kamu ya, aku akan memberi pelajaran pada mu nanti setelah si tua itu tidak di rumah!" denggus Eve kesal.
Ke esokkan harinya. Hari ini Grizelda sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena ia ingin maraton. Ia pergi sekolah dengan berjalan kaki, sedangkan kakak tirinya pergi dengan menggunakan mobil.
Sesampainya di sekolah, terlihat Sindi, Rita dan Maya sedang berjalan berlenggok bersama Hendra.
Sindi menekuk alisnya karena melihat Grizelda datang dalam keadaan baik-baik saja. Sindi memberi kode kepada kedua temannya untuk melakukan sesuatu.
"Hendra, kamu mau pergi dulu, ketemu lagi nanti jam istirahat," ucap Sindi tersenyum manis di hadapan Hendra.
"Ya." angguk Hendra. Hendra pun pergi masuk ke dalam kelas.
Sindi dan kedua temannya berjalan mendekati Grizelda dan menghadang Grizelda.
"Oh, kelihatannya kamu baik-baik saja?" tanya Sindi tersenyum sinis sambil melipat tangannya.
"Lalu? Kau mau menghabisi ku lagi? Memukul ku? Ingin menarik ku ke toilet lagi?" tanya Grizelda menaikkan alisnya.
Sindi menekuk alisnya. Padahal baru kemaren Grizelda merintih kesakitan meminta tolong dengan suara memelas, sekarang ia malah dengan beraninya menatap dirinya balik.
"Kau ....?" Sindi menatap Grizelda bingung.
'Sejak kapan anak ini pandai menjawab?' batinnya.
"Sepertinya kau sudah berani sekarang, dari mana keberanian itu datang?" tanya Sindi membelalakkan matanya.
"Datang sejak kalian terus membullyku. Kau pikir aku akan terus berdiam diri dan membiarkan kalian membullyku? Aku tidak akan menjadi orang lemah lagi," ucap Grizelda menatap Sindi balik.
"Oh, kau sekarang sudah berani melawan ku ya! Rasakan ini!" Sindi mengangkat tangannya dan ingin memukul Grizelda.
Grizelda menangkap tangan Sindi dan menatapnya lalu menghempaskan tangan Sindi kebawah.
"Cih, lihat saja pulang nanti, berdoalah agar kau selamat," ucap Sindi menatap tajam Grizelda. Mereka pun pergi meninggalkan Grizelda karena terlihat wali kelas mereka akan masuk kelas.
Mereka pun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran pagi itu.
"Baiklah anak-anak, buka buku matematika halaman 145, di sana ada soal dan contohnya sudah ibu jelaskan Minggu lalu," ucap buk Linda.
[Ding Ding]
[Misi baru]
[Kerjakan soal matematika benar semua]
[Hadiah meniruskan pipi]
[Status misi: Sedang berlangsung]
"Waduh, aku kan paling bebal sama matematika, bagaimana aku bisa mengerjakan benar semua. Coba saja dulu, mencoba lebih baik dari pada tidak sama sekali," ucap Grizelda yakin.
Ia pun mengerjakan dengan saksama, soal pertama, gampang. Soal kedua okelah. Soal ketiga gampang-gampang sudah. Soal keempat udah mulai susah. Soal kelima makin rumit. Soal keenam memutar otak. Soal ketujuh bikin pusing.
"Baiklah anak-anak, silakan kumpulkan ke depan, sudah waktunya istirahat. Siap nggak siap di antar," ucap wali kelas.
"Ughhhh! Aku hanya bisa mengerjakan 7 soal saja, bagaimana mana ini?" tanya Grizelda khawatir.
"Ayo cepat-cepat! Jika tidak di antar maka tidak akan mendapatkan nilai," ucap buk wali kelas.
Dengan terpaksa Grizelda mengantarnya ke depan.
[Ding Ding]
[Misi tidak selesai]
[Anda mendapatkan hukuman dari system]
[Hukuman Anda adalah merasakan kram di kaki selama 10 menit]
"Apa!" Grizelda terbelalak.
[Waktu hukuman di mulai]
Tiba-tiba saja kaki Grizelda merasa kram, ia tidak bisa mengangkat kakinya.
"Kalau seperti ini aku harus mengerjakan dengan sungguh-sungguh, aku nggak mau terkena hukuman seperti ini lagi," ucap Grizelda mengurut kakinya.
"Kamu kenapa Grizelda, terlihat seperti kesakitan?" tanya Sindi tersenyum.
Grizelda menatapnya datar, ia sungguh muak melihat wajah wanita yang ada di depannya. Di saat seperti ini ia harus berjaga-jaga agar tidak di lukai oleh Sindi karena ia sedang menjalankan hukuman.
"Oh Nona Sindi tidak ingin pergi jajan kah? Datang melihat ku apa Nona Sindi perhatian pada ku? Mungkin Nona Sindi ingin menanyakan sesuatu apa yang inginku makan?" Grizelda balik sambil tersenyum menyeringai.
"Apa! Sungguh jijik jika aku perhatian pada mu!" denggus Sindi kesal.
"Lalu? Untuk apa Nona di sini? Apa ingin membantu ku memijat kaki ku?" tanya Grizelda lagi.
"Ogah! Dasar gendut! Ayo kita pergi," ajak Sindi manyun.
Mereka terlihat berbisik-bisik dengan Rita dan Maya seperti sedang merencanakan sesuatu karena mereka melihat ke arah Grizelda sambil tersenyum penuh rencana.
10 menit berlalu, akhirnya hukuman itu pun selesai.
[Masa hukuman selesai]
Grizelda pun berdiri dan tidak merasakan kram lagi di kakinya. Karena waktu istirahat hanya 15 menit, jadi ia pun buru-buru ke kantin untuk mencari makanan.
Saat makan, bel sekolah pun berbunyi membuat ia harus buru-buru makan.
Karena selalu buru-buru seperti inilah ia banyak menyimpan lemak yang membuat ia menjadi gemuk.
***
Saat pulang sekolah. Sindi langsung berdiri di depan kelas sebelum teman sekelasnya pulang.
"Teman-teman, kalian jangan pulang dulu ya," ucap Sindi.
Para teman sekelasnya tadi kau pulang kembali duduk.
"Hari ini aku ingin kalian menyaksikan bahwa aku ingin memberikan sebuah hadiah untuk Grizelda. Grizelda, ini hadiah untuk mu, karena selama ini aku sering menganggu mu. Ayo di ambil," ucap Sindi tersenyum manis.
Grizelda tau jika Sindi tidak tulus tapi ia penasaran hadiah apa yang Sindi siapkan untuknya.
Grizelda pun membukanya dan ternyata ada seekor kodok melompat.
"Aaaaaaaa!" teriak Grizelda terkejut. Sedangkan Sindi dan yang lain tertawa.
Dengan geram, Grizelda menangkap kodok tersebut lalu ia melempar ke arah Sindi. Kodok itu menempel di dada Sindi.
Wajah Sindi langsung berubah dan ia teriak. "Tolong singkirkan kodok ini!" teriak Sindi merasa geli dan jijik, ia melompat-lompat dan jadilah tontonan satu kelas.
"Hehehe, ingin mengerjai ku? Tanya dulu apa aku geli dengan hewan itu atau tidak," ucap Grizelda menyengir.
Yang tadinya Sindi ingin mengerjainya tapi balik dirinya di kerjai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!