NovelToon NovelToon

Pelacur Tapi Perawan

Bab 1. Rintihan Kirana

Episode 1. Rintihan Kirana

PLAK!

Sebuah tamparan keras tiba tiba terdengar menggema di sebuah ruangan di mana nampak seorang pria berkacak pinggang tengah memarahi sosok wanita yang kini jatuh tersungkur di atas lantai.

"Apa kau bilang tadi? Kau tidak mau lagi ke klub malam!" Sentak pria tersebut dengan muka memerah padam dan tangan yang terus ditunjuk tujukan pada wanita itu.

"Mas, aku ini istrimu. Kenapa mas? Kenapa kau tega seperti ini kepadaku?" Lirih sosok wanita yang di ketahui adalah istri dari pria tersebut.

"istri? Hei Kirana, meski status kita hanya demikian tapi ingat satu hal, kau hanyalah bonekaku!" Pria itu menekan kedua pipi Kirana dan membantingkannya keras.

"Aku tidak mau tahu, aku mau malam ini kau harus pergi ke klub malam lagi, dapatkan uang untukku." Sentak pria tersebut hingga membuat wajah Kirana tersedu dalam kepayahan.

"Baik, Mas. Ta..pi.. aku mau kau berhenti menyiksaku Mas." Pria itu berdecak dan melempar sebuah pakaian terbuka pada Kirana.

" Cepat pergi, aku tidak mau melihatmu lagi. Dan bila kau berani lagi membantahku, akan aku pastikan adikmu yang sakit itu akan mati!" Sentak pria tersebut sehinga buru buru Kirana mengenakan pakaian itu dan segera keluar rumah.

"Hei lihat seorang Pelacur mau cari mangsa tuh." Seorang wanita dengan wajah khas ibu ibu nampak menyindir Kirana.

"Iya ih, jijik banget! Apa suaminya gak jijik ya sama dia?" Ucap seseorang yang tengah berjalan bersama wanita tadi.

Hal semacam itu memang sudah menjadi makanan sehari hari bagi Kirana, kata kata kasar dan ejekan seolah sudah membuat tebal telinganya hingga dia sudah terbiasa tidak mendengarkannya.

Kirana melirik ke sebuah klub yang biasanya dia datangi, tapi kemudian dia merasa bila dia tidak ingin masuk dan kembali berjalan, langkahnya yang kecil berpadu dengan hembusan angin yang seakan menentangnya.

'Tuhan, kenapa kau begitu jahat kepadaku.' Isak Kirana dalam hati, beban hidupnya sangat berat. Sang adik sakit dan dia tinggal di gudang rumah suaminya.

Dia selalu berusaha menjaga adiknya, namun sang suami selalu saja menyiksa mereka hingga kondisi adiknya kian memburuk. Kirana menatap langit yang nampak cerah penuh bintang tatapannya nanar dengan dada yang sesak.

"Ayah, Ibu. Apa kau bisa melihatku? Aku ingin bersama kalian." Lirih Kirana seraya mengangkat tangannya tinggi tinggi seperti ingin menggapai bintang.

Namun khayalannya buyar saat melihat sebuah klub yang nampak sepi, Kirana tersenyum lembut. Dia merasa bila klub itu tidak akan berbahaya baginya.

Kirana melangkahkan kaki jenjangnya memasuki tempat tersebut, suara klub yang biasanya ramai namun berbeda dengan di sana yang sangat tenang dan hanya ada beberapa pengunjung saja.

Kirana duduk di sebuah sofa, dia tidak ingin bicara atau apapun. Hingga jam menunjukkan pukul 10 malam, Kirana menghela napas tak sadar dirinya malah tertidur.

Mata Kirana seketika menatap punggung seseorang yang dia kenali, itu adalah punggung dari kakak iparnya.

Kirana menatap pria itu yang sudah terbawa pengaruh minuman beralkohol, Kirana ragu untuk mendekat karena dia takut bila pria itu akan menganggapnya buruk.

Ya, selama ini tidak ada yang tahu apa yang dilakukan oleh Joshua yang merupakan suami Kirana tersebut, mereka menganggap bila hubungan Kirana dan Joshua sangatlah harmonis.

Kirana menatap sekeliling, tidak ada seorangpun di sana yang nampak di kenali oleh Kirana, Kirana mendekat dan menepuk punggung kakak iparnya lembut.

"Kak? kak? Apa kakak masih bisa dengarku?" Tanya Kirana, pria itu bergumam tak jelas membuat Kirana mengangkat alisnya sebelah.

"Pergilah sana, aku sedang tidak mau diganggu halusinasi." Ucap pria itu, namun Kirana menggeleng dia melihat wajah pria itu sudah memerah pertanda bila pria itu tengah mabuk berat.

"Kakak bawa mobil?" Tanya Kirana menundukkan tubuhnya hingga membuat belahan dadanya terlihat oleh pria tersebut.

Glek..

Pria itu menelan salivanya dan memberikan sebuah kunci pada Kirana, Kirana tersenyum dan menerima kunci tersebut.

"Berapa yang harus aku bayar untuk menyewamu selama satu malam? Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku cintai." Ucap kakak ipar Kirana, Kirana terkekeh saat ini mungkin Kakak Iparnya menganggap bila dia tengah menawarkan tubuhnya.

"Tidak kak, aku akan membawa kak Alvin pulang dulu. Setelah itu aku juga akan pulang ke rumahku." Ucap Kirana, Kakak Iparnya mengangguk setuju.

Dengan susah payah Kirana membantu Alvin berdiri dan membawanya pada sebuah mobil yang ditunjuk oleh Alvin, Kirana yang memang mahir berkendara langsung tersenyum dan mendudukan Alvin di kursi penumpang.

Kirana melajukan kendaraan roda empat tersebut, membelah kota yang masih sedikit ramai. Sedari tadi Alvin terus memperhatikannya hingga membuat Kirana sedikit salah tingkah.

Alvin menunjuk sebuah Apartemen dan dengan cepat Kirana melajukan kendaraan tersebut ke tempat yang ditunjuk Alvin, tidak hanya disana. Alvin yang memang mabuk berat itu tidak bisa berjalan stabil hingga membuat Kirana harus membantunya.

Kirana membantu Alvin berjalan menuju huniannya, Kirana terkejut saat melihat hunian mewah dan rapi itu. Kirana membantu Alvin menuju kamarnya, setelah sebelumnya Alvin menekan nekan tombol dan membiarkan ibu jarinya untuk di pindai sebagai kunci hunian tersebut.

Kirana membaringkan Alvin di atas tempat tidur besar itu, dia melepaskan sepatu Alvin dan kaos kakinya.

"Kak Alvin, aku pulang dulu ya." Ucap Kirana seraya membalikkan badannya.

"Ran?" Panggil Alvin yang seketika Kirana membalik dan alangkah terkejutnya dia saat tangannya ditarik hingga terhempas di atas kasur.

"Kak, ini sudah malam. Aku harus pulang," Ucap Kirana saat tiba tiba tubuh Alvin menghimpitnya dari atas.

"Tolong, tinggalah sebentar. Meski ini halusinasi atau hanya apapun itu, aku menginginkan mu Ran." Ucap Alvin seraya dengan paksa dia mencium bibir Kirana.

Kirana membulatkan matanya dan berusaha mendorong dada bidang Alvin, namun nahas tenaga Alvin lebih besar dari miliknya. Alvin yang merasakan adanya penolakan tidak menghiraukannya.

Alvin mulai melakukan serangan lanjutan dengan mengecup sekitaran leher kirana dan mengigitnya membuat Kirana menjerit menahan sakit dan napasnya mulai memberat, Alvin kian liar dia mulai membuka baju Kirana yang memang sangat terbuka itu, Alvin merobeknya hingga tak berbentuk.

"Kak aku mohon lepaskan Aku." Kini isak Kirana kian menjadi, dan memohon belas kasihan dari Alvin.

"Ran, aku sangat mencintaimu sayang. Aku hanya ingin malam ini, aku tahu ini hanya halusinasiku saja. Ran, aku bodoh sudah mencintai adik iparku sendiri tapi asal kau tahu perasaan ini seolah akan membunuh ku di setiap detiknya." Mata Kirana membulat mendengar penuturan tersebut, hatinya tercabik dan meringis menahan sakit menjadi butiran butiran air mata.

Bersambung...

Bab 2. Janji Alvin

"Tapi kak, ini tidak benar!" Kirana meronta mendorong dada bidang Alvin. Namun, bukan menjauh Alvin justru memperkuat pelukannya dan alangkah terkejutnya dia saat permainannya akan di mulai.

Rasa yang amat sulit dia jelaskan, Alvin tidak memberikan selah untuk Kirana memberontak, setiap kecupan dan sentuhan Alvin kian menjadi Liar.

"Kak, hentikan aku mohon, ah.." Kirana menjerit saat lagi lagi sebuah gigitan di layangkan Alvin di dadanya.

"Tenanglah sayang, nikmatilah." Lirih Alvin seraya terus meninggikan permainannya. Kirana mulai merasakan tubuhnya yang bereaksi, dia mulai merasakan panas dan tubuhnya melemah.

Alvin tersenyum, dia membuka pakaiannya satu demi satu hingga akhirnya tubuh itu telanjang bulat, Kirana melotot saat menatap sebuah benda seperti tongkat hendak melakukan eksekusi.

"Kak! Tidak kak..hiks.. hentikan.." Tangis Kirana, namun Alvin tidak menghiraukannya. Dia memasukkan tongkat hingga beberapa kali percobaan dan gagal.

Hingga hentakan sekaligus dari nya dan tangis Kirana yang menjadi menandakan tongkatnya berhasil masuk, Alvin melotot saat merasakan capitan nikmat, namun dia juga kembali menatap Kirana.

"Aku akan bertanggung jawab." Lirih Alvin mulai memaju mundurkan tubuhnya, hingga akhirnya Kirana tak sanggup melawan lagi. Kirana pasrah akan nasibnya dia sudah tidak memiliki apa apa lagi sekarang semuanya sudah hancur.

Alvin tidak bermain cukup sekali, dia mengulangi hal itu hingga beberapa kali, hingga dirinya terlelap bersama dengan Kirana yang tertidur kelelahan.

Pagi tiba saat lampu remang remang dan cahaya mentari mulai terlihat kemerahan, Kirana terbangun dan tersentak sekaligus.

"Aku bermimpi buruk." Ucap Kirana belum sadar, dia mengelap matanya yang masih belum bisa melihat dengan jelas, namun perasaan aneh kini dia rasakan.

"Aku dimana?" Kirana tertegun saat melihat pemandangan asing di matanya, dia mengerjap ngerjapkan matanya. Hingga sebuah pemandangan mengerikan dia lihat, sosok seorang pria yang tengah tertidur di sampingnya.

Kirana menatap tubuhnya, dia terbelalak hingga air mata mengalir deras dari matanya. Kirana menangis sesenggukan hingga dia membangunkan Alvin yang semula masih terjaga.

"Hmm.. apaan si.." Lirih Alvin yang sama belum tersadar sepenuhnya, kejadian tadi malam terasa mimpi bagi keduanya. Mimpi indah bagi Alvin dan mimpi buruk bagi Kirana.

"Hiks.. hiks.. Kakak jahat!" Teriak Kirana dengan air mata berlinang hingga Alvin tersadar dan membelalakan matanya. Dia terkejut saat suara yang begitu dia rindukan terdengar jelas. Alvin mengangkat wajahnya dan seketika dia bisa melihat sosok yang begitu dia damba.

"Kirana?" Alvin melotot dan menatap ke arah sumber suara, Alvin terbelalak hampir tak percaya. Ternyata apa yang tadi malam terjadi bukanlah mimpi, Alvin merasakan kepalanya yang berdenyut dan kembali memperjelas penglihatannya.

"Ka..kamu Kirana?" Tanya lagi Alvin, masih dalam mode belum sadar. Kirana menjerit dan menangis sejadi jadinya, dia merasa dunia sudah runtuh dan keadilan sudah tidak ada lagi. Tuhan sekan tidak melihat penderitaanya dan dunia seakan mengutuknya untuk sengsara.

"Kak hiks.. kak Alvin, kamu jahat kak! Hiks.. hiks.. aku sudah menyuruhmu berhenti, dan aku sudah memintamu jangan lakukan ini kak, huhuhu... Sekarang bagaimana kak?" Kirana berucap dalam tangisnya menutupi wajahnya, merasa malu dan bersalah. Dia merasa malu pada dirinya sendiri dan merasa bersalah karena kini dia sudah di nodai seorang pria yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri.

Sekelebat bayangan menyakitkan tadi malam tergambar di benaknya, setiap kata kata lembut dari Alvin dan setiap untaian cinta yang di katakan pria itu mampu membuatnya pasrah tadi malam. Tapi, kini Kirana sadar, mungkin apa yang di katakan Alvin semalam tidaklah nyata, melainkan hanya sebuah nafsu sekilas.

Hidup Kirana seolah lebur bersama harga dirinya, dulu dia tidak menghiraukan apapun yang di katakan oleh orang orang tentangnya, tapi kini. Dia benar benar sama seperti apa kata orang orang yaitu seorang Pelacur.

"Ran? Aku.. aku tidak sengaja." Ucap Alvin menyentuh tangan Kirana, namun dengan cepat Kirana menghempaskan tangan Alvin hingga terbanting.

"Hiks.. apa? Kakak bilang tidak sengaja? Kak! Meski tidak sengaja tapi ini adalah dosa!" Ucap Kirana tidak ingin menatap pria yang sudah menidurinya itu.

"Ran.." Ucapan Alvin terhenti saat tiba tiba dia melihat bercak darah di seprainya di tambah ingatan semalam yang melintas di benaknya.

"Ka..kamu.." Alvin tidak sanggup melanjutkan ucapannya, dia menatap Kirana dengan tanda tanya.

"Apa kak? Kau benar! Kamu yang mengambilnya kak!" Teriak Kirana hingga mata Alvin membulat sempurna, dia amat terkejut dengan apa yang di katakan oleh Kirana.

Alvin berfikir keras, tapi bagaimana bisa karena selama ini Kirana adalah adik iparnya, isteri dari saudara tirinya. Bagimana bisa bila dia adalah laki laki pertama bagi Kirana? Tapi Alvin terasa hatinya menghangat, meskipun dengan cara kotor tapi ternyata dialah pria pertama yang menyentuh Kirana.

"Ta..tapi... kamukan?" Alvin terpaku, lidahnya kelu. Dia tau Kirana sudah menikah dengan adik tirinya yang bernama Joshua.

"Hiks..kak Suamiku tidak dapat melakukan hubungan suami isteri, dia tidak mampu melakukannya.." Kirana menghentikan ucapannya. Namun Alvin masih terkejut meski ada secercah cahaya bahagia dalam tragedi memilukan itu.

"Ran, aku akan bertanggung jawab." Ucap Alvin lembut, Kirana menggeleng dan menatap mata Alvin tajam.

"Dengan cara apa kak? Percuma." Ucap Kirana hendak turun dari ranjang, namun saat itu juga di hentikan oleh Alvin, Alvin memeluk Kirana dari belakang. Dia menarik tubuh mungil itu hingga kembali terjatuh di atas kasur.

"Ran, maapkan aku." Lirih Alvin, namun Kirana tidak ingin berucap apapun dia mendorong tubuh Alvin dengan sekuat tenaga, rasa sakit dalam tubuhnya dia lupakan begitu saja, dia seakan tidak merasa sakit seperti kebanyakan orang, dia terasa di remas dan di hancurkan dalam sekali genggaman. Kirana bangkit dari tempat tidur yang sudah menjadi saksi akan kehancurannya itu.

"Ran, aku berjanji." Ucap Alvin, namun Kirana tak menghiraukannya, dia melihat bajunya yang sudah robek dan mengenakannya kembali.

"Lupakanlah anggap tidak pernah terjadi apapun." Ucap Kirana melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Alvin yang masih mematung.

Kirana menangis sepanjang jalan, di lihat dari jauh penampilan Kirana terlihat seperti gembel yang gila, dia mengenakan pakaian yang compang camping dan menangis tak karuan.

Orang orang memandangnya jijik, namun Kirana tidak perduli, kini yang lebih dia takuti adalah suaminya dan adiknya, apa yang harus dia jelaskan. Dan bagaimana cara dia melewati hal mengerikan yang mungkin akan di lakukan suaminya.

Kirana tidak takut bila dia di sakiti, tapi yang lebih dia takuti adalah adiknyalah yang akan menjadi bulan bulanan Joshua, pria itu mungkin akan membakar adiknya hidup hidup atau menyiramkan air panas pada tubuh mungil adiknya.

Pikiran Kirana melayang, matanya pedih dan tubuhnya kini menggigil, sakit dan perih dalam hidupnya.

'Tuhan, kenapa aku yang mendapatkan derita sepayah ini? Mengapa aku tuhan?' Kirana menengadahkan wajahnya ke langit, berharap ada sebuah keajaiban yang akan menerpa hidupnya.

Kirana berharap kebahagiaan bisa menyapanya, dia merasakan derita teramat pedih sepanjang hidupnya, terutama setelah menikah dengan Joshua dua tahun lalu.

Kirana menatap nanar pagar di hadapannya, pandangannya mengamati sekeliling yang nampak sepi hingga tangannya masuk dan membuka kunci gerbang itu.

Kirana membuka pagar rumah itu dan masuk hingga suara tepuk tangan terdengar dari belakang tubuhnya.

Bersambung...

Bab 3. Menjadi wanita simpanan

"Mana uangku?" Pinta seseorang yang kini nampak tengah berkacak pinggang di depan Kirana.

"Mas, maap tapi malam ini aku tidak bisa mendapatkan uang." Joshua murka, dia menjambak rambut isterinya hingga tangis Kirana pecah dan membuat adiknya keluar.

"Kak?" Teriak adik Kirana berusaha melepaskan kakaknya dari cengkeraman mahluk mengerikan itu.

"Heh, mau apa kau?" Joshua melempar tubuh mungil adik Kirana yang bernama Keenan.

"Keenan!" Pekik Kirana hendak melepaskan diri, namun dia gagal hingga tubuhnya terasa melayang dan terjungkal akibat dorongan Joshua.

"Hari ini kau jangan menginjakkan kaki lagi di sini. Sebelum kau mendapatkan uang untukku!" Joshua menarik tubuh Keenan masuk ke dalam gudang dan melemparkannya.

Kirana menangis di luar rumah dan seseorang yang sejak tadi memperhatikan Kirana, masih mengenakan piama.

Orang itu tidak menyangka bila Joshua ternyata bersikap demikian pada Kirana, sejak dulu Joshua memang selalu terobsesi untuk mengalahkannya dalam berbagai hal, namun selalu gagal. Hingga saat Alvin menyukai Kirana dan Joshua tahu, Joshua menjadi sangat gigih dan terus mengejar Kirana hingga akhirnya Alvin harus belajar di luar Negri dan saat kembali ternyata Kirana sudah menikah dengan Joshua.

Sejak tadi Alvin memang mengikuti Kirana dari belakang, dia memperhatikan gadis itu hingga masuk dan semua perlakuan Joshua itu, dia lihat semuanya. Dia juga tidak lupa mengabadikannya dalam siaran ponsel.

Kirana nampak keluar pagar, Alvin melotot saat dalam lamunannya tiba tiba Kirana kini tengah menatapnya tajam, Alvin menelan salivanya melihat penampilan Kirana yang nampak sangat lusuh.

"Ran.." Alvin memanggil Kirana lirih hingga wanita itupun menunduk dan melihat dirinya.

"Apa kakak punya uang?" Tanya Kirana dengan sangat hati hati, Alvin mengangguk mengiyakan.

"Tolong maju ke sana." Kirana menunjuk sebuah tempat kosong, dimana disana kamera cctv tidak akan melihat mereka.

Alvin mengangguk setuju dan melajukan kendaraannya menuju tempat dimana Kirana tadi menunjuk, Alvin merasa sangat sakit dan pedih teramat di hatinya. Dalam hatinya dia tidak pernah menyangka bila perlakuan Joshua selama ini terhadap Kirana ternyata seperti itu.

Alvin sampai di tempat yang di tunjuk Kirana, dan di belakang nampak Kirana berjalan ke arah mobilnya menuju kursi penumpang, dengan sigap Alvin membukakan pintu itu dan duduk kembali.

"Kenapa kau butuh uang? Dan berapa jumlahnya?" Kirana menatap Alvin sayu, kini hanya pria ini satu satunya harapan Kirana.

Kata cinta yang semalam terus terngiang dalam ingatan Kirana sanggup membuatnya gila, dan mungkin bila Alvin melakukan hal seperti semalam dan dia lebih menikmatinya juga, dia mungkin juga tidak akan sesakit itu.

"500 ribu." Lirih Kirana, Alvin terpaku mendengar jumlah yang di sebutkan Kirana.

"Apa? Hanya segitu?" Tanya lagi Alvin berusaha memperjelas apa yang dia dengar.

"Ya hanya segitu, dan apa kau serius dengan ucapanmu tadi?" Alvin mengangkat alisnya, dia agak bingung dengan pertanyaan Kirana itu.

"Yang tadi? Yang mana?" Alvin menatap Kirana lembut, sangat berbeda dengan apa yang di lakukan Joshua kepadanya.

"Janjimu." Alvin mengangguk pasti, dia adalah seseorang yang selalu memegang teguh janjinya.

"Ya, aku serius." Kirana tersenyum kecut, berarti ucapan Alvin semalam bukan karena dia sedang mabuk saja.

"Apa kau mencintaiku?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Kirana, dia ingin tahu apakah Alvin akan memilih nama baiknya atau perasaanya.

"Kau semalam sudah banyak mendengarnya kan? Untuk apa lagi bertanya demikian." Kirana meneguk salivanya, dia kini menoleh ke arah Alvin.

"Apa aku boleh bekerja kepadamu?" Alvin mengangkat alisnya, apa maksud Kirana dengan kata kata itu.

"Apa maksudmu?" Alvin menatap Kirana dan sontak Kirana menundukkan pandangannya, meremas bajunya yang sudah compang camping.

"Aku ingin bekerja kepadamu kak, dengan cara apapun. Dan apapun yang kamu minta, akan aku penuhi." Alvin terbelalak, benarkah demikian? Alvin agak ragu.

"Termasuk tubuhmu?" Kirana mengangguk dan sontak anggukan itu mampu membuat Alvin menganga tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Kau serius?" Kirana kembali mengangguk, senyum licik kini terlintas di bibir Alvin dan mulai melajukan kendaraannya.

"Baik, ayo ikut aku." Alvin membawa Kirana kembali ke apartemennya dan sontak bayangan semalam yang tergambar dalam benak Kirana perlahan kembali terbuka.

"Kamu bersihkan tubuhmu, dan memasaklah untukku." Kirana terbelalak, ternyata keinginan Alvin bukanlah hal yang dia bayangkan.

Kirana mengangguk dan memasuki sebuah kamar mandi, dan mandi disana. Kirana sedikit bingung dengan perlakuan Alvin terhadapnya.

Sedangkan di luar, Alvin kini tersenyum kecut memandangi setiap sudut kota dari kaca dalam jendela apartemennya.

"Aku tidak menyangka, akan di persatukan dengan cara seperti ini." Lirih Alvin meletakkan tangannya pada kaca hingga sebuah teriakan membuatnya tercekat kaget.

"Ada apa?" Alvin melihat Kirana yang tidak mengenakan apapun, Alvin menutup matanya dan hampir mimisan.

Baik Kirana maupun Alvin kini merasakan perasaan mereka masing masing, Alvin akhirnya mengambil kemejanya dan memberikan kemeja itu ke dalam kamar mandi.

"Pakai ini." Ucap Alvin tanpa melihat Kirana karena dia hanya menunjukkan tangannya saja.

Kirana mengenakan kemeja Alvin, dia merasa bila Alvin tidak berniat buruk terhadapnya, dia menjadi terasa lebih tenang.

"Habis mandi langsung masak ya?" Pinta Alvin saat Kirana keluar mengenakan kemeja Alvin, namun lagi lagi tubuh Kirana yang tercetak sempurna nampak sangat manis, bila saja Alvin tidak mengingat misinya untuk menaklukan dulu hati Kirana dia mungkin sudah memakan lagi gadis itu kali ini.

Kini langkah Kirana menuju dapur dan melihat apa saja yang bisa dirinya masak, dengan cekatan Kirana memasak untuk Alvin dan menghidangkannya dengan cepat, Alvin yang melihat kelihaian Kirana menjadi sangat terpesona.

"Berapa gaji yang kamu inginkan?" Alvin duduk di sebuah kursi makan dimana makanan sudah tersaji di atas meja di hadapannya dan sungguh makanan itu sungguh menggugah selera.

"Aku tidak tahu, aku hanya butuh 300 ribu satu hari, dan..." Kirana tidak melanjutkan ucapannya, 300 ribu sehari itu artinya 9 juta satu bulan, gaji sebanyak itu memang sangat tinggi.

"Baik, aku akan membayar mu 500 ribu sehari, dengan catatan. Kamu harus berada di tempat ini saat kurang dari jam 6 malam dan pulang jam 8 pagi." Kirana mengangguk setuju dengan penawaran tersebut.

"Ini gajimu hari ini, dan ingat sore nanti kamu sudah harus berada di sini." Kirana mengangguk setuju, kini dia benar benar menjadi wanita rendahan dan menjual tubuhnya, tapi dia juga merasa bila Alvin bukanlah sosok seburuk yang ada di pikirannya.

"Baik kak, aku akan melakukannya." Jawab Kirana pasti dan penuh keyakinan.

"Ayo makan, dan nanti saat aku bekerja kamu boleh pulang, dan saat aku kembali kamu harus sudah di sini. Selain itu panggilan yang tepat saat di rumah bukanlah kakak tapi sayang. Mengerti?" Kirana meneguk salivanya, rupanya Alvin kini ingin bermain dengan Kirana.

"Baiklah kak, eh! Sayang." Ujar Kirana dan langsung makan bersama dengan Alvin.

Kini Kirana menjadi seorang wanita yng menjual tubuhnya demi uang, sekaligus menghilangkan harga diri yang selama ini sudah menjadi harga matinya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!