NovelToon NovelToon

Gisella

Perkenalan dan ucapan terimakasih

Jika jalan hidup ada petanya, maka tidak akan ada orang yang tersesat. Beberapa orang dapat menikmati hidup dengan indah dan santai. Beberapa diantaranya harus berjuang hingga mengenaskan untuk tetap hidup. Tidak ada yang salah, karena Maha Benar Tuhan mengetahui. Yang terbaik untuk setiap makhluk di dunia yang kecil ini.

Novel ini mungkin akan sedikit mengusik hati nurani anda. Lagi lagi Othor belum move on dari kisah nyata. Yah.... Walaupun tentu saja tidak semua nyata. Sudah othor tambah dengan garam, micin, dan bumbu bumbu lain. Hihihihi.

Terimakasih untuk teman teman saya di konveksi Mbak Ganjar. Novel ini juga terinspirasi dari kalian. Kebersamaan kita yang sebentar dulu, sangat berarti untuk aku. Aku kangen makan nasi kucing dan tahu bacem dekat sumur.

Terimakasih untuk Lady Bunga yang mau membagikan kisahnya. Saat kami masih sama sama menempuh pendidikan. You are strong woman. Walaupun tentu saja tindakannya salah di masa lalu. Apa kabar??? Nanti kalau novel ini bomming, aku gak lupa kirim martabak lewat Shoppe deh. Hihihihi. Terimakasih untuk ijin membagikan kisahnya melalui novel ini.

Saya Utiyem. Penulis receh mirip koin mengucapkan, selamat menikmati kisah bagi para pembaca. Jangan lupa like, komen, dan vote.

KISAH DIMULAI....

Gisel sedang mencuci baju di sumur umum dekat rumahnya. Pagi masih dingin. Matahari malu malu menampakkan sinarnya. Gisel berusaha cepat agar tidak terlambat ke sekolah.

"Masih nyuci Sel?" sapa Apri sambil membawa handuk dan alat mandinya. Mengantri dibelakang dua orang lain yang menunggu giliran mandi. Di lingkungan Gisel tidak ada yang punya MCK sendiri. Semua mengandalkan sumur umum yang dibangun caleg saat kampanye dulu. Jadilah sumur umum ini terkenal dengan nama caleg tersebut. Hanya ada tiga kamar mandi dan sumur timba sederhana. Jadilah antrian memanjang setiap pagi. Ya anak anak sekolah, ya orang tua mau kerja. Semua pasti absen kesumur ini dulu kalau pagi.

Apri ini teman sepermainan Gisel. Satu kelas juga saat ini.

"Iya, masih agak banyak ini," kata Gisel makin terburu buru. Apri membuka sandal buluknya. Meletakkan gayung isi alat mandi di atas sandal.

"Sini aku bantuin," kata Apri sambil menyampirkan handuk kumalnya kebelakang leher. Dua gadis kecil itu jongkok mencuci sambil menunggu giliran Apri mandi tiba.

"Dah tinggal bilas. Nanti saja pulang sekolah," kata Gisel senang. Saat itu juga orang dalam kamar mandi keluar. Giliran Apri yang mandi.

"Aku mandi kalau begitu," kata Apri beranjak dari jongkok.

"Ikut Pri, biar aku gak telat," kata Gisel.

"Ya ayok," kata Apri sambil masuk kamar mandi.

Gisel pun berlari sambil membawa ember cangking berisi cucian menuju rumahnya. Mau mengambil alat mandi dan handuk kecil. Ibunya sedang mempersiapkan dagangan.

"Bantuin Sel," kata Ibu. Gisel pun mengangkat gerobak cilok keatas sepeda onthel bersama Ibu.

"Jatahmu ada di belakang. Ibu berangkat dulu ya. Jangan lupa bangunin Azka dan Al," pesan Ibu sebelum menaiki sepeda onthelnya untuk berjualan. Biasanya Ibu mangkal di pintu masuk pabrik garment pagi pagi begini. Menunggu rejeki dari para buruh pabrik yang masuk sift pagi dan pulang sift malam.

Gisel masuk rumah. Membangunkan Azka dan Al yang masih pulas.

"Azka, Al, bangun. Ini sudah pagi. Ngantri mandi sana!" kata Gisel. Sambil mengambil alat mandi. Langsung berlari menuju WC umum. Berharap Apri belum selesai mandi, jadi dia bisa nebeng sama Apri biar gak ngantri.

Sampai sumur suasana sudah makin ramai. Makin panjang antrian untuk mandi. Gisel tersenyum saat melihat Pak De Nono, orang yang dibelakang antrian Apri masih berdiri dekat pintu kamar mandi. Artinya Apri masih mandi.

"Pri, buka Pri," kata Gisel sambil mengetuk pintu kamar mandi. Apri membukanya sedikit dari dalam. Gisel dan Apri mandi bersama pagi itu.

***

Keluar dari kamar mandi Gisel melihat Azka sudah mengantri mandi. Sedang Al sudah bermain dengan temannya didepan rumah. Al itu harusnya sudah TK B. Akan tetapi kata ibu, Al sekolah setelah Gisel lulus. Ibu gak kuat membiayai tiga anaknya sekolah sekaligus. Gisel lulus SD tahun ini. Jadilah Al akan sekolah tahun depan.

"Al, makan ciloknya," kata Gisel sambil menotol cilok kedalam saus sambal. Sarapan wajibnya tiap hari.

"Gak mau Mbak, Al mau jajan saja. Mbak minta uang," kata Al. Bocah kecil itu pasti bosen makan cilok buat sarapan tiap hari.

"Mbak gak punya uang Al. Makan cilok saja dulu. Nanti minta uang kalau ibu udah pulang," kata Gisel.

"Gak mau!!" kata Al berlalu menuju kamar satu satunya di rumah ini. Jangan kira rumah Gisel sederhana. Rumah Gisel hanya terdiri dari dua ruangan. Kamar dan ruang tamu yang merangkap menjadi kamar untuk Gisel, Azka, dan Al. Bangunan semi permanen ini berdiri diatas tanggul. Berjajar dengan para tetangga dengan sangat amat rapat. Lingkungan kumuh ini sebenarnya ilegal untuk pemerintah.

"Dasar bocah go blok!!! Tau gak kalau Bapakmu ini ngantuk!!!" terdengar teriakan dari dalam kamar. Juga teriakan kesakitan dari Al. Gisel langsung berlari kedalam kamar.

"Ampun Pak, ampun!!!" kata Al sambil menangis. Mukanya barusaja ditampar bapaknya berkali kali. Gisel langsung memeluk Al di pojok kamar. Punggung Gisel langsung dapat tendangan dari bapaknya. Rasa sesak langsung menguasai dadanya sesaat. Sesak dan nyeri....

"Bocah go blok!!! Gak bisa kamu jagain adikmu biar gak gangguin Bapak tidur??" kata Anto murka.

"Ma... Maaf Pak, kami keluar," kata Gisel sambil membimbing Al keluar kamar. Anto hanya menatap nyalang dua anaknya yang sudah terisak pilu. Kemudian kembali menjatuhkan diri ke kasur lapuk apek. Kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu sesaat.

"Kamu sih, ngapain masuk masuk kamar bapak?" kata Gisel kesal. Sambil mengusap air matanya.

"Al cuma mau ambil uang Mbak, ini dapat," bisik Al sambil memamerkan uang tiga ribu di genggamanya.

"Astaga Al.... Kalau ketahuan bapak gimana!!" pekik Gisel khawatir.

"Gak!! Pokoknya Mbak jangan bilang bilang. Al mau beli donat. Nih seribu buat Mbak," kata Al girang. Berlari menuju warung bawah tanggul. Gisel menatap uang kertas seribu kumal itu dalam genggamannya. Lumayan sih.... Buat uang saku yang jarang sekali dia dapat. Gisel meluruskan uang seribu itu. Kemudian melipatnya rapi dan memasukkanya dalam saku kemeja yang dia pakai.

Gisel melihat jam yang tergantung dekat dinding. Kacanya sudah retak dan kumal.

"Astaga... Bisa terlambat aku," kata Gisel sambil bergegas mengambil tasnya. Dia ada les tambahan pagi ini. Supaya siap menghadapi ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi. Gisel berlari menuju sekolah yang lumayan jauh jaraknya. Apalagi kalau ditempuh dengan dua kaki mungilnya.

Lingkungan sekolah dan rumah

Gisel buru buru masuk kelas. Jam tambahan pelajaran ke nol sudah dimulai. Guru matematika mengijinkannya masuk kelas, walaupun dengan tatapan ganas. Gisel duduk di sebelah Putri. Apri yang ada di belakang Gisel langsung menendang kursi Gisel. Gadis kecil itu menoleh.

"Kok bisa telat?" tanya Apri.

"Drama pagi," jawab Gisel. Putri langsung mencolek lengan Gisel. Guru matematika sedang memperhatikan mereka. 

Pelajaran jam ke nol selesai. Mereka bersiap mengikuti upacara rutin hari Senin. Putri mengeluarkan kotak bekal makanan.

"Belum sempat sarapan aku," kata Putri sambil membuka bekalnya. Aroma nasi dan telur goreng tercium di hidung Gisel yang duduk disebelah Putri. Air liur Gisel menetes. Andai dia juga bisa sarapan seperti itu.

"Mau?" tawar Putri menggeser kotak bekalnya ketengah. Gisel kaget. Mungkin mukanya terlihat sekali kalau kepingin. Gisel menggeleng.

"Gak, kamu aja yang makan," kata Gisel. Apri justru sudah mencuil telur Putri dengan santai.

"Aku mau, minta ya," kata Apri.

"Ambil ambil. Aku bosen makan telur ceplok buat sarapan," kata Putri. Akhirnya bertiga mereka makan bekal Putri sebelum upacara. Tiga teman itu memang dekat. Meskipun Putri berasal dari keluarga yang lumayan mapan, namun sama sekali tidak sombong. Gadis kecil itu justru senang berteman dengan Gisel dan Apri. Daripada berteman dengan teman teman yang terlihat kaya dan banyak gaya.

Hari yang indah untuk Gisel. Sarapan telur ceplok, ada uang saku di kantongnya. Gisel semangat mengikuti upacara pagi.

Usai upacara mereka masuk kelas. Bendahara kelas sudah membuka buku kas mereka. 

"Yoook bayar kas yoookkk!!!" teriaknya di atas bangku yang biasa diduduki. Beberapa teman pun mendekat. Membayar kewajiban mereka tiap minggu. Gisel mau tidak mau ikut mendekat. Sebenarnya kas ini sedikit menyiksa. Gisel sudah membayangkan jajan cilok saat istirahat. Ternyata ada kewajiban bayar kas mingguan yang dirinya lupakan.

"Kamu kurang banyak Sel," kata Sisil, si bendahara kelas. Gisel menghela nafas.

"Aku cuma punya seribu Sil," kata Gisel. Sisil pun menerimanya. Dan mencentang dua kolom di samping nama Gisel. Sisil sebenarnya mengerti kondisi Gisel, tapi sudah kesepakatan kelas untuk bayar kas.

Pelajaran dimulai. Gisel bukan orang yang pandai dalam pelajaran. Lebih mengandalkan Putri untuk tugas yang sulit sulit. Untungnya Putri bukan orang yang pelit contekan. Saat pelajaran itu Gisel sering melirik ke arah Putri. Cantik, pinter, anak orang kaya. andai aku seperti dia. Batin Gisel.

“Mau ke perpus?” tanya Putri saat istirahat pertama. Gisel ,Putri ,dan Apri memang sering menghabiskan istirahat di perpus. Putri jatuh cinta pada dunia novel. Sedang Gisel dan Apri sering tidur saja. Untuk jajan mereka tidak ada uang.

Jam pelajaran terakhir dimulai. Guru IPS menyarankan para murid untuk memilih SMP dari sekarang. Bahkan menanyai beberapa murid mau SMP dimana.

“Putri, mau lanjut daftar kemana?” tanya guru.

“SMP Xxx Pak,” kata Putri menyebut SMP negeri pinggiran yang jarang jadi incaran.

“Kok disitu?” tanya guru heran. Putri adalah juara kelas. Kenapa tidak mencoba peruntungan SMP favorit.

"Gak papa Pak, dekat rumah," jawab Putri santai.

"Kamu Sel?" tanya guru berbalik pada Gisel.

"Sa…. Sama Pak," jawab Gisel terbata. Padahal sama sekali tidak ada gambaran melanjutkan sekolah. Meskipun ada dana bantuan dan lain lain, namun tetap saja itu terasa berat untuk Gisel. Karena segratis gratisnya, tetap ada biaya lain lain yang tidak mampu ditutup. Contohnya pembuatan seragam dan lain lain. Ibunya juga menyuruh dia stop sekolah.

Bel berbunyi panjang. Tanda jam belajar berakhir. Sorakan hampir terdengar dari segala penjuru kelas.

"Nanti kita daftar bareng ya Sel," kata Putri riang sambil membereskan alat sekolahnya.

"Yah, dilihat nanti Put," kata Gisel lesu. Dikira beneran dia mampu melanjutkan sekolah. Padahal itu hanya agar tidak terlihat mengenaskan.

Apri dan Gisel berjalan bersama pulang kerumah. Bapaknya menyambut Gisel dengan ikat pinggan lusuh.

"Berani kamu nyuri!!!" kata Anto sambil memukul Gisel pakai ikat pinggang.

Rupanya Al ketahuan makan donat saat bapaknya bangun mau kencing. Tahu lah si bapak kalau uangnya berkurang dicuri anaknya. Dengan polos Al bilang kalau mengambil tiga ribu. Seribunya diserahkan Gisel. Jadilah Gisel kena amuk juga. 

"Ampun Pak!!! Ampun!!" kata Gisel tersedu sedu. Aminah, ibu Gisel datang. Melerai apa yang dilakukan suaminya. Gisel menangis pilu dalam pelukan ibunya.

"Anak kecil udah berani nyolong!! Mau jadi apa besarnya!!" kata Anto masih murka.

"Yang jelas gak jadi kamu!!" balas Aminah. 

Hubungan Anto dan Aminah memang bukan hubungan suami istri normal. Aminah nikah muda dengan Anto yang seorang pengangguran. Aminah mengira Anto dulu hanya kurang beruntung belum dapat kerja, tapi ternyata dasarnya malas. Jadilah seperti ini. Aminah si tulang rusuk menjadi tulang punggung karena salah pilih suami. Anto hanya terkadang bekerja menjadi buruh bangunan. Itu pun bukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hanya memenuhi kebutuhannya sendiri. Ya judi, ya mabuk miras murahan.

Anto terdiam. Pergi begitu saja. Apakah ada rasa bersalah pada dirinya?? Tentu saja ada, namun diabaikan begitu saja. Anto cuma lagi malas berdebat dengan Aminah.

Sementara diluar rumah ada keributan yang lebih besar. Tetangganya adu mulut dengan bank plecit (bank kecil yang menawarkan hutang kecil. Biasanya diangsur mingguan)

"Apa!!! Aku bilang besok Kamis!!" teriak Mbok De Kasim.

"Lha angsurannya tiap Senin bukan Kamis!!" kata orang bank ngotot. Sudah jengah terus dipermainkan sama nasabahnya yang ini.

"Lha kalau gak punya uang mau apa!! Dibayar pakai kerikil mau??!! Mbok kira cari uangku mudah kaya kamu yang tinggal tagih sana sini!!!!" kata Mbok De Kasim lebih ngotot dan lebih ganas. Gisel dan Aminah nonton di depan pintu. Hal yang biasa untuk lingkungan mereka sebenarnya, tapi tetap jadi tontonan seru. Iya biasa, sangking biasanya sampai gak ada orang melerai kalau ada yang adu mulut kayak begini.

Orang bank itu geram. Mengambil piring yang dibawa Mbok De Kasim dan menumpahkan isinya diatas kepala Mbok De Kasim. Piring berisi nasi dan sayur bayam itu sebenarnya untuk menyuapi cucu Mbok De Kasim. Yang masih anteng bengong di dekat dua orang cekcok. Entah kaget, entah biasa. Sumpah serapah dari Mbok De Kasim langsung terdengar. Orang bank itu berlalu dengan motornya. Yang sempat di timpuk sendal sama Mbok De Kasim. Penampilannya sekarang stylish. Dengan rambut gimbal ada hijau hijaunya dan butiran nasi.

"Memang telat berapa kali angsuran Yu?" tanya Aminah sambil mengambil nasi yang bersarang di rambut Mbok De Kasim.

"Yaaa tiga kali ada. Dasarnya pemarah itu orang bank. Aku kadang telat 5 kali juga biasa aja," kata Mbok De Kasim sambil ikut mencabuti nasi yang terlihat dari matanya.

Mulai bekerja

Ujian nasional datang. Gisel tetap belajar sungguh sungguh. Meskipun sebentar lagi mimpinya melanjutkan sekolah pupus. Tidak masalah. Yang penting dapat nilai yang baik.

Putri keluar dari ruang sebelah bersama sembilan belas teman lainnya. Ini ujian terakhir untuk mereka. Gisel satu ruangan dengan Apri. Sedang putri ada di ruang kedua kelas mereka.

"Sel, aku sudah dapat formulir pendaftaran SMP. Sengaja aku ambil dua buat kamu satu," kata Putri sambil mengacungkan kertas putih itu. Gisel tersenyum. Mengerti kalau sahabatnya itu begitu bersemangat mendaftar SMP bareng.

"Aku…. Sebenarnya gak lanjutin Put," kata Gisel lesu. Senyum di bibir Putri langsung pudar. 

"Kenapa?" tanya Putri sedih.

"Gak ada biaya Put. Ibuku tidak mampu membiayai kami bertiga sekaligus. Aku lulus SD saja," kata Gisel. Putri melongo. Sebenarnya tahu Gisel memang tidak punya, tapi tidak menyangka harus putus sekolah.

Bersama Gisel, Putri menemukan sahabat pertama dalam hidupnya. Gisel tidak mau memusuhinya sedang yang lain tidak mau berteman. Putri sempat mengalami pembullyan saat pertama kali pindah dari SD kota ke SD pinggiran ini. Pembullyan yang konyol sekali sebabnya. Karena dia cantik, karena dia putih, dan karena bahasa sehari hari yang dia pakai kota sekali. Entah mengapa hati gadis kecil itu pilu. Saat tahu Gisel putus sekolah sampai disini. Mereka berpelukan dalam diam. 

***

Gisel bingung mau ngapain. Perpisahan sekolah sudah dilakukan sebulan yang lalu. Ijazahnya sudah keluar. Akan tetapi untuk mengambil perlu melunasi uang yang tidak sedikit jumlahnya. Apalagi untuk Gisel dan keluarganya. Hasilnya dia luntang lantung di rumah selama sebulan ini.

Apri datang mengejutkan lamunan Gisel. Yang duduk di depan pintu rumah. 

"Duwoooorrrr…..!!!" kata Apri sukses membuat Gisel terlonjak.

"Monyet! Ngagetin aja!!" kata Gisel. Apri nyengingis disampingnya.

"Mau makan mie ayam gak?" tawar Apri.

"Gak punya uang," jawab Gisel.

"Aku yang traktir," kata Apri jumawa. Gisel menoleh antusias pada Apri. Temannya itu memang sudah bekerja pada konveksi kecil di bawah tanggul. Dibawa oleh mbaknya yang juga bekerja disitu.

"Kamu udah gajian??" tanya Gisel. Apri nyengir sambil manggut manggut.

"Mau mie ayam gak?" tanya Apri.

"Mau dong!!" kata Gisel girang.

"Ada syaratnya tapi."

"Apa?" tanya Gisel. Apri cuma tersenyum sok misterius.

Akhirnya berdua mereka duduk di warung mie ayam pinggir jalan. Menikmati mie ayam dan segelas es teh segar…. Sebuah kemewahan untuk mereka yang selalu hidup dalam kekurangan.

"Enak kerja Pri?" tanya Gisel.

"Capek. Beda sama sekolah," jawab Apri sambil menyeruput mienya.

Usai makan mie Apri membeli kapur semut. Gisel langsung tahu tugas tambahannya. Membasmi kutu di rambut Apri. Mereka berdua kemudian menumbuk kapur semut itu jadi butiran kecil kecil. Mencampurkannya dengan air, dan membaluri kepala Apri dengan larutan kapur semut itu. Cara ampuh menghilangkan kutu rambut daripada pakai obat kutu atau shampo anti kutu. Yang tentu saja harganya lebih mahal untuk mereka.

"Banyak Sel?" tanya Apri saat Gisel mulai menyisir rambut Apri yang sudah didiamkan beberapa menit.

"Lumayan dua puluh ada ini," kata Gisel sambil mematikan kutu kutu yang terjatuh dari rambut Apri. Kutu adalah hal biasa untuk lingkungan mereka. Kebersihan yang minim dan lain lain penyebabnya. Meskipun kapur semut juga murah, namun beberapa anak terabaikan oleh orang tuanya. Jadilah kutu rambut masih bertebaran bebas disini.

Usai mengurus rambut Apri, Gisel gantian diurus rambutnya. Ramuan kapur semut tadi cukup untuk dua kepala mereka. Kemudian dua gadis cilik itu membilas rambut mereka di sumur umum. Apri jahil mencipratkan air ke baju Gisel. Jadilah mereka bercanda ciprat cipratan air.

"Pri, enak gak kerja?" tanya Gisel lagi.

"Kamu mau kerja?" tanya Apri. Gisel mengangguk. Mungkin ada kerjaan untuk bocah lulusan SD tanpa ijazah kayak dia. Dia bisa kerja untuk meringankan beban ibunya.

"Nanti aku tanya bos tempatku kerja. Masih butuh orang gak," kata Apri.

"Beneran?" tanya Gisel girang. Apri mengangguk. Harapan baru menyala dalam diri Gisel.

Tempat kerja Apri ternyata tidak butuh helper lagi. (Orang yang membersihkan benang sisa jahitan dan menata hasil jadi jahitan). Pekerjaan yang dilakukan Apri dan mbaknya.

"Tapi kata Mbak Ganjar kamu bisa jadi penjahit disana," kata Apri.

"Tapi aku gak bisa jahit Pri," kata Gisel.

"Mbak Ganjar bilang nanti diajari kok," kata Apri.

Akhirnya Gisel belajar jahit selama seminggu di sana. Mbak Ganjar, pemilik konveksi kecil itu mau mengajarinya dengan sabar. Ada alasan kenapa pemilik konveksi itu mau memperkerjakan Gisel dan anak anak di bawah umur yang ada di tanggul. Alasan kemanusiaan yang pertama. Melihat wajah wajah cerah mereka menerima lembaran sedikit rupiah. Memberi harapan baru untuk para pengais rupiah belia. Juga karena anak itu lebih penurut. Nurut dengan aturan dan nurut dengan upah yang terhitung minim.

Dua minggu berlalu….

"Ini gaji kamu," kata Mbak Ganjar sambil menyerahkan uang enam puluh ribu sekian pada Gisel. Hasil menjahitnya selama seminggu ini. Yang seminggu kemarin Gisel tidak dapat gaji karena dalam masa training pegang mesin jahit.

"Makasih Mbak," kata Gisel senang. Gajian Sabtu itu membawa senyum cerah untuk Gisel.

Pulang jalan kaki dengan riang bersama Apri dan mbaknya.

"Cie yang punya gaji pertama," kata Apri.

"Iya, aku mau jajanin Azka sama Al. Kemarin mereka mau ayam goreng pojokan itu," kata Gisel sambil menunjuk pojok jalan. Tempat gerai ayam goreng merek tokoh kartun dibuka.

"Kamu mau ikut Pri?" tanya Gisel. Itung itung ucapan terimakasih karena Gisel sudah dimasukkan kerja sama Apri.

"Gak, aku gak suka ayam," jawab Apri tahu diri. Gaji Gisel bisa habis kalau untuk traktir tiga orang sekaligus.

Habis magrib ketiga saudara itu dandan necis. Dengan pakaian terbaik yang mereka miliki. Senyum terukir dari bibir Azka dan Al. Mau jajan ayam goreng krispi. Di makan di tempat dan utuh untuk sendiri. Ahh….. pasti nikmat sekali.

Tiga piring nasi dan ayam krispi paha bawah tersaji di depan mereka. Juga es teh gelas dengan sedotan. Terasa begitu indah dimata mereka.

"Makasih Mbak buat ayamnya," kata Azka sebelum makan ayam jatahnya.

"Sama sama. Makan yang banyak. Dihabiskan," kata Gisel senang melihat muka muka ceria adiknya.

"Mbak, nanti kalau ada uang jajanin lagi ya," kata Al saat mereka jalan kaki mau pulang.

"Iya, Mbak sekarang kerja. Nanti kalau gajian lagi kita makan enak," kata Gisel sambil menggandeng adik bungsunya itu. Di tangannya ada satu bungkus paha bawah untuk ibu.

Gisel, Azka, dan Al. Nama yang ngetren jadi artis pada masa ketiga anak itu lahir. Aminah, ibu mereka selalu menamai anaknya sama dengan para artis itu. Berharap hidup mereka juga sama beruntungnya dengan mereka. Banyak uang dan hidup bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!