Melewati usia pernikahan selama lima tahun dengan penuh harapan untuk mendapatkan momongan, akhirnya harus dilewati Alea yang dituntut oleh keluarga suaminya dengan kehadiran seorang penerus.
Tekanan kelurga suami yang menginginkan Alea hamil untuk meneruskan sang pewaris membuat pasangan romantis ini sepakat melakukan inseminasi buatan.
Untuk kesekian kalinya program itu selalu saja gagal. Hingga akhirnya keputusan sang mertua meminta Alea mau dimadu. Tentu saja keputusan itu di tolak mentah-mentah oleh Rama yang sangat mencintai istrinya yang terlihat sempurna di matanya.
Saat ini Alea masih diperlakukan seperti ratu dihati suaminya. Siapa sangka keberhasilannya saat mengetahui dirinya hamil justru menjadi bumerang dalam rumah tangganya.
"Apakah kamu masih mau mempertahankan wanita mandul itu untuk mendampingi hidupmu yang sudah berjalan 5 tahun ini, Rama?" sinis nyonya Tina ketika putranya baru tiba di rumah itu.
"Aku sangat mencintai istriku Alea mama. Alea tidak mandul. Hanya saja keberuntungan belum berpihak pada kami," tutur Rama dengan suara menggema di ruang keluarga itu membuat para pelayan menyembunyikan diri mereka karena tidak ingin berurusan dengan pria sejuta pesona dengan tampang cool sedingin gunung es di tengah laut Atlantik.
"Jangan berurusan dengan keluarga ini karena tatapan tuan Rama bisa membuat jantungmu berhenti seketika jika kamu masih mau mencoba kepo di balik pilar ini," ucap kepala pelayan Sesa pada Rani sang pelayan kepo yang masih ingin mengintip pertengkaran keluarga itu agar bisa dijadikan bahan gosip dengan pelayan tetangga sebelah mansion milik majikannya.
Teriakan sang suami di luar sana yang tidak terima dirinya menjadi bulan-bulanan sang ibu mertua yang terus menjadikan dirinya untuk menuntut keturunan padahal memiliki seorang adik ipar perempuan yang juga sudah berkeluarga dan kini sudah memiliki dua anak perempuan.
"Apakah tidak cukup Nindi yang memberikan mama dua orang cucu? sama sajakan? apa bedanya?" protes Rama.
"Nindy hanya putri angkat di rumah ini bukan anak kandung mama dan papa. Apa yang bisa mama harapkan dari seorang putri angkat. Lagi pula dia sudah dibawa pergi oleh suaminya ke luar negeri," ucap nyonya Tini membuat Rama tercengang.
"Mah ..! kenapa mama bahas sesuatu yang selama ini mama dan papa sudah sepakat untuk tidak membedakan Rama dan Nindy mah," keluh Rama.
"Nindy tidak ada di sini. Jadi, untuk apa kamu takut? Sebaiknya kamu fokus mencari wanita lain untuk memberikan mama cucu. Bukan berharap terus pada perempuan mandul itu," ketus nyonya Tini.
"Ini juga lagi diusahakan program bayi tabung itu. Mama cukup berdoa saja. Apa susahnya?" keluh Rama gregetan dengan sikap keras kepala ibunya yang tidak bisa bersabar.
"Kau itu pewaris kelurga ini. Harta dan semua aset perusahaan kami, semuanya atas namamu. Dari milik kelurga papa dan juga mama, semua untukmu. jika tidak memiliki keturunan, mau di kemanakan harta kita, Rama?" tanya mamanya dengan intonasi yang sudah menurun agar putranya mempertimbangkan lagi sarannya.
"Sumbangkan saja pada orang yang tidak mampu. Dengan begitu mama punya bekal untuk akhirat. Siapa tahu ibadah mama yang kurang akan tertutupi dengan amal jariah dari harta yang mama dan papa miliki," sarkas Rama lalu kembali ke kamarnya menemui istrinya Alea.
"Dasar anak kurangajar! Diajak diskusi malah ditinggal pergi. Lihat saja istrimu yang mandul dan yatim piatu itu. Apa yang bisa dibanggakan dari wanita itu. Jejak hidupnya yang tidak jelas sudah membuat reputasi keluarga ini menurun kualitasnya," gerutu nyonya Tini ikut masuk ke dalam kamarnya.
Alea memeluk tubuh suaminya penuh cinta ketika pintu kamar itu baru dibuka oleh Rama." Terimakasih sayang! kamu rela berdebat dengan mama demi membelaku. Maafkan aku menjadi penyebab kalian bertengkar," ucap Alea dalam dekapan suaminya.
"Aku membelamu karena kamu tidak bersalah, sayang. Aku tidak habis pikir dengan semua orangtua yang selalu menuntut momongan dari anak-anaknya yang sudah menikah.
Tapi, sebenarnya bukan kita yang tidak kepingin punya anak tapi, Allah yang belum memberi rejeki itu untuk kita. Masa kita yang disalahin? aneh nggak," kilah Rama.
"Biasanya orangtua yang mudah putus asa dengan ketetapan Allah hanya ingin mencari orang yang bisa mereka salahkan atas keinginan mereka yang belum terwujud. Yah, sejenis pelampiasan saja. Kalau ditanggapi bakal kita ikut gila. Disabarin juga, kita yang malah sakit hati," imbuh Alea meredakan emosi suaminya.
"Ya Allah, sayang. Kenapa kamu begitu sabar dan masih mau menenangkan aku? Padahal mama yang selalu menghinamu setiap kali berhadapan denganmu," ucap Rama memegang kedua pundak Istrinya dan menatapnya sendu.
"Setidaknya beliau tidak mengusirku dari rumah ini, sayang. Lagi pula ada kamu yang membuatku semakin kuat menampung semua makian mama. Kecuali kamu bersekutu dengan mama, maka aku tidak tahu harus berbuat apa untuk melabuhkan kesedihanku," imbuh Alea.
"Semoga kamu tidak menjadi istri pendendam, sayang!" harap Rama.
"Bukan istri pendendam. Tapi, menantu pendendam," sahut Alea memperbaiki perkataan suaminya.
"Salah ya perkataanku? kamu memang istri yang sangat teliti. Semoga buah kesabaranmu dibalas Allah dengan memberikan kita buah hati. Bukan hanya satu tapi dua sekaligus," timpal Rama lalu memagut bibir istrinya.
Pagutan itu terurai." Kita sholat isya dulu setelah itu turun makan. Aku sudah memasak makanan kesukaan kamu, sayang."
Alea membantu suaminya menanggalkan baju kerja agar Rama segera membersihkan tubuhnya.
Di meja makan, kedua mertuanya Alea sudah duduk dimeja makan lebih dulu. Seperti. Biasa Rama menarik kursi untuk istrinya duduk dan Alea melayani suaminya. Nyonya Tini sudah siap dengan nyinyirannya untuk menyakiti menantunya. Tapi, ia sengaja menunggu seseorang yang menjadi tamu spesialnya malam ini.
"Kenapa mama belum makan?" tanya Alea melihat ibu mertuanya belum menyentuh makanannya sama sekali.
Belum saja nyonya Tini menjawab, tamu yang dinantinya melangkah dengan anggun menghampiri kelurga itu.
"Selamat malam tante Tini, om Roy..!" sapa Elfira tersenyum menggoda sambil melirik Rama yang nampak mengatupkan rahangnya menahan emosi.
"Malam sayang..!" nyonya Tini mengecup kedua pipi Elfira.
"Duduklah Elfira..! Tante sudah menunggumu dari tadi. Rama! Masih ingatkan dengan Elfira, sayang?" tanya nyonya Tini untuk menjatuhkan mental Alea duluan.
"Hmm!" gumam Rama cuek. Ia meneruskan makanannya tanpa peduli dengan mantan kekasihnya itu.
"Alea. Ini Elfira. Mantan kekasih Rama Mungkin ia yang akan menggantikan tempatmu di hati Rama," sarkas nyonya Tini namun Alea sama sekali tidak kaget apalagi terlihat panik. Ia sudah tahu apa yang akan diucapkan oleh mertuanya.
"Baru mungkinkan, mama. Belum tentu suamiku suka dengan tawaran mama," balas Alea tidak kalah sarkas pada ibu mertuanya.
"Rupanya kamu terlalu percaya diri Alea. Apakah kamu jamin Rama akan setia pada wanita mandul sepertimu?" sindir nyonya Tini lagi.
"Laporan medis ku membuktikan aku tidak mandul mama. Hanya saja Allah masih memberikan ujian kesabaran untuk kami. Karena soal ujiannya terlalu sulit jadi mudah gagal.
Tapi, kegagalan itu membuat aku makin gigih untuk belajar mempertahankan posisiku sebagai istri putramu untuk mendapatkan momongan.
Dengan begitu aku bisa menyingkirkan wanita manapun yang berusaha merebut apa yang aku miliki," ucap Alea tegas lalu kembali menghabiskan makan malamnya.
Puas membalas hinaan ibu mertuanya, Alea bangkit berdiri untuk kembali ke kamarnya. Ia tetap pamit dengan sopan pada mertuanya dan juga tamunya.
"Maaf mama, papa..! Alia duluan ke kamar. Elfira...! Jangan terlalu lama di rumah orang lain. Apa lagi kamu seorang gadis terhormat. Reputasimu perlu dijaga untuk menunjang popularitasmu sebagai keluarga bermartabat.
Kasihan sekali kalau ketahuan wartawan, mereka mungkin tidak akan segan untuk menciptakan skandal bahwa kau tidak lebih dari seorang pelakor yang kekurangan pria diluar sana hingga merendahkan dirimu untuk menerima tawaran ibu mertuaku yang lagi putus asa karena ketakutan tak dapat cucu. Selamat malam!" kecam Alea pada Elfira yang langsung bangun ingin melabrak Alea yang berani memakinya.
"Kau yang perlu dikasihani di sini, Alea. Kau hanya perempuan mandul yang dimanfaatkan Rama untuk menyalurkan hasrat birahinya saja dan ..-"
"Tidak peduli apapun yang kamu katakan tentangku, Elfira. Jangan pernah menghina nyonya muda di rumahnya sendiri. Sebelum aku menyeretmu keluar dari rumah ini, sebaiknya kamu pergi dari sini! Kamu tahu pintu keluarnya di mana, bukan?" Usir Rama yang tidak ingin memperkeruh suasana.
"Sayang. Punggungku sedikit sakit. Apakah kamu mau memijit punggungku?" rayu Alea pada suaminya yang langsung memeluk pinggangnya Alea posesif.
"Tentu saja sayang. Aku juga tidak begitu suka mendengar nyinyiran yang tak bermutu di sini," timpal Rama sekaligus membungkam mulut ibunya yang ingin mangap lagi untuk menghina Alea.
Rama dan Alea menaiki anak tangga menuju lantai dua. Walaupun terlihat tegar di hadapan mertuanya dan juga Elfira, tetap saja Alea tidak bisa menahan amarahnya yang menyesakkan dada.
"Apakah kamu ingin kembali lagi kepadanya? Kembali sana..! Mungkin saat ini dia sedang membutuhkan lelaki untuk bisa mengakhiri masa lajangnya karena takut keburu perawan tua," semprot Alea dengan nafas memburu diikuti dadanya yang naik turun tidak beraturan.
"Sayang. Kenapa malah aku yang kamu omelin? Bukankah kamu tadi lihat sendiri saat aku tidak menggubris perkataan mama dan mengabaikan keangkuhan Elfira saat mereka terang-terangan menghina kamu di hadapanku?" protes Rama.
"Sepertinya julukan mandul yang disematkan mereka padaku bak muatan doa yang akan mempersulit diriku untuk bisa hamil. Aku sangat benci dengan situasi ini. Apakah kita tidak bisa tinggalkan rumah ini dan belajar untuk mandiri, Rama? Mungkin kita bisa membeli apartemen sendiri, sayang," pinta Alea setengah memaksa suaminya.
"Alea. Di sini banyak pelayan yang akan mengurusmu. Tugasmu hanya melayaniku dan kamu tidak boleh kelihatan kelelahan. Dengan begitu kamu bisa cepat hamil dengan proses bayi tabung itu," pinta Rama sambil menangkup kedua pipi istrinya.
"Bagaimana aku bisa hamil, kalau pikiran aku tidak bisa tenang. Setiap hari mama selalu menjatuhkan mentalku. Sekuat-kuatnya aku menahan diri, tetap saja hatiku hancur dan jantungku terus berdegup tak normal setiap kali mendengar pertengkaran kamu dan mama. Bukankah orang yang mau hamil itu butuh ketenangan?" tanya Alea dengan bibir mengerucut.
"Begini saja. Bagaimana kalau kita bulan madu lagi setelah proses inseminasi buatan itu dilakukan lagi Minggu depan. Kita akan kembali ke sini setelah kamu dinyatakan hamil. Apakah kamu mau, sayang?" tawar Rama memberikan solusi terbaiknya.
"Idemu tidak buruk juga. Tapi, aku harus ajukan cuti terlebih dahulu, sayang. Kamu tahukan kalau aku bekerja untuk negara ini?" pinta Alea yang merupakan seorang diplomat Indonesia dibawah wewenang kementrian luar negeri.
"Aku mengerti sayang. Aku tahu kamu harus keliling negara untuk melakukan diplomasi dengan negara lain maupun dengan organisasi internasional," ucap Rama.
Bekerja sebagai seorang diplomat yang keliling dunia, setidaknya Alea bisa bebas dari penghinaan ibu mertuanya jika dirinya dinas ke luar negeri. Dan saat ini, Alea baru tiba dari Nederland. Dan ketika baru tiba di rumah, sambutan yang diterimanya adalah penghinaan di tambah lagi kedatangan Elfira yang makin memercik bara api yang kian berkobar.
...----------------...
Rutinitas keseharian Alea dari berangkat kerja pagi hari dan pulang lebih cepat dari sang suami membuat ia lebih memilih ke perusahaan suaminya daripada tiba di rumah duluan. Gadis yang menguasai berbagai bahasa di dunia ini melangkah ke perusahaan itu dengan elegan.
Walaupun seorang istri pengusaha, namun ia tidak segan memamerkan seragamnya pada staf suaminya yang mengira Alea adalah pegawai rendahan di instansi pemerintah yang sangat bergengsi itu.
"Cih...! Lagunya seperti seorang pejabat hebat di Kemenlu, paling di sana kerjanya cuma juru ketik arsip luar negeri," nyinyir seorang staf wanita yang sudah mengenal siapa Alea.
"Apa kurangnya tuan Rama buat wanita mandul itu. Suami kaya raya, ko mau-maunya dia masih bekerja sebagai ASN," sindiran pedas itu selalu Alea terima kala ia berkunjung ke perusahaan suaminya.
"Ya Allah. Apa salah aku sih, nggak di rumah nggak di perusahaan, selalu saja aku mendapatkan nyinyiran tak bermutu seperti ini. Apakah mereka itu tidak punya kekurangan dalam hidupnya," gerutu Alea setia dengan wajah datarnya namun tidak menghilangkan keanggunan istri dari Rama ini.
Pintu dibuka oleh Alea untuk memberikan kejutan pada suaminya yang langsung menyambut Alea padahal ia sedang ada tamu.
"Sayang. Kenapa tidak bilang kalau mau ke sini?" kecupan manis dihadiahi Rama di pelipis istrinya.
"Pingin pulang bareng sama kamu. Tapi pingin nonton juga. Ada film bagus. Mau ya sayang?" manja Alea tidak peduli ada teman bisnis suaminya yang juga seorang wanita yang berusia di atas Rama.
"Tunggu sebentar ya, sayang! Aku akan menyelesaikan dulu rapatnya dengan Nyonya Melisa," imbuh Rama dan Alea hanya mengangguk lalu mengambil tempat duduk di sofa panjang di dalam ruang kerja suaminya.
Nyonya Melisa agak bingung melihat pasangan ini. Yang satu ASN sementara suami pengusaha hebat. Iapun nekat bertanya pada Rama.
"Tuan Rama. Kenapa anda mengijinkan istri anda bekerja di instansi pemerintah? Bukankah apa yang anda miliki sudah mencukupi kebutuhannya?" tanya nyonya Melisa yang merupakan seorang CEO PT ocean grup.
"Itulah uniknya istriku nyonya. Dia bukan ASN biasa. Dia jenius dan sangat kompeten di bidangnya sebagai seorang diplomat negara ini. Negara ini sangat sulit untuk melepaskannya karena kehebatannya dalam bernegosiasi dengan negara lain baik urusan politik hingga perekonomian dunia untuk kepentingan negara ini, tentunya dan ia mampu menyelesaikannya.
Dan satu lagi kalau ke luar negeri, saya tidak butuh guide karena istriku menguasai berbagai bahasa dibelahan negara di dunia ini," bisik Rama penuh bangga pada istrinya di hadapan Nyonya Melisa yang ikut kagum pada Alea.
"Aku kira karena istrimu cantik dan seksi kamu tidak ingin kehilangannya dan menuruti kemauannya berkerja sebagai ASN," imbuh nyonya Melisa.
"Itu salah satunya. Cantik dan seksi ditambah jenius. Itu yang orang tidak pernah tahu tentang kehebatan Istriku dan istriku paling malas menanggapi nyinyiran tak bermutu dari mulut orang-orang yang ingin menjatuhkannya," lanjut Rama.
"Ok. Kalau begitu aku pamit dulu tuan Rama. Terimakasih sudah mau bekerjasama dengan perusahaanku," ucap nyonya Melisa.
Saat nyonya Melisa ingin pamit pulang pada Alea, gadis berambut panjang itu sudah mendengkur halus karena kelelahan.
Rama dan Alea melepaskan kepenatan mereka di tempat liburan karena selama ini telah disibukkan dengan aktifitas yang menguras tenaga dan pikiran sambil menjalani program bayi tabung yang belum jua berhasil.
Mereka akhirnya memilih melakukan program bayi tabung itu di luar negeri yaitu Australia. Dari hasil medis yang mereka dapatkan ternyata sangat mencengangkan. Keterangan dari dokter spesialis kandungan di rumah sakit Australia menyatakan bahwa keadaan mereka yang sama-sama sehat tidak memerlukan program bayi tabung.
"Masalah apa yang kalian hadapi hingga sulit memiliki anak? Padahal dari hasil tes yang menyatakan jika jumlah ****** dan sel indung telur kalian berdua sama-sama bagus. Itu berarti kalian bisa melakukan secara normal tanpa perlu melalui program bayi tabung," ucap dokter Rachel.
"Berarti kami tidak perlu melakukan program bayi tabung lagi, dokter?" Alea memastikan lagi ucapan dokter Rachel.
"Tidak perlu. Kalian hanya butuh ketenangan dan quality time agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Mungkin aktifitas kalian dan tekanan pekerjaan yang terlalu menguras pikiran dan tenaga hingga mudah setress," sahut dokter Rachel.
Rama dan Alea menarik nafas lega. Jawaban dokter cukup membuat mereka mengerti bahwa lingkungan keluarga yang menjadi faktor utama yang menyebabkan Alea sulit untuk hamil.
Pasangan itu akhirnya memutuskan untuk pindah ke apartemen agar bisa hamil sepulangnya mereka dari liburan." Maafkan aku sayang. Jika aku mau mendengarkan keluhanmu untuk tinggal di apartemen, mungkin kamu bisa hamil secepatnya," ucap Rama penuh sesal.
"Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Yang penting kamu sudah sadar bahwa kita butuh ruang pribadi yang jauh lebih tenang walaupun itu adalah kedua orangtuamu," jujur Alea.
"Baiklah. Kalau begitu kita tidak akan kembali ke rumah itu sampai kamu hamil sayang," janji Rama.
Di kamar hotel, keduanya nampak tenggelam dalam lautan gairah kenikmatan dengan deru nafas yang tidak lagi stabil. Hentakan terakhir yang dilakukan oleh Rama untuk menyalurkan benihnya pada sang istri sambil menikmati sensasi getaran yang memabukkan jiwa.
"Uhmm...!" lenguhan panjang terlontar dari mulut sang istri tanda ia puas dengan pelayanan suaminya.
"Semoga kali ini tidak akan gagal lagi sayang," bisik Rama yang terkulai lemas di samping istrinya.
"Allah tidak akan menguji kita melebihi batas yang kita mampu. Aku yakin ikhtiar kita kali ini akan berhasil," ucap Alea penuh keyakinan pada Sang Khalik yang tidak akan mengecewakannya.
"Aamiin...!" Atas nama cinta. Aku mencintaimu Alea Mahesa Putri," ucap Rama mengecup bibir istrinya lalu memeluk tubuh polos itu dibawah selimut tebal agar mereka kembali merasakan kehangatan.
"Tidurlah sayang. Agar benih kita didalam sini cepat melakukan proses pembuahan," harap Rama.
Sesuai dengan pengajuan cuti besar yang dilakukan oleh Alea di kantornya kini masa cutinya telah berakhir. Mereka harus kembali ke Jakarta secepatnya. Namun sebelum berangkat ke bandara, Alea iseng melakukan tes kehamilan sendiri karena ia merasa sudah satu bulan ini ia belum juga haid.
Di dalam kamar mandi, Alea menunggu sekitar 5 menit untuk melihat testpack itu. Saking takut kecewa ia memejamkan matanya sambil berdoa dalam hati. Membuka matanya perlahan dan pupil mata itu makin melebar setelah melihat tanda positif.
"Benarkah? Aku tidak salah lihatkan? Mataku masih normalkan?" Alea sampai mengucek matanya beberapa kali dan tetap saja melihat tanda positif di alat tes kehamilan itu.
"Ahhhhkkkkkk....! Benar aku hamil. Akhirnya aku berhasil hamillll....!" pekik Alea membuat sang suami membuka pintu kamar mandi itu dengan cepat.
"Sayang. Apa yang terjadi...? Kenapa kamu berteriak...?" tanya Rama sambil mengerutkan keningnya.
"Lihatlah benda ini! Aku ... akhirnya, aku hamil, Rama. Kita akan punya anak...!" pekik Alea kegirangan.
"Benarkah itu, sayang?" Rama meraih benda berbentuk kotak itu dari tangan Alea dan melihat hasilnya ternyata positif.
Karena berada di dalam kamar mandi, Rama tidak bisa menyebut asma Allah karena kamar mandi tidak diperkenankan untuk menyebut kesucian zat yang maha tinggi itu.
Rama menggendong istrinya keluar dari kamar mandi lalu berteriak penuh rasa syukur." Alhamdulillah ya Robby atas karuniaMu untuk kami," air mata Rama tak terbendung karena baru merasa menjadi calon seorang ayah.
Pria 28 tahun ini memagut bibir istrinya penuh kasih sayang. Keduanya berciuman untuk menyalurkan rasa syukur mereka tanpa ada hasrat di dalamnya.
......................
Tiba di Jakarta, Rama membawa pulang istrinya ke rumahnya. Sontak saja mendapatkan penolakan dari Alea.
"Apa-apaan ini, Rama? kenapa kita malah kembali ke rumah orangtuamu? Bukankah kamu sudah berjanji jika kita akan tinggal di apartemen?" panik Alea yang tidak ingin kembali ke neraka itu.
"Untuk apa kita tinggal di apartemen sayang? Kalau saat ini kamu sudah dinyatakan hamil. Julukan mandul itu tidak berlaku lagi untukmu karena kamu sudah membuktikan dengan kabar kehamilanmu ini. Kita harus memberitahukan kabar baik ini kepada kedua orangtuaku agar tidak ada nyinyiran lagi yang kamu dapatkan dari mereka," ujar Rama.
"Tidak Rama! Yang orangtuamu inginkan bukan cucu. Tapi, mereka ingin melihat kita berpisah. Mereka tidak menginginkan kita bersama. Tolonglah Rama...!
Aku baru saja mendapatkan kebahagiaan ini. Kandunganku masih sangat muda dan rentan keguguran. Aku tidak mau kembali ke rumahmu itu," pinta Alea sedikit memohon kepada suaminya yang tidak peduli.
"Bagaimanapun juga mereka tetap kedua orangtuaku, Alea. Mana mungkin mereka akan menyakitimu saat kamu sudah dinyatakan hamil cucu mereka?" sergah Rama meyakinkan istrinya.
"Astaghfirullah. Kenapa kamu sangat sulit dibilangin, Rama. Kenapa kamu sedikitpun tidak empati padaku? Justru aku merasa tertekan berada di rumah besar itu?" lirih Alea sambil mengusap bulir bening itu dari pipi mulusnya.
Seolah tidak begitu peduli dengan penderitaan istrinya, Rama tetap membuat kesalahan yang sama. Entah apa yang ada dipikiran pria itu.
Mobil itu berhenti di depan mansion utama. Rama turun duluan lalu memberikan tangannya pada wanitanya yang melirik kesal untuk menginjak lagi pintu neraka itu.
"Tenanglah sayang! Aku jamin, justru mama akan menyayangi kamu mulai saat ini karena pewaris mereka sudah bernaung di rahimmu." Rama menautkan jemari mereka berdua dan masuk ke dalam rumah itu dengan wajah berbinar cerah.
"Sudah pulang? Sudah hamil? Emang bisa hamil? Mimpi saja yang digedein?" remeh nyonya Tini sambil menyeringai sinis menyambut pasangan itu.
"Alhamdulillah mama. Akhirnya mama menyandang status nenek. Alea telah dinyatakan hamil oleh dokter. Aku berhasil membuktikan kepada mama atau yang lainnya bahwa istriku Alea tidak mandul," ucap Rama penuh penekanan pada kalimatnya.
"Hahh....?" wajah nyonya Tini tercengang seakan mendengar kalimat maut dari mulut putranya.
"Bagaimana mungkin dia bisa hamil? Bukankah aku selama ini sengaja membuat peranakannya kering agar putraku meninggalkan wanita tak tahu asal-usulnya itu?" tanya nyonya Tini bermonolog dengan batinnya.
Usai berkata seperti itu, Rama mengajak istrinya ke kamar mereka untuk beristirahat. Ia tidak habis pikir mengapa mamanya terlihat kaget dengan kehamilan istrinya.
"Bukankah mama seharusnya senang mendengar berita bahagia ini!" batin Rama sambil merebahkan tubuhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!