Kring...
Kring...
Kring...
Sebuah ponsel terus saja berdering tanpa henti pagi itu.
Nampak seorang gadis mencoba kembali meraih ponsel nya secara ogah ogahan, dan entah apa yang telah terjadi ia segera melempar ponsel nya sendiri hingga remuk berkeping keping membentur tembok kamar sesaat setelah menatap layar ponsel nya sendiri.
Dengan senyum sinis nya, ia kembali meringkuk di bawah selimut nya dan kembali tertidur hingga sore menjelang seakan tak pernah terjadi apa apa.
----##-----
"Hey!, wake up!, go!, go!, go!," seru sebuah suara mencoba membangunkan wanita itu dari tidur nya.
Ia bahkan tanpa ragu mengguncang dan menarik selimut wanita itu hingga membuat nya terbangun dengan kesal nya.
"What!, apa kau harus membangunkan ku seperti ini setiap hari nya?," ketus wanita itu dengan wajah cemberut namun tetap terlihat cantik di pandang mata.
"Are you serious Beferly?, ini sudah hampir malam Bee!, dan kau masih marah saat aku membangunkan mu?," keluh gadis itu yang kini ikut cemberut menyikapi sikap buruk dari Bee.
"Really?, omg, thanks Soya, i love you," seru Bee dengan cepat berubah suasana hati menjadi begitu bahagia dan bersemangat.
"Cepatlah mandi, aku begitu lelah melihat mu terus tidur sepanjang hari," seru Soya sembari berjalan keluar dari kamar Beferly yang kini telah sibuk bersiap tanpa memperdulikan keberadaan nya lagi di sana.
Soya dan Beferly merupakan sahabat sejak mereka memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri tepat nya di negara paman Sam tepat nya 3 tahun lalu.
Soya merupakan seorang gadis yang bisa berkuliah dengan cara menempuh jalur prestasi.
Ia begitu ambisius dalam mencari ilmu hingga tekad kuat nya bisa mengantar kan nya sampai ke titik yang sekarang ini,
Terlepas dari status nya yang hanya seorang anak panti asuhan.
Berbeda dengan Beferly atau yang akrab di panggil Bee.
Cerita nya begitu rumit hingga ia bisa sampai di sana dan bertemu dengan Soya.
Tidak ada yang tahu akan cerita kehidupan Bee sebelum ia sampai di negeri paman Sam.
Bee begitu tertutup akan kehidupan masa lalu nya, namun begitu bebas akan pergaulan nya di negara paman Sam.
Namun Soya tak pernah mempermasalahkan sikap dan kebiasaan buruk dari sahabat nya itu seperti orang orang kebanyakan.
Soya akan mencoba menasehati Bee jika ia salah, namun jika sekali ucapan nya tidak di hiraukan, Soya juga tidak akan menghalangi apapun yang akan di lakukan Bee, selama Bee tetap bisa menghargai dan tidak mengganggu fokus belajar nya terutama tidak memaksa nya untuk hidup bebas seperti diri nya.
"Aku akan pulang besok malam, good night Soya," ucap Bee setelah siap dengan sempurna mulai ujung kepala hingga kaki.
Ia nampak terlihat begitu cantik hingga siapapun akan mudah sekali terpikat hanya dengan memandang nya saja.
"Bee, apa kau yakin?, mereka itu....," ucap Soya mencoba menasehati Bee kembali.
"Stop Soya, okey!, bye," sahut Bee segera bergegas keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil yang telah menunggu nya sedari tadi.
"Semoga kau masih di lindungi oleh sang pencipta Bee," ucap Soya hanya bisa melihat kepergian Bee dari balik kaca jendela sembari mengingat bagaimana buruk nya perilaku dan kebiasaan dari anggota club Bee di kampus.
Bahkan banyak mahasiswa kampus tidak berani menatap mata mereka, karna semua itu bisa mendatangkan bahaya jika mereka merasa tersinggung sedikit saja.
---###----
"You look so beautiful hanny," ucap seorang lelaki langsung melingkarkan kedua tangan nya di pinggang Bee sesaat setelah Bee masuk ke dalam mobil.
"Thanks Boy," sahut Bee tanpa canggung segera mengecup bibir tebal milik Boy, kekasih nya.
"Are you ready for this night hanny?," bisik Boy begitu dekat ke telinga Bee, seakan Boy sewaktu waktu bisa saja mencengkram Bee dalam sekali gerakan.
"Sure, this is my favorit Party," sahut Bee begitu nampak tak sabar menunggu mobil mereka berhenti tepat di acara party besar mereka malam itu.
Tak berselang lama, mobil mereka benar benar telah berhenti di sebuah tempat.
Bee segera keluar dari mobil dan menatap cahaya gemerlap yang tak jauh dari tempat mereka berada kini.
"Beach party!," seru Bee segera berlari menuju ke tepian pantai tempat teman teman nya telah memulai acara pesta mereka malam itu.
"Hey girl," sapa seorang gadis sudah dalam kondisi setengah mabuk, bahkan saat pesta baru saja di mulai.
Melihat teman nya yang sempoyongan, membuat Bee semakin bersemangat dan langsung meraih botol ar*k nya sendiri.
"Enjoy in the Party!," teriak Boy sembari menaikkan volume musik pesta mereka malam itu.
Mereka terus berpesta hingga lewat tengah malam.
Tak ada yang tidak dalam kondisi mabuk setelah nya.
"Kenapa dia selalu mencoba menghubungi ku?, aku sudah muak dengan nya!," racau Bee seakan mencoba meluapkan isi hati nya tanpa ia sendiri sadari.
Sekali lagi tegukan ar*k kembali mengalir melewati tenggorokan nya.
Dan sekali lagi, ia kembali meracau sendiri tak karuan.
"Aku sudah tidak butuh dia lagi, tidak!, bagi ku dia bukan lagi siapa siapa!," racau Bee dengan wajah begitu kesal nya.
Racau an nya perlahan berhenti saat Boy kembali mendekati nya.
Tanpa basa basi, ia segera menggendong tubuh seksi Bee dan membawa nya kembali ke dalam mobil.
Meninggalkan tempat pesta yang kini telah berubah menjadi pemandangan tak pantas dari para muda mudi yang kini telah larut dalam nafsu mereka masing masing.
"Boy," racau Bee begitu mabuk nya.
"Its okey hanny, its okey," ucap Boy sembari terus melucuti pakaian yang membalut tubuh mulus dari Bee.
Perlahan tapi pasti, kini mereka berdua telah sama sama polos tanpa benang sedikitpun.
"Ahhh!," lenguh Bee sesaat kemudian bersamaan dengan Boy yang tanpa henti bermain di atas tubuh mulus kekasih nya.
Bukan pertama kali mereka melakukan semua itu.
Setiap pesta berakhir itulah tradisi buruk yang akan mereka lakukan.
Meskipun telah banyak dari teman wanita mereka telah meninggal karna kasus pengguguran kandungan di beberapa bulan terakhir.
---##----
Kring..
Kring..
Kring..
Soya terbangun saat mendengar ponsel nya berdering malam itu.
Saat itu jam masih menunjukkan pukul satu malam.
"Bee, apa ini kau?," ucap Soya segera mengangkat panggilan dari ponsel nya.
Berharap Bee akan memberi nya kabar bahwa ia akan segera pulang sebentar lagi.
Namun Soya segera mematung dan membisu saat mendengar seseorang tengah berbicara panjang lebar kepada nya melalui panggilan telfon saat itu.
"Baiklah, aku akan sampaikan itu semua pada Bee jika ia pulang nanti," ucap Soya sembari menutup panggilan telfon nya dengan wajah yang nampak berubah pucat dan penuh kekecewaan.
"Apa lagi ini Bee?, kenapa kau tidak bercerita apapun pada ku tentang ini?," keluh Soya bahkan tak bisa kembali tidur setelah menerima panggilan telfon malam itu.
Suara tawa serta teriakan Bee yang bebas dalam menyanyikan sebuah lagu terus terdengar dari dalam mobil Boy malam itu.
Tepat pukul 2 malam, mobil mereka mulai bergerak menjauh dari area pantai.
Dengan laju mobil yang tak beraturan, mereka tetap saja nampak senang dan tertawa lepas di sepanjang perjalanan tanpa sedikitpun memikirkan keselamatan mereka.
"Bee, one question," ucap Boy sembari meneguk ar*k botol terakhir nya tanpa henti.
"Tentu, apa itu?," sahut Bee sembari merebut botol ar*k dari tangan Boy, ia juga tak mau kalah dalam menikmati ar*k terakhir milik mereka.
"Your parents, apa mereka tahu tentang kehidupan mu di sini?," tanya Boy seketika membuat raut wajah Bee berubah menjadi masam.
"I don't care," ketus Bee sembari menghabiskan tegukan terakhir dari botol ar*k terakhir yang mereka punya.
Mendengar jawaban Bee, Boy tersenyum bahkan sampai tertawa di buat nya.
"Good job Hanny, i like you," sahut Boy sembari mengencangkan volume lagu dari radio di mobil nya.
Kini mereka kembali larut dalam lagu yang tengah mereka dengar sembari sesekali ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang ada.
Tanpa mereka sadari, ada seorang lelaki misterius yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan.
Aneh nya, tatapan nya begitu dingin tanpa ekspresi, dan laju berjalan nya begitu sangat cepat hingga bisa mengimbangi laju mobil milik Boy.
Sedangkan mobil Boy terus melaju dengan kecepatan tinggi, walaupun tingkat kesadaran Boy begitu buruk dan membuat tingkat resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi pada mereka.
"Bee," ucap Boy kembali tertarik dengan bibir ranum milik Bee, hingga tanpa berfikir ia langsung ******* nya dengan gairah tinggi.
"Boy, hentikan," ucap Bee mencoba menghindar namun lambat laun ikut hanyut dalam permainan Boy.
"Ini waktu nya Bee,".
Ucap sebuah suara dari kejauhan bersamaan dengan datang nya sebuah pick up yang melaju kencang menuju ke arah mobil milik Boy.
Cahaya sorot lampu serta bunyi klakson yang secara mendadak langsung membuat Boy serta Bee syok.
Dengan setengah kesadaran nya, ia mencoba untuk lebih fokus dan mencoba mengontrol stir mobil nya kembali.
Namun entah apa yang terjadi, stir itu begitu sulit dia kendalikan hingga membuat Boy pun merasa keheranan.
"Late,"
Ucap sesosok misterius itu lagi bersamaan dengan teriakan Bee dan Boy yang begitu melengking malam itu.
Bunyi tabrakan antara mobil mereka dengan sebuah pick up pun begitu terdengar seperti sebuah dentuman besar.
Kebulan asap serta percikan api pun juga ikut menyelimuti tragedi kecelakaan besar itu.
Hari sudah menunjukkan pukul 4 pagi, dan belum ada seorang pun yang menyadari akan kecelakaan yang menimpa Bee malam itu.
Tok..
Tok..
"Who is that?," seru sebuah suara dari dalam sebuah rumah yang cukup jauh dari tempat kejadian kecelakaan.
"Help, please," ucap sesosok misterius yang sama dengan sosok yang mengikuti Bee sebelum kecelakaan itu terjadi.
Namun kini diri nya telah berubah penampilan layak nya seorang nelayan.
Hanya dengan menunjuk ke arah kebulan asap, sang pemilik rumah sudah mengetahui ada sesuatu yang tak beres yang nelayan itu coba katakan.
Tanpa basa basi, sang pemilik rumah segera mengikuti kemana lelaki misterius itu membawa nya.
"Oh my god," ucap sang pemilik rumah begitu tercengang melihat apa yang telah menjadi sumber asap di udara.
Namun saat diri nya begitu sibuk menghubungi kepolisian, ia sudah tak menemukan keberadaan nelayan itu lagi di sekeliling nya.
Dalam hitungan menit, tempat itu sudah di penuhi akan banyak orang serta pihak kepolisian setempat.
Para medis pun ikut nampak sibuk mencoba menyelamatkan orang orang malang yang terlibat kecelakaan malam itu.
"B- boy," rintih Bee dengan kepala yang sudah berlumuran darah.
Ia mencoba menfokuskan penglihatan nya meskipun kepala nya begitu terasa seakan mau pecah.
Ia mulai menangis saat melihat Boy sudah tergeletak di depan nya dengan mata melotot dengan darah di sekujur tubuh nya.
"Are you okey?,"
Terdengar samar sebuah suara tak jauh dari tempat nya terkapar.
Siapa dia?, batin Bee sempat menatap wajah pemilik suara itu sesaat sebelum ia kembali pingsan.
"Please, make way!," seru petugas para medis menepis tubuh para reporter serta tubuh seorang lelaki misterius yang menghalangi jalan nya.
Lelaki itu.
Lelaki misterius itu juga kembali datang.
Namun kali ini ia nampak berpakaian layak nya seorang reporter lengkap dengan sebuah kamera yang sesekali ia gunakan untuk memotret kejadian naas itu.
---###----
"Saat aku bertemu dengan mu, akan ku pastikan kau akan kembali pulang ke Indonesia," racau Soya begitu marah di dalam taksi yang ia tumpangi.
Bee, dia sudah tidak pulang 3 tahun ini, kami sangat merindukan nya, terlebih ayah nya yang sedang kritis saat ini.
Kata kata orang yang menghubungi nya malam itu begitu terngiang ngiang di otak nya.
Ia begitu tak habis pikir Bee begitu sanggup melakukan hal semacam itu pada keluarga nya sendiri.
Namun kemarahan nya mulai berubah menjadi kegelisahan saat melihat sebuah kecelakaan besar tengah menghadang jalan nya tepat tak jauh dari tempat pesta pantai Bee malam itu.
Ia berubah menjadi histeris saat melihat tubuh Bee yang berlumuran darah sedang di tandu masuk ke dalam sebuah ambulans.
"Chase the ambulance please, please, please," seru Soya di sela sela tangisan nya.
Tanpa bertanya lagi, sang sopir segera mencari sebuah celah untuk bisa mengejar ambulans yang tengah membawa Bee.
----##----
"Kondisi nya begitu buruk, dia mengalami gegar otak parah, sebaik nya kau hubungi keluarga nya," ucap sang dokter mencoba menjelaskan dengan sejujur jujur nya akan kondisi dari Bee paska kecelakaan.
Soya yang mendengar itu hanya bisa terdiam mematung dengan tubuh yang masih gemetar karna syok nya.
"Dan, lelaki yang bersama nya, i am sorry, dia sudah meninggal di tempat saat kejadian terjadi," ucap sang dokter mencoba ikut bersimpati akan tragedi yang telah menimpa para muda mudi itu.
"Its oke dokter, aku akan mencoba menghubungi keluarga nya, thanks," sahut Soya sembari menatap ke arah Bee yang terbaring dengan banyak selang dan alat medis di tubuh nya.
Tak berselang lama, seorang dokter kembali masuk ke ruangan Bee.
Soya yang sempat melihat nya tidak menaruh curiga sedikitpun kepadanya.
Dokter itu kini telah berdiri tepat di samping Bee yang sedang terbaring tak berdaya.
Sesaat kemudian, dokter itu terlihat menghela nafas panjang dan mulai membuka masker wajah nya.
"Hey Bee," ucap lelaki itu yang tak lain adalah lelaki misterius yang sama di saat malam Bee mengalami kecelakaan.
Namun kini, dirinya berpenampilan layak nya seorang dokter.
Di saat itu keadaan Bee masih tetap sama.
Diam dan tak berdaya di atas ranjang rawat nya.
Lelaki itu kini mendekat kan bibir nya ke telinga Bee.
"Kau harus mengerti akan dunia Bee, dan aku akan membantu mu, hasil akhir tergantung pada mu," ucap lelaki itu sembari kembali menghela nafas panjang.
Perlahan, lelaki itu kini mulai mengulurkan tangan kanan nya dan mendaratkan nya tepat di atas kening Bee.
Seketika sebuah cahaya terang keluar dari telapak tangan nya dan meledak meluas ke seluruh penjuru.
Tepat pada saat itu juga.
Waktu seketika berhenti dan jarum jam mulai berputar mundur dengan cepat nya.
Dan dalam hitungan detik, jam mulai berjalan maju seperti semula bak sebuah sihir.
Perlahan, nampak Bee mulai mendapatkan kesadaran nya kembali.
Mata nya mulai merespon akan cahaya lampu di dalam ruangan tempat nya terbaring tak berdaya saat itu.
"Syukurlah kau sudah bangun," ucap lelaki itu mencoba se ramah mungkin dengan Bee.
"A- aku dimana?, tanya Bee mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada nya.
"Kau ada di rumah sakit, sebaik nya kau istirahat," ucap nya santai.
"Siapa kau berani mengatur ku!," ketus Bee dengan arogan nya sembari mencoba menggerakkan anggota tubuh nya yang begitu terasa berat dan pegal.
"My name is Time," ucap lelaki itu membuat Bee mengeryitkan kening nya.
"Are you kidding?", keluh Bee tak menganggap serius lelaki yang kini berdiri di hadapan nya.
"1 am serious, apakah kau bersedia berteman dengan ku?," sahut lelaki itu membuat Bee semakin kesal.
"Up to you!, nanti jika aku pulang dari rumah sakit ini aku juga akan melupakan mu," ketus Bee lagi.
"Tenanglah, aku hanya mengajak mu berteman dalam 7 hari ke depan, setelah itu kau boleh melupakan ku," ucap lelaki itu semakin membuat Bee kesal.
"Sebaik nya kau keluar!," sentak Bee merasa di permainkan.
Saat ia berbalik badan mengambil bantal dan berniat untuk melemparkan nya ke arah lelaki itu.
Seketika hanya ada Soya yang ia lihat tengah berdiri di hadapan nya.
"Bee?, kau sudah sadar?," seru Soya begitu bahagia nya.
Sementara Bee masih nampak memandang sekeliling ruangan seakan sedang mencari sesuatu.
"Are you okey?," tanya Soya membuat Bee langsung tertegun.
Perlahan ingatan akan kecelakaan itu kembali terngiang di ingatan Bee.
"I am okey, tapi Boy, aku tak menyangka dia akan pergi secepat itu," ucap Bee membuat Soya tercengang.
"Memang nya apa yang telah terjadi?, apa dia udah mutusin kamu?, syukurlah, itu berita bagus, Dan untuk sekarang pikirkan saja kesehatan mu, kenapa kau masih mengingat nya di kondisi mu yang sekarang ini," celoteh Soya membuat Bee seketika menangis tanpa alasan.
"Bee?, what happen?," tanya Soya begitu heran di buat nya.
"Apa berita nya belum sampai di telinga mu?," keluh Bee di sela sela tangis nya membuat Soya semakin bingung di buat nya.
"Coba jelaskan apa yang tidak aku tahu?," seru Soya mulai gelisah, ia mulai memikirkan banyak dugaan bahwa Boy telah berbuat nekat dan tak menutup kemungkinan bahwa Boy lah alasan Bee terbaring di rumah sakit saat itu.
"Boy meninggal Soya!, apa kau benar benar tidak tahu," seru Bee membuat Soya tercengang seketika.
Soya terus mendengarkan apa yang coba di jelaskan Bee pada nya, tanpa berfikir untuk menjawab atau menyela nya sedikitpun.
"Aku melihat nya sendiri Soya!, dia mati!, dia berlumuran banyak darah dan mata nya dalam kondisi terbuka tepat di depan mata ku," seru Bee dengan histeris nya.
"Are you kidding Bee?," sahut Soya memecah kebisuan nya sedari tadi.
"Ya!, dan ku pikir aku juga sudah tak selamat saat kecelakaan itu, kecelakaan yang menimpa kami begitu mengerikan," seru Bee membuat ekspresi Soya begitu nampak kebingungan.
"Kami?," sahut Soya tak percaya.
"Kenapa kau malah seperti orang linglung saat aku mengatakan semua ini?, meskipun kau tak suka dengan Boy setidak nya ikutlah ber empati dan berduka akan meninggal nya teman kuliah mu," ketus Bee terus mengatakan apa yang menurut nya benar.
"Me- meninggal kata mu?," seru Soya begitu syok nya.
"Saat kecelakaan itu terjadi dia sudah meninggal di tempat Soya!, apa kau tak tahu itu?," racau Bee tersedu sedu.
"Kecelakaan?, apa sebenar nya yang kau bicarakan Bee?," keluh Soya masih nampak kebingungan dengan cerita Bee.
Ucapan dari Soya seketika membuat Bee merasa ada yang tak beres sedang terjadi saat itu.
Apakah ingatan ku ini salah?, batin Bee mulai meragukan ingatan nya sendiri.
"Aku di sini karna aku mengalami kecelakaan bukan?," tanya Bee membenarkan apa yang ia ingat.
"Ya, tapi apa hubungan nya dengan ucapan mu tentang Boy telah meninggal?," seru Soya sembari menekan tombol darurat untuk pasien yang ada di ruangan itu.
Soya merasa ada yang tak beres pada otak Bee setelah kecelakaan yang menimpa sahabat nya itu.
"Tunggu, tunggu, tunggu!, aku bersama siapa saat kecelakaan itu terjadi?," tanya Bee semakin meragukan ingatan nya sendiri.
"Kau sendirian, hanya ada sopir taksi yang bersama mu saat itu, dan dia dalam keadaan baik baik saja sekarang," ucap Soya membuat wajah Bee seketika menjadi pucat pasi.
Otak nya begitu jelas mengingat bahwa diri nya sedang bersama Boy saat kecelakaan itu terjadi, dan ia juga benar benar menyaksikan sendiri Boy telah meninggal tepat di depan mata nya.
"Bee?," seru Soya mencoba membuyarkan lamunan Bee yang begitu membuat nya khawatir.
"So- soya," ucap Bee terbata bata saat melihat sosok Time melintas di belakang Soya.
Membuat Bee menjadi bungkam seketika dengan wajah penuh akan ketakutan nya.
"What happen Ms?, seru seorang dokter nampak masuk dengan tergesa gesa menanggapi panggilan darurat dari ruangan Bee.
"Please, help my friend," seru Soya seketika membuat sang dokter dan suster segera memeriksa Bee secara menyeluruh.
"Its okey, dia dalam keadaan baik, dia hanya mengalami syok hingga pingsan saat kecelakaan itu dan tidak ada luka berarti di tubuh nya, tidak ada yang perlu di khawatirkan, mungkin syok nya masih belum hilang, jika dia sudah merasa lebih baik, esok dia boleh pulang," ucap sang dokter menjelaskan, membuat Bee hanya tertegun tak percaya menatap sang dokter.
Ia begitu ingat kecelakaan besar yang menimpa nya.
Bahkan kepala nya begitu amat sakit saat itu, seakan kepala nya telah membentur begitu keras nya hingga ia harus berakhir terkapar di landasan aspal malam itu.
"Thanks dok," sahut Soya sedikit bernafas lega namun masih merasa gelisah saat melihat Bee yang seakan terlihat tidak baik baik saja.
Apa yang sebenar nya terjadi pada ku?, tidak mungkin itu semua hanya sebuah mimpi?, batin Bee semakin merasa ketakutan.
"Aku akan menemani mu terus di sini, okey," ucap Soya sembari memeluk sahabat nya itu.
Sekilas Bee kembali melihat sosok lelaki yang menyebut nama nya adalah Time.
Ia melempar senyum sembari melambai kecil ke arah Bee saat itu sebelum akhir nya kembali menghilang bak sebuah sihir.
Mungkin dia tahu apa yang sebenar nya terjadi, batin Bee membalas pelukan Soya dengan erat nya.
Seakan di tengah kebingungan dan ke ketidakberdayaan nya saat itu hanya Soya lah tumpu an nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!