"Ah... satu hari yang menyebalkan dimulai."
Luka keluar dari kamar sambil memakai tas sekolahnya dan menuruni tangga. Orang tua dan adik-adiknya sudah berada di meja makan.
"Selamat pagi, Ayahanda, Ibunda, Alex, Alexia," Luka menggeser kursi dan duduk di meja makan bersama keluarganya.
"Selamat pagi Luka, kak Luka". balas anggota keluarga yang lain. Mereka memulai rutinitas pagi seperti biasa.
Perkenalkan aku Luka de victoria. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Ibuku kepala rumah sakit ternama di kota Vera. Dan ayahku kepala rumah bangsawan Victoria. House Victoria adalah rumah bangsawan yang memiliki kedudukan yang terpandang di Kerajaan Velrata. House Victoria adalah rumah bangsawan yang memegang hampir separuh dari kekuatan militer kerajaan Velrata. Dan house Victoria dikenal sebagai penghasil prajurit yang kuat, tangguh dan handal. Begitu hebat house Victoria dimata rakyat, house bangsawan yang lain, hingga keluarga kerajaan itu sendiri. Dan aku... hanya sampahlah. Bisa dibilang aku anak yang tidak diharapkan untuk lahir ke dunia ini. Sebagai anak pertama sudah pasti aku yang akan menjadi kepala house Victoria selanjutnya, tapi sayang sekali aku terlahir tidak memiliki kekuatan elemental pada diriku.
Di dunia ini, orang-orang terlahir dengan kekuatan elemental dalam dirinya. Dan setiap orang memiliki kekuatan elemental yang berbeda-beda pada dirinya, sekalipun itu anak kembar. Kekuatan elemental ibaratnya bakat seseorang. Pasti punya bakatnya masing-masing. Kekuatan elemental ada pada semua orang tidak peduli dia rakyat jelata ataupun bangsawan. Yang membedakannya hanya dari berapa jumlah kekuatan elemental yang dimiliki seseorang saja. Rakyat jelata umumnya punya satu kekuatan elemental, bangsawan punya dua hingga tiga kekuatan elemental, itu tergantung kemampuan kondisi individu itu sendiri, dan keluarga bangsawan biasanya bisa empat hingga lima kekuatan elemental pada dirinya.
Oh ya, di dunia ini ada delapan kekuatan elemental. Api, air, angin, tanah, petir, cahaya, kegelapan, dan teknologi. Kedelapan kekuatan elemental itu punya kemampuannya masing-masing. Dan juga jika ada yang punya enam atau lebih kekuatan elemental dalam dirinya, orang itu dipanggil utusan dewa. Dan disini ada agama suci. Dimana agama suci menyembah dewa. Mereka adalah dewa pencipta, dewa perang, dewi bumi, dewa perdagangan, dewi kecantikan, dewi kebijaksanaan dan sang dewi kembar, dewi kehidupan dan dewi kematian. Dewi kembar sering dipanggil sebagai dewi gemini dimana sifat dan sikap mereka yang saling bertolak belakang namun, mereka saling menyayangi satu sama lain.
Kerajaan Velrata adalah kerajaan adikuasa di benua hellblau. Kerajaan Velrata memiliki tanah pertanian yang sangat subur, kota pusat jalur perdagangan di benua ini, dan kekuatan militer yang sangat hebat dan tangguh. Kerajaan Velrata memiliki angka kesejahteraan rakyatnya tergolong cukup tinggi. Namun, itu hanya di beberapa wilayah saja. Angka kesejahteraan rakyat itu tergantung bagaimana rumah bangsawan mengelola wilayah nya. Ada beberapa kota yang terkenal sebagai kota impian semua orang untuk tinggal. Itu kota Vera, Sera, Piko dan pastinya ibukota Shelly.
Kalau ada kota idaman semua orang, maka ada juga kota paling tidak layak ditinggali. Kota-Kota dipimpin oleh para bangsawan serakah, tamak, rakus dan korup. Mereka memeras rakyat mereka sendiri untuk kesenangan mereka sendiri. Yang paling menjijikan dari mereka itu sangat penjilat pada keluarga kerajaan, banyak bangsawan mengecap mereka ibarat anjing yang menggonggong pada majikannya. Mereka selalu mencari muka pada keluarga kerajaan. Aku heran kenapa orang seperti mereka ada ya di dunia ini. Mereka itu sampah sejati yang seharusnya di singkirkan.
Aahh... sudahlah aku sudah muak dengan sifat para bangsawan penjilat itu. Dibandingkan harus otakku pusing mikiri mereka, lebih bagus aku siapkan mentalku menghadapi para pembuliku. Ya seperti yang aku jelaskan diatas tadi, aku tidak terlahir tanpa kekuatan elemental. Jadi karna itulah aku dibuli. Ya sudahlah.
Setelah anggota keluarga victoria selesai sarapan semuanya langsung berangkat melakukan rutinitas masing-masing. Luka, Alex dan Alexia berangkat ke sekolah. Mereka bersekolah di sekolah top di kota Vera, Alexanderia Cambridge School. Sekolah itu hanya bisa dimasuki oleh orang-orang terpintar, tercerdas di kota Vera. Murid di Alexanderia Cambridge School bukan saja berasal dari kota Vera saja melainkan dari wilayah lain.
Mobil pribadi Keluarga Luka berangkat. Sepanjang jalan ke sekolah di penuhi pemandangan pertanian yang sangat indah.
'Ah... apa yang bakalan dibuat para pembuliku padaku ya. Ma ya, sudahlah lagian aku sudah bosan pada mereka.'
Mobil mereka berhenti di gerbang berwarna emas yang menjulang tinggi ke langit yang memisahkan antara bagian luar dengan bagian sekolah. Luka, Alex dan Alexia turun dari mobil dibantu oleh supir pribadi mereka.
"Semoga harinya menyenangkan tuan muda Luka, tuan muda Alex dan nona muda Alexia. Saya permisi dahulu."
"Iya, Terima kasih. Hati-hati pak john." Balas Luka.
Supir mereka pergi meninggalkan mereka. Alex dan Alexia dalam keadaan yang sangat senang. Mereka melewati gerbang dengan gembira. Sedangkan Luka...
'Hai penderitaan. Aku datang'
Luka berjalan di lorong-lorong kelas. Lorong-lorong dipenuhi para murid. Suasana pagi sebelum pergi sekolah. Tepat di persimpangan lorong kelas yang sepi, beberapa orang sepertinya menunggu kedatangannya Luka.
"Lihat-lihat siapa yang datang."
"Tuan muda Luka. Si anak jenius dari house Victoria."
" Jenius tapi sayang sangat disayangkan lahir tak ada kekuatan elemental."
Ketiga anak laki-laki berada di lorong tertawa gelak setelah menghina Luka. Luka menghela napas kecil, menatap mereka dengan tatapan yang yang acuh tak acuh. Luka melanjutkan jalan pergi ke kelas. Tapi langsung dicegat oleh salah satu anak, dengan menarik bahu Luka dan membantingnya ke dinding lorong.
"Mau kemana hah? Urusan kita belum selesai loh?"
"Mau kabur lah itu. Namanya juga pengecut. Kayak tikus lari ketakutan."
"Takut ya, takut kami apa-apain loh hah? makanya loh kabur?"
Luka menghela napas, dan mulai tertawa. Iya tertawa, tertawa gelak mendengar kata-kata ketiga anak itu.
"Lari... Takut... Pengecut... Kayak tikus lari ketakutan... ." Kata Luka. Gelak tawanya semakin kencang. Kata-kata ketiga anak itu membuatnya kehilangan akal.
"Lari... Kemana?... Siapa?... Kenapa? Bukannya itu kalian ya." Tatapan Luka sudah seperti siap menerkam mangsanya. Mata Safirnya berubah sangat gelap. Senyuman jahat mulai terukir di wajahnya. Sekarang raut wajahnya sudah seperti seorang psikopat yang siap melakukan apa saja pada korbannya. ketiga anak itu merinding ketakutan. Bulu kuduk mereka berdiri tegak. Namun, salah satu anak berusaha membalas tatapan mengerikan Luka.
"Kenapa kami pula harus lari? Loh pikir kami takut dengan loh. Sementang loh pasang muka seperti itu, hah?"
"Loh itu enggak ada apa-apanya tau. Kami punya elemental, sedangkan loh enggak. Kami bisa melakukan sesuatu pada loh."
" Bagaimana pun kami masih lebih unggul dari pada loh? kalau mau kenak bilang sini."
"Silahkan. Silahkan saja kalau berani." Luka memasang wajah psikopat yang menantang. Reflek salah satu anak menarik kerah baju Luka dan meninju pipinya. Luka tersudut ke dinding. Ketiga anak itu merasa puas setelah membalas Luka.
"Dan ini akibatnya loh nantangi kami." salah satu anak mengeluarkan kekuatan es di tangannya dan mengarahkan ke Luka. Ketiga anak itu sangat-sangat puas berhasil membuat Luka enggak berkutik. Ketika hendak sampai ke Luka, serangan itu ditangkal dengan elemental api dari jarak yang cukup jauh. Terjadi kabut yang cukup tebal dari tabrakan dua elemental tersebut.Ketiga anak itu terkejut dan mencari sumber serangan itu. Mereka menemukan seorang anak perempuan berambut merah di kuncir kuda kembar. Wajah anak perempuan sangat kesal pada kelakuan ketiga anak itu.
"Kali ini kalian berbuat apa sama Luka hah?" kata gadis itu sambil berjalan mendekat.
" Bisa jangan ikut hah?"
"Pengganggu kali loh itu!!"
"Sibuk kali ikut campur urusan orang. Urus aja urusan loh sana."
"Kelen lah urusan gue. Kalau kelen menggangu Luka, maka kelen berurusan dengan gue. Loh paham enggak?" Balas gadis itu dengan menunjuk ketiga anak laki-laki itu. Mendengar provokasi gadis itu membuat ketiga meninggalkan Luka dan membalas gadis itu. Melihat kesempatan, Luka langsung membanting salah satu anak ke lantai. Dua anak itu terkejut. Dan menyerang Luka, namun dihindari dengan mudah oleh Luka. Salah meninju Luka, sayangnya Luka menangkap tinjuan itu dan membanting anak itu ke lantai. Dan anak terakhir berusaha menendang perut Luka namun, langsung di tangkap dan membantingnya ke lantai.
Ketiga anak itu tidak berdaya dibuat Luka. Luka mendekati gadis tersebut. Dan bertepuk tangan dengannya.
"Terima kasih Luna. Aku benar-benar terbantu. Aku bisa melawan selama lawanku enggak menggunakan elemental. Kalau pakai elemental aku yang langsung k.o." kata Luka sambil tersenyum pada gadis itu.
"Bukan masalah besar kok Luka. Aku senang kau baik-baik saja. Dan ketiga anak buntal yang bandel ini suka kali menjahilimu. Aku benar-benar ingin kesal. Aku beritahu ya, kalau kelen itu kayak babi muda yang beratnya enggak sampai 50 kilo itu. Kalau kelen macam-macam lagi sama Luka. Aku pastikan kelen bakalan kubakar pakai api ku ini jadi babi panggang itu. Kelen ngerti itu enggak???" Kata gadis itu sambil menjewer salah satu anak itu. Mendengar ancaman gadis itu membuat mereka ketakutan. Melihat keadaannya seperti itu Luka terkikik pelan.
"Berdiri kelen SEKARANG!!!" Jeritan gadis itu membuat mereka semakin ketakutan dan langsung menuruti perkataannya.
"JIKA AKU LIHAT KELEN MACAM-MACAM SAMA LUKA. TANPA BA BI BU BE BO. AKAN KUBAKAR KELEN JADI ABU. KELEN NGERTI???"
"Iiiiyaaa. Kami ngerti kok." ketiga anak itu semakin merinding ketakutan. Bahkan ada yang sampai ngompol di celana.
"Bagus. Kalau macam itu... PERGI DARI SINI. SEKARANGGGG!!!" Teriak gadis itu membuat ketiga pembuli itu pergi ketakutan. Mereka lagi bak di kejar harimau. Melihat tingkah pembulinya, Luka ketawa gelak sejadi-jadinya. Melihat itu membuat gadis itu tersenyum lembut melihat Luka baik-baik aja.
"Sepertinya aku berhutang budi lagi padamu, Luna. Aku enggak tau apa aku bisa membalasnya." Kata Luka sambil ngegaruk rambutnya. Mendengar itu Luna terkekeh kecil.
"Bisa kok."
Luka terkejut. Dia heran bagaimana caranya. Dia penasaran apa yang akan dikatakan gadis itu.
"Traktir aja aku makan di crepes paling terkenal di kota. Itu sudah cukup."
Mendengar itu Luka tersenyum. Dia sudah berpikir yang enggak-enggak ternyata cuma crepes dong sebagai balasannya. Luka menghela napas ringan.
'Ada-ada saja si Luna ini ya. Aku pikir dia bakalan minta yang aneh-aneh. Ternyata crepes. Dasar deh. Ampun deh.' Luka mengeluh dalam hati melihat sahabat sekaligus teman masa kecilnya.
"Kenapa kayak gitu ekspresi mu? Apa salah ya aku mintanya??" Luna cemberut melihat tingkah Luka.
"Enggak kok. Enggak ada papa kok. Aku cuma kaget kau tiba-tiba minta itu." Luka menggelengkan kepalanya ringan. Jawaban Luka membuat Luna semakin cemberut. Ia menggembungkan kedua pipinya. Luka semakin tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.
"Sudahlah. Ayo ke kelas, bentar lagi bel akan bunyi." Luka mengambil tangan Luna dan bergegas ke kelas bersama.
Sampai di kelas. Semua murid sudah di kelas sambil melakukan aktifitas mengobrol. Mereka bergegas ke meja masing-masing. Tak lama Miss cana datang ke kelas dan memulai pembelajaran.
......☆☆☆☆☆......
Bel pulang berbunyi. Luka memasukan tabletnya kedalam tas dan mengambil sebuah bola silver kecil seukuran permen. Ia memakannya titik yang ada di benda itu dan mencari nama yang ingin hubungi. Tak lama muncul gambar hologram orang yang ia telpon dari benda silver itu.
"Pak John. Hari ini aku pulang sendiri. Aku ada janji dengan Luna pulang sekolah ini. Tolong beritahu ayahanda dan ibunda ya."
"Baiklah tuan muda. Saya akan memberitahu Tuan dan Nyonya perihal tuan muda. Tolong tetap waspada dan jaga diri anda, tuan muda." Kata John sambil menaruh tangan kanannya di bahu kirinya dan sedikit membungkuk. Luka mengangguk kecil dan kemudian mematikan panggilan itu. Luka memasukan alat itu ke kantong rompi bajunya dan bergegas keluar kelas. Rupanya Luna sudah menunggu di luar kelas.
"Lama ya Luna. Maaf ya membuat mu menunggu." Kata Luka khawatir Luna menunggu lama. Luna menyangkalnya dengan menggelengkan kecil dan tersenyum. Ia mengambil tangan Luka dan menariknya keluar dari sekolah mereka.
Sampai di luar sekolah, Luna dan Luka bergegas mengeluarkan hoverboat mereka dan meluncur ke pusat kota Vera. Kota tempat tinggal mereka. Pemandangan pertanian kota Vera menjelang sore hari sangat indah. Jalanan dipenuhi hilir mudik penduduk. Merasakan keindahan ini membuat hati Luka sedikit terobati setelah apa yang ia alami selama ini.
Sebagai anak yang terlahir tanpa kekuatan elemental membuat dia sangat dikucilkan oleh semua orang. Bangsawan, teman-teman di sekolahnya, rakyat biasa hingga keluarga kerajaan. Bahkan kedua adiknya sendiri sedikit bencinya. Ia itu karna mereka juga kenak imbasnya. Tapi dia bersyukur karena orang tuanya masih mendukungnya. Namun, yang paling perhatian, peduli hingga selalu ada untuknya hanya Luna. Teman masa kecilnya ini selalu siap untuk membantunya.
Luna de Ruby adalah teman masa kecil Luka. Ia adalah putri sulung dari Marquis Ruby yang merupakan teman dari Marquis Victoria, ayahnya Luka. House Ruby terkenal akan perdagangannya. Mereka memiliki seperempat dari perdagangan di Kerajaan Velrata. Dan wilayah tempat house Ruby memimpin adalah wilayah jalur perdagangan nomor 4 terbesar di benua ini. Kota mereka tidak kalah makmurnya dengan kota Vera, kota tempat Marquis Victoria memimpin. House Victoria dengan house Ruby memiliki hubungan bilateral yang sangat bagus diantara seluruh hubungan bangsawan yang lain di Kerajaan Velrata. Marquis Victoria secara rutin mengirim pasukannya secara bergantian ke wilayah Sera. Dan Marquis Ruby juga mengirim barang-barang yang sangat sulit di dapat jika, tanpa adanya pedagang dari luar kerjaan mampir ke kota Sera. Salah satu bukti kuatnya hubungan bilateral itu adalah dengan menyekolahkan Luna di kota Vera.
"Sebentar lagi pasukan Red Bull 5 akan berangkat ke kota Sera. Setelah mereka sampai maka pasukan Red Bull 1 akan kembali ke kota ini." Kata Luka melihat keindahan perkotaan yang dibangun dengan teknologi canggih namun, masih mempertahankan kesan zaman kuno. Perpaduan antara modern dan zaman abad pertengahan membuat kota ini punya kesan tersendiri.
"Hmm. Oh ya, ayahanda juga bilang kalau stok barang-barang dagangan dari kota Sera juga akan segera tiba." Luna mulai mengurangi kecepatan hoverboatnya, diiringi oleh Luka. Mereka mulai menurunkan ketinggian hoverboat mereka dengan tanah.
"Aku penasaran sebenarnya berapa lama tugas pasukan yang dikirim Marquis Victoria ke kota Sera, Luka?" Luna selalu penasaran dengan pasukan Marquis Victoria yang bertugas kota kelahirannya.
"Ayahanda bilang mereka bertugas enam bulan sekali di kota Sera, dan setiap enam bulan biasanya ada satu hingga dua regu pasukan yang akan pergi dan juga pulang. Tapi kali ini hanya satu pasukan yang pergi dan yang akan pulang. Ini karena insiden terakhir kali." Luka menjelaskan pada Luna.
"Itu sayang disayangkan sekali. Kenapa lah ada orang kayak gitu? Aku sangat kesal. Mereka mengambil kesempatan untuk merampok barang dagangan pedagang." Luna meninju tangannya sendiri saking kesalnya. Luka menghela napas ringan.
"Namanya juga kejahatan, dimana ada kesempatan disitu mereka beraksi. Terkadang, orang berbuat kayak gitu banyak faktornya. Bisa aja ia sangat kekurangan dalam hal ekonomi." Luka menjelaskan pada Luna. Namun sayangnya Luna masih sangat kesal dan tidak terima akan hal itu.
"Tapi mereka bukan dari golongan yang tidak mampu loh, Luka. Mereka itu orang tergolong sangat kaya walaupun mereka bukan bangsawan." Luna semakin geram. Luka hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya ini.
"Kan udah ku bilang tadi, kalau ada kesempatan disitu mereka beraksi. Mereka melihat itu kesempatan yang luar biasa maka mereka melakukan hal itu. Ada beberapa tipe manusia yang tidak pernah merasa cukup dan puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Makanya berani berbuat seperti itu. Lagian mereka sudah dihukum dengan hukuman yang setimpal. Aku harap itu membuat mereka jera."
"Tapi tetap aja Luka. Aku kehabisan akal dengan tingkah mereka itu loh." Kekesalan Luna mencapai puncak. Luka semakin tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Tak terasa mereka hampir sampai ke pusat kota Vera.
"Dari pada marah-marah kayak gitu. Bagus kita makan crepes aja. Udah mau sampai loh. Nanti mukamu memerah kayak udang rebus loh, Luna." Luka mengatakannya sambil menutup satu matanya. Luna langsung memasang wajah antara senang atau kesal. Senang sebentar lagi ia akan makan crepes kesukaannya. Dan kesal Luka meledeki dirinya.
Akhirnya mereka sampai ke pusat kota. Mereka turun dari hoverboat mereka dan berjalan kaki mencari kede crepes yang sangat laris di pusat kota. Masyarakat hilir mudik di pusat kota menikmati makanan, hiburan yang tersedia di situ dam menikmati pemandangan sore hari yang sangat indah. Sesampainya di kede crepes.
"Bibi, crepes rasa stroberi satu dengan ekstra stroberi." Luna sangat menyukai crepes stroberi. Bahkan ia pernah bilang dia bisa memakan crepes satu hari penuh tanpa makan yang lain. Bibi penjualnya tersenyum manis.
"Sudah lama sekali Luna-chan. Kenapa lama kali enggak mampir kesini, Luna-chan??" Kata Bibi penjual sambil menyiapkan Crepes pesanan Luna.
"Maaf bibi, sibuk belakangan ini. Ini baru bisa mampir bareng Luka." Balas Luna yang sangat tidak sabar mau memakan crepesnya itu.
"Ara, Luka-kun juga disini. Mau pesan apa?" Sambut bibi penjual dengan ramah.
"Crepes matcha satu ya bibi dengan es krim matcha sekalian ya, bibi." Kata Luka dengan lembut.
"Pesanan akan segera disiapkan."
Tak lama kemudian pesanan mereka berdua siap. Luna mengambil dua crepes itu dan Luka membayar makanannya. Dan mereka mulai memakan makanan mereka sambil menikmati suasana di pusat kota. Hiburan sekaligus pemandangan sore adalah sesuatu yang tak ada tandingannya.
Di tempat nan jauh. Di sebuah hutan yang rimbun, gelap, lembab, dan angker. Tempat para hewan melata raksasa hidup, terdapat sebuah kastil yang sangat tua di kelilingi pagar besi yang menjulang tinggi. Enam orang yang sangat misterius sepertinya rapat di ruangan yang sangat minimal cahaya.
"Apa kalian berhasil menemukannya?"
"Iya Tuan. Kami menemukan."
"Bagus. Sekarang dimana dia?"
"ia berada di dunia itu, tuan ku. Hamba mohon lihatlah ini, tuan ku." Seseorang lelaki memberikan bola kristal kepada sang tuan. Di dalam bola kristal itu terdapat seorang anak berumur puluhan awal.
"Hmmm... Apa kalian yakin kalau ini dia?"
"Iya, tuan ku. Tidak salah lagi. Ada tanda-tanda yang sangat jelas pada anak itu."
"Akhirnya kau kembali juga adikku tersayang. Butuh dua ribu tahun untuk dirimu berenkarnasi. Kakakmu ini sangat sangat merindukan dirimu. Kakak berjanji kejadian dua ribu tahun yang lalu tidak akan terjadi pada dirimu lagi, adik laki-lakiku tersayang." Salah seorang merasa sangat bahagia sampai memeluk dirinya sendiri.
"Aku tau kau sangat bahagia melihat adik mu kembali. Namun sebelum itu, aku ingin memastikan apa betul anak itu benar-benar dia. Aku tidak ingin sampai salah orang."
"Wahai tuan ku Yang Maha Hebat, anda tidak perlu khawatir. Hamba sudah mengirim bawahan hamba untuk memastikan apa betul anak itu benar-benar ia. " Seorang wanita pada tuannya.
"Kerja bagus, dengan begini kita bisa memulai rencana sekarang."
"Iya Tuanku." Jawab kelima anggota rapat.
"Kalau begitu akhir sampai disini dulu. Bubar."
Rapat selesai semua orang meninggalkan ruangan itu. Di sebuah balkon disinari cahaya rembulan nan lembut dan tenang. Di balkon tersebut berdiri seorang wanita berambut lavender menatap langit malam. Langit malam itu dipenuhi ribuan bintang seperti ribuan berlian berserakan di angkasa.
"Tumben sekali kau memanggilku seperti ini. Ini bukan seperti dirimu yang kukenal." Wanita berambut onyx memasuki balkon itu. Menyapa wanita berambut lavender.
"Aku hanya ingin memberitahu, jika terjadi apa-apa dengan adikku. Maka kau tau apa yang akan terjadi kan."
"Apa kau memanggilku untuk mengancamku seperti ini kah? Hahaha... kau engak pernah berubah dari dulu kau tau. Kau selalu begitu kalau itu soal adik laki-lakimu tersayang. Adikmu itu sangat kuat kau tau kan itu. Tidak ada yang perlu kau khawatir."
"Kau benar. Tapi itu dulu, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Sekarang... dia baru saja terlahir kembali, dia sangat lemah saat ini. Jadi sangat wajar aku sangat mengkhawatirkan dirimu."
"hah... sudahlah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bawahanku sudah bergerak untuk memastikan apa itu dia. Jika memang benar itu dia... kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membuka sirkuit dalam dirinya." Wanita onyx berjalan mengengitari wanita lavender. Tatapan yang tajam diarahkan kepada wanita onyx. Ia menghela napas kecil.
"Kau pasti tau kan apa yang akan terjadi setelah sirkuit itu dibuka. Mana itu akan membebani tubuhnya. Itu ibaratkan balon yang diisi oleh angin yang di luar kapasitas balon itu sendiri. Dan pada akhirnya... boom. Balon itu akan meledak dan hancur berkeping-keping. Kita enggak akan tau apa yang akan terjadi padanya jika itu terjadi. Setelah aku menunggu dua ribu tahun lamanya. Dan apa kau pikir aku ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya. Tidak tidak tidak aku tidak mau penantian ku yang begitu lama menjadi sia-sia." Tatapan Wanita Lavender begitu senduh.
"Sudahlah kita hanya perlu memperhatikannya dan mengambil tindakan pencegahan." Wanita onyx meletakkan tangannya di bahu wanita lavender. Wanita itu menatap langit berbintang itu dengan penuh kekhawatiran.
"Aku harap semoga saja begitu."
...☆☆☆☆☆...
"Selamat pagi semua." kepala sekolah menyapa para murid kelas 5 A.
"Pagi pak kepala sekolah." Sahut anak murid dengan semangat.
"Hari ini kalian punya guru baru. Masuklah." Dua orang wanita masuk ke kelas. Mereka tersenyum dengan lembut pada para murid.
"Mereka akan menjadi guru dan wali kelas baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kalian pada anak-anak murid." Persilahkan kepala sekolah kepada kedua guru baru itu.
"Hai anak-anak pintar dan baik budi. Perkenalkan nama miss canaan Jura. Panggil saja miss cana, ya murid-murid manisku." Wanita berambut sakura dengan tinggi kira-kira seratus tujuh puluh senti menyapa dengan lembut dan ramah pada anak-anak.
"Hai anak-anak ku tersayang, Perkenalkan nama miss Rose Amelia. Panggil saja miss Rose, ya anak-anak ku." Wanita berambut silver dengan tinggi kira-kira seratus enam puluh enam senti.
"Senang bertemu dengan mu miss cana, miss Rose. Mohon bantuan nya miss." Balas anak-anak dengan sangat semangat.
"Kalau begitu saya permisi dulu." kata kepala sekolah meninggalkan kelas itu. Pembelajaran berjalan seperti biasanya.
...☆☆☆☆☆...
"Saya bisa melihat dan merasakannya, nona onyx. Tapi untuk lebih pasti saya akan pastikan lebih lanjut." Kata wanita itu pada seseorang di bola kristal.
"Aku akan menunggu kinerja mu selanjutnya. Jangan kecewakan diriku." Wanita di bola kristal itu sambil memainkan sebuah harpa.
"Aku akan berusaha keras supaya tidak mengecewakan anda, nona onyx." Membungkuk memberi hormat pada wanita di bola kristal itu. Bola kristal itu meredup. Wanita itu duduk di soft antik diruangan itu. Dia mengambil gelas berisi wine merah dan mulai menggoyang-goyangkan gelas tersebut. Sebuah senyuman mulai terukir di wajahnya. Senyuman licik nan jahat terukir di wajahnya.
"Semua akan menjadi sangat menarik mulai saat ini. Saking menariknya, ini akan menjadi sangat menyenangkan. Aku tidak sabar apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku harap ada sesuatu yang luar biasa yang membuatnya semakin menarik dan semakin menyenangkan." Wanita itu menegak wine di gelas tersebut.
Angin malam bertiup sangat kencang malam ini, pintu balkon bergemuruh akibat angin. Maria berjalan mendekati pintu balkon. Angin malam menerjang dirinya hampir jasa membuat sweternya hampir terbang.
"Angin malam ini sangat kencang. Kenapa... firasatku tidak enak ya. Aku harap tidak terjadi sesuatu yang buruk dalam waktu dekat ini. Oh dewi kebijaksanaan, tolong lindungi dan jauhkan keluargaku dari sesuatu yang buruk. Ku mohon dewi kebijaksanaan, jagalah keluarga ku." Maria memohon perlindungan keluarganya pada dewi kebijaksanaan. Menutup pintu balkon dan bergegas untuk tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!