NovelToon NovelToon

About Shasa'S Love

EPISODE 1 MEYSHA ALESSANDRA ROSSLER

Meysha Alessandra Rossler atau yang sering disapa dengan Shasa, gadis cantik, manis dan lugu. Shasa adalah anak kedua dari pasangan suami istri, Daniel Rossler dan Nathania Rossler.

Siapa yang tidak kenal dengan Daniel Rossler, pengusaha sukses dan kaya raya diurutan ketiga di negaranya. Dan saat ini Rossler Corp dipimpin oleh Alkenzo Daniel Rossler kakak Shasa, di bawah pengawasan papa Daniel.

Walau terlahir dari keluarga konglomerat Shasa tidak pernah memamerkan atau menyombongkan kekayaan kedua orangtuanya. Baginya semua yang dimiliki saat ini hanyalah titipan dari Tuhan yang harus disyukuri.

Sifatnya yang ceria, baik hati, sabar dan ramah membuatnya banyak disukai mulai dari teman sampai dosen di kampusnya. Shasa juga tidak pernah memandang rendah pada orang lain.

Dan itu semua tidak pernah lepas dari didikan kedua orang tuanya, terutama sang mama.

Saat ini Shasa merupakan mahasiswi semester akhir di sebuah Universitas elite dan terkenal di kota A. Shasa juga termasuk mahasiswi berprestasi di kampusnya.

Berbagai ajang perlombaan slalu ia menangkan bersama sahabatnya, Sherly Pranada atau yang sering di panggil Lily adalah putri dari rekan bisnis papa Daniel.

Mereka berdua memiliki sifat dan perilaku yang sama, hanya saja Lily sering bertingkah bar-bar, cerewet dan sedikit ceroboh. Persahabat mereka sudah terjalin sejak sekolah dasar sampai sekarang. Kedua keluarga mereka juga menjalin kerjasama sedari dulu.

Siang ini selesai kuliah Shasa dan Lily berencana untuk pergi ke pusat pembelanjaan sebelum pulang.

“Sha kita jadi bikin kue kan?” tanya Lily memelas.

“Iya lebih tepatnya aku yang buatin kue untuk peliharaan ku ini” canda Shasa sambil mencubit gemas lengan Lily.

“Aauuw sakit tau Sha, harusnya aku yang cubit kamu” desis Lily mengerucutkan bibirnya.

“Utututu maaf ya Lily ku sayang” canda Shasa.

“Ih najis” kesal Lily membuat Shasa tertawa.

“Sha nanti malam kamu jadi pulang ke mansion?” tanya Lily menghentikan tawa Shasa.

“Iya papa sama mama nyuruh aku buat berkunjung ke mansion nanti malam. Kamu mau ikut?” tawar Shasa yang di balas gelengan oleh Lily.

Memang sejak usia 12 tahun Shasa memutuskan untuk tinggal di apartement pemberian sang papa padanya, dengan alasan ia ingin belajar mandiri sejak dini. Sebenarnya orang tua Shasa menolak keras keinginannya, berat bagi papa Dani dan mama Nia untuk menuruti. Tapi Shasa terus menyakinkan orang tuanya bahwa ia akan baik-baik saja. Akhirnya papa Daniel membolehkan Shasa untuk tinggal di apartement.

“Yaudah yuk kita berangkat sekarang. Sekalian nanti aku mau buat kue untuk mama” ajak Shasa memasuki mobil yang di kemudikan Lily.

“Lets go” teriak Lily lalu melajukan mobil pink kesayangannya.

...****...

Malamnya Shasa sudah siap dengan dress maroon selutut dan sepatu kets putih tak lupa slingbag yang senada dengan dressnya. Shasa juga tidak lupa membawa kue buatannya yang ia siapkan tadi.

Shasa keluar menuju basement dimana mobil kesayangannya terparkir. Shasa melajukan mobilnya membelah keramaian kota malam ini.

Tidak butuh waktu lama Shasa sampai di depan gerbang mansion megah nan mewah. Beberapa bodyguard membukuk saat mobil Shasa berjalan memasuki halaman mansion.

Sudah lama Shasa tidak mengunjungi orangtuanya karna tugasnya yang menumpuk. Shasa keluar dari mobil dengan anggun, ia tersenyum ramah pada semua maid dan beberapa bodyguard yang sudah berbaris menyambut kedatangannya.

“Selamat malam nona muda” sapa mereka sambil membungkuk hormat.

“Malam semuanya, bagaimana kabar kalian?” ucap Shasa ramah.

“Kami semua sehat nona, terima kasih atas perhatian nona muda” jawab bi Tutik selaku kepala maid di mansion ini.

“Apa papa dan mama ada dirumah?” tanya Shasa sambil berjalan masuk.

“Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang keluarga nona. Mari saya antarkan” ucap bi Tutik.

“Tidak usah bi. Biar Shasa sendiri aja bibi istirahat saja ya. Dah bi” pamit Shasa.

Dengan hati gembira bercampur rindu Shasa berlari kecil menuju ruang keluarga.

'Aish aku baru sadar bahwa ruang keluarga sangat jauh dari pintu utama. Astaga capeknya' batin Shasa menghentikan larinya.

Shasa pun memutuskan untuk berjalan santai saja sampai ruang keluarga. Di ruang keluarga Shasa melihat orangtuanya yang duduk berdampingan membelakanginya. Dari tempatnya berdiri Shasa bisa mendengar percakapan papa mamanya itu.

“Pa, Shasa kog belum datang ya?” ucap mama Nia.

“Sabar ma, mungkin jalanan lagi macet kan kita juga gak tau” jawab papa Daniel.

Shasa yang mendengar ucapan papa dan mamanya berjalan perlahan lalu memeluknya dari belakang.

“Suprise” teriak Shasa gembira masih memeluk kedua orang tuanya dari belakang.

Papa Daniel dan mama Nia terkejut saat Shasa mengagetkan mereka dengan pelukan.

“Astaga sayang kamu bikin papa sama mama kaget tau” gemas mama Nia mencubit pipi kiri putrinya.

“Mulai nakal ya putri kesayangan papa ini hmm” sambung papa Daniel mencubit pipi kanan putrinya.

“Sakit tau pa ma” rengek Shasa.

Shasa pun beranjak menyalami papa dan mamanya, lalu duduk di antara orangtuanya.

“Bagaimana kabar kamu sayang?” tanya papa Daniel mengusap lembut kepala putrinya.

“Seperti yang papa mama lihat Shasa sehat” ucap Shasa memeluk papa Daniel manja.

“Hmmm mama dilupain nih yang dipeluk cuma papa aja” rajuk mama Nia.

Shasa langsung melepas pelukannya dan berganti memeluk mamanya.

“Kangen mama tau” rengek Shasa manja.

“Oh iya pa ma, tadi Shasa bikin kue lo buat papa sama mama” ucap Shasa mengambil bingkisan yang ia taruh di atas meja tadi.

“Waahh anak mama udah pinter buat kue ya” kagum mama Nia membuka toples berisi kue dari dalam bingkisan.

“Papa mau coba dong” ucap papa Daniel mencomot kue buatan putrinya.

“Hmmm enak banget sayang kue buatan kamu, ngalahin buatan mama kamu lo” puji papa Daniel.

“Iya pa kamu bener enak banget” sambung mama Nia.

“Papa sama mama suka?” tanya Shasa yang dibalas anggukan kepala dari kedua orang tuanya.

“Shasa buatin teh dulu ya pa ma kalo gitu. Baru nanti kita lanjut bercerita” pamit Shasa pergi ke dapur.

Papa Daniel dan mama Nia tersenyum melihat putri mereka yang sudah tumbuh dewasa dan mandiri.

“Putri kecil kita sudah bisa membuat teh dan kue pa” ucap mama Nia tersenyum pada suaminya.

“Ya dia tumbuh menjadi gadis cantik dan mandiri sayang” jawab papa Daniel menatap punggung Shasa yang hilang di balik pintu.

“Pa apa kau yakin dengan keputusanmu? Mama khawatir pada Shasa pa” ucap mama Nia.

“Tenanglah sayang. Aku yakin pilihanku tak akan salah, apalagi untuk putri kita. Terlepas dari sifatnya yang dingin, dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Jadi pasti dia bisa menjaga dan menyayangi Shasa kecil kita. Mereka bahkan juga sudah mengenal sejak kecil” ucap papa Daniel menenangkan sang istri.

Tidak lama kemudian Shasa datang dengan wajah ditekuk bersamaan dengan bi Tutik di belakangnya yang membawa nampan berisi tiga cangkir teh.

“Kenapa dengan wajah cantik putri papa ini hem?” tanya papa Daniel saat Shasa sudah duduk disamping istrinya.

“Shasa kesal pa sama bi Tutik yang gak bolehin bawa tehnya” ucap Shasa yang membuat kedua orangtuanya tertawa.

“Sudahlah sayang gak baik marah sama bi Tutik yang lebih tua dari kamu lo”ucap mama Nara mengusap kepala putrinya.

Shasa terdiam lalu menatap bi Tutik yang sedang menaruh tiga gelas teh dan beberapa camilan yang sudah disiapkan ke atas meja.

“Maafin Shasa ya bi udah kesal sama bibi” ucap Shasa merasa bersalah.

Papa Daniel dan mama Nia tersenyum menatap putri kecilnya yang kini tumbuh dewasa.

“Iya non, nggak apa-apa udah bibi maafin kog“ jawab bi Tutik tersenyum membuat Shasa ikut tersenyum.

“Kalo begitu saya pamit kebelakang ya tuan,nyonya,non” pamit bi Tutik.

...****...

EPISODE 2 LEANDER EDWIND ANDERSON

...****...

Seorang pria tampan dengan setelan jas biru dongker baru saja keluar dari mobil berjalan memasuki mansion dengan penuh pesona. Siapa yang tidak terpukau dengan nya sudah tampan, berkharisma, mapan, kaya raya lagi. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna.

Banyak wanita yang mengantri untuk bisa mendapatkan hatinya. Tapi sayang sikapnya yang dingin, cuek dan angkuh membuat patah hati para kaum hawa.

Pria itu adalah Leander Edwind Anderson, putra tunggal dari pasangan Andrew Anderson dan Indira Darwin Anderson. Dan saat ini Anderson Corp. di pimpin oleh Ed di bawah pengawasan sang daddy. Sifat yang dimilikinya menurun dari daddy Andrew. Ed hanya akan bersikap baik dan lembut pada mommy nya, mommy Dira.

Para maid sudah berbaris dan menunduk hormat menyambut kedatangannya.

“Selamat malam tuan muda” sapa para maid yang hanya di balas anggukan oleh Ed.

Ed hanya menatap datar barisan para maid yang menyambut ke pulangannya dari London. Ia terus berjalan memasuki mansion yang beberapa bulan ini ia tinggali.

“Welcome back my son” teriak mommy Dira dari arah tangga.

Mommy Dira berlari kecil dan jatuh di dalam pelukan putra kesayangan dan satu-satunya.

Ed memutar bola mata malas melihat tingkah mommy nya tidak pernah berubah. Tapi bagaimana pun sikap dan tingkah sang mommy, Ed sangat menyayanginya.

“I miss you mom” singkat Ed membalas pelukan mommy Dira.

“Akhirnya kau pulang juga sayang. Mommy sangat merindukanmu, kau tau itu? Ah kenapa kau cepat tumbuh besar sih? Padahal baru kemarin mommy mengganti popok mu d-“

“Mommy stop bahas hal itu, okay” desis Ed kesal setiap kali mommy Dira slalu saja seperti itu.

“Okay, mommy diam” ucap mommy Dira sambil seakan sedang menguncing bibirnya.

Ed hanya menghela nafas melihat kelakuan mommy nya ini.

'Bagaimana bisa daddy jatuh cinta pada mommy yang cerewet dan bar-bar ini?' batin Ed geleng-geleng kepala sendiri.

“Kenapa sayang? Apa kamu pusing? Kamu lapar? Belum makan ya? Kalau gitu sekarang kita makan dulu. Eh jangan makan dulu deh sayang. Kamu bersih-bersih dulu trus ganti baru kita makan malam bareng. Sekalian nunggu daddy mu pulang. Bi Jumi tolong siapin makanannya ya buat putra kesayanganku” heboh mommy Dira.

Ed memijat pelipisnya dan menghela nafas. Seperti ini lah suasana rumah keluarga Anderson selalu ramai akan kehebohan mommy Dira.

“Ayo sayang cepetan naik dan mandi, oh ya istirahatlah sebentar. Nanti biar mommy panggil ya” ucap mommy Dira menyuruh Ed naik ke kamarnya.

“Ed ke kamar dan mommy diam lah sedikit jangan berulah” ucap Ed mengecup kening mommy Dira.

“Ck anak itu slalu saja dingin seperti daddynya. Astaga kapan aku bisa mempunyai menantu kalau dia seperti itu terus” kesal mommy Dira melipat tangan masih menatap Ed yang berjalan menaiki tangga.

“Ah tapi tenang saja bukankah sebentar lagi aku akan punya menantu. Aku yakin anak itu tidak akan tega menolak permintaanku. Semoga saja semua berjalan lancar. Amin” ucap mommy Dira.

Mommy Dira pun berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam di bantu dengan beberapa koki dan maid.

Sedangkan di kamar Ed merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur. Baru saja ia akan memejamkan mata, dering ponsel berbunyi membuatnya berdecak kesal.

Ed mengambil ponsel di nakas dan mengangkatnya asal sambil kembali rebahan.

“Cepatlah mandi sayang, 10 menit lagi daddy datang” suara mommy Dira di seberang sana.

Ed menatap layar ponsel yang tertera nama My Mom❣️Sungguh mommy yang luar biasa, pikir Ed.

“Ed mau mandi mom” jawab Ed.

“Oke sayang” ucap mommy Dira memutus sambungan telpon.

“Ck ada aja mommy tuh” desis Ed.

Ed langsung bangkit untuk bersiap dan turun sebelum mommy Dira menelponnya lagi.

Tidak butuh waktu lama Ed sudah siap dengan piyama hitam lalu keluar berjalan ke arah lift karan terlalu lelah untuk menuruni anak tangga.

Tidak kaget jika mansion keluarga Anderson difasilitasi dengan lift. Karena Anderson Corp. merupakan perusahan yang sukses di dunia bisnis dan berada pada urutan kedua di negaranya. Sekilas info kekayaan keluarga Anderson.

Ting.

Ed berjalan menuju meja makan setelah pintu lift terbuka. Di meja makan sudah ada daddy Andrew dan mommy Dira yang menunggunya.

“You made us wait boy” ucap daddy Andrew datar.

“Sorry dad” jawab Ed lalu duduk di kursinya.

“Ck kau bahkan tidak memberiku pelukan hangat setelah beberapa bulan tidak bertemu, son” cibir daddy Andrew.

Ed tersenyum tipis mendengarnya lalu bangkit memeluk daddy Andrew. Sama halnya daddy Andrew yang membalas pelukan putra semata wayangnya.

“Mommy juga mau ikut peluk” ucap mommy Dira bangkit membuat dua pria itu saling melepaskan pelukannya dan kembali duduk.

Mommy Dira mencebik bibirnya melihat kekompakkan kedua pria kesayangannya itu.

“Ck menyebalkan” ketus mommy Dira kembali duduk.

“Kapan kita mulai makan?” ucap Ed mengalihkan pikiran sang mommy.

“Oh astaga, kita bisa mulai makan sekarang. Sini biar mommy ambilkan nasi dan lauknya. Kau harus banyak makan sayang, liat tubuhmu sedikit kurus. Apa di sana kerjaanmu banyak?” tanya mommy Dira di angguki oleh Ed.

Mommy Dira langsung menatap tajam sang suami, membuat daddy Andrew menghela nafas sekali lagi.

“Daddy!” teriak mommy Dira.

“Iya mom” jawab daddy Andrew.

“Mommy kan sudah bilang jangan memberikan kerjaan yang banyak untuk my son” ketus mommy Dira.

“Mom stop. Ed lapar dan masalah kerjaan itu sudah tanggung jawab Ed, okay” sela Ed.

“Awas daddy ya” tunjuk mommy Dira menaruh sepiring nasi, sayur dan lauk untuk putranya.

Ed hanya menggeleng kepala melihatnya. Walau sedikit kesal mommy Dira beralih pada piring daddy Andrew dan mengambilkan makanan. Lalu mengambil makanan untuk dirinya.

“Selamat makan” ucap mommy Dira.

“Selamat makan sayang, son” jawab daddy Andrew.

“Selamat makan mom, dad” balas Ed.

Makan malam berlangsung dengan hening, karna daddy Andrew mengajarkan semua keluarganya untuk tidak berbicara saat sedang makan. Hanya ada suara dentingan sendok dan garbu.

Selesai makan malam daddy Andrew dan Ed memilih berbincang di ruang keluarga sambil menonton pertandingan sepak bola yang mereka sukai.

“Apa kau besok ke kantor Ed?” tanya daddy Andrew memulai obrolan mereka.

“Iya dad” jawab Ed fokus pada pertandingan di tv.

“Liburlah dahulu untuk istirahat baru lusa kau masuk. Kau tidak mau kan kena omel mommy mu” ucap daddy Andrew menatap putranya.

“Hmm. Lihat saja besok dad” jawab Ed.

Mereka kembali fokus pada pertandingan sepak bola. Sampai mommy Dira datang bersama bi Jumi yang membawa nampan berisi tiga gelas es jeruk.

“Makasih ya bi” ucap mommy Dira saat bi Jumi menaruh di atas meja.

Mommy Dira memilih duduk di antara suami dan anak nya. Moment seperti ini lah yang dirindukan mommy Dira beberapa bulan terakhir.

...****...

EPISODE 3

...****...

Di ruang keluarga Shasa kembali bercerita bersama kedua orang tuanya. Beberapa kali terdengar suara gelak tawa mereka. Shasa bercerita kesehariannya bersama Lily dan hal lucu lainnya.

“Kog bisa sih Lily se bar-bar itu nurun sapa juga” tanya mama Nia tertawa kecil.

“Gak tau deh ma Lily tuh bar-bar banget tapi Shasa sayang” tawa Shasa.

Papa Daniel sesekali merangkul dan mengacak gemas rambut putrinya membuat Shasa kesal sendiri.

“Papa rambut aku kan jadi berantakan” rengek Shasa.

Papa Daniel tertawa dan semakin mengacak rambut Shasa. Mama Nia ikut tertawa melihat suami dan putrinya yang bercanda.

“Mama tolongin, papa nakal ma” adu Shasa berpindah duduk disamping mama Nia.

“Uluh uluh ngadu nih cari pembelaan” cibir papa Daniel.

“Sudah dong pah. Kalian ini ya kalau ketemu ada aja acaranya” ucap mama Nia geleng-geleng sendiri.

“Putrimu tuh” ucap papa Daniel.

“Papa tuh ma bukan Shasa” manja Shasa sambil menjulurkan lidah pada sang papa.

Sedangkan di pintu utama seorang pria memasuki monsion keluarga Rossler di temani asistennya.

Pria itu berhenti sejenak saat mendengar suara tawa dari arah ruang keluarga. Pria itu berbalik dan menyuruh asisten pribadinya untuk pulang lebih awal dan datang esok pagi.

“Pulanglah, aku ingin istirahat lebih awal” singkat pria itu.

“Baik tuan. Saya permisi” jawab asistennya lalu pergi.

Pria itu berniat melewati ruang keluarga untuk memastikan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya merasa kesal dan marah.

Kembali ke ruang keluarga, Shasa merasa bahagia bisa berkumpul bersama kedua orang tuanya.

“Anak mama kalo senyum cantik banget sih” puji mama Nia membuat Shasa malu-malu.

“Mama Shasa malu tau” ucap Shasa tersipu malu.

Sampai senyum di bibir Shasa perlahan pudar saat bola matanya melihat sosok pria yang berdiri tidak jauh dari ruang keluarga. Pria yang sudah lama tidak ia jumpai setelah memutuskan untuk tinggal di apartement. Shasa terdiam menatap tepat kedua mata pria itu.

'Bahkan tatapan penuh kebencian masih terlihat jelas dimatanya, sekalipun aku memilih tinggal di apartement' batin Shasa sedih.

Mama Nia yang menyadari perubahan raut wajah Shasa pun menoleh dan melihat putra sulung nya yang berdiri tidak jauh dengan beberapa maid dibelakangnya.

“Sayang, kau sudah pulang?” tanya mama Nia berjalan mendekati putranya.

Alkenzo Daniel Rossler atau sering dipanggil Ken oleh keluarganya, putra dari papa Daniel dan mama Nia. Sekaligus penerus Rossler Corp.

Mama Nia memeluk putranya, mama Nia sangat rindu karna sudah hampir 1 tahun Ken memilih untuk mengurus perusahaan yang berada di Amerika dan tinggal bersama Oma Grizel, ibu dari papa Daniel.

“Ya karna tugasku di sana sudah selesai ma” jelas Ken membalas pelukan mama Nia.

Papa Daniel bangkit menepuk bahu putranya, ia merasa bangga dengan kemampuan Ken yang membuat perusahaan yang berada di Amerika semakin maju.

“Selamat datang nak dan selamat atas keberhasilanmu. Papa dan mama bangga padamu nak” ucap papa Daniel bangga.

“Thanks pa” singkat Ken melirik tajam pada gadis yang tidak lain Shasa.

Shasa sendiri masih terdiam duduk, tubuhnya terasa kaku saat ini. Shasa menunduk saat Ken melirik tajam kearahnya.

“Oh iya kebetulan adikmu juga ada di sini. Kalau gitu kita makan malam bersama sekarang saja. Shasa sini, kau pasti merindukan kakakmu” panggil mama Nia tersenyum melambaikan tangan agar Shasa mendekat.

Shasa bangkit dadi sofa dan berjalan mendekati papa, mama dan kakaknya. Baru beberapa langkah Shasa pun berhenti saat melihat tatapan tajam dan dingin dari Ken.

“Aku lelah pa ma. Aku mau istirahat, permisi” ucap Ken datar lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tuanya.

“Kak Al” lirih Shasa menatap sedih punggung Ken yang menaiki tangga memuju lantai dua.

Sedari kecil Shasa memang lebih suka memanggil Ken dengan panggilan kak Al. Berbeda dengan Ken yang tidak suka dengan panggilan Shasa padanya. Entah apa yang terjadi di masa lalu tapi yang pasti Ken sangat membenci Shasa.

Sering kali Shasa mendapatkan bentakan dari Ken sewaktu kecil. Ken yang tidak suka di dekati Shasa membuat gadis kecil itu sedih. Bahkan kesedihan itu masih ia rasakan sampai saat ini.

Shasa kira setelah lama tidak bertemu ia akan mendapatkan sambutan hangat saat bertemu lagi dengan sang kakak. Nyatanya itu semua hanya mimpi bagi Shasa.

'Sampai kapan kakak akan seperti ini? Apa salah Shasa selama ini yang membuat kak Al segitu bencinya' gumam Shasa.

Shasa memalingkan wajah saat air mata nya mulai menetes. Ia tidak mau membuat kedua orang tuanya sedih.

Papa Daniel dan mama Nia hanya bisa menghela nafas melihat sikap Ken yang tak pernah berubah, dingin dan angkuh pada adiknya.

“Perjalanan jauh mungkin membuat kakakmu lelah dan butuh istirahat. Jangan terlalu di pikirkan nak” ujar mama Nia mengusap punggung putrinya.

“Iya ma, Shasa ngerti kog, kak Al memang butuh istirahat pasti capek banget. Mungkin lain waktu kita bisa makan malam bersama” ucap Shasa dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

'Tapi entah itu kapan ma' batin Shasa.

“Yaudah sekarang kita makan malam dulu yuk. Papa sudah lapar banget” ajak papa Daniel merangkul mama Nia dan Shasa.

Shasa bersyukur walau Ken membencinya tapi kedua orang tuanya sangat perhatian dan menyayanginya.

Mama Nia sibuk mengambilkan nasi dan lauk untuk suami dan putrinya. Sejak Shasa tinggal di apartement mama Nia selalu merasa sepi. Tapi jika terus menahan Shasa untuk tinggal bersama, itu hanya membuat Shasa merasa sedih dan tidak nyaman dengan sikap putranya, Ken.

“Makan yang banyak kalau kurang ambil lagi ya. Mama gak mau lihat kamu kurusan kayak gini” ucap mama Nia.

“Ini aja kebanyakan ma, gimana mau ambil lagi” kata Shasa membuat mama Nia terkekeh.

“Papa di lupain nih cuma di ambilin nasi doang?” ucap papa Daniel yang belum di ambilkan lauk karna mama Nia yang sibuk mengurus putrinya dulu.

Mama Nia dan Shasa pun tertawa mendengar ucapan papa Daniel yang dibuat kesal.

“Sabar dong pa. Nih mama ambilin special buat papa”

Mama Nia langsung mengambilkan sayur dan lauk kesukaan papa Daniel.

“Makasih, mama makin cantik deh” gombal papa Daniel.

“Aduh-aduh laper nih laper” ucap Shasa.

Mereka pun tertawa bersama tanpa menyadari sepasang mata yang menatap dingin dari lantai atas, siapa lagi kalau bukan Ken.

Tadinya Ken ingin turun kebawah untuk mengambil minum. Tapi ia malah di suguhkan pemandangannya yang membuatnya kesal dan marah.

“Ck ternyata tuh bocah masih di sini” desis Ken penuh kebencian.

“Menyebalkan” ketus Ken kembali ke kamar dan menghubungi bi Tutik untuk membawakan minum ke kamarnya.

...****...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!