NovelToon NovelToon

My Name Is Amel

1

"Krriiiiiiiiiingggggggggggggg"

Suara dari jam beker sialan di lemariku berbunyi. Aku segera terbangun karena sadar bahwa hari ini sudah bertemu dengan hari Senin lagi.

Aku sedang menguap lebar karena masih ada rasa kantuk dan bersamaan dengan suara ketukan pintu dari luar.

Terdengar suara Ibu mengabsen ketiga anaknya untuk segera bangun dari mimpi indahnya.

"Meeeelll banguuuunnnn....."

"Miaaaaaa banguuuunnn....."

"Ardiiiiiii banguuuuunnnn...."

"Ya Buuuu....." sahut kami serentak dari kamar masing-masing.

Aku segera membuka kamar dan menyibakkan gorden kamar yang ternyata sudah pukul 05.20 .

Sementara dari kamar yang berbeda Mia dan Ardi melakukan yang sama sepertiku.

Saat kami sudah keluar kamar, ritual berebut kamar mandi di mulai. Tampak Mia dan Ardi sedang berdebat siapa yang akan ke kamar mandi terlebih dulu.

Sementara melihat kedua adikku berdebat, dengan santai aku mencuri start mereka yang langsung memasukki kamar mandi terlebih dahulu. Mengetahui hal tersebut mereka langsung kalang kabut dan menggedor pintu kamar mandi.

"Mbak Amelllllll........" seru mereka serentak.

Sementara aku yang sudah di kamar mandi hanya tertawa penuh kemenangan.

Oh iya... hay, namaku Amel yang biasa di ucapkan teman-teman di sekolahku untuk memanggilku. Sebenarnya nama lengkapku Amelia Mareta, karena aku lahir dibulan Maret. Aku gadis SMP yang masih berumur 13 tahun, Aku adalah type orang yang gampang beradaptasi dengan teman-teman di sekolah, periang, dan setia mendengarkan curhatan dari teman-temanku dan agak cerewet. Aku punya dua sahabat yang selalu ada setiap aku butuhkan mereka bernama Shella dan Fia. Beruntung sekali kami bertiga sekelas lagi.

Jujur,  parasku tidak begitu cantik. Anehnya ada seorang cowok yang ingin sekali jadi pacarku, tapi aku nggak ada rasa suka dengan itu cowok. Dia bernama Vian, kalau aku lihat dari tampangnya sih biasa saja dan udah gitu orangnya jutek plus tempramen.

Siang ini saat jam mata pelajaran kosong, tiba-tiba Vian menghampiri bangkuku.

“Amel, sebenarnya kamu udah punya pacar belum sih? ”tanya Vian sambil malu-malu menghampiri bangkuku.

“Belum, emang kenapa?”jawabku singkat.

“Kalo belum punya pacar, boleh nggak aku jadi pacarmu?“ pinta Vian.

Aku terkejut mendengar pernyataan itu dari Vian. Sementara hatiku sendiri tak pernah sedikit pun menaruh perasaan dengannya, aku terdiam dan berpikir bagaimana cara menolak Vian baik-baik tanpa menyakiti hatinya.

“Gimana Mel, mau nggak?” desak Vian yang suaranya membuyarkan lamunanku.

“Mmm, gimana ya Vi?” balasku yang masih bingung ingin menolaknya bagaimana.

Vian mengumpat senyumnya dan berharap cintanya diterima olehku, tapi dugaan itu melesat. Saat aku mengatakan” Vian. Maaf banget ya aku nggak bisa nerima perasaanmu.”

“Yah Mel berarti cintamu bukan buatku dong” decak Vian dengan perasaan kecewa.

“Maaf banget ya Vi. Lebih baik kita temenan aja” terangku dengan tersenyum.

“Ya udahlah Mel nggak apa-apa kok” balas Vian yang masih memasang ekspresi sedih karena kutolak.

Setelah itu, Vian kembali lagi ke bangkunya dengan ekspresi sedih, sementara aku sendiri masih tak enak hati karena menolaknya. Kejadian baru saja membuatku terdiam. Tiba-tiba Fia dan Shella mengagetkan lamunanku.

“Woy Mel, ngalamun aja nih” teriak Fia dan Shella serentak.

“Eh kalian. Iya nih aku lagi kepingin sendirian” kejutku dan seulas senyum kuberikan kepada kedua sahabatku.

“Kita berdua temenin deh biar kamu nggak kesepian Mel” tawar Fia dengan senyuman.

“Iya Mel. Lagian kalo sendirian nggak enak kan nggak ada yang diajak ngobrol” sambung Shella sambil nyengir kuda kearahku.

“Iya deh nggak apa-apa kalo kalian kesini nemenin aku. Makasih ya udah mau nemenin aku” balasku dengan senyuman lagi.

“Iya Mel sama-sama. Toh kita berdua kan sahabat kamu, jadi kita berdua harus selalu ada buat kamu” kata Fia dengan senyuman melebar dan dilanjut Shella yang ikutan tersenyum.

“Oya Mel, tadi kok aku lihat Vian duduk di sebelahmu sih?” tanya Shella tiba-tiba.

“Iya Mel, ada apaan sih?” sambung Fia yang terlihat kepo juga.

Aku secara malu-malu menceritakan kejadian tadi kepada kedua sahabatku secara detail.

“Hah! Yang bener aja Mel?” heboh Shella & Fia secara kompak membuat sebagian teman-teman sekelas menoleh kearah kami.

Sadar bahwa Shella dan Fia sempat heboh di kelas, langsung saja mereka segera mengecilkan volume suaranya.

“Seriusan Mel, apa yang kamu ceritakan kepada kami?” tanya Shella sekali dengan mengecilkan suara.

Sementara Fia hanya manggut-manggut dan tampak kepo dengan ceritaku juga.

“Seriusan deh Shel...Fi... Menurut kalian tindakanku salah nggak sih nolak Vian” ceritaku pada mereka.

Shella tersenyum lembut padaku saat aku menanyai tentang perihal itu. “Nggaklah Mel, perasaan suka itu tumbuh dari hati paling dalam. Bukan paksaan” terang Shella.

“Iya Mel, lagian kalau perasaan dipaksakan nantinya jadi setengah hati menjalankannya” sambung Fia juga dengan anggukkan.

“Bener juga, aku benar-benar tak ada rasa dengannya. Makanya aku tolak tadi” anggukku mengerti.

“Yaudah, kalau kamu memang nolak Vian. Berarti rasa sukamu nggak se besar Vian menyukaimu” Shella menjelaskan lagi.

“Iya Mel, aku setuju dengan pendapat Shella. Berarti Vian belum pas dihatimu. Nanti kamu pasti akan mendapatkan cinta yang sesungguhnya” hibur Fia.

Aku tersenyum senang mendengar nasihat dari kedua sahabatku. “Thanks ya untuk kalian. Aku jadi merasa lega dan sedikit paham tentang apa artinya cinta” balasku sembari memeluk kedua sahabatku.

Shella dan Fia tersenyum padaku lalu menyambut pelukanku dan membalas memelukku.

Saat sang guru masuk kelas, kami bertiga melepaskan pelukan masing-masing dan mulai mengikuti pelajaran lagi sampai jam istirahat.

Bel masuk sekolah pun berbunyi, itu pertanda istirahat telah usai. Tapi entah kenapa Vian masih mengharapkan perasaan untuk Amel dengan cara melihatnya dari jauh.

“Hayo! Lagi lihat siapa nih?” kata Eka mengagetkan lamunan Vian saat sedang duduk dibangku sebelahnya.

“Apaan sih? Orang aku nggak liat siapa-siapa kok” tampik Vian cepat-cepat.

“Kamu itu nggak usah bohong deh Vi. Aku tau kok kamu pasti lagi liatin Amel kan yang lagi ngobrol-ngobrol sama Shella & Fia” balas Eka tepat sasaran.

Vian langsung terlihat salah tingkah, “Ye…Nggak kale. Siapa juga yang ngarep cinta Amel lagi?” tampik Vian lagi.

“Ciee, Vian habis nembak Amel ya" ledek Eka dengan ekspresi heboh yang membuatku dan kedua temanku menoleh kearahnya.

Mendengar ledekkan Eka membuat Vian langsung cepat-cepat membekap mulut Eka, “Ekaaa, diam ya” dengus Vian merasa sebal.

Eka malah semakin tertawa saat Vian masih saja salah tingkah,“Terus gimana? Udah dijawab belum sama Amel?” tanya Eka lagi.

Vian menggangguk lalu menjawab,"Sudah, tapi ditolak sama dia."

Eka tersenyum lalu refleks mengusap pelan punggung Vian yang masih terlihat sedih,"Sudah Vi, kalo memang dia nggak suka kamu, jangan dipaksain. Ikhlasin saja" hibur Eka pada Vian.

“Ikhlas sih, tapi hati kecilku masih ngarepin Amel” lirih Vian.

“Itu namanya belum ikhlas kale Vi. Tapi tenang aja kok masih ada cewek yang mau nerima kamu,” senyum Eka sembari menghibur teman sebangkunya.

“Iya Ka, makasih ya udah menghibur aku” senyum Vian yang masih terlihat pilu.

Eka mengangguk kearah Vian. “Oya, emang alasan Amel nolak kamu apa?” tanya Eka yang masih terlihat kepo.

“Nggak tau Ka, apa alasan nolak aku” respon Vian sembari mengangkat bahunya.

Mendengar cerita dari Vian, Eka hanya manggut-manggut saja tanpa berkomentar.

Tiba-tiba Eka meminta tolong pada Vian untuk diantar ke kamar mandi.

“Vi, anterin aku ke kamar mandi yuk. Aku kebelet nih,” pinta Eka.

Vian tergelak,"Busyet!! Kamu kayak anak cewek aja. Ke kamar mandi pun minta ditemenin."

Eka hanya membalas dengan ekspresi nyengir kearah Vian. “Ya udah. Aku ke kamar mandi dulu ya,” pamit Eka sambil berlari.

“Oke” balas Vian disela-sela tawanya.

Sepeninggalan Eka ke kamar mandi, Shella sangat kasian melihat Vian yang sedang murung dan sendirian. Kemudian Shella menghampiri ketempat duduk Eka yang kebetulan Eka lagi ke kamar mandi.

“Kenapa sih, dari tadi muka di lipet-lipet kayak karpet” ucap Shella membuyarkan kesendirian Vian.

“Aku sebenarnya masih kepikiran kejadian tadi Shel,” curhat Vian tiba-tiba.

Shella langsung manggut-manggut mengerti tentang apa yang Vian ceritakan.

“Kejadian yang tadi itu ya?” tanya Shella. “Amel udah cerita banyak kok sama aku” lanjut Shella menjelaskan pada Vian.

Vian mengangguk lirih tanpa menoleh sedikit pun kearah Shella.

“Terus alasannya Amel nolak aku apa Shel?” tanya Vian yang masih penasaran.

Shella menghela nafas saat Vian mendesaknya untuk mencari jawaban yang pas dan pastinya tak menyakitkan hati Vian untuk alasan Amel menolak cinta Vian, “Tadi kata Amel sih dia memang nggak ada rasa sama sekali gitu sama kamu, daripada ntar Amel nerima kamu karena setengah hati. Bakal sakit hati deh kalian berdua,” terang Shella menjelaskan baik-baik pada Vian.

Mendengar penjelasan Shella, Vian terdiam sesaat dan mengerti kenapa dirinya tadi ditolak Amel.

“O…gitu ya Shel alasan dia nolak aku. Ya udah makasih Shel atas informasinya,” respon Vian yang masih terlihat kecewa mendengar penjelasan dari Shella.

Shella mengangguk penuh senyum saat Vian akhirnya mengerti tentang penjelasannya tadi.

“Oke deh. Kalo gitu, aku balik dulu ya ke bangkuku,” pamit Shella saat melihat Eka sudah balik dari kamar mandi.

“Ya Shel....” balas Vian dengan tersenyum getir.

Shella segera berlalu dan kembali ke bangku semula.

“Ngapain Shella kesini?” tanya Eka sambil duduk di bangkunya, tepat sebelah Vian.

“Nanti aja deh aku ceritakan,” balas Vian saat melihat Bu Sara masuk kelas.

“Siang anak-anak” sapa Bu Sara saat memasuki kelas.

“Siang Bu” balas kami serentak.

“Maaf Ibu terlambat masuk kelas, sekarang kita buka buku Geografi halaman 20,” perintah Bu Sara saat menerangkan materi untuk murid-muridnya kelas VII G sampai bel pulang berbunyi.

Murid-murid segera membuka buku halaman tersebut tentang batuan.

“Batuan terdiri dari 3 jenis ada: batuan metamorf, batuan sedimen, dan batuan beku. Batuan-batuan tersebut juga dibagi-bagi lagi beberapa macam. Contonya: batuan beku dibagi menjadi tiga tahap yaitu batuan beku luar, batuan beku gang atau korok dan batuan beku luar dan sebagainya,” terang Bu Sara.

Beliau masih saja meneruskan materi tentang bebatuan hingga pelajaran berakhir. 20 menit kemudian bel pulang pun berbunyi dan murid-murid berhamburan keluar kelas.

“Pulang yuk Shel, Fi” ajakku pada mereka.

“Oke Mel” balas Shella dan Fia serentak.

“Tadi Vian cerita apa aja Shel sama kamu?” tanyaku penasaran.

“O…yang tadi itu ya” kata Shella.

Aku menggangguk, karena masih dihinggapi rasa tidak enak hati.

“Cuma tanya doang sama aku alasan kamu menolak perasaannya Vian” cerita Shella.

Ekspresiku hanya manggut-manggut saja kearah Shella. “Terus kamu jawab gimana?” tanyaku lagi.

“Ya aku jawab sesuai alasan kamu tadi dong kalo Amel nggak ada rasa sama kamu” terang Shella.

“Keliatannya Vian masih suka sama kamu Mel, ya walaupun tadi kamu tolak” sambung Fia tiba-tiba.

“Kok gitu Fi?” tanyaku tambah bingung.

“Iya Mel. Buktinya tadi itu dia liatin kamu terus waktu lagi pelajaran Geografi” terang Fia.

Aku manggut-manggut, “Ah udahlah nggak usah ngebahas tentang Vian lagi, toh kalo aku nerima perasaannya secara paksa pasti berujung sakit hati” ucapku merasa jengah.

“Iya juga Mel ” balas Fia sembari meringis kearahku.

“Dasar Fia” geli Shella sambil melirik kearah Fia.

“Ye…..Biarin dong” balas Fia sambil menjulurkan lidah kearah Shella.

Shella hanya membalas dengan cengiran kearah Fia.

“Yasudah, ngapain kalian malah ribut sendiri sih” komentarku,"lagian udah di tolak juga. Yuk ah pulang, kita cari bus" ajakku pada mereka berdua.

“Yah…kok jalan sih? Capek tau!” keluh Fia.

“Itung-itung olahraga Fi. Biar kamu agak kurusan dikit lah” kekeh Shella.

“Haha... sialan kamu Shel, mentang-mentang aku gendut sendiri diantara kalian” sungut Fia yang akan menoyor pelan lengan Shella.

Tampak Shella langsung tertawa puas dan berlari untuk berlindung dibelakangku.

Sementara aku sendiri hanya tersenyum geli melihat tingkah kedua sahabatku ini.

“Tapi bener juga kata Shella kok, biar kamu agak kurusan dikit Fi. Siapa tahu ntar yang naksir kamu banyak sampai pada kehabisan tiket” timpalku untuk Fia dengan ekspresi tersenyum geli.

“Ye Amel nggak sampai segitunya kali” respon Fia sembari mengumpat rasa geli juga.

“Hahaha, iya Mel. Bener kamu” balas Shella sambil ketawa lepas.

“Ya deh. Hari ini aku kalah sama kalian berdua,” cemberut Fia akhirnya mengalah.

Shella tampak geli melihat tampang manyun dari ekspresi wajah Fia. Aku juga merasa geli melihat tampang itu.

“Bercanda kali Jeng Fia” kataku sambil merangkul Fia.

Shella langsung tertawa lepas melihat tampang Fia masih manyun begitu.

Saat sedang berjalan menuju tempat pemberhentian bus, ada seorang setengah baya yang sedang menjemput Fia pulang. Yang tak lain Ayahnya Fia.

“Temen-temen, aku pulang duluan ya. Karena udah dijemput sama papaku,” pamit Fia.

“Iya Fi hati-hati di jalan” pesanku.

“Bye Fia dan hati-hati di jalan” sambung Shella sambil melambaikan tangannya.

“Oke temen-temen kalian juga hati-hati kalo naik bus” balas Fia yang juga melambaikan tangan ke arah kami.

Aku dan Shella membalas dengan mengacungkan jempol secara serentak pada Fia dan mengangguk sopan untuk Ayah Fia. Sepeninggalan Fia, aku dan Shella melanjutkan berjalan untuk mendapatkan bus.

Sesampai di pemberhentian bus.

“Huft! Capek juga ya ternyata jalan dari sekolah ke sini” keluhku sembari mengatur nafas.

“Iya Mel, banget lagi” balas Shella juga tampak kecapean.

“Kita cari tempat duduk yuk” ajakku.

“Oke Mel” angguk Shella dengan semangat.

“Waw Shel! Ternyata kita nggak sendirian ya nunggu busnya disini. Buktinya banyak temen-temen kita yang lagi nunggu bus pulang juga” seruku sambil duduk.

“Iya Mel ternyata banyak juga” angguk Shella yang mengikutiku duduk.

“Kita gabung sama mereka yuk biar nambah temen,” ajakku sambil berdiri lagi.

“Ya deh, padahal barusan duduk lho” cemberut Shella sambil berdiri mengikutiku.

Aku tersenyum geli kearah Shella sembari merangkulnya.

Setelah itu, aku dan Shella bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

“Hey! Kalian anak Speropitzu juga ya” sapa seorang gadis manis pada kami.

“Iya kita anak Speropitzu juga kok” balasku dan Shella penuh senyum.

“Kenalin dong namaku Tami anak kelas VII B,” kata cewek tersebut sambil mengulurkan tangan pada kami berdua.

“Hay Tam. Aku Amel dan temenku ini Shella” balasku sambil menjabat tangan Tami dan mengenalkan Shella pada Tami juga.

“Oya kita berdua dari kelas VII G” sambung Shella dengan ramah.

“Salam kenal ya buatmu Tam” ucapku penuh senyum.

“Iya Amel, Shella. Salam kenal juga buat kalian berdua” balas Tami dengan senyuman juga.

“Iya sama-sama” sahutku dan Shella serentak.

“Oya. Kita ngumpul disana yuk sama temen-temen yang lain” ajak Tami.

“Oke deh ” angguk kami serentak.

Setelah mereka berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, Tami mengenalkan pada teman-teman yang lain.

Kebetulan disana ada Nana, Tiwi, Nurul, Nisa, Putri, Eko, Kris, Adi, dan Wisnu. Waw!! Waktu aku kenalan dengan Wisnu ada perasaan yang tak biasa. “Dia tampan sekali, tampangnya babyface gitu” kagumku dalam hati.

“Shel. Yang namanya Wisnu cakep juga ya?” bisikku pada Shella.

“Iya Mel, ganteng banget malah” balasnya pelan.

“Lain tau waktu aku kenalan dengannya” terangku malu-malu.

“Cie, Cinta pandangan pertama nih” gelak Shella, lalu memelankan volume suaranya.

“Apaan sih kamu ini? Nggak kok” tampikku malu-malu.

“Nggak apa-apa deh kalo kamu naksir sama Wisnu. Pasti rahasiamu aman kok Mel” goda Shella.

“Nggak kok, siapa bilang aku naksir Wisnu?” tampikku sembari mengumpat malu.

“Kelihatan Mel, dari ekspresi wajahmu” bisik Shella iseng yang tak henti-hentinya meledekku.

Kami berdua ketawa geli bersamaan, tanpa mempedulikan sekeliling.

“Eh, kalian nggak gabung sama mereka” ucap Tami menggabung kami berdua.

Aku dan Shella meringis kearah Tami, lalu aku menjawab."Oke, Yuk Shel gabung kesana" ajakku pada Shella.

Shella langsung mengangguk dan mengikutiku dari belakang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat aku, Shella dan Tami sedang mengobrol, tiba-tiba Wisnu tersenyum manis kearahku. Aku terkejut mendapati dan pastinya salah tingkah, lalu kubalas senyuman manisnya.

Mendapati hal tersebut juga, Shella iseng menyikutku dan tak lupa sembari meledekku."Ciee Amel udah dapet kiriman senyuman maut tuh dari Wisnu" bisik Shella.

"Ssstt...diem dong. Aku kan malu Shel" balasku yang tidak bisa menyembunyikan rasa salah tingkah pada Shella.

"Eh, kenapa sih kalian berdua ini" ucap Tami sembari merasa geli pada tingkah kami.

“Eh… anu nggak apa-apa kok Tam, cuma…cuma….” kataku gugup.

“Cuma kita seneng aja Tam dapat banyak temen pulang disini” sambung Shella menutup-nutupi obrolan tadi.

Aku bernafas lega karena Shella berkata demikian. Tapi seakan Tami mengetahui gelagat kami.

“Ah bohong! ketahuan tu kalo lagi menyembunyikan sesuatu dari aku” tampik Tami.

“Hehehe… iya Tam, aku merasa lain aja waktu kenalan sama Wisnu” terangku malu-malu sambil melihat Wisnu sedang ngobrol-ngobrol dengan teman yang lain.

“O… aku kira ada apaan. Ternyata kamu kagum juga ya sama Wisnu, nggak apa-apa kali Mel lagian di kelas juga Wisnu banyak penggemarnya temen-temen yang cewek. Dia emang manis, pantes aja dulu waktu SD dia banyak yang naksir” terang Tami mengakui.

“Iya tuh Tam, Amel udah deg-degan tadi waktu salaman sama Wisnu” timpal Shella sembari melirikku.

“Apaan sih kamu ini Shel, malu tau kalo di denger sama dia secara langsung” kataku cemas.

“Nggak akan Mel, soalnya Wisnu terlalu sibuk ngobrol sama teman-teman barunya. Dia kalo di kelas sekarang menjabat ketua kelas juga” cerita Tami.

“Wah… manjur juga ya yang punya ketua kelas kayak Wisnu” goda Shella.

“Kok bisa Shel?” tanyaku rada bengong.

“Iya dong, secara gitu dia kan ganteng udah gitu menjabat ketua kelas lagi. Pasti banyak teman-teman yang iseng bikin kasus mulu dikelas biar ditegur sama Wisnu terutama anak-anak cewek,” gelak Shella yang iseng punya ide konyol seperti itu.

“Hahaha… ada-ada aja kamu Shel, ya nggak mungkinlah bikin ulah sampai segitunya,” gelak Tami mendengar penuturan konyol dari Shella.

Sementara aku sendiri juga merasa geli mendengarkan Shella berkata demikian.

Sekitar 15 menit kemudian bus kota yang ditunggu anak-anak Speropitzu datang juga dan kembali ke istana tercinta masing-masing.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

2

Beberapa hari kemudian, aku bertemu dengan Wisnu di bus yang sama kami naiki.

"Hy Mel..." sapa Wisnu tiba-tiba saat berdiri di sebelahku.

Aku terkejut dan pastinya sudah merasakan salah tingkah,"Eh Hay Wisnu.." balasku penuh senyum.

"Oh iya, tumben nih kamu sendirian?" tanya Wisnu.

"Iya, mungkin Shella berangkat sekolah dianter Papanya" jawabku sembari menahan salah tingkah.

"Ohh..." respon Wisnu sembari manggut-manggut,"oh iya, perasaan kita satu bus terus. Kok aku nggak pernah ketemu kamu ya" ucap Wisnu.

Aku mengangkat satu alisku saat Wisnu berkata demikian,"Iyalah Wisnu, kita kan baru satu sekolah ini. Itu pun sering ketemunya di bus" balasku dengan ekspresi geli.

"Oh iya juga ya Mel" balas Wisnu dengan tertawa yang pasti membuatku ikutan tertawa,"eh Mel, kapan-kapan boleh dong main ke rumahmu" ucap Wisnu lagi.

Aku mengangguk dan tersenyum,"Boleh dong, main aja" jawabku.

Bus sudah sampai ke gang menuju sekolah kami, aku dan Wisnu lagi-lagi berjalan bersebelahan.

"Oke, next time aku ke rumahmu yaa" ucap Wisnu sembari berjalan menuju kelasnya dan tak lupa untuk melambaikan tangan padaku.

Aku membalas lambaian tangan dari Wisnu dengan perasaan berbunga-bunga.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Sore ini aku terkejut mendapati Shella tiba-tiba datang berkunjung ke rumah dengan bertujuan sekadar main kesini.

“Hy Mel, baru selesai mandi ya” sapa Shella dari ruang tamu,"kok sepi rumahmu?" tanya Shella sembari melihat sekitar di rumah.

“Eh, kamu Shel....” kejutku, “iya Shel, seger banget sore-sore gini kalo habis mandi. Tumben banget kamu kesini” lanjutku sembari duduk di kursi ruang tamu juga, tepat di seberang kursi Shella.

"Iya, Mia lagi main. Ardi di kamar. Ibu sama Ayah pergi" terangku pada Shella.

Shella hanya manggut-manggut, beberapa menit kemudian Mia pulang dan menyalami Shella dengan hormat.

"Hy Mbak Shella..." sapa Mia penuh senyum,"aku mandi dulu ya" pamit Mia lalu pergi mandi.

"Oh iya, sana mandi dulu biar seger" angguk Shella,"kepingin main aja kesini. Sebenarnya aku kesini belum mandi lho” cengir Shella malu-malu.

“Wah… pantes aja Shel, dari tadi aku bau aroma therapy alami banget. Ternyata kamu belum mandi” geliku mendengar ungkapan Shella yang belum mandi.

“Hahaha, wangi kan Mel kalo bau alami itu. Lalat aja sampai pingsan mencium aroma therapy ini,” gelak Shella.

“Ah kamu itu ada-ada aja Shel, dimana-mana lalat suka bau yang busuk bukan yang wangi-wangi” sambungku yang ikutan tergelak.

“Sayangnya lalat yang satu ini suka bau wewangian Mel, makanya kalo mencium bau busuk langsung deh masuk UGD” terang Shella yang langsung membuatku terpingkal-pingkal karena banyolannya sendiri.

 “Oya Mel, tadi sewaktu aku mau kerumahmu. Aku sempet ketemu Wisnu di jalan” cerita Shella kemudian dengan senyuman jahil.

Aku sedikit terkejut saat Shella bercerita seperti itu, entah kenapa ada getaran aneh di dada. Sementara Shella terkikik melihatku dengan wajah merona.

“Terus… terus… terus…” potongku kemudian saat Shella bercerita demikian.

“Ye… denger nama Wisnu aja udah nyala tuh sinyal” geli Shella meledekku.

“Apaan sih, emang kamu pikir aku sinyal hp apa?” protesku sembari mengatur desiran hebat di jantung.

“Dia nyapa aku Mel, manggil namaku Shella gitu…” cerita Shella yang ingin melanjutkan lalu ku potong. “sabar kenapa sih Mel, orang belum selesai cerita udah kamu potong lagi” dengus Shella tapi ikutan geli.

Aku meringis saat Shella memprotesku yang dari tadi memotong pembicaraannya terus.

“Hehehe, maaf deh Shel. Terus gimana lanjutannya?” tanyaku mulai nggak sabaran.

Shella melanjutkan ceritanya,“Setelah manggil aku, kemudian dia nanyain kamu Mel” cerita Shella.

“Ha! Dia nanyain aku, terus?” balasku nggak percaya.

“Sempet aku ejek gini ’cie… ada apa nih nanya-nanya Amel? Dia trus bilang nggak apa-apa kok(sambil salah tingkah gitu deh Mel), setelah itu aku bilang kalo mau kerumahmu eh nggak taunya Wisnu nitip salam gitu buat kamu” terang Shella dengan ekspresi masih geli.

“Kurang kerjaan banget sih tuh anak, jelas-jelas di sekolah ketemu. Pake nitip salam segala” gerutuku tapi terselip perasaan salah tingkah.

“Hahaha, nggak apa-apa kali Mel. Yang penting kamu suka kan dapat salam dari Wisnu? Maklumlah dia nitip salam buat kamu, orang kita nggak sekelas sama dia, gimana bisa ketemu? Udah gitu kelasnya berjauhan lagi, yang satu kelasnya di atas paling ujung. Sedangkan kita deket sama TU jadi kalo rame ketahuan deh, hehehe…”cengir  Shella.

“Iya aku akuin, kalo aku seneng dapat salam dari Wisnu, iya juga Shel. Kan kelas VII B berjauhan dengan kelas VII G,” kataku sambil menggangguk.

“Maka dari itu nggak salah dong kalo Wisnu nitip salam buat kamu,” terang Shella.

“Aduh, kenapa aku malah semakin penasaran ya sama itu orang. Semoga aja nanti kelas VIII sekelas sama dia. Jadi bisa tau deh kebiasaan sampai kesehariannya di rumah kayak gimana” harapku sembari tersenyum senang.

“Ye… harapanmu terlalu tinggi Mel untuk tau tentang dia selanjutnya seperti apa” gelak Shella.

“Iya juga Shel, mungkin dengan berjalannya waktu akan terungkapkan semua siapa dia sebenarnya,” kataku mengikuti perintah Shella.

“Hahaha, kamu itu ada-ada aja nih, emang dia penjahat apa pake diintrograsi segala” geli Shella.

“Iya Shel, dia kan penjahat cinta” sambungku sambil tersipu malu.

“Cie…. yang udah mulai getar-getar cinta waktu ketemu itu” ejek Shella mulai heboh.

“Apaan sih kamu Shel, nggak kok…” tampikku.

Shella semakin geli saat melihat wajahku semakin merona, lalu banyak hal yang kami ceritakan di ruang tamu rumahku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

3

Tak terasa pagi telah menjelang, waktunya untuk berangkat sekolah lagi dan mengikuti pelajaran kembali. Saat aku turun bus ada yang memanggilku

“Mel…..”

Saat aku menoleh dan menghentikan langkahku.

“Eh hay Wisnu, kita ketemu lagi” kejutku mendapati Wisnu berjalan disebelahku. “Tadi naik apa kamu berangkatnya?” tanyaku sembari melihat Wisnu berjalan seorang diri juga.

Wisnu membalas dengan tersenyum manis kearahku. “Masa satu bus nggak tau sih Mel, tadi aku berdiri dibelakang ” terang Wisnu.

“Ohh, haha. Maaf Wisnu. Tadi beneran aku nggak tau kalo kamu juga naik bus yang aku naiki juga” balasku sembari mengacungkan tanda V dan meringis kearah Wisnu.

“Iya Mel, nggak apa-apa kali” kata Wisnu dengan tersenyum lagi.

“Oya, denger-denger kamu di kelas jadi ketua kelas ya?” tanyaku mengganti topik pembicaraan.

“Kok tau Mel?” kata Wisnu penasaran.

“Iya, kemarin Tami temen kamu cerita sama aku waktu pulang sekolah nungguin bus itu” balasku.

“Tami itu temen semasa SD ku Mel, ya walaupun sekelasnya baru sekarang sih” cerita Wisnu langsung.

“Iya, kemarin Tami juga cerita begitu sama aku. Katanya dulu waktu SD kamu banyak yang naksir ya” cerocosku tiba-tiba sembari tersenyum geli kearah Wisnu.

Lagi-lagi Wisnu tersenyum manis sembari menoleh kearahku “Ah bisa aja kamu Mel” jawab Wisnu malu-malu.

Aku membalas dengan tersenyum geli kearahnya juga. “Pasti banyak penggemar nih sekarang di kelas kamu?” timpalku sembari menebak.

 “Nggak segitu juga kali Mel, lagian temen-temenku yang cewek aja pada bilang kalo aku orangnya ganteng,senyumnya manis & baby face. Trus kalo senyum bisa bikin cewek-cewek pada klepekan” terang Wisnu dengan PD-nya.

Lama-lama aku semakin larut dalam pesona Wisnu yang benar-benar tampan.

Saking merasuknya, tanpa sadar aku kelepasan berucap. “Emang kamu ganteng, trus kalo senyum manis dan terakhir kamu imut-imut.”

Tampak Wisnu langsung terkejut saat mendengar aku mengatakan demikian. “Apa Mel?” ulang Wisnu kaget mendengar ucapanku barusan.

Setelah aku sadar, aku segera menutup mulutku sendiri yang tanpa sengaja kelepasan berbicara begitu pada Wisnu.

“Eh… maaf Wisnu, tadi aku keceplosan ngomong begitu sama kamu. Sekali lagi maaf ya nggak sopan sama kamu” balasku mengumpat rasa malu dan langsung merasa pipiku merona.

“Iya nggak apa-apa kok Mel, santai aja” kata Wisnu yang terlihat salah tingkah juga.

Beruntung sekali saat kejadian itu, langkahku dan Wisnu hampir saja sampai ruangan Tata Usaha yang artinya sudah dekat dengan kelasku, disana udah ada Shella dan Fia yang sedang mengobrol santai sembari menanti kehadiranku.

“Wisnu, ngobrolnya udahan dulu ya. Soalnya kedua temanku udah nungguin disana. Ntar kalo pulang kita ketemu, ngobrolnya dilanjutkan lagi” pamitku.

“Iya Mel, lagian aku juga mau masuk kelas nih. Kapan-kapan mampir dong ke kelasku” kata Wisnu dengan ramah.

“Iya deh kapan-kapan aku main ke kelasmu, tapi kamu juga ya sering-sering main ke kelasku” pintaku lagi.

“Siap deh Mel ” balas Wisnu dengan anggukkan.

“Bye Wisnu ” kataku yang mulai melambaikan tangan kearah Wisnu.

Wisnu membalas melambaikan tangannya dan tersenyum lagi ke arahku kemudian menuju kelasnya, sementara aku menghampiri kedua sahabatku yang sedang duduk di depan Tata Usaha.

Sepeninggalan Wisnu yang akan melanjutkan langkah kakinya menuju kelas VII B.

“Siapa tu Mel? Kok sepertinya udah akrab nih kalian berdua” tanya Fia dengan ekspresi menggodaku.

“O… dia namanya Wisnu Fi, aku kenalan sama dia sewaktu beberapa hari kemarin sama Shella lagi nungguin bus” terangku sembari mengumpat rasa salah tingkah.

“Ehm… ternyata PDKT-mu dengan Wisnu berhasil juga ya” geli Shella sembari tersenyum jahil kepadaku.

Aku meringis kearah Shella dan Fia sembari mengumpat rasa salah tingkahku,"Ihh Shella ini ya. Orang aku tadi nggak sengaja juga ketemu dia di bus" protesku yang membuat Shella tertawa.

“Wah… diam-diam Amel udah punya gebetan baru nih, pantes aja Vian waktu beberapa bulan lalu kamu tolak, ternyata penyebabnya ini” tambah Fia mulai mengerti.

“Nggak gitu juga kali Fi, nggak ada hubungannya malah” terangku sembari menampik perasaan yang mendadak aneh bergemuruh di dadaku.

“Nggak apa-apa lagi kalo kamu emang lagi tahap-tahap PDKT sama Wisnu, malah kami dukung lho Mel” support Fia penuh senyum.

“Masa kemarin sore waktu aku main ke rumah Amel, di jalan ketemu Wisnu Fi. Terus nggak taunya Wisnu nanyain Amel dan nitip salam juga lho” cerita Shella pada Fia sembari melirik kearahku.

Fia langsung tersenyum jahil saat mendengarkan cerita Shella.

“Ih… apaan sih kalian ini, malu tau kalo temen-temen lain pada tau” kataku.

“Cie Amel ” geli Fia.

“Nggak apa-apa kali Mel, ntar kalo misal jadian beneran teman-teman lain pada tau kok” geli Shella juga.

“Ah… udahlah nggak usah bahas tentang Wisnu lagi, ntar di kelas aku nggak bisa konsentrasi pelajaran lagi” tampikku yang sudah merasa panas di pipi karena merona.

“Hahaha… Amel, Amel. Segitunya sih, kan tujuanku cuma bercanda doang” gelak Shella sembari merangkulku.

“Iya Shel, aku tau kok maksudmu” balasku yang akhirnya ikutan tertawa kearah Shella.

Fia sendiri hanya geleng-geleng kepala melihatku dan Shella.

“Masuk kelas yuk” ajak Fia mengalihkan pembicaraan.

“Ayo ” balasku dan Shella serentak.

Kami bertiga pun menuju kelas VII G, tapi entah kenapa sewaktu kami bertiga masuk kelas. Shella menghentikan langkahnya saat melihat ada seorang cowok hitam manis dan berpostur tinggi itu sedang memasuki kelas VII F.

Shella pun terpesona dan bergumam “Waw… cowok kelas sebelah ternyata ada yang ganteng juga.”

Aku dan Fia menghentikan langkah sejenak.

“Shel, masuk kelas yuk” ajakku sambil menarik tangan Shella.

Tapi Shella nggak menggubris ajakanku.

“Shel, kamu liatin siapa sih kok segitunya kamu?” tanya Fia semakin bingung.

Saat itu juga cowok yang dilihat Shella tadi melempar senyum ke arah Shella, dan Shella pun semakin tergila-gila saat membalas senyuman cowok tersebut.

Aku kaget saat melihat cowok tersebut “Hah! Itu kan Nugroho. Teman semasa SD ku, ternyata dia juga bersekolah disini” gumamku.

“Siapa Mel nama cowok itu?” tanya Shella saat nggak sengaja menyebutkan nama cowok incarannya.

“Dia namanya Nugroho Shel, anaknya baik kok nggak neko-neko lagi” ulangku memberitahu Shella.

“Waw… ini dia cowok yang selama ini aku cari-cari” kata Shella semangat.

“Mau aku kenalin langsung sama dia Shel?” tawarku.

“Boleh Mel, tapi kapan-kapan aja deh” pinta Shella.

“Jangankan kapan-kapan Shel, nanti pun sewaktu istirahat aku juga mau kok” senyumku

“Makasih Amel, you’re are my best friend” puji Shella dengan teriak kegirangan.

“Iya Shel sama-sama. Yang penting kamu seneng” balasku yang masih merasa geli melihat wajah Shella yang gantian merona.

“Wah… wah… teman-temanku udah punya incaran sendiri-sendiri nih, sementara aku belum” protes Fia.

“Tenang Fi, pasti suatu saat kamu juga nemuin incaranmu kok” hiburku yang mendapatkan anggukkan dari Shella juga.

Kami pun akhirnya masuk kelas bersamaan.

“Seneng deh tadi di luar kita ketemu orang-orang incaran kita” gelakku sambil duduk dibangku.

“Iya Mel, jantungku hampir copot sewaktu pertama kali ketemu temen SD-mu. Apalagi waktu lihat dia senyum sama aku” balas Shella kegirangan.

“Ye… dasar kalian. Ngomongin cowok aja langsung semangat 45 nih” ucap Fia.

“Hahaha…. Kamu tau aja Fi, lagian siapa suruh sih kita berdua jatuh cinta duluan” gelak Shella.

“Jangan pesimis gitulah Fi, masih banyak waktu untuk menemukan kekasih hati” hiburku.

Fia membalas dengan tersenyum dan berkata” Iya Mel, aku percaya kok sama kalian. Nikmatin aja rasa-rasa itu.”

Aku dan Shella saling pandang kemudian tersenyum tersipu di hadapan Fia.

Sadar bahwa jam dinding akan menunjukkan pukul 07.00, aku segera mengalihkan pembicaraan. 

“Oya, hari ini apakah kita punya PR?” tanyaku saat mengeluarkan buku dari tas.

“Setauku nggak ada deh Mel, terakhir kemarin kan bahasa Indonesia disuruh ngerjain tugas kemudian dikumpulkan” terang Fia sembari mengingat-ingat tugas dua hari yang lalu.

“Tapi minggu depan kita dapat tugas kelompok mencari kliping bahasa Indonesia kan?” sambung Shella.

“Iya Shel, minggu depan kita ngumpulin tugas Bahasa Indonesia kliping tentang berita yang ter-update akhir-akhir ini” anggukku.

“Kelompoknya 3 orang kan?” tanya Fia.

“Iya Fi, 3 orang. Pas kan dengan kita yang anggotanya 3 orang” kata Shella.

Aku dan Fia tersenyum sambil menggangguk.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tiga hari telah berlalu, tugas kliping sudah selesai dan siap untuk di kumpulkan hari ini. Tepat jam pertama, guru Bahasa Indonesia masuk kelas VII G dan langsung menagih tugas kelompok kami. Setelah itu dilanjutkan pelajaran seperti biasa sampai istirahat.

“Ke kantin yuk” ajak Fia padaku dan Shella saat terdengar bel istirahat tiba.

“Aku nggak ikutan ah” jawabku sembari memasukkan buku bahasa indonesia ke dalam tas ranselku.

“Ya udah, mending aku sama Shella aja yang ke kantin” terang Fia pada Shella.

“Ok deh” balas Shella bersemangat.

Tak lama mereka ke kantin, beberapa menit kemudian Nugroho datang ke kelasku dan menghampiri ke bangkuku.

“Eh Nugroho, ada apa nih tumben main kesini?” tanyaku penasaran.

“Aku mau nanya sesuatu dong Mel” respon Nugroho sembari melihat sekeliling teman-teman yang ada di kelasku.

Melihat tingkah Nugroho yang aneh, aku semakin penasaran.

“Tanya aja lagi, nggak ada yang ngelarang kan?” responku dengan ekspresi geli.

“Temenmu yang tadi pagi balas senyumku itu siapa namanya Mel?” tanya Nugroho lagi.

Aku terkejut saat mendengar Nugroho bertanya demikian. “Lhoh, bukannya ini yang tadi pagi diceritain Shella ke aku ya” batinku sembari mengingat-ingat cerita Shella tadi pagi tentang Nugroho. “Kok sekarang malah Nugroho yang gantian nanyain Shella. Jangan-jangan.....” tebakku yang masih merasa geli.  

Saking gelinya aku mengingat-ingat cerita Shella tadi pagi, sampai hanyut ke dalam lamunan yang benar-benar membuatku menahan geli. Nugroho menyenggol sikutku dan membuatku langsung buyar lalu menoleh kearah Nugroho dengan cengiran kuda.

“Ckckck, Mel, Mel.Kamu itu ditanya malah melamun sih? lagi mikirin siapa kamu?” tanya Nugroho keheranan sembari menggelengkan kepala.

Cepat-cepat aku menggeleng dan masih meringis kearah Nugroho sembari mengacungkan tanda V kearahnya. “Hmm, tentang cewek yang tadi pagi itu kan?” tebakku sembari memasang ekspresi geli melihat tampang Nugroho yang sudah memerah.

Nugroho menggangguk tersipu dan pastinya tak bisa tersembunyikan olehku.

 “O… temenku yang tadi itu namanya Shella. Ada apa nih nanyain dia?” tanyaku langsung menginvestigasi.

“Anaknya manis ya” ungkap  Nugroho malu-malu.

Mendengar ungkapan langsung dari Nugroho, aku langsung terkejut dan refleks tertawa terpingkal-pingkal.

“Cieee…. Nugroho jangan-jangan naksir nih sama Shella” ledekku sembari tersenyum jahil pada Nugroho.

“Iya Mel, habis dia manis sih. Kan aku suka sama cewek manis. Tapi kamu jangan ngomong Shella dulu kalo aku naksir dia” terangnya.

Mendengar pengakuan Nugroho, aku makin terpingkal-pingkal karena merasa geli sekali. Langsung Nugroho membekap mulutku dengan tangannya. “Hihh, Amel ini deh. Nggak bisa apa ketawanya dikecilin suaranya” gerutu Nugroho merasa tersipu.

Suara gelak tawaku terhenti saat Nugroho memprotes demikian.

 “Nggak perlu disembunyiin kali, Shella juga udah paham Nug” terangku yang ternyata masih menahan gelak tawaku.

“Maksudmu Mel?” tanya Nugroho yang masih bingung

“Nug, asal kamu tau aja kalo Shella juga sebenarnya suka sama kamu waktu pertama kali liat kamu masuk kelas VII F” terangku akhirnya.

Ekspresi Nugroho berubah terkejut dan wajahnya terlihat memerah. “Yang bener Mel?” tanya Nugroho nggak percaya.

“Beneran Nug, tadi Shella juga bilang begitu sama aku waktu di kelas” anggukku sembari meyakinkan Nugroho.

“Jadi Shella juga suka aku dong” tanya Nugroho memastikan ceritaku baru saja.

Aku menggangguk mantap kearah Nugroho, mencoba meyakinkan Nugroho sekali lagi. Sadar bahwa ceritaku tak berbohong, Nugroho langsung girang sekali.

“Wah nggak disangka-sangka akhirnya cintaku terbalaskan juga. Ya udah Mel, kalo begitu aku balik kelas aja deh. Salam ya” senyum Nugroho diperlebar dan kemudian meninggalkan kelas VII G

“Cie…. Yang cintanya terbalaskan. Ok deh, awas mentang-mentang udah tau kalo cintanya terbalaskan, masuk kelas jangan nabrak pintu ya” geliku dan tentunya tak sabar untuk kuceritakan ulang pada Shella.

Nugroho menggangguk dan membalas dengan senyumnya sambil kembali ke kelas VII F.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!