Suasana kantor saat ini sedang heboh. Dimana sebuah perusahaan yang bergerak dibidang distributor sedang melakukan pergantian presedir perusahaan.
Pergantian itu sendiri dilakukan oleh pemilik perusahaan yang akan diturunkan kepada putera sulungnya yang saat ini baru saja pulang dari Mesir setelah lama menetap disana karena suatu urusan kuliah dan pekerjaannya.
"Presedir yang baru ini tampan, Lho" bisik seorang sekretaris berpakaian sedikit minim kepada rekan kerjanya.
"Iya. Kabarnya anak pemilik perusahaan ini, anaknya Pak Reno" Lina menimpali.
Lalu suasana hening saat suara derap langkah pria yang diikuti dua bodyguardnya memasuki koridor kantor untuk memasuki ruangan kerja barunya.
Tatapan pria itu sangat dingin, tanpa ekspresi apapun. Bahkan sepanjang perjalananjya menuju ruang kerja barunya Ia tidak melirik sedikitpun kepada para gadis yang kini sedang berdecak kagum padanya.
Sesampainya diruang kerjanya, Ia menatap ruangan tersebut dengan begitu datar, tak ada komentar apapun yang Ia berikan, ini bukan keinginannya, Ia tidak ingin menjalani profesi ini sebagai pekerjaannya, karena bukan pada ranahnya, namun karena desakan sang Papa, Ia terpaksa harus menerimanya, meskipun harus melewati sedikit pertengkaran.
Ia mengendurkan dasi yang melingkar dilehernya, rasanya sangat sesak menggunakan pakaian formal seperti ini, dan itu juga harus Ia lakukan karena tuntutan pekerjaannya.
Setelah dua minggu digembleng oleh sang Papa untuk menguasai ilmu tentang bisnis, akhirnya Ia dinyatakan dapat memimpin perusahaan, itu semua karena Ia orang yang sangat cerdas, sehingga dengan mudahnya dapat memahami apa yang disampaikan oleh sang Papa.
"Panggilkan sekretaris yang akan menangani pemasaran" titah pemuda yang kini sedang duduk dikursi kebesarannya kepada salah seorang bodyguard tersebut.
Bodyguard itu menganggukkan kepalanya, dan dengan segera menghubungi sekretaris bagian pemasaran produk yang mereka pasarkan.
Tak berselang lama, terdengar suara ketukan pintu, dan pria yang kini menjabat sebagai presedir tersebut mempersilahkan masuk.
Seorang wanita muda dengan pakaian yang super ketat dan juga sangat minim masuk dengan melenggokkan tubuhnya menghadap kepada Sang Presedir baru mereka yang tak lain adalah Adnan.
"Siang, Pak.. Ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita muda itu dengan nada sedikit nakal dan tatapanya tak lepas memandangi Adnan yang tampak masih fokus dengan layar laptopnya.
Adnan menolehkan wajahnya, menatap wanita muda yang merupakan karyawan diperusahaannya dengan wajah cantik ayu rupawan, serta begitu terlihat sangat menggoda.
Adnan menghela nafasnya, lalu membuang pandangannya pada sang wanita yang merupakan sekretaris yang akan mendampingi pekerjaannya mulai saat ini.
"Tolong besok kamu ganti pakaianmu dengan yang lebih sopan, dan juga jangan membentuk tubuh" ucap Adnan yang tentunya sangat terdengar membuat hati sang sekretaris bernama Linda itu sangat kesal.
Ia sudah berpenampilan semenarik mungkin karena Ia tahu akan kedatangan presedir baru diperusahaannya bekerja dan disinyalir berwajah tampan dan juga tentunya masih perjaka alias single, dan hal ini membuatnya ingin menjadi pusat perhatian dari sang persedir.
Linda mendenguskan nafas kesal, dan menatap malas "Ya.." jawabnya singkat dan tak ingin membahasnya.
Adnan tampak tak perduli dengan sikap kesal Linda, Ia hanya tak ingin melihat pandangan matanya ternodai oleh penampilan para karyawannya.
"Bawakan laporan statistik hasil penjualan produk yang terbaru" titah Adnan kepada Linda tanpa memandang gadis itu.
Linda semakin merasa penasaran dengan sikap presedir baru mereka yang terkesan begitu acuh tak acuh terhadap bawahannya.
"Ya.." jawab Linda datar, lalu memutar tubuhnya untuk membawakan apa yang diminta Bos barunya.
"Tunggu.." cegah Adnan dengan nada dinginnya.
Linda mencoba menoleh, namun pemuda itu tak juga melirik kepadanya "Ya.." jawab Linda singkat.
"Umumkan kepada seluruh karyawan diperusahaan ink, mulai esok yang karyawan perempuannya harus menggunakan pakaian tertutup" titah Adnan yang membuat Linda membolakan matanya dan hal ini sangat membuatnya begitu terkejut.
Ia tak menduga jika presedir baru mereka begitu sangat begitu monoton dalam memimpin perusahaan dan sikapnya juga kaku serta tidak ada basa-basinya.
Linda berjalan menyusuri koridor dengan perasaan kesal, lalu kembali kemeja kerjanya , dengan perasaan kesal Ia membuat pengumuman yang berlaku mulai esok hari buat para karyawan perempuannua harus menggunakan pakaian sopan dan tertutup.
Ia mengumumkannya melalui group WA-nya agar dibaca oleh seluruh member groupnya.
Setelah itu kemudian membuat rekapitulasi data yang diminta oleh Adnan.
Namun dibalik itu semua, Linda tidak menampik jika Ia sangat menginginkan dan merasa tertantang dengan sikap Adnan. Ia yakin jika Ia dapat menaklukkan pria tersebut, dan tentunya Ia harus tau sisi kelemahan pria itu.
Seluruh karyawan merasa heboh dengan pengumuman yang baru saja di update oleh Linda.
Yuni yang merupakan bagian kepala gudang menghampirinya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia baca dipesan WA-nya.
"Lin.. Ini pengumuman apaan sih?" tanya Yuni peanasaran.
Linda mengangkat kedua bahunya "Gak tau tuh.. Presedir baru kita sepertinya terlalu monoton deh" jawab Linda sembari mengerucutkan bibirnya.
"Dasar Aneh.. Untung saja tampan, kalau gak, ihh.. Pengen nyakar" ucap Yuni kesal.
Linda hanya mendenguskan nafasnya, Ia sendiri tidak tahu dengan sikap dan aturan dari pimpinan barunya yang bersikap konyol tersebut.
Namun yang dikatakan oleh rekan kerjanya jika sang presedir itu tampan, benar adanya. Mungkin mewarisi ketampanan papanya sebagai pemilik perusahaan.
Sementara itu, Adnan menatap layar monitornya, sebuah data rekapitulasi yang dikirimkan oleh Linda melalui pesan emailnya tampak jelas tertera grafik yang memperlihatkan jika penjualan dalam setiap produk yang mereka distributorkan mengalami penjualan berbeda disetiap bulannya.
Satu produk yang sangat diminati masyrakat dan mengalami penjualan yang sangat besar yaitu berasal dari PT. Rudy yang memproduksi bahan makanan ringan yang selalu mengalami permintaan tinggi setiap bulannya.
Produk mereka memperlihatkan kualitas yang baik, sehingga masyarakat sangat menyukainya.
Adnan berencana akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan perusahaan tersebut, untuk melakukan kerjasama yang lebih intens, dimana perusahaan yang kini dibawah pimpinannya akan mengambil produk mereka dalam jumlah besar sebagai distributor tunggal.
Adnan menghubungi Linda agar membuat jadwal pertemuan dengan pimpinan perusahaan tersebut.
Meskipun Ia belum berpengalaman dibidang perkantoran, namun apa yang diajarkan oleh papanya begitu sangat cepat untuk difahaminya dan akan membawa perusahaan keluarganya menuju kesuksesan.
Saat ini Ia masih berperang dengan hati dan keinginan sang Papa, namun Ia tidak ingin mengecewakan Papanya, dan mungkin juga Ia harus menyeimbangkan keinginannya dan juga keinginan sang Papa.
Setelah menyelesaikan semuanya, Adnan membuka sebuah chanel youtube pribadinya.
Ia melihat dirinya saat masih menempuh pendidikan kuliah di negara Mesir. Ia ingin menjadi seorang ulama besar, dengan segala Ilmu yang didapatnya selama ini, dan diwaktu senggangnya, Ia diam-diam membuat konten tentang cita-cita dan bakatnya yang terpendam.
Najma baru saja menyelesaikan perkuliahannya dibidang seni design grafich animation. Sedari kecil Ia menggemari menggambar animasi fantasi, yang mana bakatnya diturunkan dari sang Papa, Denny.
"Najma, kamu sebagai anak sulung sudah seharusnya menggantikan kedudukan Papa. Papa saat ini ingin bersantai dirumah menemani mamamu" ucap Denny sembari melirik kepada Amyra yang kini sedang mengajarkan PR buat anak bungsu mereka.
Amyra yang mendengar ucapan suaminya hanya tersenyum geli mendengar ucapan tersebut.
"Tapi, Pa.. Najma tidak berminag bekerja dibidang itu, karena Najma ingin melanjutkan chanel you-tube Najma dalam menggarap film animasi fantasi yang sudah lama Najma impikan" jawab gadis cantik tersebut.
Denny menghela nafasnya dengan berat "Sayang.. ilmu yang kamu miliki ada hubungannya dengan perusahaan. Kamu bisa menciptakan iklan produk barang kita dengan sebaiknya untuk menarik para konsumen agar membeli barang yang kita produksi" ucap Denny mencoba menjelaskan kepada Puterinya.
Ashraf yang saat ini sedang bermain phonsel sedang menguping pembicaraan keduanya. Saat ini masih duduk di semester 2 jurusan busnies management. Ia sendiri sebenarnya tidak berminat dengan dunia bisnis, namun karena Ia seorang anak laki-laki dan harus membantu keluarganya mengurus perusahaan.
Najma menghela nafasnya dengan berat, dan dengan terpaksa menyetujui permintaan sang papa.
"Besok kamu sudah mulai bekerja, dan ada pertemuan rapat penting yang harus kamu hadiri" ucap Denny mengingatkan.
Najma hanya menganggukkan kepalanya, dan Ia tidak memiliki pakaian untuk bekerja esok.
"Pinjam kunci mobil, Pa?" ucap Najma kepada Denny sembari mengukurkan tangannya.
"Mau kemana?" tanya Denny. Meskipun mereka hidup dengan harta berlimpah, tetapi anaknya tidal begitu bebas membawa mobil, mereka bahkan tidak bisa keluyuran sembarangan.
"Besok hari pertama masuk kerja, Najma belum memiliki pakaian untuk bekerja dikantor secara formal" jawab Najma mencoba meyakinkan Papanya.
"Biar ditemenin sama adik kamu Ashraf" ucap Denny sedikit keberatan.
Seketika Ashraf membolakan matanya. Masa iya Dia harus menemani kakak perempuannya belanja pakaian, Ashraf langsung ngacir mencoba mengelak "Maaf, Pa..perut Ashraf sedikit sakit dan ingin buang air" ucap Ashraf beralasan lalu segera menghilang.
Menemani makhluk cewek berbelanja ada hal yang paling menyebalkan bagi Ashraf, kecuali yang meminta menemaninya itu adalah Mamanya, maka Ia tidak akan ada kata penolakan.
Seketika Denny menggelengkan kepalanya karena merasa jika anak lelakinya itu berprilaku sama saja, dab terlalu banyak alasan.
"Nih.. Jangan lama-lama" ucap Denny, sembari menyerahkan kunci mobil kepada Najma.
"Oke, deh Pa.." jawab Najma cepat, lalu Ia meraih kuncinya, lalu beranjak dan bergegas pergi.
Najma melajukan mobilnya membelah keramain kota, lalu menuju pusat perbelanjaan. Setelah lama meninggalkan kotanya, baru kali ini lagi Ia menjelajahi kota, dan banyak perubahan disana sininya.
Najma sudah hampir 3 tahun berada si Swiis untuk melanjutkan perkuliahannya, dan baru kali ini kembali ke kota kelahirannya, dan kini Ia begitu sangat takjub dalam memandang kota yang menjadi kebanggaannya.
Setelah menempuh perjalanan beberpa menit lamanya, akhirnya Ia sampai dipusat perbelanjaan dan memarkirkan mobilnya disana.
Ia berjalan seorang diri dan menuju lantai dua tempat dimana menjual pakaian dewasa dan anak-anak.
Namun Ia melihat penjual es krim lembut yang lagi viral dan Ia ikut mengantri untuk membeli rasa coklat strawbery, dan setelah mendapatkan antriannya, Ia membayarnya lalu bergegas menuju lantai dua.
Najma menaiki lift, dan Ia tampak terlalu fokus dengan tujuan utamanya untuk membeli beberapa pasang pakaian kantor.
Sesaat phonselnya berdering, ternyata adik laki-lakinya Ashraf yang sedang menelefonnya. Ia mencoba mengangkatnya "Hallo" ucap Najma cepat.
"Kak.. Nitip beliin ayam gireng crispy ekstra pedas, ya" ucap Ashraf dari seberang telefon.
"Heem.." jawab Najma singkat. Adik lelakinya sedikit manja, namun terkadang juga ngeselin dan juga jahil, namun Ia tetap menyayanginya.
"Makasih, Ya.. Kakakku yang paling cantik sedunia" gombal Ashraf.
"Haaalllah.. " Balas Najma, lalu mematikan phonselnya dan sibuk memasukkan phonsel ke dalam tas kecil yang Ia sandangkan.
Es cream ditangannya sudah meleleh, dan tanpa sadar Ia menabrak seseorang...
Buuuuugggh..
"Aaaaawww..."
Rintih Najma, dan seketika matanya membola saat mengetahui es creamnya telah mengotori kemeja putih milik seorang pria bertubuh kekar yang berada didepannya.
Najma bingung dan segera mengambil tissu basah untuk membersihkan noda es cream yang menempel di kemeja putih tersebut.
Namun saat tangan Najma ingin menyentuh kemeja tersebut, seketika pria itu mundur dua langkah dan mengangkat tangan kanannya kedepan Najma, dengan isyarat jangan menyentuhnya.
Najma sesat terperangah, Ia merasa apakah pria itu begitu marah padanya, sehingga menolak dirinya untuk membersihkan noda tersebut.
"Maaf, saya tidak sengaja" ucap Najma tanpa ekspresi, Ia sedikit tersinggung dengan sikap pria itu.
Namun diluar dugaan, Pria itu mengambil ujung tissu basah dari genggaman tangan Najma, lalu membersihkan noda itu sendiri dengan tangannya.
Najma sedikit lega, lalu memberikan kembali tissu basah miliknya beberapa lembar kepada pria yang terkesan dingin tersebut.
"Maafkan, Saya.." ucap Najma sekali lagi.
Pria itu hanya mennganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis lalu beranjak pergi.
Najma masa bodoh, dan melanjutkan diirnya menuju tempat yang sedang dicarinya.
Namun pria itu menolehkan kepalanya, menatap punggung sang gadis yang menggunakan hijab pashmina yang merupakan trend bagi remaja, dan balutan tunik serta celana jeans pass boddy.
Pria yang tampak bersikap dingin itu merasakan sesuatu yang aneh mengalir direlung hatinya. Ia seolah pernah melihat sang gadis, namun entah dimana, Ia mencoba menggali memorynya, namun Ia tidak menemukannya.
"Bos.. Apakah kita pulang sekarang?" tanya seorang pria berpakaian serba hitam kepada pria tersebut.
Pria yang tak lain adalah Adnan hanya menganggukkan kepalanya. Ia sepertinya begitu irit bicara, dan hanya mengatakan hal seperlunya saja, jika itu sangat penting. Apalagi terhadap seorang wanita, sepertinya Ia menutup diri.
Selama ini Ia begitu disibukkan oleh dirinya yang terus mengasah kemampuan dalam dirinya untuk menekuni keahliannya didalam bidang ke agamaan.
Adnan meninggalkan Mall dan bergegas menuju parkiran.
Sementara itu, Najma sibuk memilah pakaian yang akan digunakannya esok untuk hari pertamanya bekerja. Meskipun sulit menemukannya, akhirnya Ia menjatuhkan pada pilihannya sebuah blazer keluaran terbaru dan mengambil tiga pasang sekaligus.
Najma menuju kasir dan menunggu antrian untuk membayarnya. Sesaat Ia baru menyadari jika Ia memegang sebuah bolpoint berwarna keemasan dengan desain yang begitu indah.
Ia mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin bolpoint itu bisa berada ditangannya, sedangkan Ia tidak membelinya dimanapun.
"Apakah ini milik pria aneh tadi? Mungkin aku tidak sengaja menariknya saat menabraknya tadi?" guman Najma dalam hatinya, lalu memasukkan bolpoint itu ke dalam tas nya.
Kemudian Ia membayar belanjanya, dan berlalu pergi meninggalkan lokasi mall dan akan menuju gerai makanan penjual makanan cepat saji yang dipinta oleh Ashraf.
Adnan kembali ke kantor. Ia duduk dikursi kerjanya. Gadis yang tanpa sengaja menabraknya tadi telah mengusik hatinya.
Selama ini Ia tidak begitu perduli dengan yang namanya wanita. Sebab Ia memiliki satu nama yang terpatri dalam hatinya sedari Ia mengenal pemilik nama itu dari Ia berusia 4 tahun pada masa itu.
Sorot mata sang gadis begitu tampak teduh. Ia seperti pernah mengenalnya. Namun dimana? Dan mengapa begitu mengusiknya?
"Astaghfirullahhaladzim"
Adnan menepis bayangan itu, Ia tidak ingin terus membayangkan sosok sang gadis yang mana nantinya dapat merusak fikirannya.
Adanan membuka laci meja kerjanya. Sebuah mushaf berukuran kecil Ia raih dari laci tersebut. Meskipun Ia sudah mengingat seluruh isinya, namun Ia tetap untuk membacanya dengan mushaf itu.
Darahnya berdesir saat mengucapkan kalimah ta'awudz dan jiwanya seolah begitu merindukan dan merasa dekat dengan sang Pemilik Alam yang menguasai nyawanya dalam genggaman-Nya.
Ia membaca sebuah surah yang menggetarkan hati dan jiwanya. Suaranya terdengar lirih dan mendayu yang hanya Ia sendiri yang mendengarnya.
Matanya tiba-tiba terpejam dan kemudian melanjutkan bacaannya dengan penuh penghayatan yang begitu menggetar hati siapapun.
Tanpa sengaja pintu dibuka, seorang wanita yang merupakan sekretaris bernama Linda yang yang sejak kemarin merasa kesal dengan Adnan menyembulkan kepalanya dibalik pintu untuk mengantarkan dokumen dan penandatangan perjanjian kerjasama dengan sebuah perusahaan.
Namun langkahnya terhenti saat melihat sang presedir itu duduk dengan begitu sahaja dan kepalanya bersandar disandaran kursi dengan mata terpejam sembari melantunkan ayat suci dengan sangat lembut dan suara yang begitu indah, bahkan menyentuh hingga ke qalbu.
Linda terperangah, diam terpaku didepan pintu. Lalu Ia kembali menutup pintu tersebut dan bersandar didinding ruang kerja Adnan. Sayup-sayup Ia masih mendengar suara lantunan murottal yang dikeluar langsung dari bibir seorang pemuda yang sangat tampan rupawan.
Linda menengadahkan kepalanya, menghayati setiap lafaz yang keluar dari bibir pria itu. Sesaat Ia tersadar dan berjalan kembali ke ruangannya dengan wajah linglung.
Kini Ia menyadari mengapa pria itu begitu berbeda dari pria manapun, dan membenci wanita berpakaian minim, ternyata Ia seorang hafiz.
Linda memasuki ruang kerjanya yang berada bersebelahan dengan ruang Yuni sahabatnya.
Linda duduk dikursinya dan menggigit jemarinya. Ia masih terngiang wajah tampan itu saat memejamkan matanya sembari melafazkan ayat suci yang mana baru pertama kalinya Linda melihatnya.
Selama ini Linda hidup dalam pergaulan bebas, club malam dan teman pria yang selalu mencekokinya dengan minuman berakohol.
Tatapan Linda yang nanar membuat Yuni merasa penasaran. Lalu gadis itu datang menghampirinya dan menepuk pundak Linda dengan lembut.
"Heeei.. Jangan kebanyakan mengkhayal, keluar dari ruang kerja Big Bos kenapa melamun? Kamu kena omel lagi?!" tanya Yuni dengan wajah seriusnya.
Linda tersentak kaget saat Yuni tiba-tiba memukul pundaknya.
"Kamu ngagetin saja, Yun"gerutu Linda dengan bibir manyun.
"Habisnya wajah Kamu tampak melamun gitu, kalau kamu kesambet gimana-coba?!" balas Yuni mengomel.
Linda menarik nafasnya dengan sangat berat, lalu menghelanya dan menatap sahabatnya dengan sendu.
"Kamu kenapa? Dimarahin pak Bos baru itu lagi?" cecar Yuni tak sabar.
Linda menggelengkan kepalanya dengan lemah, lalu kembali menatap nanar.
"Terus kalau bukan diomelin apa?" Yuni semakin penasaran.
Linda kembali menatap sahabatnya "Dia berbeda, Yun?" jawab Linda yang semakin membuat Yuni bingung.
Yuni mengerutkan keningnya dengan jawaban Linda yang tidak lengkap.
"Dia siapa?"
"Presedir baru kita"
"Berbeda dari alam ghaib gitu maksudmu?"
Linda menatap Yuni dengan sendu, dan menggelengkan kepalanya "Kamu tidak akan percaya dengan apa yang akan ku katakan" ucap Linda semakin membuat Yuni penasaran.
"Berbedanya seperti apa? Kalau ngomong itu yang jelas" ucap Yuni yang hampir mati penasaran karena Linda yang memberikan informasi tidak lengkap.
"Dia.." Linda menghentikan ucapannya saat seorang karyawan pria memanggilnya.
"Mbak Linda, dipanggil Pak Adanan untuk membawa dokumen yang akan ditandatangani" ucap karyawan pria itu kepada Linda.
Linda menatap pada Yuni. Aku ke ruangan pak Adnan dulu" ucap Linda yang beranjak bangkit dari duduknya meraih documen yang akan dibawanya.
Yuni yang masih penasaran mencegah Linda yang akan beranjak pergi meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan dan rasa penasaran.
"Hei. kamu belum jawab yang tadi main kabur saja" cegah Yuni dengan rasa penasarannya.
"Ntar, selesai ini aku akan beritahu kamu" ucap Linda meyakinkan sahabatnya dan segeea berlalu meninggalkan Yuni yang semakin terbakar rasa penasaran.
Linda bergegas melangkah menyusuri koridor menuju ruang kerja Adnan yang sedikit menjauh dari pintu lift.
Sesampainya didepan pintu ruang kerja Adnan, Ia mencoba mengetuknya dan terdengar jawaban kata 'Masuk'.
Linda yang kini menggunakan celana panjang dan juga atasan blush berwarna putih dengan rimple dibagian leher hingga kacing bawah membuatnya terlihat begitu cantik menggoda.
Rambut kucir ekor kuda dengan make up natural menambah keanggunan seorang Linda.
Ia berjalan menuju meja kerja Adnan dengan gugup. Bukan karena Ia takut, namun entah perasaan apa yang menjalar dihatinya saat mengetahui Adnan sang Bos besarnya adalah seorang hafiz.
Setelah sampai di meja Adnan, Linda meletakkan berkas documen yang akan ditandatanganinya. Rasa gugup kian menderu dijantungnya.
Namun seperti sebelumnya, tak sedikitpun Adna meliriknya. Pria itu meraih berkas yang berada ditas meja, lalu membuka lembarannya satu persatu dan membaca secara acak, lalu membubuhkan tanda tangan ditempat seharusnya.
Setelah selesai, Ia meletakkan kembali berkas tersebut.
"Sudah, pergilah! Dan jangan lupa persiapkan segalanya untuk pertemuan esok dengan pimpinan perusahaan yang akan membahas kerjasama perusahaan kita dengannya!" ucap Adnan tanpa melihat wajah Linda.
Sedangkang Linda begitu lekat memandang wajah pria yang sangat membuatnya berdebug kencang.
"Baiklah, Pak. Akan saya persiapkan" jawab Linda, dan beranjak pergi.
Nafasnya tersengal bagaikan orang yang baru saja berlari pagi.
Ia mempercepat langkahnya, karena berlama menatap pria itu semakin membuat terserang tremor.
"Oh, Tuhan.. Mengapa ada ciptaan-Mu yang begitu indah dan sangat sempurnah" guman Linda dalam hatinya.
Ia bagaikan seseorang yang sedang melayang dalam membayangkan keindahan tersebut.
Suara indah Adnan saat melantunkan ayat suci dengan matanya yang terpejam masih terngiang terus diingatannya dan tak dapat lekang.
Sesampainya diruang kerjanya, Ia kembali dihadang oleh Yuni yang masih penasaran dengan apa yang dikatakannya beberapa waktu yang lalu.
"Ya, Ampuun , Yun.." ucap Linda yang mengatur sesak nafasnya.
"Makanya, kalau beri informasi itu jangan setengah-setengah, kamu mau buat aku mati penasaran, ya?!" omel Yuni dengan kesal.
Linda menatap sahabatnya "Kamu tau gak, kenapa sejak pertama pak Bos datang Ia seorang yang cuek dan dingin?" tanya Linda kepada Yuni.
Yuni menganggukkan kepalanya.
"Emangnya kenapa?"
"Dia seorang hafiz" jawab Linda.
Seketika Yuni membolakan matanya merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Masa, Sih? Kamu tau dari mana?" tanya Yuni penasaran.
"Emm.. Ada deh.. Mau tau aja.!" jawab Linda yang semakin membuat Yuni gemas melihat sahabatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!