Kenrich Orlando, seorang CEO dari perusahaan pembuat kendaraan terbesar di dunia, Foreal Motors. Berkat kepiawainnya, Kenrich berhasil membuat Foreal Motors menjadi pelopor kendaraan yang diakui di kancah internasional. Jika perangkat elektronik memiliki ap*le, maka kendaraan memiliki Foreal.
Foreal terus mencetak rekor penjualan tertinggi setiap tahunnya karena inovasi, desain, dan kualitas mesinnya yang juga terus meningkat. Hanya dalam waktu 1 tahun, Foreal sudah melejit di NASDAQ. Sekarang harga saham perusahaan itu sudah naik 20 kali lipat.
Kenrich juga terkenal di dunia investasi. Dia pandai melobi, menarik orang untuk mau menanamkan modalnya di Foreal. Koneksi Kenrich sangat luas, semua orang penting berteman dengannya. Investor, pejabat publik, pengacara, duta besa, konglomerat lainnya.
Kenrich memang tampak sempurna, bahkan kesempurnaannya dapat terbayangkan jika hanya mendengar namanya. Namun tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk Kenrich. Mudah terpikat dan mudah bosan dengan wanita, menjadikan Kenrich tidaklah sesempurna itu.
Entah sudah berapa banyak wanita yang singgah di hidupnya, namun tidak ada satupun hubungan mereka berhasil. Paling lama hanya berjalan 2 bulan saja.
Namun bukan berarti Kenrich tidak menyukai wanita… Dia sangat menyukai makhluk ciptaan Tuhan yang indah itu.
RUANG RAPAT FOREAL MOTORS.
“Sehingga dapat disimpulkan, lebih hemat memindahkan kantor pusat ke New City dibandingkan merekrut pegawai terbaik dari kota manapun,”
“Baiklah. Rapat pagi ini, pastikan tidak ada yang membocorkannya sampai saya membuat keputusannya,” ucap Kenrich.
“Baik, pak,”
Kenrich keluar dari ruang rapat bersama sekretarisnya.
“Rapat tadi pagi, bagaimana menurutmu?” tanya Ken seraya berjalan bersama sekretarisnya keluar dari kantor.
“Keputusan memindahkan kantor pusat Foreal ke New City adalah keputusan yang ideal kalau melihat dari efektivitas dan efisiensi,” jawab sekretarisnya.
“Memangnya ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan?” tanya Ken.
“Ada,”
“Apa itu?”
“Morgan Orlando,”
“Ah, ya. Aku lupa memikirkan dia,” ucap Ken.
Ken bersama sekretarisnya masuk ke dalam mobil.
KEDIAMAN KAKEK KENRICH, MORGAN ORLANDO.
Suatu pagi di kediaman Morgan Orlando, Kenrich sebagai cucu yang baik hati dan penyayang, dia mendatangi kediaman kakeknya. Hanya sekedar setor muka dan berbincang sebentar saja agar terlihat sebagai cucu yang berbakti.
Tampan, mapan, berbakti pula dengan orang tua, sempurna sekali bukan? Namun dibalik kesempurnaannya itu, ada seorang wanita yang berperan besar, yang memaksa Kenrich dengan memasukkan kunjungan rutin itu ke dalam jadwal harian Kenrich. Siapa lagi yang bisa melakukan itu selain sekretarisnya sendiri?
“Sudah lebih dari 5 tahun kakek menunggu cucu darimu. Kapan penantian kakek ini akan berubah manis? Kamu selalu meminta kakek untuk bersabar. Sampai kapan kakek masih harus bersabar?” ucap Morgan.
“Tidak ada yang meminta kakek untuk menunggu,” balas Kenrich yang tangannya sibuk mengupas kulit apel dengan pisau.
Namun Kenrich terus mengalami kegagalan. Kulit apelnya selalu terpotong kecil sebelum dia berhasil memutar apelnya.
“Kenapa kulitnya selalu patah?” Kenrich menggerutu.
“Biar aku saja,” ucap seorang wanita yang siap siaga berdiri di samping Kenrich saat dia berbincang dengan kakeknya di ruang tengah.
Dan wanita itu ialah Patrice Gourman. Sekretaris yang sudah berada di sisi Kenrich 11 tahun. Orang di balik “kesempurnaan” Kenrich sekarang.
“Hey, memangnya wajah tampanmu itu hanya pajangan saja? gunakan itu untuk memikat wanita. Populasi di dunia ini didominasi oleh wanita dan kamu masih belum berhasil mendapatkannya satupun?” Nada bicara Morgan meninggi.
“Memangnya aku bilang aku tidak bisa memikat wanita? Semua wanita yang melihatku pasti akan langsung terpesona denganku. Ya, ‘kan, Patrice?” Kenrich mengajak Patrice untuk ikut masuk ke dalam pertarungan dan membelanya.
“Itu memang tidak dapat disangkal,” ucap Patrice.
“Tuh, kakek dengar sendiri, ‘kan?”
“Ok, lalu kenapa sampai sekarang belum ada wanita yang kamu kenalkan ke kakek?” tanya Morgan.
“Ya, karena aku belum berhasil menemukan yang tepat, yang bisa aku kenalkan ke kakek. Kakek tidak mau ‘kan aku membawa masuk sembarang wanita ke rumah ini?” jawab Kenrich.
“Sudah, diam saja. Patrice, aku sudah mengirimkan beberapa profil wanita ke emailmu. Aturkan jadwal pertemuan kunyuk ini dengan mereka. Dan kamu, pergilah temui mereka,” ucap Morgan.
“Aku tidak memiliki waktu untuk itu. ya, ‘kan, Patrice? Please, katakan iya, katakan iya,” Kenrich memberi kode.
“Patrice handal dalam pekerjaannya. Dia pasti bisa mengatur jadwalmu. Itu sebabnya kamu membiarkan dia bekerja selama 11 tahun. Ouh, aku tidak bisa membayangkan apa jadinya dirimu sekarang kalau tidak ada Patrice. Tapi, Patrice, kakek rasa kamu juga perlu menemukan pasanganmu sendiri dan berkeluarga. Aku rela karena kunyuk ini sudah cukup besar,” sahut Morgan.
“Aku yang tidak rela. Patrice bekerja untukku, dia hanya mendengarku, dan menjalankan perintah dariku. Aku rasa kunjunganku hari ini sudah selesai. Sampai jumpa di kunjungan berikutnya. Ayo, Patrice,” Kenrich bangkit berdiri dan mengajak Patrice keluar bersamanya.
“Kenrich, kakek sudah tua. Oleh sebab itu permintaan kakek terdengar aneh. Entah berapa lama lagi kakek akan hidup. Jadi, turutilah permintaan orang tua ini. dan selagi kakek masih ada, kakek bisa menjadi wali nikahmu. Kamu ingin mamamu yang menjadi wali nikahmu kalau kakek sudah tiada?” ucap Morgan.
“Lebih baik aku tidak menikah daripada harus menemui dia dan memintanya menjadi wali nikahku,” balas Kenrich lalu pergi keluar bersama Patrice.
DI MOBIL DALAM PERJALANAN KE KANTOR.
“Aku tidak bisa menemui para wanita itu. kamu akan mendengarkan aku, ‘kan?” ucap Kenrich pada Patrice.
“Kenapa kamu tidak coba dulu saja? setelah aku lihat, mereka cantik, memiliki reputasi yang bagus, sama sepertimu,” balas Patrice.
“Ada berapa orang yang kakek usulkan?”
“3.”
“Astaga. Aku hanya akan menemui 1, carikan yang terbaik,”
“Kamu mau yang seperti apa?”
“Seperti kamu,”
“Sayangnya, aku hanya 1 di dunia ini dan tidak seorang pun bisa menyerupaiku,”
“Lantas? Aku tidak perlu pergi?”
“Tentu, kamu harus pergi. aku akan mencari yang mungkin kamu sukai. Nah, ini dia. Rabu jam 8 malam, atau Sabtu jam 6?”
“Astaga, Patrice. Kamu sangat kejam padaku. Rabu jam 8 malam di-”
“Gourmet,” ucap Patrice sebelum Kenrich mengucapkannya.
Patrice tahu kalau Gourmet adalah restoran italia yang Kenrich sukai.
RABU JAM 19.45.
Kenrich keluar dari ruangannya. Patrice langsung berdiri.
“Sudah waktunya menghadiri makan malam romantis dengan-” ucap Patrice yang terpotong karena Kenrich menyelanya.
“Ouch, Patrice, jangan lanjutkan. Aku akan pergi sekarang. Sampaikan ini pada kakek,” ucap Kenrich.
“Siap laksanakan, bos!”
“Jangan panggil aku seperti itu. aku pergi,” ucap Kenrich.
“Ya, silakan,” ucap Patrice sambil tersenyum.
“Aku akan pergi loh,”
“Iya. Semoga berhasil,” ucap Patrice.
Kenrich akhirnya berjalan mendekati lift dan menekan tombol turun. Patrice masih berdiri sampai memastikan Kenrich masuk ke dalam lift.
“Ngomong-ngomong, kenapa kamu belum pulang?” tanya Kenrich.
“Sebentar lagi aku selesai,”
“Oh, baiklah,”
Pintu lift terbuka.
Bersambung...
“Aku akan pergi loh,”
“Iya. Semoga berhasil,” ucap Patrice.
Kenrich akhirnya berjalan mendekati lift dan menekan tombol turun. Patrice masih berdiri sampai memastikan Kenrich masuk ke dalam lift.
“Ngomong-ngomong, kenapa kamu belum pulang?” tanya Kenrich.
“Sebentar lagi aku selesai,”
“Oh, baiklah,”
Pintu lift terbuka.
“Oh, ya, Pat. Apa kamu bisa meneleponku sekitar jam 8.30? kamu harus memastikan aku makan dengan benar, ‘kan?” ucap Kenrich.
“Aku tahu maksudmu. Kamu ingin berlagak memiliki urusan dan pergi saat aku meneleponmu, ‘kan? Tapi sayangnya aku tidak bisa melakukan itu.”
“Sejak kapan kamu berpihak pada kakekku?”
“Aku masih memihak padamu, Ken. Cepat pergi, jangan terlambat pada kencan pertama,”
Ken masuk ke dalam lift dan turun.
Akhirnya Ken menghadiri kencan pertama yang telah dipersiapkan kakeknya dan Pat. Malam itu Ken menjadi tidak banyak bicara selain menikmati beberapa menu yang telah disiapkan Pat. Meski pasangan kencannya banyak bicara mengenai masa kecilnya, mantan kekasihnya, pengalaman keliling dunia, yang semuanya terdengar membosankan bagi Ken.
Hingga jam 9 malam, makan malam mereka berakhir, Ken dan wanita itu pun keluar dari restoran.
“Saya tidak bisa mengantar anda. Dan melihat dari latar belakangmu, kamu pasti bepergian dengan sopir, ‘kan? Kalau begitu, kita sampai di sin-” ucap Ken yang terpotong saat melihat Pat, sekretarisnya yang datang dengan 2 mobil.
“Whoa, sepertinya perkataan anda berbeda dengan perbuatan anda, ya,” ucap wanita itu lalu masuk ke mobil yang di belakang dan berangkat dengan sopir.
“Pat? Apa-apaan ini?” Ken bertanya-tanya.
“Kamu mau membiarkan dia pulang sendiri? bagaimana kalau dia mengatakan yang tidak-tidak pada kakek nanti?” balas Pat.
“Tapi aku juga tidak bisa menyenangkan hatinya. Bagaimana kalau dia jatuh cinta padaku dan mengajakku bertemu terus?”
“Itu bagus. Berarti kencannya berhasil dan kakek pasti akan senang mendengar kabar baik ini,”
“AH, Pat, ayolah. Kamu tahu, aku benar-benar tidak bisa menikmati makan malam tadi dengan baik. Aku tidak bisa. Aku akan mencari wanita sendiri dan jangan atur apapun lagi untukku,” Ken masuk ke dalam mobil.
“Kamu tidak masuk?” tanya Ken saat melihat Pat masih berdiri.
“Hm, tidak. Pulang dan beristirahatlah. Siapkan dirimu untuk hari esok yang cukup berat,” ucap Pat.
Pat menutup pintu mobil dan membiarkan mobil itu pergi tanpa dirinya. Sesampainya di apartemen mewahnya, Ken membuka kulkas untuk mencari air, namun dia menemukan kotak yang berisi salad buah dengan catatan kecil di atasnya.
Kamu mungkin melewatkan hidangan pencuci mulut saking ingin cepat pulangnya.
“Bagaimana dia bisa tahu?” gumam Ken.
FLASHBACK ON.
2012
“Sebuah cup kopi dengan vanilla,” ucap Pat dan memberikannya pada Ken.
“Aku kenal orang lebih baik daripada mereka mengenal dirinya sendiri,” ucap Patrice.
“Aku akan menghadang peluru untukmu. Bukan maksudku secara harfiah. Tapi apa yang kamu lakukan untukku adalah, saat aku butuh sesuatu, berikan padaku,” ucap Patrice kemudian.
“Apa kamu juga melakukan pekerjaan rumah?” tanya Ken.
“Lihat apa yang aku taruh di sebelah mejamu,” jawab Pat.
Sebuah setelan jas bergantung berdiri di sebelah meja Ken.
“Sh*t. Kapan kamu menyiapkannya?” tanya Ken.
“Sudah aku bilang, aku tidak seperti sekretaris kebanyakan. Aku Patrice,” jawab Pat.
“Ayo bekerja. Tapi sebagai catatan, aku tidak minum kopi dengan vanila,” ucap Ken lalu berjalan masuk ke ruangannya.
“Kamu akan menyukainya setelah tahu rasanya,” gumam Pat.
“Sh*t! Ini luar biasa!” seru Ken dari dalam ruangannya.
FLASHBACK OFF.
Ken pun mengeluarkan kotak salad itu dan memakannya. Satu suapan pertama sudah membuatnya mengangguk-anggukkan kepala. “Sh*t! Bagaimana dia membuat semua buah ini terasa segar meski sudah bercampur dengan krim?”
PENGENALAN KARAKTER.
Patrice adalah memiliki koneksi yang luas dan melintansi sebagian besar Kota New Yard (dan mungkin lebih jauh). Sangat sedikit yang tidak diketahui Patrice, dan kemampuannya untuk mengungkap rahasia luar biasa. Dia adalah orang kepercayaan Kenrich yang sangat baik dan orang yang hebat, yang memungkinkan dia untuk menjaga hubungan dengan orang-orang yang tidak bisa Kenrich lakukan. Dia menyenangkan, jenaka, dan menawan, dan orang-orang senang berinteraksi dengannya.
Kenrich adalah bos lama dan teman dekat Patrice, dan dia adalah wanita tangan kanan legendnya. Keduanya saling percaya secara implisit. Mereka pertama kali bertemu di kantor kedutaan besar, di mana Kenrich sedang mengurus kepulangannya. Setelah bekerja selama dua tahun di kantor kedubes, Kenrich membawa Patrice bersamanya ke Foreal Motors. Dan dia adalah sekretarisnya, mereka telah menjadi tim sejak saat itu.
Keduanya sangat dekat. Kenrich mencintainya dan mempercayainya sepenuhnya. Dia mengandalkannya dan menganggap keberadaan Patrice sebagai hal yang penting. Patrice tidak tergantikan. Patrice, pada gilirannya, memuja Kenrich dan sangat setia kepadanya, sampai-sampai dia akan menghadang peluru untuk Kenrich. Keduanya cenderung memandang satu sama lain sebagai dua bagian dari keseluruhan yang sama, dan Patrice telah menempatkan Kenrich di atas semua hubungan lainnya lebih dari sekali. Mereka sangat senang berada di perusahaan satu sama lain dan menikmati lelucon dan perdebatan verbal mereka.
Selama bertahun-tahun, mereka telah mengembangkan kenyamanan yang hanya ditemukan di antara sahabat, dan sangat pandai membaca yang lain. Tidak ada yang mengenal Kenrich lebih baik dari Patrice, dan sebaliknya. Meskipun Kenrich umumnya cenderung menjaga perasaannya, dia lebih terbuka dan rentan dengan Patrice daripada dengan orang lain. Patrice mengetahui sebagian besar detail kehidupan pribadi Kenrich — dia tahu tentang ibu dan saudara laki-laki Kenrich, dan menyukai ayah Kenrich.
Patrice juga salah satu dari sedikit orang yang pendapatnya dihargai oleh Kenrich, dan dia mendengarkan dengan cermat apa pun yang Patrice katakan kepadanya, meskipun dia tidak selalu mengakuinya pada saat itu. Saat kesal, Kenrich terkadang mundur saat menetapkan batas bos-karyawan — batas yang Patrice cukup pintar untuk mengetahui kapan harus mengabaikan, menyadarinya sebagai taktik menjauhkan secara emosional.
Patrice mungkin satu-satunya orang yang mampu mengendalikan kecenderungan Kenrich yang sembrono. Sementara itu, Kenrich sama pandainya membaca Patrice, dan meskipun Kenrich tidak penting untuk mekanisme kehidupan Patrice, dia sangat bergantung pada kesetiaan, pengabdian, dan dukungan emosionalnya yang tak tergoyahkan. Patrice adalah tambang emas informasi untuk Kenrich dan mendengarkan semua percakapannya di ruangannya (sesuatu yang Kenrich putus asa kan, karena Patrice meninggalkan interkom untuknya). Patrice sangat baik dalam mengantisipasi kebutuhannya, dan sangat bangga bisa memberikan Kenrich apa yang dia butuhkan tanpa Kenrich memintanya. Dia memandang pekerjaannya untuk melindungi dan merawatnya, dan akan melakukan apa saja untuk melakukannya.
Kenrich pernah mencoba mengejar Patrice, tetapi karena kebijakannya untuk tidak mencampurkan pekerjaan dengan kesenangan, Patrice menolak rayuannya. Namun ketika Patrice keluar dari kantor kedubes, Kenrich mengunjungi Patrice dan Kenrich sudah menunggunya. Kenrich masuk ke apartemennya dan dia menutup pintu dan dia membungkuk untuk menciumnya. Setelah itu ketika Kenrich mendapat posisi CEO di Foreal Motors, dan dia meminta Patrice untuk bekerja dengannya yang dia setujui dengan dua syarat: bonus penandatanganan yang besar dan jangan pernah membicarakan tentang mereka tidur bersama lagi.
Bersambung...
Kenrich pernah mencoba mengejar Patrice, tetapi karena kebijakannya untuk tidak mencampurkan pekerjaan dengan kesenangan, Patrice menolak rayuannya. Namun ketika Patrice keluar dari kantor kedubes, Kenrich mengunjungi Patrice dan Kenrich sudah menunggunya. Kenrich masuk ke apartemennya dan dia menutup pintu dan dia membungkuk untuk menciumnya. Setelah itu ketika Kenrich mendapat posisi CEO di Foreal Motors, dan dia meminta Patrice untuk bekerja dengannya yang dia setujui dengan dua syarat: bonus penandatanganan yang besar dan jangan pernah membicarakan tentang mereka tidur bersama lagi.
KEESOKAN HARINYA.
“Apa?! Kamu memutuskan untuk tidak mau menemuinya lagi setelah sekali bertemu? Kamu jangan membuat kakek malu, Ken,” ucap Morgan.
Kenrich berhasil membuat kakeknya emosi di pagi hari.
“Pat, jadwalkan lagi pertemuannya. Masih ada 2 kandidat lagi, ‘kan?” ucap Morgan kemudian.
“Kalau kakek terus seperti ini, aku berniat memindahkan kantor pusatku ke New City. Aku mungkin tidak bisa rutin mengunjungi kakek, mengupasi kulit buah untuk kakek, dan yang terburuknya aku tidak berkencan,” balas Ken.
“Apa? Apa itu benar, Pat?” tanya Morgan.
“Memang ada rencana seperti itu. Tapi Kenrich belum membuat keputusannya, Kek,” jawab Pat.
“Baiklah. Pergilah ke New City. Pergi saja. Biar Kakek sendiri saja di kota ini. Pergi, Ken. Pergi,” ucap Morgan.
“Aku akan mencoba bertemu dengan 1 wanita lagi. Tapi kalau tidak berhasil juga, kakek tidak boleh memaksaku lagi,” ucap Ken.
“Berusahalah untuk berhasil,” balas Morgan.
“Aku berusaha tapi aku tidak akan memaksa,” balas Ken.
“Sudah waktunya aku kembali ke kantor. Sampai jumpa di kunjunganku berikutnya,” ucap Ken kemudian pergi bersama Pat.
“Atur pertemuanku dengan 1 wanita lagi,” ucap Ken pada Pat.
Keduanya berjalan keluar dari kediaman Morgan.
“Wanita semalam… apa ada masalah?” tanya Pat.
Ken berhenti berjalan dan menghadap Pat. “Hey, kamu bilang kamu mencari yang mungkin aku sukai. Tapi yang semalam…”
Pat memegang kedua lengan Ken hingga membuat Ken terdiam.
“Ken, tidakkah ini aneh?” ucap Pat.
“Hm? Apa maksudmu?”
“Kamu seorang pria penyuka wanita. Dan pria playboy sepertimu tidak menyukai wanita yang semalam? Ken, daripada mengatur kencanmu lagi, aku akan mengatur pertemuanmu dengan dokter terapis,”
“Kamu membuatku terlihat seperti orang gila, Pat. Hentikan,”
DI RUANGAN KEN.
Patrice masuk ke dalam ruangan Ken dan memberikan pekerjaannya.
“Ini kontrak penjualan 5000 mobil ke Tokyo yang harus kamu tandatangani, dan ini yang harus kamu datangi,” ucap Patrice.
“Apa ini?”
“Aku sudah mendaftarkanmu pada 4 sesi pertemuan dengan dokter terapis. Semoga ini dapat membantu,”
“Apa? Patrice? Aku pikir kemarin kamu hanya bercanda, kamu mendaftarkan sungguhan? Tidak, aku tidak mau datang,”
“Ken, ayolah. Ini juga demi kebaikanmu,”
“Kebaikan apanya,” ucap Ken.
Lalu raut wajah Ken langsung berubah.
“Jangan bilang… kamu akan melaporkan ini pada kakek, ‘kan?” ucap Ken kemudian.
Patrice tersenyum.
“Kamu memang yang terbaik, Pat. Baiklah. Laporkan sedramatis mungkin,” ucap Ken.
“Tapi kamu harus benar-benar datang. Jam 16.30 hari ini,” ucap Pat lalu keluar dari ruangan Ken.
“Dengan senang hati, My Queen,” jawab Ken setelah Pat keluar dari ruangannya.
16.20
Kenrich berdiri di depan sebuah rumah dan menatap kartu nama pemberian Patrice. Berkali-kali dia memastikan alamat yang ada di kartu nama itu apakah sesuai dengan tempat yang dia datangi sekarang.
“Apa kamu yakin ini tempat yang diberikan Patrice?” tanya Ken pada sopirnya, Dean.
“Iya, betul pak,”
“Dia mendaftarkan aku pada dokter yang prakteknya di rumah?” gumam Ken. Ken lalu berjalan masuk gerbang rumah itu dan mengetuk pintunya.
Kini Ken berhadapan dengan seorang dokter wanita muda yang namanya Christine.
“Anda bisa ceritakan masalah anda,” ucap Christine.
“Begini… sekretaris saya pasti sudah menghubungi anda, ‘kan? Bahwa kedatangan saya ke sini-”
“Masalah terkait hormon ketertarikan pada lawan jenis. Kalau boleh tahu, sudah berapa lama sejak terakhir anda menjalin hubungan dengan lawan jenis?” ucap Christine.
“Ya? Ma-masalah hormon?” Wajah Ken melongo cengo.
“Ya, sekretaris anda sudah mengatakan gambarannya secara besar. Anda memiliki masalah ketertarikan dengan lawan jenis akhir-akhir ini,” ucap Christine.
Patrice si*lan. Dia mempermainkanku.
“Sekretaris saya yang mana, ya? Saya lupa kalau saya memiliki sekretaris. Sepertinya salah besar saya mengunjungi tempat ini. Maaf telah mengganggu waktu anda. Semoga hari anda menyenangkan,” Kenrich bangkit berdiri.
“Patrice Alison Gourman. Dia bilang dia akan mensmash bola tenis dengan pukulan khasnya ke wajah anda dan menendang dengkul anda jika anda pergi dari tempat ini sebelum sesi berakhir,” ucap Christine yang menghentikan langkah kaki Ken.
Ken pun kembali duduk. Dia tidak bisa membayangkan sebuah bola tenis mengenai wajahnya dengan pukulan khas Patrice dan kakinya seakan telah lepas setelah dengkulnya ditendang oleh Pat. Lebih baik dia tidak mencari celaka dan duduk sesuai permintaan Ken.
“Saya merasa saya tidak memiliki masalah dengan itu. Saat saya melihat wanita cantik, dalam hati kecil saya mengaguminya dan terkadang saya tertarik untuk menggodanya,” ucap Ken.
“Kapan terakhir kali anda melakukan itu?” tanya Christine.
“Mungkin sekitar 3 menit yang lalu,” jawab Ken.
“Sekretaris anda telah mendaftarkan 4 sesi untuk anda, tapi melihat masalah anda tidak begitu besar, kita dapat memangkasnya menjadi 2 sesi,” ucap Christine.
“Namun terkadang saya merasa kesulitan tidur di malam hari setelah bertemu dengan wanita. Bisa berikan saya pil yang dapat membantu saya tidur?” ucap Ken.
“Kapan anda mengalami itu terakhir kali?” tanya Christine.
“2 bulan yang lalu.”
“Bagaimana ceritanya?”
“Saya dan dia hanya bertemu, saling menggoda, tertarik, dan saat kembali ke rumah, saya muntah. Benar-benar muntah, seperti semua yang ada di dalam perut saya keluar semua. Lalu kesulitan tidur. Saya pikir karena saya minum terlalu banyak, hubungan kami lanjut berjalan, tidak pernah lebih dari 2 bulan, saya bisa muntah sebanyak 4 kali, lalu kami putus. Saya tidak muntah sama sekali sampai bertemu wanita yang baru. Sudah 3 sampai 4 wanita yang membuat saya seperti itu,” ucap Ken.
“Bagaimana perasaanmu saat menjalani hubungan yang tidak pernah lebih dari 2 bulan itu?”
“Biasa saja.”
Beep. Beep. Beep. Beep.
“Ups, sudah 30 menit. Kalau begitu, saya pergi. Sampai bertemu di sesi terakhir,” ucap Ken.
Ken bahkan memasang pengingat di ponselnya untuk memastikan dia tidak berlama-lama berada di tempat itu.
“Ke kantor sekarang,” ucap Ken pada sopirnya.
“Baik, pak.”
Sesampainya di kantor, Ken berjalan cepat menuju lantai 46, yaitu ruangannya dan Pat. Dia benar-benar ingin melakukan aksi protes pada Pat. Namun setibanya di sana, Pat tidak ada di mejanya. Membuat Ken bertanya-tanya kemana perginya wanita itu.
Ken bergerak ke dapur mini dan Pat juga tidak ada di sana.
Ting. Suara lift terbuka.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!