Saat itu sekitar pukul tiga dini hari di Interlaken dengan badai salju yang menemani akhir tahun. April Lilian Berwyn, seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam sedang bersusah payah membalut syal dilehernya.
Malam ini sangat dingin dan dia harus pulang setelah membeli makanan karena lapar tengah malam yang melanda.
BRAK
Terdengar suara benturan yang sangat keras, seketika kakinya berlari menuju ke sumber suara. April mencari dan memeriksa di setiap gang, di waktu dini hari semua orang sudah tertidur apalagi saat ini sedang badai salju sangat sedikit orang yang keluar.
“Astaga kecelakaannya parah!” ternyata sebuah mobil sport mewah menubruk dinding bangunan tua kosong, April langsung menelpon bantuan.
Kakinya melangkah cepat ke arah mobil tersebut. Ada seorang pria yang pingsan disana dengan kepala berlimbaskan darah. April dengan cepat berusaha mengeluarkan pria itu dari dalam mobil dan beruntungnya bantuan serta ambulans sudah datang.
April menatap pria yang terbaring lemah, jalanan saat ini sangat sepi dan rumah sakit masih jauh karena beberapa akses jalan telah ditutup akibat badai. April sibuk berbicara dengan petugas tanpa mengetahui bahwa pria itu sedikit membuka mata dan menatapnya. Tanpa sadar pria itu menggenggam erat tangannya.
“Oh dia sudah sadar” gumam April sambil tersenyum lega melihatnya. Dia memiliki empati yang sangat tinggi kepada seseorang, itulah sebabnya April menemani pria asing itu di ambulans.
“Permisi nona, saya akan memeriksa pasien” seorang dokter menghampiri mereka, saat ingin pergi tangan pria itu masih menggenggamnya. Bersusah payah April melepaskannya hingga akhirnya terlepas da menunggu dokter memeriksa.
Setelah dokter memeriksa, April menghampiri dan bertanya tentang kondisinya.
“Kondisinya sudah lebih stabil, hanya perlu menjahit luka dikepalanya saja”
Mendengar hal tersebut membuat April lega dan berterima kasih kepada dokter yang cepat tanggap.
“Apa anda keluarga pasien?”
“Bukan, saya hanya membantunya tadi”
Dokter tersebut mengangguk dan mengatakan hanya perlu menunggunya sadar. Karena pria itu sedang tertidur lelap. April sempat melihat identitas diri dari pria yang sedang terbaring ini. Namanya Sean Atreo Raymond, berumur 21 tahun dan dia bukan warga Swiss.
Sepertinya dia pendatang atau seorang turis. April cukup takjub melihat Sean, saat tertidur wajahnya saja sudah sangat tampan dan tadi saat dia membuka matanya sebentar di ambulans dia yakin pasti pria ini dikagumi oleh banyak wanita. Matanya yang biru jernih itu sangat berkarisma bahkan saat terbaring sakit.
“Berapa lama ya dia akan sadar?” gumam April, padahal dia tadi habis membeli makanan.
Dan makanan itu sepertinya tertinggal di lokasi kejadian. Dia duduk di samping ranjang pasien hingga tertidur mungkin karena lapar dan kantuk.
Jam menunjukkan pukul lima pagi, Sean terbangun dan melihat seorang gadis sedang tertidur pulas. Dia mengamati ruangan disekitarnya, ternyata dia berada di rumah sakit.
Ada seorang wanita yang tertidur disebelahnya. Sedikit yang dia tahu, namanya April dan saat ini dia sedang liburan. Juga sepertinya usia April lebih mudah daripada Sean, ntahlah dia hanya sedikit mendengar percakapan di ambulans.
Tanpa sadar Sean bergumam “Dia sangat cantik” sambil terus mengamati wajah wanita yang tertidur itu.
Tadi Sean sadar saat menggenggam tangan mungil itu rasanya sangat nyaman seperti ada yang melindungi.
Waktu berlalu, Sean tidur kembali sambimenggenggam tangan April.
...****************...
April terbangun, dia melirik jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Seketika dia langsung berdiri, dia lupa saat ini sedang di rumah sakit. Dan teman-temannya pasti kelimpungan mencari dia.
Hari ini mereka akan pulang ke Barcelona, satu jam setengah lagi penerbangan mereka. April melirik tangannya yang masih digenggam. Dia harus pergi sekarang, jadi April meinggalkan surat dan meletakkannya di bawah vas bunga.
“Akhirnya kau bangun juga brother”
“Ngh” Sean melihat seisi ruangan seperti mencari sesuatu.
“Apa? Kenapa?” Sammy, saudara kembar Sean itu bertanya-tanya ada apa dengan dirinya.
“Dimana dia?” tanya Sean kebingungan
“Dia?”
Sean menghela nafasnya, ternyata dia ditinggalkan. Rasanya tidak menyenangkan saat tidak melihat wanita itu disampingnya, padahal tadi dia berencana untuk menanyakan banyak hal.
Sean merasa kalau April adalah takdirnya, miliknya seorang. Bagaimana cara menemukannya?
“Daddy memintamu untuk tinggal di New York bersama kami. Dia akan mengurus Jessica, kau tak perlu khawatir”
“Tidak perlu”
Dia hampir lupa bagaimana bisa terbaring di rumah sakit. Semua ini karena Jessica, ibu kandung Sammy dan Sean. Ketika kedua orang tua mereka bercerai saat masih berusia tujuh tahun, Jessica hanya mambawa Sean sedangkan Sammy tinggal bersama Jonathan ayah mereka.
Sammy menatap lelah, saudaranya ini sangat keras kepala “Jangan keras kepala Sean”
“Aku bisa mengurus diriku sendiri” dia melepas infusnya pergi meninggalkan Sammy.
Saat dia bertanya kepada perawat tentang administrasinya, ternyata semuanya sudah dibayar oleh April. Gadis itu membuat Sean semakin jatuh hati. Tapi, dia hanya menuliskan namanya saja tidak ada infromasi lainnya.
“Sean!” Jonathan menghampiri anaknya itu, dan memeriksa kondisi tubuhnya.
“Ayo kita pulang ke New York saja”
Kenapa mereka ini kolot sekali, padahal selama ini mereka tidak pernah mengajaknya pergi dari jeratan Jessica. Sesungguhnya Sean sudah sangat lelah dengan semua ini, batin, fisik hingga mentalnya benar-benar kacau.
Kekacauan didalam keluarganya membuat dia menjadi seorang anak yang tumbuh dengan kekerasan dan kurang kasih sayang. Apalagi saat dia melihat Emily didepannya saat ini, istri baru ayahnya. Ironis sekali hidupmu Sean.
“Sebaiknya dengarkan kata daddy. Ikutlah dengan kami, semua akan baik-baik saja disana” Emily berujar lembut, wanita cantik dengan rambut pirang itu memang sudah menyelamatkan ekonomi keluarganya.
Tapi, entah kenapa Sean masih tidak terima melihat ayahnya menikah lagi ketika usianya bahkan masih sepuluh tahun.
Mereka semua pasti menertawakan keadaan Sean saat ini, dibuang oleh Jessica yang sudah tidak membutuhkannya lagi. Keluarga bahagia itu tampaknya hanya akan memanfaatkan dirinya saja. Dia muak dijadikan penghasil uang oleh Jessica, hingga mengemis kepada Jonathan untuk mengirimkan uang atas dasar dirinya yang meminta padahal itu semua atas paksaan Jessica.
Sialnya wanita itu adalah ibu kandungnya, hampir Sean membunuh Jessica tadi. Itulah mengapa dia pergi sejauh mungkin dan berada dibawah pengaruh alkohol.
“Lucu sekali kalian ini” tatapan dingin Sean kepada Emily dan Jonathan membuat geram Sammy. Hingga dia meninju tepat di wajah Sean.
BUGH
BUGH
“Sammy! Hentikan!” Emily bertertiak melihat keduanya.
“Sam! Son hentikan!”
BUGH
“Kau ini sangat keras kepala! Mereka hanya ingin membantumu!”
“Benarkah? Pelacur itu?” Sean tertawa dan menunjuk Emily.
BUGH
“Kau tidak tau apa-apa brengsek!” Sammy membabi buta meninju Sean. Susah payah petugas rumah sakit memisahkan mereka, Sean hanya diam saja sambil tertawa dipukuli oleh saudaranya.
Astaga dia bahkan baru saja dirawat dan sekarang harus dirawat lagi, Sean hanya tertawa miris hingga dia kehilangan kesadaran.
Lebih baik aku mati. Tidak ada yang menginginkanku.
......................
Flashback
“Dari mana saja kau hah!” teriakan menggelegar Jessica membuat Sean risih. Kenapa wanita itu hobi sekali berteriak.
Sean acuh dan pergi menuju ke kamar nya. Pintu terbuka dengan paksa memperlihatkan seorang wanita yang penuh amarah kepadanya.
“Kau memberitahu lokasiku kepada Xander?! Dasar anak kurang ajar!”
PLAK
Tamparan keras itu melayang di wajah tampan Sean, sudut bibirnya hingga terluka. Dia sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh Jessica. Semenjak kedua orang tua nya berpisah, Sean jadi tahu sifat asli ibunya. Malangnya dia yang diambil oleh Jessica, sedangkan saudara kembarnya Sammy pasti sedang berbahagia sekarang.
“Salahmu sendiri membawa lari uangnya. Dan menjadi pelacur pak tua itu, kupikir kau sudah sangat kehilangan akal”
Sean sudah muak dengan semua ini, tadi dia di telpon oleh Xander yang mana adalah bos mafia perjudian. Sean bekerja untuknya, itulah mengapa dia bisa mendapatkan banyak uang. Xander mengatakan kalau Jessica telah membawa lari uangnya sebanyak sepuluh juta dollar.
Sudah gila memang! Pantas saja saat itu Jessica berusaha membawanya untuk tinggal di Swiss. Ternyata sedang melarikan diri.
Dia diancam akan dibunuh oleh Xander, jika tidak memberitahu lokasi Jessica. Tentu saja, Sean lebih memilih memberitahunya. Dia sudah lelah, biarkan ibunya itu mandiri dia tidak peduli lagi. Otaknya selama ini telah dicuci oleh kebusukan ucapan Jessica. Kali ini tidak akan terpengaruh lagi, mati saja sekalian.
Selama ini Sean hanya diam saja, dijadikan pencari uang dan tameng untuk meminta uang kepada Jonathan. Jessica meninggalkan Jonathan saat Raymond Corp sedang mengalami penurunan saham dan nyaris bangkrut, pemasukkan keuangan yang sedikit membuat Jessica frustasi dan akhirnya wanita itu selingkuh kepada seorang pria tua yang memiliki usaha kapal ferry.
Terang-terangan meminta cerai kepada Jonathan, awalnya Jonathan ingin membawa kedua putranya tetapi Jessica menolak. Jonathan hanya boleh membawa salah satu dari mereka, dia tau ini tidak adil tapi akhirnya Sammy yang dibawa.
“Kau anak kurang ajar! Ku bunuh saja kau hah!” Jessica membabi buta memukul dengan tongkat kayu. Sean frustasi, kemarahannya sudah meledak. Dia menendang Jessica, dan mengeluarkan pistol menodong ke kepala wanita itu.
“Kau, ibu yang sangat buruk. Bisa-bisanya aku tertipu oleh mu” pelatuk pistol hampir terlepas ketika seorang pria masuk dan tertawa.
Itu Xander Enzo Willem.
“Wah wah Jessica, anakmu saja sangat benci apalagi aku” ucapnya, lalu dia berjalan menuju Sean yang saat ini seperti kesetanan. Jika tidak ditahan oleh anak buahnya, kemungkinan nyawa Jessica sudah melayang.
Xander memberikan uang dan kunci mobil kepada Sean “Ini imbalanmu, pergilah sekarang kid. Cari kehidupanmu yang baru”
Tanpa banyak berpikir, Sean langsung mengambilnya dan pergi dari rumah itu.
“Bos, apa kita perlu membunuhnya?”
“Tidak perlu. Dia tidak ada urusannya dengan ini” ucap Xander menatap punggung Sean.
Nyawanya selamat dari tangan Xander, sebenarnya Xander berencana membunuh kedua anak dan ibu ini. Tapi, dia bisa melihat kilat dendam dan benci dimata Sean terhadap Jessica. Jadi dia memberikan kesempatan hidup kepadanya.
Baik hati sekali kau Xander.
“Xander.. ampuni aku. Aku tidak bersalah, anak itu yang membawa kabur uangmu!” Jessica menatap nanar ke arah Xander. Dia mengkambing hitamkan putranya sendiri demi bertahan hidup.
“Cih. Aku tidak masalah anak itu kabur membawa uangku, tapi apa anak itu juga yang tidur dengan pria tua bangka?” Xander menatap dingin ke arah Jessica, wanita itu bergidik ngeri melihatnya.
“Aku tau anak itu sangat normal, dia bahkan bergairah menonton se*s antara pria dan wanita. Pria tua bangka dan keriput? Astaga aku tidak bisa membayangkan Sean denganya”
Seisi ruangan itu tertawa mendengar lelucon Xander. Tenyata dia pandai melawak, sedangkan Jessica hanya terdiam ketakutan. Xander sangat benci kebohongan, apalagi dia sampat menyukai wanita menjijikan didepannya ini.
Bahkan Xander belum pernah mencoba tidur dengan Jessica, tapi sudah didahului oleh ayahnya. Harga dirinya sangat tercoreng saat ini, dan dia benci itu.
“A-Akuu.. tidak melakukan itu”
“Seandainya kau tidak berusaha mengenalku, mungkin kau masih hidup”
DOR
DOR
Xander menarik pelatuknya dan menembaki Jessica dengan brutal.
Wanita itu sudah meregang nyawa, mungkin jika Jessica tidak berusaha meminta Sean untuk mengenalkan dirinya dengan Xander pasti dia masih hidup sekarang. Atau mungkin mati di tangan Sean.
“Cepat sekali prosesnya” Sean ternyata belum pergi dari rumah itu, dia menguping dan mendengarkan omong kosong Jessica. Beruntungnya dia tidak menambah dosa, Xander yang menggantikan dendamnya.
Sean bahkan tersenyum seperti orang gila, dia bebas. Gila memang!
“Woah! Ayo kita bersenang-senang!” bagaikan dilepas rantai Sean berteriak sendiri didalam mobil sambil menegak alkohol. Tanpa sadar kehilangan kendali karena jalanan yang licin.
BRAK
...****************...
Seisi rumah sakit di buat panik oleh menghilangnya Sean. Anak manusia satu itu sangat merepotkan keluarganya, belum lagi kondisinya yang masih belum pulih akibat perkelahian dengan Sammy.
Padahal ruangan VVIP itu sudah dijaga sangat ketat oleh pengawal Jonathan. Pihak rumah sakit bahkan meminta maaf dan sangat menyesal kepada keluarga Raymond karena kelalaian mereka.
“Dad.. kita pulang saja, biarkan Sean kabur” ucap Sammy geram dengan kelakuan adiknya.
“Aku akan minta Miranda melacak, Sean pasti baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir” Emily berusaha membujuk Jonathan yang sedang panik saat ini.
Awalnya mereka tidak mengetahui jika Sean dan Jessica berada di Swiss saat mereka sedang berlibur. Dan terkejut menerima telpon dari rumah sakit, bahwa Sean barada disana.
Semua orang sibuk mencari Sean, dan ternyata Pria tampan itu berada di atas atap rumah sakit. Dia menatap jalanan dibawah nya, bertanya-tanya untuk apa dia hidup.
Saat hendak melompat, Sean ingat dia tadi berencana mencari April. Kalau dia mati sekarang kemungkinan besar dia tidak bisa bertemu dengan wanita cantik itu.
Tentu saja, kan sudah beda alam.
“Kau tidak jadi melompat?” suara rendah dan dingin itu membuyarkan lamunan Sean.
“...”
“Ah tidak seru” pria yang menggunakan mantel hitam itu adalah Xander sedang menatap jenaka Sean.
“Dengar kid tidak ada gunanya kau bunuh diri. Setelah kau bunuh diri kau pikir orang disekitarmu akan menangis tersedu-sedu selamanya? Tidak, mereka akan menjalani hidup seperti biasa dan kau akan terlupakan. Coba bayangkan sudah terlupakan, masuk neraka pula”
Terkadang Xander ini berlagak seperti penceramah. Padahal dia juga perlu di ceramahi.
“Jika aku sedang kacau, biasanya akan aku lampiaskan dengan berburu. Jika kau tidak bisa berburu mungkin kau bisa.... bermain game” Xander tertawa melihat ekspresi Sean yang kesal.
“Sudahlah lebih baik kau cari kesibukan Sean, atau mungkin cari tujuanmu”
“Tujuan?” Sean menyeringai dia tau tujuannya sekarang, April wanita cantik yang menyelamatkannya.
...****************...
“Apa katanya?”
“Dia akan kuliah di Cambridge”
Jonathan lega akhirnya putra berandalannya itu mau menurut, tetapi Sean hanya menuruti untuk kuliah melanjutkan sekolahnya yang tertunda. Jonathan berharap Sean bisa mewarisi Raymond Corp. Tapi, Sean langsung menolaknya mentah-mentah dia sepertinya masih membenci Emily. Karena Raymond Corp bisa bangkit lagi dan menjadi perusahaan terbesar itu berkat suntikan dana dari keluarga Emily.
Jangan harap meminta Sammy untuk memegang Raymond Corp, Sammy mengatakan dia sangat tidak minat dan memiliki cita-citanya sendiri, menjadi arsitektur. Jonathan tidak mau menghalangi impian anak-anaknya.
Biarlah nanti dia sumbangkan saja Raymond Corp melalui undian berhadiah.
Emily tertawa melihat raut wajah Jonathan “Sudahlah, mungkin Sean punya impian yang terpendam”
“Nah ada lanjutanya dia bilang tidak usah berlagak memberikannya mansion. Dia punya apartemennya sendiri” Sammy membacakan sisa e-mail.
“Wow dia mengepet dimana bisa punya uang” gumam Sammy, pasalnya mereka sudah tau kemana uang yang dikirimkan Jonathan untuk Sean. Siapalagi kalau bukan Jessica yang meraupnya, Sean sama sekali tidak mencicipi uang Jonathan.
Jonathan pingsan.
Ntah pingsan sesungguhnya atau hanya pura-pura agar Sammy menyampaikan pada Sean. Tapi Sammy hanya diam dengan wajah datar. Hanya Emily yang mengkhawatirkannya, aktingnya ini tidak dihargai oleh putranya. Padahal Jonathan khawatir Sean mendapatkan uang dari hal yang tidak-tidak apalagi dia masih muda. Cepat terpengaruh.
Sebenarnya tidak perlu khawatir sih, karena Sean sudah terlanjur melakukan hal yang tidak-tidak.
......................
yeay! babang Sean kesayangan gak jadi bundir.
Guys tolong support aku ya, biar semangat jaya jaya jaya
Love u
Sepuluh tahun kemudian...
Kaki April berlari cepat menembus kerumunan yang sedang sibuk pergi bekerja di pagi hari. Dia meninggalkan ID nya di meja cafe saat sarapan tadi.
...April Lilian Berwyn...
...Aerospace Engineer...
...Raymond Corp...
Setelah mengambilnya, April berlari lag mengejar taksi yang sudah terbuka. Percuma saja dia sarapan, perutnya sangat sakit karena di paksa berlari. Seharusnya dia tidak bersantai sambil memandang pria tampan yang sedang memesan kopi.
Pria tampan membuat kita lengah.
“Ambil saja kembaliannya” langsung ditutupnya pintu taksi.
Dia tidak boleh terlambat karena hari ini adalah peluncuran pesawat baru dan ada CEO Raymond Corp disana. Mau taruh dimana mukanya nanti didepan para juniornya.
Hampir saja terlambat, karena di Hangar belum ada tanda-tanda acara akan dimulai. Tapi tempat itu sudah sangat ramai.
“Kau baru datang?” tanya Bertha, dia adalah ketua tim engineer transportasi udara. Wanita itu merapikan pakaian April yang berantakan. Sedangkan dirinya hanya menunjukkan cengiran lebarnya. Melihat orang berlalu-lalang sepertinya CEO mereka sudah datang.
Peluncuran pertama berjalan dengan lancar dan semua orang sibuk berfoto. Media pun tak tertinggal memberitakan Raymod Corp.
“Kudengar mereka memiliki seorang putra. Rumornya putra mereka itu sangat tampan” bisik Bertha sambil menunjuk Jonathan dan Emily yang sedang berbincang.
April menoleh dan tertawa pelan “Bukan seorang, tapi ada dua”
“Dua?”
“Satu lagi ada di Madrid” bisik April. Bertha tercengang perlahan menutup mulutnya, semua orang mengira kalau Jonathan Raymond hanya memiliki seorang putra. Karena hanya Sammy yang terkadang hadir dalam acara perusahaan.
Keluarga Raymond sangat menjaga privasi mereka, jika ada media yang meliput rumor tentang salah satu anggota keluarga, media itu dipastikan akan kehilangan eksistensinya. Bahkan foto mereka tidak tersebar di internet.
“Darimana kau tau? Apa itu anak kandungnya?” jiwa gosip Bertha timbul, ini adalah hot news yang tidak boleh dilewatkan.
“Dari seseorang yang terpercaya, dan tentu saja anak kandungnya—“ tiba-tiba sebuah berita di televisi muncul, April menoleh diikuti oleh Bertha yang juga melihat berita
‘Aprilian Tech mencetak rekor untuk perusahaan teknologi pemegang saham terbanyak’
April berbisik sangat pelan “adalah pemilik Aprilian Tech” sontak membuat Bertha semakin tercengang matanya pun membulat.
April tertawa mereka persis seperti tukang gosip handal.
“Kau harus beranji tidak memberitahukan kepada siapapun”
Bertha mengangguk mereka menautkan jari kelingking. Tapi April yakin pasti gosipnya akan tersebar luas, dia tertawa dalam hati.
...****************...
Sean berjalan cepat menuju mansionnya, selesai dalam rapat pemegang saham yang berlangsung lama membuatnya merindukan seseorang.
“... seperti itu beritanya. Apa kita membiarkan media yang membawa berita itu?” sekretaris Sean membacakan permintaan penayangan berita mengenai perusahaanya.
“Hmm biarkan saja jika hanya mengenai saham”
James Zane Armand, yang merupakan sekretaris pribadi Sean langsung menghubungi media bahwa berita tersebut dapat ditayangkan.
Kekuasaan Sean tak tanggung-tanggung, dia dapat mengendalikan seluruh media. Jika ada berita yang berhubungan dengannya dan tidak dia sukai maka siap-siap untuk media tersebut gulung tikar. Itulah sebabnya saat ini mereka akan meminta persetujuan Sean terlebih dahulu.
“Jangan ganggu aku selama dua jam kedepan”
James tahu betul apa yang akan dilakukannya di kamar, karena dia pernah memergoki Sean. Hingga saat ini hanya dirinya yang tahu. Tapi Sean tetap orang yang kompeten dan selalu mengikuti jadwal yang sudah diatur.
Karena James sangat berhutang budi kepadanya. Sean lah yang menyelamatkan James dari jeratan hutang ayahnya yang gila berjudi, dan saat itu Sean masih bekerja untuk Xander. Beruntungnya dia bisa menumpang hidup, hingga saat ini dipekerjaan sebagai sekretaris. James orang yang sangat setia.
“Baiklah, tapi kau jangan lupa nanti sore ada rapat” ucap James
Pria itu hanya mengangguk dan masuk kekamarnya, ada sebuah pintu rahasia dibalik dinding. Dia memasuki ruangan itu dan menatap puas pada semua lukisan disana. Lukisan seorang wanita.
Sean membuka setelan jas nya, pria itu naked sambil memandang wajah cantik di lukisan.
“Ahh April”dia mulai memainkan miliknya sendiri
Sean mempercepat tempo tangannya “Oh sayang ku.. my sweetie”
Memejamkan mata dia terus mendesahkan nama wanita yang dia temui sepuluh tahun lalu. Membayangkan jika saat ini sedang bercinta dengannya. Wajah cantik itu terus melekat didalam pikirannya. Sudah sangat lama dia tidak mencari lagi karena tak kunjung bertemu.
“Ahh ahh” hingga pelepasan itu tiba, Sean tersenyum senang memandangi lukisan didepannya.
Sepertinya dia sudah sangat gila!
Sean memakai jubah hitamnya sambil menegak whisky. Kanvas kosong yang masih putih didepannya langsung membuat dirinya fokus kembali.
Tangan itu mulai melukis kembali lukisan yang sama, menggoreskan pensilnya lembut di kanvas yang berharga. Sebenarnya, seluruh lukisan yang ada di ruangan itu sudah bertahun-tahun berada disana.
Awalnya dia hanya membuat sedikit agar tidak melupakan wajah April, tapi lama-lama dia terobsesi untuk terus membuat lukisan hingga berujung berimajinasi. Mansion itupun hanya di huni oleh Sean dan sedikit maid.
Unknown
Sayang... nanti belikan aku tas ya, aku lihat ada model terbaru
Pesan yang ditatap sekilas itu tidak dihiraukan oleh si empunya ponsel. Resiko menjadi pria tampan dan kaya, banyak wanita yang menginginkan Sean. Mereka rela melemparkan tubuh demi bisa mendapatkan uang dan nafsu.
Sean tidak peduli, tapi terkadang dia menerima ajakan mereka untuk berkencan. Keinginan mereka diberikan semuanya, kecuali bercinta.
Dia tidak suka bercinta dengan mereka, itu menjijikan. Banyak dari para wanita itu yang frustasi melihat tidak terpengaruh meski sudah digoda bahkan mereka nekat naked di depan Sean, dan meliuk-liuk bagai cacing kepanasan.
Ada satu waktu ketika beberapa di antara mantannya memaksa memegang batang besarnya. Tapi bukannya bergairah, Sean malah membunuh wanita itu. Awalnya banyak berita buruk tentang Sean yang playboy, hobi gonta-ganti wanita, dan sering melakukan ONS tetapi itu semua lenyap dalam sekejap.
“Rapatnya akan dilaksanakan jam tiga sore”
Sean sudah rapi dan kini sibuk memperhatikan Ipad nya. Mereka sedang menuju ke kantor lagi, ada rapat mengenai ambil alih salah satu hotel pariwisata di Interlaken, Swiss. Pria itu berencana memperluas spektrum perusahaannya.
“Data nya sudah lengkap?”
“Iya, kau tinggal periksa saja”
Rapat berjalan dengan lancar, keputusan Sean untuk mengambil alih salah satu perusahaan yang sudah bangkrut awalnya tidak disetujui oleh para direksi. Tapi, dia dapat meyakinkan mereka semua kalau potensi wisata di Swiss sangat besar dan ingin menambah spektrum perusahaannya di bidang pariwisata.
“Minggu depan kita akan berangkat ke Swiss untuk peninjauan”
“Persiapkan semuanya”
“Rachel tadi menelponmu, ada hal penting yang ingin dia bicarakan” James melirik kebelakang, melihat Sean yang memejamkan matanya.
“Kau saja yang membalasnya. Dan jangan lagi memberikan nomor pribadiku”
Ternyata yang mengirimkan pesan tidak berguna tadi Rachel, menyebalkan. Sean tidak pernah memberikan nomor pribadinya kepada siapa pun, yang tahu hanya keluarga dan orang terdekatnya. Dia memberikan nomor yang berbeda untuk kolega dan juga para mantanya.
James hanya tertawa “Dia yang memaksa dan mengobrak-abrik isi ponselku” membuat Sean melirik tajam ke arahnya. Yang hanya dibalas deheman oleh James.
Ops ada setan yang mengamuk.
Sean memejamkan matanya lagi karena sakit kepala mulai menyerang, sebab wajah April yang selalu membuatnya terniang. Sepertinya dia harus menegak lebih banyak antidepresan.
“Panggil Benjamin untuk datang ke mansion”
James menghela nafas melihat kondisi yang mengkhawatirkan.
Sudah lama pria itu meminum antidepresan dan semakin hari dia terus menambahkan dosisnya. James hanya takut Sean terserang gangguan jiwa, ya sebenarnya memang sudah gila dari dulu tapi yang ini lain cerita.
Semoga dia baik-baik saja.
......................
FYI
*Hangar: bangunan tempat menyimpan pesawat atau wahana antariksa.
*ONS: One Night Stand.
*Antidepresan: obat yang digunakan untuk mengobati gangguan depresi, gangguan kecemasan, nyeri kronis juga untuk mengelola beberapa kecanduan.
Semoga bermanfaat..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!