Hai semuanya...🤗
Terima kasih sudah berkunjung di novel pertama ku🤗😘..
Aku harap kalian suka ya😘❤..
Maaf jika kata-kata nya masih belum sempurna🤗..
Happy Reading Guys❤!!!!
*
Varel Andreas Fernandez, Tuan Muda yang sangat disegani dan dihormati di kota B. Pemilik Fernandez Group, perusahaan terkenal se-Asia ini memiliki sikap dingin dan acuh. Dengan wajah tampan dan tubuh atletis membuat para kaum hawa tergila-gila terhadapnya. Namun tak ada satupun orang yang berani menyentuhnya, bagaimana tidak?
Banyak rumor yang beredar jika Tuan Muda ini sangat tidak suka jika bersentuhan dengan orang lain. Varel mempunyai kenangan buruk yang berpengaruh besar terhadap sikap dan sifatnya sekarang.
Kenangan itu hanya keluarga, sahabat dan sang asisten yang mengetahuinya. Ia memiliki dua sahabat dan seorang asisten pribadi yang sangat mengabdi kepadanya, sekretaris Dim panggilan sehari-harinya. Sekretaris Dim adalah tangan kanan Tuan Muda yang memiliki sifat yang hampir sama dengan majikannya.
Kedua sahabatnya adalah Sebastian Alexandre dan Daniel Efrata Airlangga.
Persahabatan yang dijalani sejak lama saat mereka masih duduk di bangku SMA. Dimana pertemuan pertama mereka terkesan sangat aneh dan tidak disengaja.
Flashback On
Saat itu Daniel selalu di bully oleh teman-teman lelaki dikelasnya karena Daniel tinggal di sebuah panti asuhan.
Teman-teman lelakinya tidak suka dengan Daniel karena banyak kaum hawa yang menyukai sosoknya.
Suatu ketika saat lagi-lagi Daniel di bully oleh teman-teman sekelasnya, tiba-tiba datanglah sosok pahlawan yang menolongnya. Dia adalah Varel Andreas Fernandez, seorang lelaki bertubuh tinggi berwajah putih tampan menolong Daniel dan memarahi teman-teman sekelas Daniel.
Saat itu teman-teman sekelas Daniel menganggap remeh Varel karena ia hanya anak baru namun saat mendengar kabar bahwa Varel adalah anak dari pengusaha yang sangat terkenal di kota B akhirnya para teman-teman Daniel tidak pernah lagi mem bully nya.
Saat hari pertama duduk di bangku kelas 12, kelas Daniel dan Varel kedatangan siswa pindahan siapa lagi kalau bukan Sebastian Alexandre? Lelaki dengan wajah yang sangat acuh dan dingin bahkan tidak pernah ingin berbicara dengan teman-temannya. Hingga suatu ketika Sebastian dikunci di toilet pria karena kelakukan teman sekelasnya, untunglah saat itu Daniel dan Varel sedang berada di sana hingga mereka mendengar teriakan Sebastian.
"Makanya jadi anak baru jangan sombong" ketus Varel setelah ia dan Daniel membantu Sebastian untuk keluar dari toilet
"Maaf, aku tidak terbiasa beradaptasi" ucap Sebastian jujur
"Kau tidak terbiasa atau memang sombong?" lagi-lagi Varel berbicara ketus terhadapnya
"Huh kau menyebalkan" ucap Sebastian kesal yang membuat Daniel tertawa
"Mengapa kau tertawa? Dan kau mengapa betah berteman dengannya?"
"Karena dia temanku"
"Huh aku juga ingin punya teman"
"Apa kami tidak kau anggap teman hah?" bentak Varel kesal
"Jadi kalian menganggap ku teman?" tanya Sebastian tidak percaya
"Dasar telat mikir" ketus Varel kesal lalu pergi meninggalkan Sebastian dan Daniel
"Dia memang seperti itu" ucap Daniel terkekeh
"Astaga aku harus bersabar menghadapinya"
"Ayo"
Mereka pun kembali ke kelas untuk mengikuti Varel.
Sejak pertemuan aneh itulah mereka menjadi teman hingga sekarang persahabatan yang mereka jalani sudah bertahun-tahun lamanya.
Flashback Off
*
Evivania Amanda, seorang gadis berumur 22 tahun yang hidup tanpa kasih sayang kedua orangtuanya saat ia masih berumur 7 tahun. Selama masa kecilnya, ia diperlakukan sangat tidak adil oleh sang Bibi yang memiliki dua orang anak perempuan. Kecelakaan yang menewaskan kedua orangtuanya membuat kejiwaannya terganggu, ia mengalami depresi berat sehingga dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa.
Di umur nya ke 10 tahun, ia ditinggalkan sang Bibi di sebuah panti asuhan, Panti Asuhan Pelita. Di sana ia harus hidup dan belajar bagaimana cara mensyukuri tanpa harus mendendam. Ia bersyukur masih bisa hidup walaupun seluruh keluarga membenci dan tidak ingin menampungnya. Di umur nya ke 20 tahun, ia bisa hidup mandiri disebuah kontrakan kecil, membeli sebuah ruko dengan uang tabungannya untuk dijadikan toko roti. Satu tahun berlalu, toko rotinya sangat cepat berkembang dan ia bisa memiliki enam orang karyawan yang membantunya, hingga di umur nya ke 22 tahun sang Bibi tiba-tiba mengajaknya untuk pulang kembali dan memperlakukannya dengan sangat baik, entah apa yang direncanakan sang Bibi namun Vania hanya menerima semua perlakuan itu tanpa berani membantah atau bertanya apapun.
Sampai akhirnya, dimana ia baru menyadari apa alasan dibalik sikap sang Bibi, ia dijual kepada seorang Tuan Muda untuk membantu keuangan perusahaan Paman nya yang diambang kebangkrutan. Ingin rasanya ia membantah, namun itu hanya sia-sia, ia tidak memiliki keberanian apapun untuk membantah semua ucapan sang Bibi, ia hanya bisa memendam semua didalam hatinya.
Tidak ada cara lain selain menerima semuanya.-Vania
*
Gedung Fernandez Group
"Apa yang akan ku terima jika aku menanam saham di perusahaan mu?" tanya Varel kepada pasangan suami istri yang sedang berlutut dihadapannya
"Sa-saya a-akan memberikan semua yang saya punya Tuan Muda" jawab pria tua tersebut
"Hem semua? Termasuk kedua anak perempuanmu?" tanya Varel dingin
"I-iya Tuan" jawab sang istri cepat
"Kau pebisnis yang sangat licik Bram, kau dan istrimu akan menukar anakmu hanya demi perusahaan?" tanya Varel tersenyum mengejek
"Ti-tidak ada cara lain Tuan" jawab Bram gugup
"Tapi aku tidak tertarik dengan kedua anakmu, aku menginginkan keponakanmu yang pemilik toko roti itu" ucap Varel
"Kami akan memberikannya Tuan Muda" jawab sang istri cepat, membuat Bram menoleh kearahnya
Bagaimana bisa ia menukar keponakan yang sangat ia sayangi? Meskipun ia jarang memperhatikan keponakannya, ia tetap menyayanginya dan menjalankan amanah sang kakak untuk selalu menjaga Vania
"Sepertinya kau sangat tidak sabaran Bram, jika kau ingin memulainya dari awal, kau bisa apalagi ditambah dengan penghasilan toko roti keponakanmu yang saat ini sedang berkembang pesat, apa kau berubah pikiran?" tanya Varel
"Ti-tidak Tuan, kami akan tetap memberikan keponakan kami" jawab sang istri dengan penuh keyakinan
"Baiklah, karena sepertinya istrimu sangat takut miskin aku akan menanam saham di perusahaan mu. Sebagai gantinya, kau harus memberikan keponakanmu yang akan ku nikahkan minggu depan" ucap Varel mantap
"Terima kasih banyak Tuan Muda" ucap pasangan suami istri tersebut
"Dim, urus semua" perintah Varel kepada sang sekretaris
*
Perjalanan Kembali Ke Rumah
"Bagaimana sekarang?" tanya Bram kepada sang istri
"Aku akan membawa Vania kembali ke rumah, tenang saja kau urus perusahaan itu dulu" jawab Tya
Maafkan Paman, Vania.
Paman tidak tau harus berbuat apa lagi. Namun Paman selalu berdoa semoga kau bahagia dengan Tuan Muda Varel. Paman tau Paman salah, selama ini Paman tidak pernah memperhatikanmu, Paman selalu sibuk dengan pekerjaan Paman. Kak Ferry, maafkan aku tidak bisa menjaga Vania dengan baik, sehingga aku dengan tega menjualnya. Aku tau bahwa Vania banyak berjasa dan berkorban untukku, namun aku tak punya pilihan lain. Maafkan aku kak.-Bram
**
Jika dia menikah maka dia tidak lagi menjadi tanggung jawab kami. Syukurlah, karena aku tidak pernah menginginkan keberadaannya. Hei Vania, kau tidak akan pernah bahagia, aku yakin pernikahan ini hanya bertahan sementara dan kau akan menderita. Bagaimana bisa Tuan Muda Varel menginginkanmu menjadi istrinya? Sungguh diluar dugaan, namun aku percaya bahwa kau hanya akan dipermainkan.-Tya
*
*
*
Penasaran bagaimana kisah perjalanan pernikahan yang tidak diinginkan oleh pihak perempuan?
Apa alasan Tuan Muda Varel sehingga ia sangat ingin menikahi keponakan Tuan Bram?
Ikuti semua ceritanya ya..
Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa untuk vote, like, komen, dan rate bintang 5 ya😘❤..
*
*
*
Jangan lupa untuk VOTE ya🥰😍...
Happy Reading Guys🥰😘!!!!
*****
Saat ini Bram dan Tya telah kembali ke rumah setelah berbincang serius dengan Tuan Muda. Sepanjang perjalanan tak ada yang berbicara, semua tenggelam dengan pikirannya masing-masing.
Bram dengan perasaan bersalah kepada Vania dan Ferry yang tak lain adalah ayah dari Vania, kakak kandung Bram sedangkan Tya dengan perasaan senang karena ia bukan lagi tanggung jawab Vania.
Hari itu juga, Vania dibawa oleh mereka untuk kembali ke rumah, tanpa rasa curiga apapun Vania hanya bisa mengikuti semuanya.
Tya dan adik sepupunya memperlakukannya dengan sangat baik, membuat hati Bram semakin sakit melihatnya, ia merasa tidak bisa menjaga Vania dengan baik.
Bram dan Tya memiliki dua orang anak perempuan yang bernama Dita Purnama dan Dewi Cahaya. Dita saat ini berumur 17 tahun, memiliki sifat yang hampir sama dengan sang Ibu yang tak lain adalah Tya. Dita selalu saja iri dengan kecantikan yang dimiliki oleh kakak sepupunya. Ia selalu memperlakukan Vania dengan kasar walaupun ia tau bahwa dirinya lebih muda dari Vania. Dan Vania pun hanya diam menerima semua perlakuannya, karena Vania sadar bahwa ia hanya menumpang di keluarga itu.
Sedangkan Dewi adalah kebalikan dari Dita, Dewi yang berumur 15 tahun itu sangat menyayangi Vania, ia selalu belajar agar bisa mempunyai hati yang baik seperti Vania, hati yang bisa sabar, hati yang tidak pernah iri dan hati yang tidak pernah mendendam. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk membantu Vania dari perlakuan kasar sang Ibu dan sang kakak. Ia hanya bisa diam, menangis dan memeluk Vania, berusaha berbagi kesedihan dan memberikan kekuatan untuk Vania agar bisa menghadapi Ibu dan kakaknya.
Hingga makan malam pun tiba, dimana semuanya berkumpul di meja makan. Makan malam yang hening, hanya suara sendok berbenturan dengan piring yang terdengar, sampai akhirnya Tya membuka suara
"Vania sayang, apakah kau tidak ingin menikah?"
tanya Tya yang membuat Vania mengerutkan kening
Menikah? Yang benar saja, untuk kebutuhan hidup saja aku harus berjuang di toko roti, bagaimana bisa Bibi menanyakan hal itu? Padahal aku tak pernah berpikir kesitu, aku selalu percaya bahwa Tuhan akan memberikan jodoh pada waktu-Nya.-Vania
**
Apalagi yang direncanakan Ibu? Apa dia tak pernah puas melihat Kak Vania menderita karena ulahnya dan kak Dita? Ya Tuhan, jika Ibu merencanakan hal buruk hamba memohon agar Kau mengubahnya menjadi hal yang baik.-Dewi
**
Apapun jawabanmu, kau tidak akan bisa membantah. Bersenang-senanglah bersama Tuan Muda.-Dita
"Vania tidak memikirkan itu Bi" jawab Vania
"Umurmu sudah 22 tahun, umur yang cukup untuk menikah" ucapnya basa basi
Darimana Bibi mengetahui umurku? Apa dia merencanakan sesuatu? Oh ya ampun, maafkan hamba Tuhan, maafkan hamba yang berprasangka buruk terhadap Bibi sendiri.-Vania
"Nak, Bibi akan menikahkan mu dengan Tuan Muda"
Deg
Satu kalimat yang berhasil membuat jantung Vania hampir keluar
Bagaimana bisa ia menikah di umurnya yang masih muda? Terlebih dengan Tuan Muda? Bahkan Vania tak mengenalinya
"Me-menikah?" ulang Vania mengerutkan kening
"Perusahaan Paman mu diambang kebangkrutan dan hanya Tuan Muda yang bisa membantunya, dengan imbalan kau harus menikah dengannya"
Penjelasan yang sama sekali tidak masuk akal menurut Vania
Bagaimana si Tuan Muda itu dengan mudahnya mengambil keputusan untuk menikahinya, bahkan ia tidak mengetahui bagaimana bentuk calonnya itu
"Ibu ingin menjual kak Vania?"
Satu pertanyaan berhasil lolos dari mulut si gadis kecil yang tak lain adalah Dewi yang membuat Vania lagi-lagi tak mengerti dengan keadaan sekarang
"Nak, Bibi mohon menikahlah dengan Tuan Muda, hanya itu yang bisa membuat kita semua tetap hidup, apa kau tidak bisa berkorban demi keluarga kita? Anggap saja kau membalas budi Paman dan Bibi yang selama ini menjagamu"
Keluarga kita? Selama aku hidup dan berada ditengah-tengah mereka, hanya sekarang mereka menganggap ku sebagai keluarga. Apa tadi membalas budi? Jadi maksudnya aku berutang budi dengan mereka? Bahkan aku tak tau kapan mereka menjagaku? Yang aku tau mereka hanya membawaku ke rumah sakit jiwa dan meninggalkanku di panti asuhan.-Vania
"Ap-apa tidak ada cara lain Bi?" tanya Vania ragu
"Tidak ada nak, tolonglah kami karena kehancuran keluarga ini ada di tanganmu, balas lah budi mu dengan cara ini"
Paman? Kenapa Paman hanya diam? Apa Paman juga menginginkanku menikahi si Tuan Muda itu?-Vania
**
Maafkan Paman, bahkan Paman tak bisa mengatakan apapun.-Bram
"Sayang apa kau mau menikah?"
tanya Tya yang selalu mendesak Vania
"Tinggal dijawab iya saja mengapa susah sekali?"
cibir Dita dengan raut wajah kesal
"Vania tidak bisa menolak juga kan Bi? Vania harus apa selain mengikutinya"
Kalimat yang paling sering ia ucapkan saat harus mengikuti semua ucapan dan perintah dari sang Bibi
"Baiklah, pernikahan kalian dilaksanakan minggu depan"
Lagi-lagi Vania sangat terkejut mendengar ucapan dari Bibinya
Minggu depan? Apa si Tuan Muda itu ingin sekali menikah? Apa saking tidak lakunya dia sampai-sampai ingin menikahi ku secepatnya? Bagaimana ini, aku harus berbagi cerita dengan Vandi karena hanya dia yang bisa mengerti aku sekarang ini.-Vania
"Baiklah Bi"
jawab Vania pelan.
Kau tunggu saja perlakuan Tuan Muda terhadapmu. Apa kau kira dia akan mencintaimu dan memperlakukanmu seperti istri? Jangan mimpi kau hanya anak yatim piatu yang menderita gangguan jiwa hingga pernah dibawa ke rumah sakit jiwa.-Dita
**
Setelah ini kau akan menjadi pembantu Tuan Muda bukan istrinya karena aku sangat yakin Tuhan Muda menikahi mu hanya untuk bermain-main. Kau hanya gadis polos nak, tidak pantas untukmu bersanding dengan Tuan Muda. Andai saja Tuan Muda menginginkan Dita, aku akan sangat senang memberikannya karena aku akan menjadi orang yang sangat kaya punya menantu seperti Tuan Muda yang sangat kaya bahkan hingga tujuh turunan pun tidak akan habis harta kekayaannya.-Tya
**
Satu minggu lagi Paman akan melepaskan mu nak, berbahagialah bersama Tuan Muda karena Paman akan selalu mendoakan pernikahan kalian nantinya. Paman benar-benar minta maaf kepadamu karena Paman tidak bisa menjagamu dengan baik hingga Paman menukar mu dengan saham di perusahaan.
Semoga kau bisa memaafkan Paman suatu saat nanti nak. Paman menyayangimu.-Bram
**
Tuhan aku tidak mengerti dengan jalan hidupku sekarang. Apa ini takdir yang harus aku jalani? Mengapa sangat sulit sekali bahkan ini sangat menyedihkan Tuhan. Namun aku selalu percaya ada hikmah dibalik semuanya. Aku selalu menunggu keajaiban-Mu karena Kau yang menentukan hidup dan kehidupanku.-Vania
*
*
*
Jangan lupa untuk VOTE ya🥰😍...
Happy Reading Guys🥰😘!!!!
*****
Di pagi hari yang cerah Vania bersiap ingin menemui Vandi sahabat yang ia anggap sebagai adik lelakinya
Vandi Andika adalah seorang calon dokter yang menjadi sahabat Vania selama kurang lebih 5 tahun. Persahabatan mereka terjalin begitu saja, pertemuan pertama yang terkesan sangat buruk tapi malah menjadikan mereka sahabat yang sangat dekat
Flashback On
Brukk
Seorang lelaki berwajah putih tampan dan bertubuh tinggi menabrak seorang gadis mungil yang sedang membawa banyak sekali buku
"Lo nggak punya mata buat jalan?" ketus Vandi dengan kesalnya
"Heh adik kelas, kalo jalan itu pake kaki. Sejak kapan mata buat jalan? Lo masih waras?"
balas Vania geram yang membuat Vandi terdiam seribu bahasa
Bagaimana bisa seorang Vandi Andika dimarahi didepan umum? Terlebih lagi oleh seorang wanita yang menjadi kakak kelasnya itu?
Setelah membereskan buku-buku, akhirnya Vania pergi meninggalkan Vandi yang masih mematung menatapnya yang mulai menjauh
Wow it's amazing. Ini pertama kalinya gue dibentak cewek didepan umum. Bikin gue penasaran.-Vandi
Jam istirahat pun tiba disinilah Vania berada bersama ketiga sahabatnya siapa lagi kalau bukan Casandra, Alea, dan Angeline
Saat mereka sedang menikmati makan siang, tiba-tiba Vandi berjalan mendekat dan duduk tepat disebelah Vania hingga membuat ketiga sahabat Vania menjerit sedangkan Vania hanya menatapnya malas
Siapa yang tidak mengenal Vandi Andika? Anak baru kelas 10 yang masuk daftar cowok populer disekolah. Banyak kaum hawa yang tergila-gila kepadanya karena ketampanan dan kecerdasan yang ia miliki, mungkin hanya Vania perempuan pertama yang tak merespon keberadaannya membuat Vandi semakin tertantang untuk mendekatinya
"Hai kak"
ucap Vandi seraya menatap Vania
"Hem"
gumam Vania
"Boleh kenalan?"
tanya Vandi yang lagi-lagi menatap Vania intens
"Boleh banget"
jawab ketiga sahabat Vania secara bersamaan
"Sandra"
"Alea"
"Elin"
"Oh aku Vandi, kalau kakak namanya siapa?"
tanya Vandi yang kembali menatap Vania
"Dia namanya Vania, dia memang gitu nggak pernah care sama orang asing apalagi sama cowok"
ucap Elin yang membuat Vania menatapnya kesal
Selama di kantin Vania tidak pernah berbicara kepada Vandi atau bahkan ia tak merespon keberadaan adik kelasnya tersebut
*****
Hari demi hari Vandi tidak pernah lelah untuk mendekati Vania walaupun ia selalu mendapatkan kata-kata kasar yang keluar dari mulut Vania, semakin membuatnya penasaran akan sosok yang sedang didekatinya.
Hingga suatu ketika
"Lo kenapa nggak capek dimarahin terus sama gue?"
ketus Vania saat Vandi selalu mengikutinya hingga ke atap sekolah
"Nggak capek kok, kita sahabatan ya kak gue nggak punya kakak perempuan"
pinta Vandi yang membuat Vania mengerutkan kening
"Perlu banget ya?"
tanya Vania yang menatap Vandi heran
"Iya kak gue pengen ngerasain gimana rasanya diperhatikan dan diomelin kakak perempuan"
lirih Vandi yang membuat Vania menjadi tidak tega
Akhirnya sejak saat itu Vandi dan Vania menjadi dekat bahkan selalu menceritakan keluh kesahnya masing-masing.
Flashback Off
Krekk
Pintu kamar Vania terbuka dan masuklah Dewi adik sepupu Vania yang sudah dianggap sebagai saudara kandungnya
"Kak ada utusan dari Tuan Muda yang ingin menjemput kakak" ucap Dewi pelan lalu mendudukkan diri di kasur milik Vania
"Utusan? Ada apa lagi, Sayang?" tanya Vania mengerutkan kening
"Kata mereka calon suami kakak si Tuan Muda ingin bertemu" ucap Dewi menjelaskan
Batal sudah rencananya keluar rumah untuk menemui Vandi. Dengan sangat terpaksa ia keluar kamar menemui utusan dari Tuan Muda itu
"Selamat pagi Nona, saya sekretaris Dimas, mari ikut saya karena Tuan Muda Varel ingin bertemu dengan anda"
Oh jadi namanya Varel? Bagaimana aku ini calon suami ku saja aku tidak tau namanya.-Vania
Dengan langkah gontai Vania mengikuti si sekretaris tersebut.
*****
Diperjalanan
"Tuan Dimas apa Tuan Muda Varel sudah menunggu?"
Setalah sekian lama suasana didalam mobil hening, akhirnya untuk pertama kali Vania membuka suara
"Maaf Nona, panggil saya sekretaris Dim saja. Tuan Muda Varel tidak pernah menunggu"
jawab sekretaris Dim datar
Jelaslah karena dia yang mulia raja.-Vania
**
Nona Muda cantik sekali. Oh sial, sadarlah Dimas kau akan dimutilasi oleh Tuan Muda jika kau berani macam-macam terhadap miliknya. Dilihat dari caranya berbicara Nona Muda sangat sopan, berbeda sekali dengan nenek sihir itu. Nona semoga anda bisa mengeluarkan Tuan Muda dari kenangan masa lalunya.-Sekretaris Dim
******
Cafe & Resto Bintang 5
"Tunggulah Nona, Tuan Muda akan segera sampai"
ucap sekretaris Dim lalu pergi
Tak lama kemudian ia kembali dengan seorang lelaki bertubuh atletis berjalan dibelakangnya yang diyakini Vania bahwa itulah si Tuan Muda. Melihatnya semakin mendekat, membuat Vania sontak berdiri
"Silahkan Tuan" ucap sekretaris Dim seraya menggeser kursi untuk si Tuan Muda Varel
Tanpa mengatakan apapun Varel duduk dan melemparkan amplop cokelat tepat mengenai wajah Vania
"Silahkan dibuka Nona" ucap sekretaris Dim sopan
Vania pun membuka amplop tersebut yang bertuliskan
SURAT PERJANJIAN
PIHAK 1 : Varel Andreas Fernandez
-Turuti semua perkataan ku, jangan pernah membantah atau bertanya apapun.
-Jangan pernah ikut campur dengan kehidupan pribadiku, termasuk pekerjaan dan hubunganku dengan wanita lain.
-Layani dan bersikaplah menjadi istri yang baik.
"Itu 3 point penting yang harus Nona lakukan jika sudah sah menjadi istri Tuan Muda, silahkan Nona tuliskan apa yang Nona inginkan selama di pernikahan ini"
lagi-lagi hanya sekretaris Dim yang berbicara dengan sopan
Lalu Vania pun menulis satu point penting
PIHAK 2 : Evivania Amanda
-Saya akan menuruti semua perintah Tuan Muda dan tolong jangan hancurkan keluarga saya.
Varel mengerutkan kening melihat apa yang ditulis Vania. Disaat wanita lain menginginkan harta, kekuasaan, dan pengaruh, Vania hanya menginginkan Varel untuk tidak menghancurkan keluarganya.
Keluarga? Cih, mengapa kau bodoh sekali? Memikirkan mereka yang tidak memikirkan mu-Varel
"Baiklah"
Untuk pertama kali Vania mendengar suara Varel ya walaupun hanya singkat
"Baiklah Nona, sampai disini dulu perjumpaan kita, terima kasih" pamit sekretaris Dim lalu mengikuti Varel yang sudah terlebih dahulu pergi.
Hanya itu? Sialan, aku bahkan membatalkan janjiku dengan Vandi.-Vania
Karena kesal Vania pun menelfon Vandi
"Halo?"
"Ada apa kak?"
"Vandi, bisakah kita jadi bertemu hari ini?"
"Astaga mengapa kak Vania plin plan sekali hah? Tadi saja membatalkan janji dan sekarang ini bertemu lagi. Apa kak Vania sedang kedatangan tamu?"
"Hei kau tau apa tentang tamu?"
"Hehehe Sandra selalu memarahiku tidak jelas setiap bulan jadi aku mulai mengerti perubahan sikap jika perempuan sedang kedatangan tamu" ucap Vandi menjelaskan
"Astaga Vandi mengapa kita jadi malah membicarakan itu?"
"Hahaha kak Vania juga mengapa meresponnya?"
"Huh sudahlah, bagaimana apa kau bisa bertemu? Aku sedang berada di Cafe & Resto Bintang 5"
"Astaga kak Vania kakak ku yang sangat cantik, walaupun kak Vania mengatakan bahwa sedang berada diparkiran kampus pun aku tidak bisa mengunjungi kakak sekarang. Aku sedang praktik kak, sepuluh menit setelah kak Vania membatalkan janji tiba-tiba pihak rumah sakit tempatku dahulu magang menelfon dan mengatakan bahwa hari ini jadwalku praktik" ucap Varel menjelaskan
"Mengapa kau tidak bilang dari tadi?" ketus Vania kesal
"Hehehe tadi kan kita membicarakan kedatangan tamu"
"Hei bodoh jangan mesum!!"
Vania pun memutuskan panggilan secara sepihak membuat Vandi yang sedang berada di rumah sakit terkekeh pelan
Astaga kak Vania sangat imut sekali.-Vandi
*
*
*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!