''Lyana apa kau yakin akan melakukan ini?" tanya Paul dengan raut wajah khawatir.
"Tenang saja Paul, aku akan baik-baik saja. Tidak mungkin aku membiarkan Daisy yang masih remaja dibawa oleh mereka" ucap Lyana yang kemudian memakai sepatunya.
Saat Lyana keluar dari rumah kecil milik Paul, ia melihat beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam sedang menunggunya dan menyuruhnya untuk masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan untuknya.
Sungguh Lyana sebenarnya sangat ketakutan dan ketika melihat foto mafia yang akan ditemuinya ia merasa harus memakai nama orang tuanya agar mereka tidak berani berbuat apapun padanya.
Lyana dibawa masuk ke sebuah rumah yang memiliki halaman dua kali lipat dari rumah kakek Oliver dan disamping rumah terdapat landasan helikopter pribadi yang membuat Lyana tau mereka bukan orang sembarangan.
Lyana dibawa masuk menuju rumah yang berbeda dengan rumah besar yang dilihatnya. sehingga wanita itu penasaran akan dibawa kemana dirinya. Saat pintu gerbang kedua terbuka, Lyana melihat rumah berwarna putih yang sangat indah dengan pagar dan bunga-bunga berwarna-warni tumbuh disekeliling rumah tersebut.
Mobil berhenti didepan rumah tersebut dan Lyana turun dibantu oleh salah satu pelayan yang berlari kearahnya. Pelayan itu meminta Lyana mengikutinya untuk masuk kedalam rumah berwarna putih itu.
Saat pintu rumah terbuka, Lyana dibuat takjub sekali lagi dengan apa yang ada didalam rumah itu. Semua perabot nya berwarna putih dan jingga membuat rumah ini terlihat nyaman dan indah.
"Nona bisa tunggu disini sampai tuan muda datang untuk makan malam sebentar lagi" ucap pelayan itu kemudian pergi meninggalkan Lyana sendiri.
Lyana yang merasa ditinggal sendirian akhirnya berjalan berkeliling melihat semua yang ada didalam rumah. Terdapat dua kamar tidur yang satunya merupakan kamar utama karena memiliki ruangan yang luas. Semua didominasi dengan warna putih dan jingga.
Lyana tidak melihat satupun foto penghuni rumah ini. Karena bosan Lyana akhirnya menuju ke perpustakaan dan mencari buku yang bisa dibacanya hingga malam nanti.
Lyana tertidur cukup lama, hingga ia merasa tubuhnya diangkat oleh seseorang. Lyana membuka matanya dan melihat wajah seorang pria. Meski hanya terlihat dari samping tapi wajah pria itu begitu tampan membuat Lyana berpikir dia sedang bermimpi digendong oleh pangeran.
Melihat Lyana sudah bangun membuat pria itu melempar tubuh Lyana keatas tempat tidur besar disalah satu kamar yang ada dirumah ini. Lyana terkejut dan menatap pria didepannya yang sedang membuka pakaiannya dengan santai.
"Siapa kau dan apa yang akan kau lakukan?" tanya Lyana sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
Pria itu tidak menjawabnya dan berjalan ke kamar mandi hanya dengan memakai celana pendeknya. Begitu pria itu masuk, ia kemudian berlari keuar dari kamar dan menuju dapur ketika melihat pelayan yang tadi sedang mengatur makan malam.
"Siapa pria itu dan kenapa dia berada dirumah ini?" tanya Lyana pada pelayan.
"Beliau adalah tuan muda Darren yang akan makan malam dengan anda nona. Rumah ini memamg miliknya meski baru kali ini dibuka untuk ditempati bersama anda." Jawab pelayan itu kemudian keluar menuju pintu setelah selesai mengatur makan malam mereka dimeja.
Lyana melihat pria itu keluar dari kamar dan berjalan menuju kearahnya. tanpa bicara apapun ia duduk dikursi meja makan dan menyantap makan malamnya.
"Apakah kau pria yang akan bersamaku malam ini?" tanya Lyana pelan seperti sedang berbisik
"Makanlah, dan setelah itu kau harus melayaniku" perintah Darren tanpa memandang wajah Lyana.
Setelah makan malam pria itu berdiri dan berjalan kearah Lyana. Dengan tiba-tiba pria itu mengangkat Lyana dalam gendongannya dan dibawa menuju kamar utama rumah ini.
Pria itu menurunkan Lyana didekat tempat tidur dan kemudian mencium bibir Lyana dengan kasar membuat Lyana yang terkejut meletakkan tangannya pada bahu pria itu agar tidak terjatuh.
Darren mencium bibir Lyana lama dan tanpa sadar dibalas oleh Lyana. kemudian jemari pria itu mengangkat dress yang digunakan Lyana keatas kepalanya dan membuangnya kesembarang arah.
Kemudian ciuman Darren berpindah pada payudara Lyana yang membuat wanita itu mengerang kuat sambil meremas rambut pria itu. Lyana membuka kaos yang dipakai pria itu dan mengusapkan tangannya pada dada pria itu.
Setelah pakaian mereka terlepas Darren menindih Lyana ditempat tidur dan melanjutkan aksinya dengan mencium semua inci tubuh Lyana yang membuat Darren candu.
Hingga malam dingin itu menjadi malam yang sangat panas bagi mereka berdua sampai dini hari Darren tidak membiarkan Lyana beristirahat. Membuat wanita cantik itu kelelahan dan juga terlihat sangat seksi membuat Darren ingin mencumbunya terus menerus.
Beberapa jam sebelumnya....
*
*
*
"Paul, apa yang terjadi?" tanya Lyana begitu sampai dirumah sahabatnya.
Lyana dan Paul berteman sejak mereka sama-smaa aktif di kegiatan olahraga renang. mereka terpisah saat orang tua Paul meninggal dan dibawa oleh paman mereka me Rusia.
Lyana menghubungi Paul untuk bertemu karena dia sedang berada dinegara ini seminggu kedepan. Lyana juga membawakan banyak oleh-oleh untuk adik Paul yang dulu sangat dekat dengannya.
"Paman menjual Daisy pada seorang mafia Lyana" jawab paul sambil memeluk adiknya yang sedang menangis.
"Oh My God, kenapa pamanmu menjual adikmu? Daisy masig sangat muda. apa yang akan mereka lakukan padanya? ucap Lyana yang tidak tega membayangkan nasib adik dari temannya.
"Ayahku memiliki hutang yang sangat banyak pada mereka. Dan mereka adalah orang yang sangat ditakuti dinegara ini Lyana." jawab Paul dengan wajah sedihnya.
"Aku akan menggantikan adikmu Paul, aku akan menggunakan nama orangtuaku jika mereka berbuat macam-macam." ucap Lyana kemudian menarik mereka berdua berdiri dan duduk dikursi.
"Tidak Lyana, mereka bukan orang sembarangan. Kau pulanglah, biar aku dan adikku yang akan menghadapi ini" ucap paul mengusir Lyana.
Lyana kemudian mencari tau mengenai mafia yang disebutkan oleh Paul. Selain karena kekuasaan yang dimiliki, rupanya mereka juga ditakuti. Lyana membayangkan bagaimana nasib Daisy dan Paul nantinya ditangan mereka.
...----------------...
Dan disinilah dia berada sekarang dalam kamar luas dalam pelukan seorang pria yang tidak dikenalnya. Lyana terbangun dipagi hari setelah kelelahan akibat melayani nafsu pria disampingnya yang baru berhenti saat dini hari.
Lyana melihat kearah wajah pria yang tangan kanannya sedang memeluk pinggangnya seolah mereka sudah sering tidur bersama. Wajah pria itu sangat dekat dengannya hingga membuat Lyana merona mengingat apa yang sudah mereka lakukan semalaman.
''Pria ini sangat tampan, bagaimana bisa ada wanita yang akan menolaknya'' ucap Lyana dalam hati yang jemarinya dengan pelan menyusuri wajah pria di hadapannya.
Saat jemari Lyana tepat berada di bibir pria itu, ia terkejut setengah mati saat pria itu membuka mata dan menatapnya dengan tajam. Lyana merasa malu dan menarik tangannya tapi ditahan oleh pria itu.
Bibir pria itu mencium jemari Lyana dengan perlahan kemudian menarik Lyana hingga berada diatas tubuhnya dan mencium bibir wanita itu. Sentuhan pria itu ditubuh polos Lyana membuat wanita itu mengerang dan membuat mereka bercinta kembali dipagi hari dengan posisi Lyana berada diatasnya.
Darren menggendong tubuh Lyana ke kamar mandi dan mereka mandi bersama dengan masih melakukan percintaan kembali hingga satu jam kemudian mereka baru selesai.
Lyana melihat Darren telah selesai berganti pakaian dengan jas hitam rapi ketika Lyana keluar dari kamar mandi. Pria itu menatapnya sebentar kemudian pergi keluar tanpa mengatakan apapun.
Lyana kemudian menggati bajunya dengan yang baru yang sudah disiapkan diatas tempat tidur. Dia tidak melihat pakaian yang dipakainya kemarin. Tempat tidur sudah terlihat rapi dan sudah berganti dengan sprei yang baru. Lyana tidak ingin tau kapan mereka menggantinya, mungkin saat ia dan pria itu berada dikamar mandi.
Lyana menatap cermin dan melihat tubuhnya dipenuhi bekas ciuman pria itu dan menutupi bagian leher dengan rambutnya yang panjang. Ia bersyukur baju yang dipakainya terasa nyaman dan sedikit menutupi dibagian dada.
Lyana keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan dimana pria itu sudah menunggunya dengan membaca majalah bisnis. Begitu melihat Lyana ia menutup majalahnya dan mulai sarapan. Lyana duduk dihadapan pria itu dan mengambil sarapan untuk dirinya sendiri.
Pria itu tidak berbicara sama sekali, bahkan sejak semalam mereka sangat jarang berbicara. Hingga Lyana tiba-tiba merasa kesal.
"Apa kau akan mengantarku pulang?" tanya Lyana membuat Darren manatap ke arahnya.
"tidak" Jawab pria itu singkat.
"Oh.. berarti aku akan naik taksi. Aku merasa seperti wanita panggilan." gumam Lyana pelan tapi terdengar oleh Darren.
"Aku menunggumu dimobil" sahut Darren dingin kemudian berdiri dan berjalan keluar meninggalkan Lyana yang masih menikmati sarapan dengan senyum diwajahnya.
Lyana dengan cepat menghabiskan makanannya dan mengikuti Darren menuju ke mobil pria itu. Lyana masuk ketika sopir pribadi Darren membukakan pintu untuknya. Pria itu terlihat sibuk berbicara bisnis dengan seseorang lewat earphone yang ada di telinganya.
Lyana menunggu beberapa saat hingga pria itu selesai berbicara, kemudian memberanikan diri menatap wajah pria tampan disampingnya.
"Setelah hari ini, kau harus berjanji bahwa semua hutang-hutang keluarga Paul telah lunas dan kau jangan berani mengganggu mereka lagi." ucap Lyana yang membuat pria itu menatapnya heran.
"Dasar bodoh" gumam Darren pelan namun terdengar oleh Lyana.
"Kau mengataiku bodoh? berani kau mengatakan aku bodoh?" sahut Lyana tajam.
"Membiarkan dirinya dijual oleh temannya apakah itu bukan tindakan yang bodoh? jawab pria itu menatap wajah Lyana yang terkejut karena ucapannya.
"Apa maksud dari perkataanmu?" tanya Lyana yang masih menatap pria sombong disampingnya.
"Turunlah dan tanyakan pada temanmu itu" ucap Darren ketika mobil telah berhenti didepan rumah Paul temannya.
Lyana turun dari mobil dan masuk kedalam rumah Paul yang terlihat sepi. Ia masuk kedalam dan menemukan bahwa rumah itu telah kosong. Lyana memeriksa semua ruangan dan tak menemukan Paul maupun Daisy, ia kemudian berlari keluar dan melihat Dareen berdiri bersandar dimobilnya.
"Dimana kau membawa mereka?" tanya Lyana menatap wajah Darren.
"Apa maksudmu? pria itu kabur dengan membawa uang dari hasil menjual dirimu. Apa kau begitu bodohnya sampai bisa tertipu oleh temanmu sendiri?" jawab Darren santai kemudian membuka pintu mobil tapi Lyana menahan pria itu.
"Bukankah mereka berhutang banyak pada kalian dan meminta Daisy untuk membayar dengan tubuhnya? aku menggantikannya karena dia masih, masih remaja dan dibawah umur!" ucap Lyana meminta penjelasan dari pria itu.
"Kau pikir aku pria macam apa hingga mau bercinta dengan gadis remaja? aku tidak akan mau membayar pria itu sembarangan. Dia mengirimkan foto-foto mu dan memastikan bahwa kau masih perawan hingga aku harus membayarnya sangat mahal." jawab Darren membuat Lyana terkejut dan menutup mulut dengan tangannya.
Lyana benar-benar tidak percaya bahwa Paul akan melakukan hal ini padanya. Mereka berteman dengan sangat baik, bahkan Lyana sering membantu Paul jika membutuhkan biaya untuk Daisy. Seharusnya Paul mengatakan dengan jujur padanya jika membutuhkan uang. kenapa dia harus menjual dirinya.
Lyana bahkan tidak menemukan pakaian dan juga tasnya yang ditinggalkan dirumah Paul. Handphone dan juga dompetnya juga ikut dibawa kabur oleh pria itu membuat Lyana sangat marah.
"Aku benar-benar akan membunuh pria itu jika menemukannya" gumam Lyana dan melihat Darren masih berdiri berhadapan dengannya.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang? sepertinya kau sudah tidak memiliki apapun." Tanya Darren saat melihat Lyana kebingungan.
Sebenarnya Darren bukan type orang yang mau mengurus hal-hal seperti ini dan dia sangat malas berbicara banyak dengan orang lain. Tapi melihat Lyana yang ditipu oleh temannya sendiri membuat Darren merasa tidak tega untuk meninggalkan wanita itu.
"Bisakah kau meminjamkan aku handphone dan juga uangmu, setelah itu antarkan aku ke hotel untuk aku menginap beberapa hari kedepan." Jawab Lyana dengan wajah memohon.
"Aku sudah membayarmu lunas dan sekarang kau meminta lebih? apa yang akan kau berikan sebagai jaminannya," Tanya Darren memandang Lyana yang terlihat salah tingkah.
"Aku akan menggantinya setelah aku menghubungi keluargaku, kau tidak perlu khawatir." Jawab Lyana tersenyum.
Mobil berhenti disebuah hotel mewah dan Darren memberikan handphone dan juga kartu ajainnya pada Lyana. Lyana yang sudah terbiasa dengan barang-barang mewah tersebut kemudian mengambilnya dari tangan Darren dan keluar dari mobil pria itu.
"Jangan berani melarikan diri, aku bisa dengan mudah menemukanmu" teriak Darren yang membuat Lyana berhenti berjalan.
"Apakah kau akan datang mengunjungi ku malam nanti?" tanya Lyana dengan senyum menggoda membuat Darren kembali mengingat percintaan panas mereka.
"Kau akan menyesal telah menggodaku" ucap Darren kemudian keluar dari mobil dan membawa Lyana masuk kedalam lift menuju kamar pribadiya sendiri.
Begitu mereka berdua berada didalam Lift, Darren menyandarkan tubuh Lyana kedinding dan mengangkat kedua tangan Lyana keatas kepala wanita itu dan mencium bibirnya.
Darren memperdalam ciumannya hingga Lyana kehabisan nafas. Kemudian mengangkat tubuh wanita itu saat pintu lift terbuka. Lyana melingkarkan tangannya ke leher Darren dan mereka kembali berciuman.
Darren menurunkan Lyana begitu mereka telah berada didalam kamar pribadi miliknya. Sial, Lyana benar-benar bisa membuatnya jatuh kedalam kenikmatan yang wanita itu berikan. Hanya dengan tatapan menggodanya membuat ia bisa melupakan segalanya dan hanya menginginkan tubuh Lyana.
"Bagaimana rasanya." tanya Darren yang sedang bergerak diatas tubuh Lyana. Melihat bagaimana wajah menggoda Lyana dan bibir yang mendesah terbuka.
"Cium aku" jawab Lyana dengan suara seksinya.
Darren tersenyum kemudian mencium bibir Lyana dan dibalas oleh wanita itu. keduanya saling Berciuman panas dan liar hingga membuat Darren melupakan urusan penting yang harus dihadirinya hari ini.
Darren bergerak dengan cepat membuat Lyana mengeratkan pelukannya dileher pria itu dan menggigitnya dengan sensual hingga membuat tanda kemerahan dileher pria itu.
"Kau milikku Lily dan jangan pernah ada laki-laki yang berani menyentuhmu selain aku." gumam Darren ditelinga Lyana.
Lyana terus mendesah dan mengerang ketika mereka berdua mencapai puncak bersama-sama. Lyana yang kelelahan akhirnya jatuh tertidur dengan kepala berada dilengan pria itu.
…………………
Lyana terbangun saat merasakan perutnya kelaparan, ia melihat tempat tidur Darren telah kosong. Kemudian ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Lyana membaca pesan yang ditinggalkan Darren untuknya dan juga makan siang yang sudah disiapkan oleh pria dingin itu. Lyana tersenyum kemudian dengan lahap menyantap makanannya.
Sementara itu Darren menjadi pusat perhatian daddy dan juga asistennya yang tampak menunggu jawaban atas pertanyaan mereka. Selama ini Darren tidak pernah terlambat saat pertemuan bisnisnya dan dia akan sangat marah pada orang yang tidak tepat waktu.
Tapi kali ini dia membuat semua orang menunggu kedatangannya dan tanpa rasa bersalah. Ayahnya tertawa keras dalam ruangan kedap suara itu, ketika menyadari apa yang membuat anaknya terlambat menghadiri rapat penting.
Alex Nikolai tidak akan marah kali ini dan justru sangat senang melihat anaknya akhirnya bisa terganggu hanya karena seorang wanita. Dan ia tau wanita ini sangat istimewa.
"Baiklah Son, mari kita lanjutkan rapat ini. Aku tau kau sudah tak sabar ingin segera menyelesaikannya." sahut Alex pada anaknya.
Darren menatap wajah ayahnya kemudian berdiri dan menjelaskan mengenai bisnis barunya yang akan bekerjasama dengan salah satu perusahaan di Amerika. Meski sang Ayah awalnya menolak tapi melihat kerja keras Darren membuat ia ingin melihat keberhasilan anaknya.
"Berhati-hatilah Son, kita memiliki banyak musuh dan jangan biarkan kekasihmu tanpa pengawasan." ucap Alex ketika melihat anaknya akan pergi meninggalkan ruang rapat.
"Aku tidak mengerti apa yang Daddy bicarakan" Jawab Darren yang akan berjalan keluar ruangan.
"Tanda dilehermu sudah cukup menjelaskan penyebab kau tidak datang tepat waktu Son, dan itu masih sangat baru" ucap Alex yang membuat Darren berhenti dan menyentuh lehernya.
"Jika wanita ini berbeda, kau harus menyuruh beberapa bodyguard untuk menjaganya." perintah Alex yang masih setia duduk dikursi kebesarannya.
"Dia berada ditempat yang aman," jawab Darren kemudian pergi meninggalkan ayahnya.
"Dia benar-benar terluka dengan perbuatan ibunya." batin Alex dalam hatinya.
Darren melihat Lyana sedang asik bercerita dengan suami istri paruh baya yang merupakan tamu hotel tempat mereka menginap. Wanita itu tampak tertawa mendengar candaan kedua orang yang duduk bersamanya dan seperti sedang membuat janji.
Saat kembali dari pertemuan dengan ayahnya, ia langsung menuju hotel dan tak menemukan Lyana dikamarnya. Lyana berada dicafe hotel setelah mendapat laporan dari anak buah yang ditugaskan mengikuti Lyana tanpa wanita itu ketahui.
Lyana sangat mudah akrab dengan orang lain meski baru bertemu, sehingga kadang dia tidak merasa jika dia hanya dimanfaatkan ataupun akhirnya ditipu oleh temannya sendiri.
Sejak sekolah Lyana sering terlibat perkelahian dengan laki-laki yang selalu berusaha menganggunya ataupun temannya. Tapi dia akan menjadi wanita yang manis pada orang yang disukainya.
"Pria tampan itu sejak tadi melihat kearahmu nona," ucap wanita yang duduk bersamanya.
Lyana menengok ke belakang dan melihat Darren tengah menatapnya dengan wajah dinginnya. kemudian pria itu berjalan mendekati meja mereka.
"Ck, dia pria yang sangat dingin, tapi dia juga sangat tampan sehingga aku sangat sulit menolaknya" ucap Lyana pelan hingga membuat suami istri itu tertawa.
"Hai tampan, apa kau mencari kekasihmu? maafkan kami meminjamnya sebentar. Dia wanita yang baik karena sudah menolong kami berdua. Jagalah dia dengan baik," ucap wanita yang duduk disamping kanan Lyana saat Darren telah sampai dimeja mereka.
"Tentu saja" Jawab Darren singkat.
"Mereka baru dua hari berada disini dan akan menghadiri Festival tahunan besok. Aku akan pergi bersama mereka. Pasti sangat seru bisa memakai kostum dan juga topeng." sahut Lyana yang kemudian berdiri ketika Darren menarik tangannya.
"Kau akan pergi denganku. Aku akan membawanya" ucap Darren dan berjalan di ikuti Lyana yang melambaikan tangannya pada pasangan suami istri yang bersamanya sejak tadi.
"Kau tidak harus bersikap seperti itu, mereka berdua sangat baik. sahut Lyana mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Darren tapi sia-sia.
"Seharusnya kau berhati-hati dengan orang yang baru kau kenal, bukankah kau baru saja tertipu oleh temanmu yang hanya karena dia pernah satu sekolah denganmu dulu." jawab Darren dengan nada dinginnya.
"Kami berteman baik, dia melakukan itu karena terdesak. Lagipula aku menyukaimu dan akan memaafkan Paul karena sudah membuatku bertemu dengannu" ucap Lyana dengan tersenyum dan menatap wajah tampan Darren.
"Bagaimana jika pria yang membelimu bukan aku?" Tanya Darren menatap wajah Lyana menunggu jawaban wanita itu.
"Aku akan bernegosiasi, Daddy dan kak Louise bisa membayar berapapun yang kalian minta untuk menebusku" jawab Lyana santai.
"Apakah kita akan bercinta lagi?, ini masih sore dan aku ingin berjalan-jalan dikota ini" ucap Lyana begitu mereka masuk kedalam kamar.
"Bereskan barang-barangmu, kita akan pindah ke apartemenku" perintah Darren kemudian berganti pakaiannya dengan kaos dan celana pendek.
"Apa?, kau mengajakku tinggal bersama?" tanya Lyana yang merasa aneh dengan hubungan mereka.
"Aku tidak mungkin harus bolak balik kesini karena pakaianku berada di apartemen" jawab Darren yang membuat Lyana terkejut.
"Aku datang kesini karena ingin menikmati keindahan kota ini, aku suka berkeliling ke berbagai negara dan aku tidak ingin terlibat hubungan apapun dengan orang lain." ucap Lyana menghentikan Darren yang sedang membuka koper miliknya.
"Sudah kukatakan bahwa kau adalah milikku dan tidak ada satu orang pun yang bisa menyentuhmu" jawab Darren tegas membuat mereka berdua diam saling menatap mata masing-masing.
''Temani aku disini'' gumam Darren yang sedang duduk dimeja kerja nya setelah mereka sampai dimansion miliknya.
Lyana yang juga enggan berpisah dari Darren akhirnya mengikuti pria itu untuk pindah ke mansion dimana hanya ada mereka berdua ditempat besar seperti kastil jaman dahulu.
Pria itu menarik tangan Lyana agar wanita itu duduk dipangkuannya. Kemudian melingkari pinggangnya dan tangan satunya berada di laptop.
Lyana yang akan berdiri karena tidak ingin menganggu pekerjaannya kembali duduk saat pria itu menahannya.
"Kau sedang bekerja, aku akan kembali ke kamar." ucap Lyana yang merasa posisi mereka terlalu intim.
"Baiklah, berikan aku ciuman selamat malam" jawab Darren kemudian menarik tengkuk Lyana agar bisa dengan mudah mencium bibir wanita itu.
Ciuman yang awalnya hanya kecupan berubah menjadi ******* dan panas. Lyana mengalungkan kedua tangannya dileher Darren dan makin memperdalam ciuman mereka.
Darren mencium leher Lyana berulangkali karena candu akan wangi parfum dileher wanita itu. Hingga membuat ia menggigit kecil kult sensitif Lyana yang berakibat wanita itu mengerang.
"Aahhh...."
Lyana kemudian membuka kancing kemeja Darren dan membuka bajunya sendiri hingga tampak polos. *********** tepat berada didepan wajah Darren dan pria itu mengangkat tubuh Lyana diatas meja kerjanya dan mulai membuka celana yang digunakan wanita itu.
Tubuh Lyana semakin menegang saat pria itu mulai memasukinya. Rasanya dia bisa gila dan ingin berteriak kencang. Darren selalu saja bisa merayunya, hingga membuat dia susah untuk melepaskan pria tampan ini.
Meja kerja Darren tiba-tiba menjadi tempat mereka menyalurkan hasrat mereka, hingga beberapa barang terjatuh kebawah.
Setelah mereka mencapai puncak bersama-sama Darren mengangkat tubuh Lyana menuju ke kamar yang terletak disamping ruang kerjanya.
"Kau akan membawaku kemana Darren? tanya Lyana yang melingkari kakinya ke pinggang Darren.
"Aku akan menemani tidur" jawab Darren yang membuat mereka berdua tersenyum kemudian berciuman kembali hingga masuk ke dalam kamar.
Mereka berdua akhirnya melanjutkan percintaan didalam kamar Darren hingga dini hari, membuat Lyana tertidur hingga siang hari.
Seperti biasa saat terbangun, hampir setiap saat Darren tidak pernah ada disampingnya membuat Lyana kadang merasa kosong dan tidak di inginkan. Hingga dia sadar jika sudah jatuh cinta pada pria ini. Meski awalnya hanya sesuatu yang dipikir bisa hilang dengan berjalannya waktu tapi setiap akan pergi, ia akan merasakan sakit karena takut.
Lyana turun ke bawah setelah membersihkan dirinya dan berganti pakaian yang lebih santai. Ia melihat Darren tengah berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian hitam dan terlihat serius. Karena tidak ingin mencampuri urusan pria itu, ia berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya.
"Kau sudah bangun." ucap Darren yang mengecup puncak kepalanya dan duduk disampingnya.
"Sepertinya aku tertidur lama, apa kau sudah bangun sejak tadi? aku lihat kau sedang berbicara penting dengan orang-orang berpakaian hitam itu." jawab Lyana kemudian menyuapkan roti dimulut Darren.
"Mereka anak buahku dan ada sedikit masalah, tapi sudah bisa teratasi." jawab Darren yang menerima suapan dari Lyana.
"Kau ingin kubuatkan kopi?" tanya Lyana yang akan mengambil minuman dikulkas.
"Baiklah, bawa ke ruang kerjaku" jawab Darren kemudian berdiri dan berjalan menuju lantai dua ruang kerjanya.
Lyana mengingat apa yang terjadi semalam diruang kerja Darren dan pipinya menjadi panas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!