NovelToon NovelToon

ZIARREL: Zia Dan Karrel

1. PROLOG

༺ღ༒ welcome ༒ღ༻

"Kenapa kau sering menjahili ku? Hiks! "

"Lalu? Apakah kau akan melaporkan ku lagi? "

Zia menangis dengan tangan yang menutupi wajahnya. Seluruh tubuhnya basah disiram air pel yang kotor. Dia juga terduduk dilantai basah dan kotor, bahkan sepatu putihnya yang bersih harus rela kotor.

Karrel, si penjahil. Dia tahu apa yang dia lakukan itu salah, tapi dia menikmati nya. Dia bukan membully, hanya saja menjahili Zia tanpa alasan yang penting.

"Kamu gak tau aja!! Sakit perasaan Zia kamu gituin, bego!! " Teriak Hanni. Sahabat Zia yang masih setia menenangkan gadis itu.

Seseorang menepuk pundak Karrel membuat cowok itu menoleh. Belum sempat menoleh, sebuah tangan yang mengepal kuat terlintas cepat dimatanya.

Bugh!!!

"Apa kau tidak puas membully dia setiap hari? " Tanya cowok yang meninju Karrel tadi.

"Kau?! Kau sudah kembali, Lingga?! Sejak kapan? " Tanya Karrel beruntun sangking senangnya melihat sahabat sejati dia kembali.

"Ck ... Akan ku beritahu kalau kau senang hati minta maaf pada gadis itu, " ucap Lingga sembari menunjuk Zia.

"Untuk apa? Kau tahu, kan? " Tanya Karrel dengan wajah tak bersalah.

"Iya aku tahu karna aku peka sedunia. Tapi, apakah kau ingin berada di posisinya? Kalau iya maka aku bisa mengabulkan nya, " ucap Lingga.

Karrel terdiam.

"Cepat! Atau aku akan pergi lagi dari hidupmu! " Tegas Lingga membuat Karrel mau tak mau minta maaf pada Zia.

"Zia!! Aku minta maaf karena buruknya kelakuan ku, maafkan aku. "

"Jangan hanya minta maaf saja. Kau harus mencari baju ganti dia, " ucap Lingga.

"Ck! Ayolah ... Aku sudah minta maaf, jangan mengatur ku lagi. "

"Right kalau begitu yang kau inginkan, " ucap Lingga akhirnya.

Lingga mendekati Zia dan melepaskan hoodienya. Dia mengikat hoodie itu dipinggangnya lalu menggendong Zia.

Zia terkejut merasakan dia yang melayang. Perlahan gadis itu membuka matanya dan terpaku dengan wajah tampan didepannya.

"Ka ... "

"Tutup mulutmu kalau tidak ingin aku jatuhkan, " ucap Lingga dengan nada dingin membuat Zia mengantup bibirnya.

⚘⚘⚘

"Bagus ... Itu cocok dengan tubuhmu yang mungil, " ucap Lingga berniat menggoda. Walaupun nadanya sangat dingin.

Zia berdecak. "Tapi ini sangat oversize di tubuhku, Kak ... " Rengek Zia.

"Shutt!! Diam atau aku memukulmu! " Tegas Lingga dengan mata yang melotot.

Zia terdiam ketakutan. Lingga pun menarik Zia pergi dari toilet perempuan menuju taman belakang.

"Apa yang kita lakukan disini? " Tanya Zia memberanikan diri untuk bertanya.

"Ada yang ingin aku beritahu. Kalau kamu diganggu lagi sama Karrel, lawan dia!! Jangan biarkan dia menginjakmu terus-menerus hanya karena kamu ... Lupakan saja! Yang penting ingat kata-kata ku, " ucap Lingga.

Zia menggeleng. "Aku tahu yang aku lakukan salah, tapi aku yakin kalau Tuhan tahu segalanya yang terlihat terbaik untuk hidupku. Dengar baik-baik kalau hidup itu cacat! Tidak ada hidup yang sempurna. "

"Tapi dengan kecacatan itu kita harus merubahnya, " ucap Lingga tak ingin kalah.

"Cacat itu tidak bisa di sempurna kan lagi. "

"Itu orang cacat!! Hidup, perilaku yang cacat masih bisa kita rubah dengan kesempurnaan!! "

Zia terdiam. Kali ini dia kalah kalau berargumen dengan Lingga. Otaknya yang terlampau pendek pemikiran tidak akan berhasil mengalahkan otak panjang Lingga.

"Huftt ... Jangan pernah membenci ku, Zia. Aku tahu apapun yang aku lakukan diluar rumah itu sangat menyakitkan hati dan perasaan mu. Tapi ketahuilah ada sesuatu di balik itu semua. "

Zia terdiam cukup lama dan akhirnya mendongak menatap wajah tampan cowok dingin didepannya. Dan akhirnya dia memeluk cowok dingin itu.

Cukup lama Lingga tidak menyambut pelukan dari Zia. Tapi akhirnya dia menyambutnya walau hanya sedikit tidak suka karena dia benci disentuh oleh wanita.

"Aku tidak akan pernah membenci mu. Tapi sesuatu yang kau katakan akan selalu kucari tahu, " ucap Zia akhirnya.

Bruk!!

"Auw!! " Ringis Zia sembari memegang bokongnya yang sakit.

"Apa yang kau lakukan?! "

"Ingat baik-baik yang satu ini. Jangan pernah mencari tahu apa yang aku sembunyikan! Karena itu bisa saja membahayakan hidupmu juga, Zia! " Ucap Lingga dengan nada yang diperjelas.

'Aku tetap akan melakukannya. ' Batin Zia.

Lingga pergi dari sana dengan wajah masam. Dia hanya tidak ingin adik perempuannya terkena berbagai masalah hanya karena dia.

Yang dia harapkan hanyalah Zia tidak akan pernah mencari tahu apapun tentangnya. Walau saudara itu harus berbagi rahasia, tapi Zia itu perempuan.

"Hei upil!! Kau selalu saja menghilang! Apa yang kau lakukan? " Tanya Karrel akhirnya.

Lingga hanya menoleh dengan mata yang tajam membuat Karrel merasa ngeri.

"Pliss lah ya upil, aku ngeri ngelihat kau seperti itu. "

"Hufttt ... Kenapa kau selalu memanggilku upil? " Tanya Lingga akhirnya.

"Ini adalah pertanyaan ke sekian kalinya, upil. Dan jawabanku masih sama yaitu karena kau suka mengupil. " Jawab Karrel.

"Sejak kapan aku suka mengupil? " Tanya Lingga lagi tetapi kali ini dengan nada sedikit kesal.

"Sejak kelas 1 SMP, masa kau lupa akan hal itu? "

"Ck! Semua manusia di dunia ini suka mengupil! Kalau tidak apakah kamu mau sesak napas karena upil mu itu? "

Karrel terdiam dan akhirnya menggeleng. Ayolah ... Dia selalu kalah jika berargumen dengan Lingga.

"Sekarang aku mau mengeluh ... Kenapa aku selalu jatuh saat berargumen denganmu? " Tanya Karrel.

"Kenapa kamu bertanya padaku? Maka pintarlah dalam berargumen, jangan hanya membanggakan kepintaranmu. "

"Ck! Ayolah ... Jangan menghina si ranking 2 ini, " ucap Karrel.

"Si ranking 2 yang memiliki otak dengan pemikiran terpendek di dunia? Ohh ... Aku tidak bisa menghentikan kegiatan aku yang tidak bermanfaat ini, " ucap Lingga.

Sayup-sayup terdengar suara bel sekolah yang berbunyi tanda masuk kelas. Dijalan tidak sengaja Lingga dan Karrel berpapasan dengan Zia yang berjalan dengan sahabatnya Hanni.

Karrel pun menjahili gadis itu dengan menyodorkan kakinya kearah Zia membuat gadis itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Akh!! Shh ... "

"Astaga!! Maafkan aku, aku tidak tahu sungguh. Kaki ku memang seperti itu, " ucap Karrel.

"Ya karena pemiliknya saja seperti itu. Sangat jelas, kan? " Tanya Hanni dengan nada sinis.

Gadis dengan rambut berwarna coklat itu menolong temannya dan memeriksa setiap inci tubuh temannya. Takut-takut ada yang terluka.

"Ck! Apa kamu ingin aku pukul lagi? Sepertinya tidak henti-hentinya kamu mengganggunya, " ucap Lingga.

"Kenapa kau jadi penyelamatnya? Ataukah ... Kau sudah menjadi kekasihnya? " Tanya Karrel dengan nada sedikit menggoda.

"Ck! Aku cium didepan umum, kamu mau? "

"Astaga!! Sejak kapan kau mengikuti lgbt? "

"Sejak ketemu sama kamu!! " Jawab Lingga dengan cepat berniat menakut-nakuti.

"Huwaa!! Emak!! Aku punya teman gilak!! Ehh ... Kan emak aku tidak ada disini, " gumam Karrel demikian.

"Tidak usah mencari muka dengan merasa kesakitan!! Bangun kamu! " Tegas Lingga yang langsung dituruti Zia.

"Apa yang kau katakan? Dia memang kesakitan!! Tidak mungkin orang kesakitan bisa mencari muka!! "

"Lalu? Apa gunanya kamu melihat sinetron kalau yang seperti itu saja kamu tidak tahu. Apalagi disetiap novel korban pembully yang pintar silat saja ada yang mencari muka. Aku rasa kamu tahu itu, " ucap Lingga kemudian.

Hanni terdiam. Yang dikatakan Lingga ada benarnya kalau hampir setiap cerita yang dia lihat pasti ada bumbu seperti itu.

Hanni pun menghela napas gusar dan akhirnya membawa Zia ke kelas.

⚘⚘⚘

"Shalom ... "

"Ehh ... Dimana Lingga? Tadi pagi kalian bareng, kan? " Tanya Valensia. Bunda dari Zia dan Lingga.

"Dia pergi nongkrong lagi, Bun. Entah apa yang kali ini dia lakukan, " ucap Zia.

"Benar yang kamu katakan, Zia. Ketika pulang selalu saja babak belur, " ucap Valensia.

"Ada yang ingin aku sampaikan, Bun. Tapi aku harus mandi dulu, sekujur tubuh ku sangat lengket. "

"Ya sudah ... Kamu pergi mandi dulu sana. Bunda dan Ayah akan menunggu mu untuk makan malam bersama. "

Zia mengangguk dan naik ke lantai 2 dimana kamarnya berada.

Skip!!

Setelah selesai makan malam. Tiga orang itu duduk diruang keluarga sembari menonton televisi.

"Oh iya Zia ... " Panggil Erick, ayah dari Zia dan Lingga.

"Iya Ayah? "

"Tadi Bunda mu mengatakan kalau ada yang ingin kamu katakan. Katakanlah, " ucap Erick.

"Ahh ... Begini. Disekolah Zia tidak dianggap sebagai saudara kandung oleh kak Lingga, " ucap Zia.

Tampak Erick mengepalkan kedua tangannya. "Anak itu emang sudah keterlaluan?! Saudara sendiri tidak dianggap olehnya!! "

"Tenang dulu Ayah ..... Dia sudah memberitahu Zia alasan dibalik itu semua. "

"Apa alasan itu? " Tanya Valensia.

"Jadi dia mengatakan agar tidak pernah tertarik ke dalam masalahnya. Aku bersih keras untuk mencari tahu alasannya tapi dia malah mengatakan jangan pernah mencari tahu masalahnya. "

"Kalau begitu ini adalah masalah rumit yang telah dia hadapi. "

Valensia mengangguk menyetujui ucapan suaminya itu. Dia pun beralih menatap Zia.

"Zia ... Apakah perlakuan kakakmu itu jauh berbeda dirumah dan disekolah? " Tanya Valensia.

Zia menggeleng. "Dia hanya tidak menganggap Zia sebagai adiknya. Tapi dia selalu membantu Zia di setiap keadaan sulit sampai-sampai dirumorkan kami berkencan. "

Erick tertawa mendengarnya. "Sangat lucu mendengar nya. Apa jadinya saudara kandung dirumorkan berkencan, " ucap Erick.

⚘⚘⚘

"Apa lagi rencana kita kali ini, ketua? Sudah susah payah kita mencari rencana, tapi begini hasilnya. "

"Tidak! Kita harus bisa menentang takdir!! Tidak ada yang bisa mengalahkan kita. Kita sama-sama manusia yang akan dikembalikan pada Tuhan, masa kita takut pada manusia. "

Gio tampak menggeleng. "Aku tahu apa yang ketua katakan itu benar, tapi apakah kita bisa menang melawan mereka? " Tanya Gio.

Lingga menghela napas. "Jarrel .... Bagaimana? " Tanya Lingga akhirnya.

"Aku percaya apa yang dikatakan oleh ketua sendiri. Dan aku ingin kita menang di kemudian hari tanpa ada salah satu dari kita semua hilang, " ucap Jarrel, si cenayang.

Karrel mengangguk. "Aku juga! Gio ...

Kita harus percaya bisa merubah takdir. Sikap kita yang tidak ingin dunia ini jatuh pada pihak yang salah akan berhasil merubahnya. "

Gio yang masih tampak bimbang hanya bisa menundukkan kepalanya. Tiba-tiba seseorang memegang bahunya membuatnya mendongak.

"Aku bahkan kami semua tahu apa yang kau pikirkan. Tapi yakinlah pada diri sendiri, " ucap Zeroun.

Gio pun tersenyum dan mengangguk yakin. Dia tidak sendiri, dia masih memiliki Carlos Geng untuk terus maju.

"Kalau begitu, ayo mengunjungi kakek Carlos untuk meminta agar kita menang kali ini. Kita juga akan ke tempat ibadah, " ucap Karrel.

Semuanya pun menganggukkan kepalanya. Ribuan orang pengendara motor pergi ketempat yang akan dituju dengan Lingga dan Karrel si waketu sebagai pemimpin.

⚘⚘⚘

Bruk!!

"Aistt!! Dengan beraninya kau menendang ku, bajingan!! " Teriak Karrel dan langsung menghujam orang yang menendangnya tadi.

Keadaan dilapangan besar tengah hutan malam itu begitu ricuh. Teriakan rasa sakit, suara pukulan, dan cipratan darah memenuhi lapangan.

'Aku bersumpah pada Tuhan bahwa kami akan menang!! ' Jerit Lingga dalam hati.

"Hahahaha!!!! Kau tidak akan menang untuk kesekian kalinya, upil!! "

"Hanya sahabatku yang boleh memanggilku seperti itu!! "

Lingga menghujami ketua dari geng musuh nya dengan berbagai tinjuan. Ketika mendapat kesempatan, Lingga mengambil pisau lipat dalam saku celana nya.

Sret!!

Sret!!

"Akhhh .... Shibal!!! Kau telah melakukan kesalahan!! " Teriak ketua dari geng musuh.

"Ck!! Kau juga melakukan kesalahan karena telah berani membunuh kakek kami!! " Teriak Lingga tak mau kalah.

"Hahahaha!!! Orang tua yang menyebalkan itu pantas untuk mati, " ucap ketua geng musuh dengan nada pelan yang menusuk.

Bugh

Bugh

Bugh!!!

"Mati kau bajingan!! Mati kau!! " Ucap Lingga dengan nada penuh kekesalan.

Ya! Tidak bisa ditampik kalau kali ini ketua geng musuh itu sudah sekarat. Bahkan hampir seluruh anggota geng musuh tergeletak mengenaskan dengan senjata tajam milik sendiri yang menancap juga ditubuh sendiri.

Itu semua karena hasil dari kerja keras dan keahlian beladiri dari Carlos geng. Tidak sia-sia almarhum Kakek Carlos mendidik anggotanya.

Waketu dari geng musuh menggeram kesal.

"Bubar!!! " perintahNya.

"Aistt ... Jangan berani mencoba untuk bubar bajingan!! " Teriak Karrel.

"Hentikan Karrel!! Biarkan mereka pergi, " ucap Lingga.

Karrel menurut walau dia masih ingin merobek tubuh waketu yang songong itu. Tidak nyadar diri_-

"Terimakasih atas keberhasilan kalian ... Kalian pantas mendapatkan keberhasilan itu karena usaha kalian dalam latihan sangat bagus, " ucap Lingga.

"Ketua juga!! Kami tidak bisa sejauh ini berkat ketua, terimakasih. " Seru salah satu anggota.

"Jangan terlalu berlebihan. Ini karena kerja keras Kakek Carlos juga dalam mendidik kalian semua, " ucap Lingga.

"Baiklah ... Sekarang ayo kita cari penjual makanan kaki lima. Aku sudah menahan lapar sedari tadi, " ucap Karrel membuat semuanya tertawa.

Akhirnya mereka pun mengendarai motor menelusuri hutan agar bisa menemukan jalan raya didepan sana.

TBC.

Eps selanjutnya ...

"Ya ampun Kakak!! Kenapa bisa babak belur lagi?? "

"Sshh ... Kakak tidak apa-apa, adikku tercinta. "

Bruk!!

"Lingga/Kak!!! "

2. KARREL SELALU TERDEPAN

༺ღ༒ welcome ༒ღ༻

"Ketua ... Aku tahu kau tampak kelelahan. Tapi disisi lain aku khawatir dengan mu, kau terlihat tidak sehat. "

Lingga memaksa tersenyum lebar walau sudut bibirnya sangat sakit. "Tidak apa ... Aku baik-baik saja, sungguh. "

Gio tampak tidak mempercayai ucapan ketuanya. Tapi dia tidak bisa membantah ucapan ketuanya kalau dia tidak ingin merelakan tangan sendiri memegang kepala sendiri.

"Ahh .... Sepertinya aku harus pulang. Aku tidak ingin keluarga ku merasa khawatir, baiklah good bye. "

"Kau satu pemikiran denganku, Gio. Aku juga mengkhawatirkan keadaan ketua yang tidak baik-baik saja, " ucap Karrel.

Di sepanjang perjalanan, sesekali Lingga meringis kesakitan. Kepalanya terasa pusing, bahkan hampir seluruh wajahnya dipenuhi darah.

Akhirnya Lingga sampai di depan pintu utama rumahnya. Dengan tangan yang gemetar, dia membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci.

Ceklek!!

"Ehh .... Kak Lingga sudah pulang, " ucap Zia dengan senyuman senang.

"Ya ampun!! Kenapa kakak bisa babak belur seperti ini? "

"Kakak tidak apa-apa, adikku tercinta. "

Bruk!!

"Lingga/Kak!! "

⚘⚘⚘

"Hiks! Hiks! Kak Lingga!! "

"Tenanglah Zia ... Kakakmu akan baik-baik saja. "

"Bunda ... Ayah ... Kak Lingga sakit, Zia takut kalau Kak Lingga ... "

"Shuttt ... Anak Ayah tidak boleh berpikir seperti itu. Tenang ya, kakak mu nanti jadi tidak tenang menjalani operasi nya. "

"Lingga!! Zia?! Apa yang kau lakukan disini? " Tanya Karrel dengan tampang kagetnya.

"Hiks!! Kak Karrel ... Kak Lingga ... "

Zia pun berjalan mendekati Karrel dan memeluk cowok itu. Karrel masih dirundung perasaan bingung, tidak mungkin kan? Pikir Karrel.

Dengan tangan yang gemetar, Karrel membalas pelukan Zia dengan sangat erat. Karrel yang dulu suka menjahili Zia menjadi seorang penyandar Zia disaat cewek itu terpuruk. Mungkin dia akan memikirkan yang terjadi sebenarnya dikemudian hari.

Setelah merasakan tenang, Zia melepaskan pelukannnya dan menyeka air matanya. Dia pun menoleh menatap kedua orang tuanya.

"Karrel ya? " Tanya Valensia dengan wajah yang tegar tapi tatapannya bisa diprediksi sangat terpukul.

"I-iya tante, " jawab Karrel dengan senyum manis dibibirnya.

"Tidak perlu manggil tante, panggil Bunda sama seperti Lingga dan Zia. "

Karrel semakin bingung. Zia memanggil Bunda?

"Sama seperti saya, panggil saja Ayah. Tidak perlu sungkan, " ucap Erick.

"I-iya om-maksudku, Yah. "

Dokter pun keluar dari ruang operasi. Orang pertama yang menanyakan kabar Lingga ke dokter adalah Zia sendiri.

"Bagaimana keadaan Kak Lingga, dokter? Bagaimana? " Tanya Zia beruntun.

"Begini ... Saya harus cerita dengan orang tua dari pasien Lingga. "

"Saya orang tuanya dokter. Kita bisa bicara, " ucap Erick.

Dokter tersebut mengangguk kan kepalanya dan berjalan mendahului Erick.

Suster pun keluar dari ruangan.

"Maksimal satu orang yang bisa masuk kedalam, " ucap suster.

"Saya!! " Teriak Karrel.

Plak!!

"Aistt ... Ada apa?! Apakah aku salah? " Tanya Karrel dengan nada kesal.

"Ini rumah sakit bukan hutan! Jangan berteriak disini, " ucap Zia.

"Ck! Bawel. "

Dengan cepat Karrel membuka pintu ruangan. Terpampang jelaslah Lingga yang terbaring lemah dengan alat yang entah apa memenuhi tubuhnya. Apapun ceritanya, otak Karrel memang seperti yang dikatakan oleh Lingga yaitu pendek.

"Li-lingga? Apakah kau bisa mendengar ku? " Tanya Karrel berusaha berbicara.

"Sudah aku bilang kalau kau itu tidak sehat, bego! Tapi selalu saja kau menampik kenyataan dan selalu menyembunyikan keadaan, ck! Bego banget sih. "

Walaupun cowok itu berkata sedemikian rupa, sangat jelas satu bulir air mata jatuh kepipinya.

"A-aku pergi dulu, Ling. Nanti kalau kau sudah dikamar VIP nya, aku datang lagi buat ngejaga ketua yang terhormat. "

Karrel pun berjalan menuju pintu ruangan. Ternyata sudah ada ayah Lingga disana.

"Bagaimana hasilnya, Yah? " Tanya Karrel.

Erick menunduk. "Bisa diperkirakan dia koma kalau tidak bangun selama 5 hari. Cedera yang di alami dikepala nya dapat 5 jahitan. "

Karrel terdiam. Hingga tak disadari, air mata kembali berjatuhan di pipi nya.

"Shhh ... Stress kau ketua!! Stress! Bego!! " Teriak Karrel frustasi.

"Tenanglah sedikit, Nak Karrel. Tenang kan dirimu, " ucap Valensia.

Bunda dari Lingga itu berjalan mendekati Karrel dan memeluk pemuda yang menangis itu.

Karrel tak sanggup melihat Lingga yang bangkarnya didorong menuju kamar VIP pesanan Erick. Entah alat apa saja yang dilihat Karrel tadi, tapi itu membuatnya tak sanggup melihat.

"Tenangkan dirimu, Nak Karrel. Bunda tahu kau sangat terpukul dengan keadaan Lingga. "

"Dia keras kepala Bundaa ... Karrel kesal juga tapi tak sanggup melihatnya seperti itu, " ucap Karrel dengan nada lirih.

"Kuatkan hatimu, ini mungkin sudah bagian dari takdir. "

Karrel melepaskan pelukannya dari Valensia dan menatap wanita tua yang masih terlihat cantik itu.

"Bunda terbaik, terimakasih. " Karrel tersenyum membuat Erick dan Dia ikut senang.

⚘⚘⚘

"Stress kau, Ling ... Sudah aku bilang kau itu tidak baik-baik saja tapi kenapa kau tetap keras kepala, ck! Bego. "

Karrel terus-menerus berbicara sendiri. Saat ini dia berada disamping ranjang Lingga sembari menatap tubuh lemah didepannya dengan tatapan kosong.

Kriet!!

"Apakah ketua baik-baik saja? " Tanya Jarrel dengan wajah khawatir.

"Kalian terlambat untuk mengetahui yang sebenarnya, tapi aku akan memberi tahu apa yang ingin kalian tahu. "

"Bagaimana hasilnya? Apakah ketua akan bangun lebih cepat? " Tanya Zeroun.

"Sayangnya itu akan terjadi kalau ada keajaiban dari Tuhan. Kata dokter, kalau ketua tidak bangun selama 5 hari maka dia dinyatakan koma, " ucap Karrel.

Ucapan yang menggunakan nada tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Walaupun begitu, dia sangat ingin menangis tapi dia tahu anggotanya tidak ingin melihatnya terpukul.

"Apakah kau baik-baik saja? Kau seperti tidak sehat? " Tanya Gio yang ternyata peka terhadapnya.

Karrel tersenyum. "Aku baik-baik saja, mungkin karena aku kurang makan dan tidur. Aku mandi dulu, bye! "

Jarrel menatap Lingga dan berjalan mendekati ketuanya itu.

"Aku tahu kau akan bangun, ketua ... Kami menunggumu. "

Jarrel pun menarik Zeroun hingga cowok itu bangkit dari duduknya. Kemudian Jarrel duduk disofa tempat Zeroun tadi.

"Astagajim!! Kau memang benar ... Ck! Arghh!! Lebih baik aku mengalahkan dengan bocil ini. "

Jarrel tersenyum. Bahkan disana Gio tertawa pelan, ternyata Zeroun yang dia kenal telah berubah walau tidak sepenuhnya.

"Rindu kita yang dulu .... " Gumam Gio akhirnya.

"Aku tahu yang kau pikirkan itu, Gio. Tapi percayalah pada Tuhan, " ucap Jarrel.

"Dan dengan perubahan kita itu akan menunjukkan seberapa banyak yang masih bertahan pada kita, " ucap Zeroun yang juga ternyata mendengarkan.

"Terimakasih atas usulan kalian, tapi sungguh aku rindu dengan kita yang dulu. "

"Aku tahu, dan kita akan membuat janji setelah ini kita akan kembali seperti dulu. "

Gio tersenyum mendengar ucapan Jarrel dan akhirnya dia mengangguk. Karrel pun keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang basah.

"Berapa banyak yang aku tinggalkan? Sepertinya kalian serius sekali, " ucap Karrel.

Tok tok!!

Kriet!!

"Kak Lingga? "

"Zia? Mari sini masuk, " ucap Karrel dengan senyuman pula.

Zia pun memasuki kamar inap Lingga dengan Hanni dibelakangnya. Disana Zeroun mengambil duduk diatas pangkuan Jarrel membuat cowok itu terkejut.

"Hei!! Apaa yang kau lakukan?! Kita seperti ... "

"Shhh .... Itu cewek yang aku cintai, " ucap Zeroun.

"Hm? Yang mana? " Tanya Jarrel sembari melihat kearah dua cewek yang baru masuk.

"Yang mukanya datar dan rambut coklat itu, " jawab Zeroun.

"Ahh ... Itu, hm bagus juga seleramu. Semoga jadian ya atau mungkin nikah langsung boleh, " ucap Jarrel.

"Wahai teman lucknut sedunia ku yang paling aku sayangi. Kenalin ini Zia dan satu ini Hanni, " ucap Karrel memperkenalkan dua cewek itu.

"Halo kakak-kakak. Hmm ... Kak Karrel? Mereka semua siapa? " Tanya Zia akhirnya.

"Kenalin aku Zeroun Lucky Altezza, " ucap Zeroun.

"Aku Jarrel Alkafix, salam kenal. "

"Kalian berdua gay? " Tanya Hanni membuat Gio terbatuk karena ludahnya sendiri.

"Mereka berdua tidak gay, hanya saja memang seperti itu kalau Zeroun takut dengan orang asing. Dia menempel dengan salah satu sahabatnya, " ucap Gio yang dibalas anggukan oleh Hanni.

"Nah aku Gio salam kenal, " ucap Gio.

"Kami sahabat nya Karrel dan juga Lingga, " ucap Gio lagi.

"Berarti kalian tahu apa yang terjadi pada Kak Lingga? " Tanya Zia membuat satu ruangan itu hening.

"Ehmm ... Zia, mungkin kau harus menanyakan secara langsung pada pacarmu itu, " ucap Karrel.

Pacar? Ohh tidak, dia dianggap pacar lagi oleh sahabat kakakku tapi tidak apa-apa daripada dia dibunuh karena ketahuan kakakku. Pikir Zia.

"Tidak!! Aku ingin secara langsung! " Tegas Zia.

"Huftt ... Baiklah akan kami beritahu, " ucap Karrel.

"Hei bro!! Apa yang kau lakukan? " Tanya Zeroun seperti memberi peringatan.

"Memberitahu hal sebenarnya, apakah tidak boleh? Lagipula nanti aku yang bertanggungjawab dibunuh oleh Lingga, " ucap Karrel.

"Ehh ... Tidak perlu kak, terimakasih untuk sebelumnya tapi Zia tidak mau Kak Karrel pergi begitu cepat, " ucap Zia.

"Kenapa? Bukankah aku hanya akan menjahilimu layaknya seorang pembully? Jadi sepantasnya aku mati, " ucap Karrel.

"Iya aku dan Zia tahu tapi kau tidak tahu kenapa Zia seperti itu. Mungkin suatu saat nanti kau akan mengetahuinya, tapi belum sekarang. "

Karrel berdecak kesal mendengar ucapan Hanni. Rasanya dia ingin sekali mencekik gadis rambut coklat itu.

"Bagaimana? " Tanya Karrel kepada Jarrel.

"Aku dan kita harus yakin kalau Lingga akan bangun sebelum 5 hari, jangan khawatir. "

TBC.

Eps selanjutnya.

"Hei!! Berhenti melakukan itu!! "

"Kak Lingga sudah bangun?! "

"Apa yang kau lakukan disini? "

"Membawa makanan Kak Lingga, dititipkan sama Bunda kakak. "

"Letakkan di meja sana dan pergi dari sini, "

"Baik Kak, "

3. TIDAK MENYAKITKAN, TAPI....

༺ღ༒ welcome ༒ღ༻

Sudah tiga hari Karrel menunggu Lingga untuk bangun. Dia menjadi khawatir akan ucapan dokter kalau memang Lingga tidak akan bangun.

Tok tok!!

Kriet!!

"Kak Karrel .... Ini ada makanan dari Bunda, " ucap Zia.

"Hm ... Letakkan diatas meja sofa itu, " ucap Karrel dengan nada dingin.

Sepertinya Karrel masih seperti dulu yang sangat membenci Zia. Tapi Zia tahu Karrel tidak seperti yang dipikirkan.

"Aku sudah meletakkannya, kalau begitu aku pamit pulang dulu ya Kak, " ucap Zia.

"Ya sudah, aku juga tidak peduli. Tapi ... Jaga dirimu baik-baik, " gumam Karrel diakhir kalimat.

Zia hanya mengedikkan bahunya lalu pergi dari sana. Tampak Karrel menghela nafas gusar.

"Ling ... Kapan Ling? Kapan kau akan memukuli ku karena menganggu pacarmu itu? Kapan kau akan merangkulku seolah tidak ingin melepaskan ku dimanapun? Kapan kau akan menjadi ketua yang manja saat kita menginap di apartemen mu lagi karena kau lelah? Kapan kau akan bangun, Ling? "

Banyak pertanyaan yang diajukan oleh Karrel. Tapi tidak ada satupun yang dijawab oleh makhluk berwajah tampan itu.

Karrel menghela nafas dan pergi disofa duduk disana lalu mengambil makanan yang dibawakan Zia tadi.

"Steak daging? Apakah bunda tahu kesukaan ku? Atau dia seperti Jarrel si cenayang? " Tanya Karrel dalam hati.

"Biar lah ... Yang penting makan, " ucap Karrel dengan nada pelan.

Itulah Karrel. Dia terlihat jenius apabila jouska atau berbicara dan menjawab sendiri. Tapi mungkin sebagian orang akan berpikir bahwa Karrel gila.

"Shh ... Ahh sakit sekali kepala ku, " gumam seseorang membuat Karrel mendongak.

"Ketua!! Ketua kau sudah sadar? Apa kau mengenalku? "

"Hei otak pendek ... Jauhkan tanganmu dari tubuhku, " ucap Lingga dengan lirih.

"Aku akan panggilkan dokter. Ketua disini saja jangan kemana-mana, " ucap Karrel.

"Bahkan hanya sedekar berjalan saja, aku tidak sanggup bego ... " Ucap Lingga lirih.

⚘⚘⚘

"Jangan berisik!! " Tegas Lingga tapi terdengar dengan nada pelan.

"Ahh ya tuhan .... Terimakasih kau telah datang kembali ke dunia, ketua. "

"Memangnya kamu tahu aku dari mana? " Tanya Lingga.

"Pasti kau dari taman bunga dengan pakaian putih, kan? " Tanya Zeroun ngasal menjawab.

"Ck! Bego tapi sayangnya benar. Darimana kamu tahu? "

"Aku pernah koma saat kecil karena kecelakaan. Itu menewaskan kedua orang tuaku, jadi aku ada disebuah taman dengan pakaian mirip pangeran disney dan disitu taman bunga, " ucap Zeroun.

"Ahh ... Tapi mengapa banyak yang mengira manusia koma itu ada ditempat dia dirawat? " Tanya Lingga.

"Entahlah, tapi karena ibu ku pencinta drakor jadi aku ada lihat ibuku melihat drakor yang judulnya entah apa itu. Disitu profesor serta guru dari dokter magang gitu kecelakaan. Terus dia dirawat, ternyata dokter magang muridnya itu bisa melihatnya lalu dia juga bisa masuk kedalam tubuh murid magangnya bukan orang lain, " ucap Gio panjang lebar.

"Lah terus? Profesornya hidup? " Tanya Zeroun yang ternyata terlihat menarik dimatanya.

"Iya hidup. Yang awalnya profesornya benci sama muridnya jadi barengan terus, nempel terus senyum terus gitulah. "

"Ahh ... Aku pernah melihatnya, ghost doctor kan? " Tanya Karrel memastikan.

"Iya! Baru ingat, ghost doctor. "

"Kau pencinta drakor? " Tanya Lingga.

"Tidak ... Tapi aku ngefans dengan Kim Bum dan Rain. Nah ... Pemain ghost doctor itu ya dua orang yang aku sebut, " ucap Karrel.

"Si Rain itu ... "

"Umurnya sudah 41 tahun ditahun 2023. Dia sudah menikah dan memiliki dua anak, " ucap Karrel memotong ucapan Jarrel.

Karrel pun berniat menganggu Lingga. Dia memegang perut keras Lingga lalu memegang tangan cowok itu.

"Hei!! Berhenti melakukan itu!! "

Tok tok!!

Kriet!!

"Kak Lingga sudah bangun?! " Pekik Zia tak percaya.

"Apa yang kau lakukan disini? " Tanya Lingga.

"Membawa makanan Kak Lingga, dititipkan sama Bunda kakak. "

"Letakkan di meja sana dan pergi dari sini, "

"Baik Kak, " ucap Zia akhirnya dan benar dia pergi dari sana.

Dengan segera, Zeroun mengambil bekal yang dibawa oleh Zia. Dibukanya bekal itu, harum dari cake stroberi menguar.

"Wahh ... Tahu saja aku menyukai stroberi, " ucap Zeroun.

"Apakah ada pisang? " Tanya Jarrel.

"Ada ... Berarti bekalnya untuk kita semua, " ucap Zeroun.

"Aku tidak suka pisang dan stroberi, tidak terlalu maksudku karena saat ini aku tidak selera. Kalian makan saja, " ucap Lingga.

"Tunggu dulu Ketua, disini ada cake coklat. Berbagilah denganku, kita makan bersama, " ucap Karrel.

"Tidak perlu .... Makanlah, " ucap Lingga.

"Ck! Aku tahu kau suka dengan stroberi dan coklat. Kalau kau tidak ingin makan stroberi maka makan coklat bersama ku, kau butuh energi. "

"Huftt ... Aku membenci pertengkaran, kalau begitu aku menyetujuimu. "

"Kapan Ketua bisa berjalan? " Tanya Jarrel.

"2 3 hari lagi mungkin aku bisa berjalan. " Jawab Lingga.

"Ck! Mending ngesot daripada susah payah buat jalan, " ucap Karrel dengan santainya.

⚘⚘⚘

"Shalom ... "

"Loh Zia? Kenapa cepat sekali pulangnya? Tidak jadi nunggu Kak Lingga? " Tanya Valensia beruntun.

Zia menggeleng. "Zia ingin tapi Kak Lingga sendiri yang mengusir Zia, " ucap Zia.

"Loh kenapa seperti itu? " Tanya Erick.

"Mungkin karena disana ada teman Kak Lingga. Kak Lingga kan jarang memperkenalkan Zia sama temannya, " ucap Zia.

"Ehmm .... Apakah ada hubungannya dengan masalah Lingga? " Tanya Valensia menduga.

"Jangan berburuk sangka, itu tidak baik. Kalau begitu ayo kita masuk, " ucap Erick.

"Zia kekamar dulu Bun, Yah. "

"Iya ... Istirahatlah nak, kamu sudah banyak beraktivitas hari ini. "

"Iya Bunda ... "

Zia pun menuju lantai 2 tempat dimana kamarnya berada.

Dikamar

Zia berdiri dengan tangan yang bertumpu dipembatas balkon. Dia menatap jalan raya yang sangat ramai dari bawah.

"Sebenarnya itu tidaklah menyakitkan tapi .... Kenapa aku menangis? " Tanya Zia sembari menyeka air matanya.

Zia pun mendongak menatap langit biru keputihan. Hingga akhirnya dia tersenyum.

"Akan aku cari tahu apa yang terjadi, " gumam Zia.

⚘⚘⚘

Sudah tiga hari Lingga menunggu, akhirnya dia bisa berjalan-jalan merasakan sejuknya udara.

"Oyy otak rel kereta!! Jangan lama-lama diluar, sebentar lagi orang tuamu datang. "

Lingga menoleh. "Ck! Iya, aku akan kesana. "

Karrel pun mendekati Lingga. Dia pun memeluk Lingga dari belakang, tapi itu tidak membuat Lingga mengusirnya sedikitpun.

Bahkan banyak cewek dan cowok yang berpapasan dengan mereka menjadi berbisik-bisik bahkan ada yang terangan kaget.

"Aku kira kau akan marah karena telah membohongimu, " ucap Lingga.

"Aku tidak akan pernah bisa marah dan meninggalkan dirimu, jadi tetaplah disampingku, Lingga. "

Lingga terdiam.

'Apakah ini yang dinamakan sahabat tidak akan terpisah? Apakah itu akan terjadi? ' Pikir Lingga.

"Sudahlah ... Hei! Kenapa malah melamun? Ayo! "

Lingga kaget karena Karrel memukul pelan punggungnya disertai teriakkan melengking cowok itu.

"Jangan dipikirkan yang tadi .... Aku tahu kau memikirkan hal itu, " ucap Karrel.

Lingga tidak menjawab. Dia pergi dari sana diikuti oleh Karrel dibelakangnya.

TBC.

Eps selanjutnya

"Sabunnya Ketua wangi mawar. Ini nih contoh anak agak laen, "

"Aku suka wangi bunga mawar jadi minta beliin sabun itu saja. Awalnya bukan mawar kok, malahan sabun kayak Karrel yang aku pakai, "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!