Jam berdering membangun kan seorang pria yang tengah tertidur pulas. Perlahan ia membuka kelopak mata sambil menguap sembari tangan nya yang kekar meraih jam yang berada tepat di samping tempat tidur untuk mematikan alarm yang telah membuatnya terbangun.
Setelah mematikan alarm pria itu segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai mencuci muka, ia beranjak pergi meninggalkan ruang tidurnya untuk berolahraga, karena waktu sudah menunjukkan pukul 05.50 pagi.
Seperti biasa aktivitas yang dilakukan pada akhir pekan setiap pagi adalah berolahraga bila cuaca memungkinkan.
"Selamat pagi pak Billy, " Sapa seorang gadis yang membuat Billy yang sedang fokus berolahraga menoleh.
"Pagi, " Jawab Billy singkat tanpa sedikit pun ekspresi di wajahnya.
"Sendiri pak ? Mari jogging bersama, " Ajak gadis yang mencoba untuk berlari sejajar dengan Billy.
"Tidak usah," Jawab Billy masih dengan nada datar tanpa ekspresi.
Kemudian Billy segera mempercepat langkah larinya dan meninggalkan gadis di samping nya, yang tidak lain merupakan salah satu mahasiswi ditempat ia mengajar.
Setelah dirasa jarak nya kini cukup jauh maka Billy memutuskan untuk beristirahat sejenak. di tengah-tengah ia beristirahat terlihat seekor kucing yang berlari ketakutan didalam kerumunan.
Kucing kecil itu berlari kencang berusaha menjauh dari kerumunan, hingga sepasang mata Billy mendapati ada seorang anak kecil yang mengayunkan sepeda cukup cepat. Tanpa berfikir panjang Billy yang tengah santai duduk beristirahat segera bangkit dan berlari ke arah kucing kecil.
Tepat satu meter didepan sepeda anak kecil itu Billy dengan sigap meraih kucing kecil didepannya, dan menjatuhkan diri kearah samping yang membuat nya harus berguling dijalanan agar si anak tidak menabrak tubuh Billy dan yang nantinya akan membuat keduanya jatuh.
Sontak anak kecil laki-laki yang mengendarai sepeda mengerem secara mendadak dan berhenti.
"Maaf Pak, aku tidak melihat kucing itu melintas di depan ku! " Seru anak laki-laki itu sedikit terkejut.
Billy kemudian perlahan bangun, pandangan nya tertuju pada kucing kecil yang berada dalam pelukan.
"Syukur lah kau tak apa, " Terdengar suara napas yang terengah-engah namun ada perasaan lega didalam nya.
Billy segera bangkit dan berjalan menuju anak kecil itu. Senyum tipis yang dilemparkan Billy terhadap anak itu bertujuan agar tak membuat nya khawatir.
"Tak apa nak, semua baik-baik saja." Jawab Billy dengan ramah seraya mengusap kepala anak di depannya itu.
"Lanjutkan bersepeda mu lagi" Imbuh Billy sambil menatap anak kecil itu.
" Baik Pak, bye bye," Ucap anak kecil yang perlahan pergi sambil melambaikan tangannya.
Kucing kecil itu kemudian dibawa ke tempat yang lebih sepi. Kemudian Billy melepaskan genggaman nya dan meletakkan di tanah lapang. Terlihat bercak merah menempel di telapak tangannya.
Saat sedang fokus memeriksa keadaan makluk kecil yang terbaring lemas di depanya, terdengar suara nyaring dari belakang.
"Snow!" teriak gadis mungil kulit putih yang berlari ke arah kucing kecil tergeletak.
"Snow, apa yang terjadi?" Seru gadis mungil yang berada tepat didepan Billy.
"Snow, bangunlah sayang," Bisik Gadis itu sambil mengelus kepala kucing putih kecil di depanya. Air mata sang gadis perlahan menetes dan suara tangisan mulai terdengar lirih.
"Anda siapa?" Tanya Billy tetap tanpa ekspresi kepada gadis di depanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Alih-alih menjawab justru gadis itu melempar pertanyaan kepada Billy.
Sesaat Billy menengok ke samping kanan dan kiri, beberapa orang telah berkumpul menyaksikan mereka berdua dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
"Baiklah mari ikut dengan ku, kita bawa kucing ini ke klinik hewan," Ajak Billy memutuskan membatu gadis itu karena satu persatu orang-orang mulai memperhatikan mereka.
Gadis itu langsung bergegas menggendong kucing kecilnya dan segera berdiri.
"Tunggulah di jalan depan, tepat dibawah pohon besar itu. Aku akan mengambil mobil sebentar," Imbuh Billy sambil mengacungkan tangannya.
Gadis mungil itu hanya mengangguk kan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Sesaat kemudian klakson mobil hitam membuat sang gadis mengangkat wajahnya dan melihat kearah depan memastikan siapakah yang berada di dalam mobil itu.
Perlahan kaca jendela mobil diturunkan guna memastikan agar orang yang berada di luar bisa melihat nya.
"Masuklah," Perintah suara yang berasal dari balik jendela mobil.
"Apakah kau bisa membuka pintunya?" Imbuh Billy yang hanya mencondongkan badanya kedepan tanpa berpindah dari tempat duduk nya.
"Ya," jawab sang gadis dengan suara lirih disertai anggukan kepala.
Sang gadis perlahan membuka pintu depan mobil dan segera duduk disamping Billy.
Suasana hening selama mobil melaju ke klinik hewan. Hanya terlihat sesekali Billy menoleh memperhatikan gadis yang berada disamping nya itu. Hanya mengenakan pakaian sederhana kaos polos putih lengan pendek dipadukan dengan celana olahraga panjang yang tidak begitu ketat serta rambut dikuncir kuda memperlihatkan leher jenjangnya dan tak lupa sepatu putih tanpa corak, membuat sang gadis menarik meskipun sederhana karena wajah jelita dan kulit putih yang dimiliki nya sungguh menawan setiap mata yang memandang. Tak luput sepasang bola mata dibalik kemudi yang sedikit mengakui bahwa sang gadis yang berada di sisih nya itu menarik.
Seketika Billy menyadarkan dirinya yang sesaat terbuai akan penampilan sang gadis, ia membuang pandang kearah depan fokus untuk mengemudi.
"Kita sudah sampai, di sini tempatnya. Kau bisa menunggu di pintu kanan itu," Tutur Billy dengan nada bicara yang datar.
"Tapi seperti nya belum buka, lihatlah pintu masih tertutup rapat. Apakah kita akan menunggu disini hingga buka?" Tanya sang gadis yang akhirnya menoleh dan bertatap muka dengan Billy.
"Aku sudah menelfon pemilik klinik ini. Turun dan langsung saja kau kesana paling sebentar lagi dia akan turun," Jawab Billy mencoba menjelaskan situasi saat itu.
"Baiklah," Balas sang gadis yang segera membuka sabuk pengaman dan bergegas turun dari mobil menuju tempat yang ditujukan oleh pria yang membantu nya itu.
Terlihat seseorang sedang mengintip dari balik tirai bangunan klinik yang berlantai dua dan tersenyum tipis kepada Billy yang baru saja keluar dari mobil. Menyadari itu akhirnya Billy memberi isyarat dengan tangan menunjuk ke arah atas dan kebawah agar orang tersebut segera turun.
Tidak lama dari itu akhirnya suara pintu terbuka dari dalam yang menampilkan sesosok pria muda cukup tampan berkulit coklat tinggi mengenakan jas putih dan tersenyum ramah.
"Silakan masuk," Ucap ramah pria yang mengenakan jas putih mempersilahkan keduanya masuk.
"Kau diam-diam rupanya...," Bisik pria ber jas putih kepada Billy.
"Jangan macam-macam dan buang jauh pikiran mu yang aneh itu bob," Cetus Billy kepada bobby teman dekat nya itu.
"Apakah kucing mu terluka?" Tanya bobby mendekati sang gadis dan melihat kucing putih yang sedari tadi di gendong nya.
"Dia hanya terdiam saja dan telapak kaki belakang nya terluka," Jawab sang gadis kepada Bobby.
"Tadi pagi dia masih baik-baik saja, aku berniat untuk mengajak nya keluar tadi pagi. Namun setelah itu beberapa saat aku mengajaknya berjalan tiba-tiba dia lari seperti ketakutan hingga talinya terputus, dan setelah aku menemukan nya dia sudah seperti ini." Imbuh sang gadis menjelaskan.
"Baiklah baringkan kucingmu itu di sini, biar ku periksa terlebih dahulu," Kata Bobby memberi perintah sambil menunjukkan tempat yang dimaksud nya.
"Tak apa tak perlu cemas kau bisa menunggu di ruang tunggu dulu," Lanjut Bobby dan menutup tirai. Kemudian Bobby mulai fokus memeriksa kucing putih kecil yang terbaring di depanya.
Sementara itu sang Gadis melangkah menuju ruang tunggu.
BERSAMBUNG...
Suara langkah kaki kecil yang terdengar samar perlahan mendekat kearah tempat Billy duduk. Meski sadar ada yang sedang memperhatikan nya sedari tadi, namun Billy justru memilih bersikap diam sembari menatap keluar jendela.
"Terima kasih atas bantuan mu, dan maaf bila aku telah merepotkan, " Ucap pemilik kucing kecil.
"Nama ku Serena. Bagaimana aku akan memanggil mu?" Tanya Serena kepada Billy yang sedang asyik menikmati pemandangan dibalik jendela.
Billy menoleh untuk memastikan melihat raut wajah Serena, orang yang mengajak nya berbicara. Tatapan mata Billy terhenti saat melihat sepasang bola mata Serena, ada perasaan damai ketika memandang nya.
"Terima kasih juga telah menemukan Snow kucing kesayangan ku," Imbuh Serena seraya menyodorkan tangan kanannya guna berjabat dengan Billy.
Tersadar dari lamunan sejenak, akhirnya Billy beranjak dari tempat duduknya dan meraih tangan Serena.
"Tak perlu sungkan untuk itu, aku hanya sekedar lewat dan menolong kucing mu. Karena ku lihat kucing itu berlari kebingungan tanpa arah dan hampir saja ter tabrak sepeda jadi aku sedikit membantu nya," Jelas Billy.
"Panggil saja Billy," Imbuh Billy seraya menyambut tangan Serena.
"Baiklah," Kata Serena singkat.
Mereka lalu duduk di satu sofa yang sama di dalam ruangan tersebut. Billy sedikit kaget karena tiba-tiba saja Serena menggeser duduknya hingga tepat berada di samping nya dan berkata lirih.
"Apakah dokter itu kerabatmu?" Tanya Serena penasaran.
"Dokter yang kau maksud itu adalah teman ku," Billy menjawab rasa penasaran Serena.
"Pantas saja kalian terlihat akrab. Apakah kalian teman satu sekolah dulunya?" Serena kembali bertanya.
"Ya, waktu SMA," Jawab Billy singkat.
"Beruntung nya aku bertemu dengan kalian berdua, dan semoga snow baik-baik saja," Kata Serena dan kemudian menoleh ke arah Billy. Namun pria di sebelah nya tidak merespon dan hanya mengangguk kan kepalanya.
Ketika Billy merasa sedikit jenuh, ia melihat ada majalah yang tergeletak di atas meja dan bermaksud untuk mengambil nya. Namun tidak di sangka teryata Serena pun juga berniat untuk mengambil majalah tersebut. Tangan Billy lebih dulu yang mendarat di atas majalah langsung disusul jari jemari Serena diatasnya. Rasa hangat itulah yang dirasakan Billy saat bersentuh tangan dengan Serena, segera Billy menyadari dan menarik tangan nya mengurungkan niat untuk mengambil majalah tersebut. Serena mengambil majalah tersebut dan menyodorkan kepada Billy.
"Silakan jika mau melihat nya," Kata Serena lembut.
"Tak apa, ambillah," Ucap Billy masih tanpa ekspresi.
"Ok," Serena menjawab singkat, kemudian mulai membuka majalah itu lembar demi lembar.
"Apakah kau memelihara kucing juga dirumah?" Tanya Serena kepada Billy memecahkan kecanggungan diantara mereka.
"Tidak," Jawab Billy.
"Tapi kau menyukai kucing kan?" Tanya Serena lagi.
"Tidak juga," Balas Billy.
Karena merasa sedikit tidak nyaman duduk berdekatan akhirnya Billy bangkit untuk berpindah posisi menyusuri seisi ruangan tersebut.
Tidak lama setelah itu Bobby keluar dari ruang praktek nya. Serena menoleh dan segera meletakkan majalah yang ada di pangkuan nya di meja.
"Bagaimana keadaan Snow?" Tanya Serena kepada Bobby dokter yang telah membantu memeriksa kucingnya.
"Dia baik-baik saja, tadi dia hanya terkejut mungkin karena ketakutan dan luka di kakinya itu akan segera membaik," Jawab Bobby menjelaskan.
"Kau boleh melihat kucing mu di dalam," Lanjut Bobby mempersilahkan Serena masuk.
Serena langsung masuk kedalam melihat kucing kesayangan nya. Sementara itu Bobby menghampiri Billy teman nya.
"Siapa gadis yang kau bawa bill," Goda Bobby sambil tersenyum jahil.
"Tidak tahu, hanya bertemu dijalan," Cetus Billy sekenanya.
"Mustahil, mana mungkin orang asing mampu membuat mu sepagi ini untuk minta bantuan ku," Ledek Bobby lagi.
"Andai tadi dia tidak menangis mana mungkin aku membawanya kesini agar tidak menjadi tontonan orang-orang," Keluh Billy.
"Kau tak perlu membohongi ku, Bagaimana mungkin dia bisa keluar dari jok depan. Bertahun-tahun lamanya aku berteman dengan mu tak pernah kau membiarkan ku duduk disana ataupun orang lain. Oh ya kecuali nenek mu tentunya," Ungkap Bobby menambah panas suasana hati Billy.
"Terserah kau dan imajinasi mu itu," Tukas Billy melangkah pergi menyusul Serena kedalam.
Bobby berlari kecil mengikuti temannya yang menjauh.
Ketiga orang itu telah berada di ruangan sama kemudian Bobby angkat bicara.
"Biarkan kucing mu disini sementara, aku telah memberikannya vitamin agar dia tidak lemas. Nanti sore kau bisa menggambilnya kembali," Saran Bobby kepada Serena.
"Kau bisa mempercayakannya kucing mu kepadaku, tinggalkan saja nomor kontak yang bisa dihubungi agar lebih mudah nantinya." Sambung Bobby menjelaskan.
"Baiklah," Jawab Serena mengikuti Bobby yang berjalan menuju meja kerja.
Sembari menunggu mereka berdua Billy melihat ke arah kucing kecil yang sedang terbaring mungkin sedang ter tidur pikirnya. Dengan langkah perlahan Billy mendekati mengelus kepala kucing kecil itu pelan.
"Hai, nama mu snow?" Gumam Billy kepada Snow.
"Maafkan aku jika membuat mu terkejut tadi," Lanjut Billy. Kucing kecil itu tiba-tiba bangun dan menatap ke arah Billy.
"Semoga kau lekas membaik snow, kau kucing yang manis." Imbuh Billy sambil tersenyum tipis.
Sebenarnya Billy penyayang hewan terutama kucing dan anjing karena mereka menggemaskan menurut nya. Namun hanya saja tadi ia tak terlalu suka Serena banyak menanyakan pertanyaan kepadanya.
Mendengar perbincangan Bobby dan Serena telah usai, akhirnya Billy berhenti mengelus dan perlahan menjauh dari ranjang tempat snow terbaring.
Serena berjalan ke tempat snow untuk berpamitan sebentar, setelah itu berjalan keluar. Setelah diluar pintu Serena baru sadar bahwa ponsel nya sengaja ditinggal dalam jok motor yang di kendarai nya.
"Maaf di daerah sini dimana aku bisa menemukan kendaraan umum?" Tanya Serena kepada kedua pria dibelakang nya.
"Ponselku tertinggal di dalam motor yang berada di parkiran taman kota," Jelas Serena menceritakan.
"Didaerah sini jika ingin naik kendaraan umum sedikit jauh, dan bila menggunakan aplikasi tentunya juga harus menunggu lagi. Karena ini jam padat lalu lalang." Sahut Bobby sambil mengeluarkan ponsel nya dan menunjukkan ke arah Serena bahwa disana terlihat jam menunjukkan pukul 08.30. Memang jam macet meskipun akhir pekan.
"Jangan khawatir Billy akan mengantarkan mu," Imbuh Bobby yang menoleh ke arah Billy.
"Sungguh tak apa?" Tanya Serena memastikan, karena menurut nya dilihat dari raut wajah Billy menunjukkan tanda keberatan.
"Tak perlu sungkan dengan bantuan kecil ini," Cetus Bobby yang lagi-lagi mendahului menjawab.
"Ya, masuklah ke dalam mobil." Jawab Billy memberi keputusan. Meskipun ia engan sekali.
"Awas saja kau Bobb," Bisik Billy kepada Bobby sebelum pergi.
Mereka berdua Serena dan Bobby akhirnya pergi setelah berpamitan kepada Bobby. Senyum Bobby terlihat mengembang penuh kemenangan melihat temannya yang masuk perangkap.
BERSAMBUNG...
Langkah Billy terhenti saat di depan mobil, tangannya merogoh saku celana untuk mengambil kunci dan Serena masih dibelakang. Setelah membuka pintu mobil ia melemparkan tubuhnya di atas kursi kemudi, menarik napas dalam dan menghembuskan nya. Sungguh hari yang tidak terduga pikir Billy, ia melihat keluar jendela mendapati Serena jalan menuju kearah pintu depan dan tidak lama kemudian pintu depan terbuka.
"Duduklah dibelakang," Cetus Billy.
"Yah sudah terlanjur," Goda Serena mempercepat gerak agar segera berada di atas kursi.
"Lagi pula lebih enak di depan, bisa bebas melihat pemandangan sepuasnya." Tambah Serena menjelaskan alasanya.
Billy pun hanya bisa menggeleng kan kepalanya dan melanjutkan mengemudi karena malas berdebat. Mobil pun mulai meluncur meninggalkan halaman klinik hewan. Namun saat Billy menoleh ke samping untuk memastikan sudahkah Serena menggenakan sabuk pengaman, ia justru mendapati Serena hanya memandangi nya dan tidak mengenakan sabuk pengaman.
"Pakailah sabuk pengaman mu dengan benar, jangan malah melamun." Kata Billy sedikit kesal.
"Aku tak melamun, aku hanya mengagumi wajah mu!" Sanggah Serena tersenyum menggoda.
"Kau sungguh tampan," Ucap Serena lirih dan tersenyum memalingkan wajah menghadap jendela.
Billy hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Serena yang semakin tak terduga, ya walaupun memang benar kenyataan bahwa Billy memang menawan tapi tidak disangka Serena akan langsung mengatakan tanpa basa basi dan secara gamblang bahkan mereka belum saling mengenal dekat.
"Apakah kau hari ini bekerja?" Tanya Serena menatap Billy
"Tidak," Jawab Billy singkat.
"Tempat tinggal mu di daerah sini,?" Tanya Serena lagi karena sebentar lagi memasuki kawasan taman kota.
"Tidak," Jawab Billy mulai terganggu.
"Lalu dimana tempat tinggal mu?" Tanya Serena sambil melemparkan senyuman.
Billy hanya terdiam tanpa menjawab dan lagi-lagi hanya menghela napas dalam, ia tidak ingin menggubris Serena dan lebih memilih fokus menatap kedepan menyetir dengan tenang.
"Apa kau lapar? bagaimana kalau kita pergi membeli sarapan dulu." Ajak Serena.
"Biar aku yang traktir, anggap saja sebagai ucapan terimakasih." Imbuh Serena.
"Tidak perlu, aku tidak biasa sarapan," Jawab Billy berbohong.
Merasa tertolak namun tidak pantang menyerah akhirnya Serena kembali berusaha.
"Bagaimana kalau minum?" Tanya Serena kembali.
"Tidak usah, lain kali saja. Aku sedikit terburu-buru karena ada urusan yang harus segera aku kerjakan." Tegas Billy agar Serena bisa diam.
"Baiklah mungkin lain kali saat kita berjumpa," Kata Serena penuh semangat.
"Bagaimana bila kita bertukar nomor, kau bisa menyimpan nomor ku, dan aku tetap akan mentraktir mu saat senggang." Usul Serena
"Ponsel ku mati, kehabisan baterai," Jawab Billy memberikan alasan.
"Ya sudah, mungkin lain kali kita akan bertemu," kata Serena.
"Di sebelah mana kau parkirkan kendaraan mu?" Tanya Billy.
"Di parkiran ujung selatan," Jawab Serena seraya memberikan arahan kepada Billy
Tidak lama dari itu akhirnya mereka berdua telah sampai, Billy sangat merasa lega sebentar lagi akan berpisah dengan Serena gadis yang membuat kepalanya pusing.
"Sudah sampai," Kata Billy seolah-olah menyuruh Serena agar segera turun.
"Ya," Jawab Serena.
Billy telah turun terlebih dahulu, tapi tidak dengan Serena dia masih di dalam mobil. Kemudian Billy mendatangi dari pintu sebelah kanan dan membuka pintu serta menyuruh segera keluar.
"Ayo keluarlah." Perintah Billy.
"Sebentar, kenapa ini sulit di buka," Ucap Serena sambil berusaha membuka sabuk pengaman.
"Mungkin kau salah, lurus kan dulu posisi mu dan buka perlahan," Kata Billy memberikan solusi.
"Tetap tidak bisa," Jawab Serena menyerah.
Seketika spontan Billy pun membantu Serena. Sungguh adegan yang sangat tidak terduga sama sekali oleh mereka, bahkan Billy pun juga tidak tahu akan ber reaksi seperti ini. Setengah tubuh Billy masuk ke dalam, tangan kanan nya menggapai ujung bawah sabuk dan tangan kiri meraih ujung atas sabuk mencoba mengendur kan. Namun apa yang terjadi justru wajah mereka saling berhadapan mata mereka saling berbagi tatap. Serena hanya ter diam mematung dengan posisi kedua tangan di silangkan ke depan dadanya. Ada perasaan aneh yang terasa di saat keduanya masing-masing bisa merasakan setiap hembus nafas. Kemudian tak lama dari itu Serena berdehem untuk menyadarkan mereka. Billy tak hilang kendali ia langsung mempercepat gerak tangannya itu. Tidak lama setelahnya untung saja permasalahan cepat terselesaikan, dan Billy pun keluar dari mobil disusul dengan Serena dibelakang nya.
"Terima kasih untuk bantuan mu hari ini, dan tumpangan nya," Kata Serena memecah kecanggungan di antara keduanya.
"Ya tak apa, kau cepat lah kembali aku pamit." Tegas Billy yang langsung berpamitan.
Kakinya yang panjang segera melangkah meninggal kan Serena yang sedang berdiri di luar. Suara mobil langsung terdengar dan tak lama dari itu perlahan mobil sudah melaju.
"Hati-hati di jalan!" Teriak Serena yang terdengar samar di kuping Billy karena jarak yang mulai menjauh.
Selama perjalanan pulang menuju rumah Billy masih teringat akan momen yang baru saja terjadi, pikirannya sedikit kacau karena tidak biasanya seperti ini. Namun lagi-lagi Billy menampiknya karena ia tidak ingin terlihat dengan gadis atau wanita manapun saat ini.
Bayangan masa lalunya tiba-tiba terlintas dimana saat itu Billy melihat kedua orang tuanya bertengkar, Ibu nya ingin meminta cerai karena sudah tidak tahan lagi dengan sikap ayahnya yang jarang menemani keluarga karena terlalu sibuk bekerja hingga melupakan anak dan istrinya. Walaupun masih kecil ia tahu bahwa ayahnya sangat sayang dan peduli dengan keluarga nya. Hanya saja tuntutan ibu nya lah yang membuat ayahnya semakin tertekan, tapi masih tetap bertahan dengan kondisinya.
Hingga suatu hari mereka berdua bertengkar hebat suasana hari itu sangat kacau Billy menyaksikan Ibunya melangkah keluar meninggalkan rumah dengan membawa barang-barang yang telah disiapkan dan memasukkan nya dalam mobil. Billy kecil menangis sejadi-jadinya saat itu dan sang ayah mencoba menenangkan nya berjanji akan membawa ibu nya pulang lagi kerumah. Tidak di sangka kejadian naas menimpa sang Ayah disaat ingin menyusul Ibu nya tiba-tiba dijalan depan rumah mereka mobil yang sedang dikendarai oleh ayahnya mengalami sebuah kecelakaan.
Truk pengangkut bahan bakar menabrak mobil ayahnya dikarenakan sopir truk yang mengantuk. Seketika itu pun terjadi ledakan yang dasyat yang menewaskan ayahnya tercinta dan dua orang sopir truk terluka parah. Ayahnya meninggal di tempat karena tidak bisa menyelamatkan diri.
Suara klakson mobil belakang yang menandakan lampu sudah berganti hijau, menyadarkan Billy dari lamunannya. Masa yang sangat menyakitkan bagi Billy dan masih memendam amarah terhadap Ibu nya.
Sejak saat itu Billy tidak berminat untuk menikah, karena pikir nya itu hanya akan mempersulit nya saja.
Tidak terasa mobil terhenti di depan rumah yang sederhana namun memiliki halaman yang luas.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!