assalamualaikum, selamat datang di cerita baru saya. semoga dapat menghibur 😁. kalau kesal bacanya di skip aja. atau, kalau jalan cerita nya tak sesuai dengan ekspektasi kawan-kawan, juga boleh di skip saja. tidak usah komentar banyak. kalau nyatanya, komentar kawan-kawan hanya untuk menjatuhkan.🙏
selamat membaca 🥰
***
Julia anita. Saat ini dirinya sedang menempuh pendidikan di tingkat sma. Kini ia duduk di bangku kelas 11 IPS. Salah satu yang menjadi alasan mengapa dirinya dikucilkan dalam keluarga nya, ialah karena dirinya yang masuk dalam jurusan IPS. Sementara, saudara-saudarinya yang lain, masuk kedalam jurusan IPA.
Kini, tahun ajaran baru bagi Julia telah di mulai. Seperti hari-hari sebelumnya dan tahun-tahun sebelumnya, ia tidak terlalu di pedulikan oleh kedua orang tuanya. Entah apa alasannya. Mungkin karena mereka merasa Julia itu sedikit bodoh dalam pelajarannya, atau karena ia tidak pernah mendapat rengking 1 dari kelasnya, padahal masuk sepuluh besar saja, sudah dianggap hebat.
Kini, Julia bersiap akan berangkat sekolah. Ia turun dari lantai dua dimana kamarnya berada, ia berjalan menuju meja makan yang sudah di penuhi dengan anggota keluarga, yang terdiri dari kedua orang tua, dan dua saudara laki-laki serta dua saudara perempuan. Jadi, julia adalah anak tengah, si anak yang sangat sensitive. Namun sepertinya tidak berlaku bagi Julia, justru Ia lebih banyak mengalah pada saudara-saudarinya yang lain.
"pagi, ma, pa, kak, dek." Sapa Julia dengan senyum merekah di bibirnya. Namun seperti biasanya, mereka hanya melirik dan tersenyum sekilas tanpa menjawab sapaannya. Mereka malah asik mengobrol satu sama lain, dan bahkan mereka tak merespon ucapan atau kalimat yang terlontar dari mulut Julia. Julia mendesah pelan.
( oh... tolong lah, aku juga capek dengan suasana seperti ini.) batin Julia. tapi ia berusaha sabar. tapi apa, Lagi-lagi, sikap seperti ini lah yang ia terima dari keluarganya.
Ia sudah terbiasa mengenai hal ini. Bahkan bertahun-tahun mereka melakukannya. Menganggap dirinya hanya sebatas orang asing saja. Julia pun mendudukkan tubuhnya disalah satu kursi yang ada di sana. Lalu dengan segera mengambil sarapan nya sendiri.
Beda halnya saudara-saudarinya yang lain, yang akan dilayani oleh sang ibu dengan sepenuh hati. Dan lagi-lagi Julia telah terbiasa dengan hal itu. Saat mereka sedang makan. Julia pun bersuara.
"Mita, meta. Kakak ikut bareng kalian ke sekolah ya. Motor ka-" sebelum menyelesaikan ucapannya. Mereka sudah memotong ucapannya.
"Maaf kak. Kita masalahnya mau jemput teman. Jadi ngak muat nanti. Kakak naik ojol aja." Ucap Mita kepada Julia. Mendengar penuturan seperti itu. Lagi lagi Julia sudah terbiasa dengan penolakan itu. Tapi, ia masih berusaha tegar. sangat tidak sopan bukan ? memotong pembicaraan orang yang lebih dewasa dari kita. tapi, apa boleh buat, inilah hidup Julia yang di anggap sebagai angin. ada tapi tak terlihat.
"Iya, kamu naik ojol saja. Lagi pula mobil mereka kecil dan tidak muat untuk bertiga. tidak usah banyak drama." Timpal Ridho, kakak kedua mereka, ia malah membela kedua adik kembarnya. Ridho juga mengatakan hal itu karena tahu pasti Julia akan membuat masalah semakin runyam seperti kemarin-kemarin.
[kenapa sih kalian tidak mengizinkan aku ikut. hiks... kalian tidak sayang padaku selalu bersikap dingin seperti itu. ma, pa. Aku juga ingin naik mobil. Aku capek naik motor terus.] bayangan Julia Yang merengek ketika ditolak seperti itu.
mendengar penuturan sang kakak. Julia lagi-lagi hanya mampu menarik nafasnya saja. Ia tidak ingin berdebat lagi.
Dulu, ia sering berdebat dengan saudara saudara nya mengenai hal apapun, yang ia rasa begitu di kecilkan dan di bedakan oleh kedua orang tuanya. Dan pasti ia akan berakhir dengan hukum dari kedua orang tuanya, ataupun kedua kakaknya.
Ia juga selalu berusaha untuk menyenangkan mereka semua, agar merasa nyaman dengan diri nya dan mau melihatnya ataupun sebatas memperhatikan nya. Tapi, rasanya Kini ia telah lelah dan tidak ingin berdebat lagi. Iya yakinkan dirinya. Bahwa, ini kali terakhir dia meminta tolong kepada keluarganya. Karena percuma saja, takkan ada satu pun yang peduli kepadanya.
Ia tersenyum miris. Hidup di dunia, dengan kedua orang tuanya yang lengkap, serta keluarga yang besar, tapi Julia justru merasa sendiri di dunia ini. Tak ada yang bisa dia andalkan kecuali dirinya sendiri. ia ingin menangis mengingat itu semua. tapi, ia berjanji tidak mau meneteskan air mata lagi.
Setelah percakapan singkat itu. Julia tak lagi mengatakan apa-apa. Selama 17 tahun ini, ia selalu melakukan apapun sendiri. Jika sakit pun harus ditanggung sendiri. Jadi, ia memutuskan, cukuplah ia sendiri saja. Tidak usah terlalu memperdulikan orang lain. Julia yang hanya diam saja menghabiskan sarapan nya, beda halnya dengan keluarga nya yang lain. Mereka membicarakan banyak hal di depannya, namun tak satupun mengenai dirinya.
Setelah makanan dalam piring nya habis. Ia pun segera menyambar tasnya, dan tanpa mengatakan apapun lagi. Ia langsung keluar berangkat ke sekolah begitu saja. Percuma saja jika ia pamitan. Mereka tidak akan menganggap dirinya. Apalagi, mereka sedang asik bercanda, keberadaan dirinya pasti akan tenggelam. Sesampainya Julia diluar, ia langsung bergegas jalan kaki keluar dari gang rumahnya untuk mencari bus atau angkutan umum lainnya.
Untuk hari ini, ia tidak menggunakan ojol dulu. Karena ongkosnya tidak cukup. Jadi, ia terpaksa mencari angkutan umum yang murah.
Setelah Julia berlalu, saudara saudari nya yang lain pun keluar. Dan di susul juga dengan kedua orang tua mereka, karena sang kepala keluarga ada meeting pagi. Sesampainya mereka diluar, mereka sudah tak mendapati Julia disana.
Biasanya, jika masalah menompang, mau mereka mengizinkan atau tidak, Julia pasti akan memaksa, sehingga terjadi keributan. Tapi, sekarang mereka tidak melihatnya.
"Tunggu dulu. Mana Julia. Biasanya, dia akan menunggu kita. Walaupun kita tidak mengizinkan nya ikut dengan adik-adik." Ujar Ridho.
bayangan saat Julia merengek
saat mereka keluar dan akan berangkat. tentu saja mereka menemukan Julia di samping mobil mereka sambil melipat tangannya di dada. dia juga memasang wajah cemberut ke arah semuanya. kemudian menghampiri mereka dengan berjalan sambil menghenta-hentakkan kakinya.
"papa mama pokoknya aku mau ikut dalam mobil meta dan Mita. aku nggak mau naik angkot lagi. angkot sangat panas dan juga jalannya sangat lambat. aku bisa terlambat ma.. ayolah ma tolonglah.." rengek Julia kepada nyonya Sanjaya yang tentu saja tak digubris oleh sang mama. karena tak kunjung mendapatkan respon dari sang mama. Julia berpindah kepada sang ayah.
"pah Julia ikut papa aja ya.. papa anterin Julia sebentar ke sekolah.. Lagi pula kalau naik angkot sudah tidak terkejar lagi.. iya pak ya.." ujar Julia lagi merengek kepada sang ayah. tapi respon yang dia dapat tetap sama. sehingga karena merasa diabaikan dan frustasi, Julia berteriak-teriak tidak jelas meneriaki keluarganya itu sehingga membuat mereka menjadi jengah dan malas. sehingga kedua Kakak Julia pun ikut turun tangan, dan malam membuat suasana itu semakin bertambah kacau.
bayangan selesai.
Mendengar penuturan Ridho, mereka semua mengedarkan pandangan mereka ke segalah arah. Namun tak menemukan dirinya. Begitu juga kedua orang tuanya, akhirnya mereka sedikit terbebas dari keributan yang selalu di buat oleh anak tengahnya itu. bukannya merasa bersalah mengingat kenangan itu, mereka malah merasa legah.
"Sudahlah, biarkan saja. Kapan lagi kan dia tidak membuat keributan seperti ini. Sudah, kalian berangkat saja." Ujar sang kakak pertama, Raka federal Kusuma itu. Mereka pun mengangguk.
"Baiklah" ucap mereka serentak. Setelah pamit dengan kedua orang tua mereka, mereka semua pun bergegas pergi ke tujuan masing-masing. Selepas kepergian anak-anaknya. Tuan Sanjaya pun ikut berpamitan kepada istrinya.
"sayang. aku pamit dulu ya. baik-baik di rumah." ujar tuan Sanjaya sambil cipika-cipiki dan mencium kening istrinya. setelah itu, ia langsung meninggalkan kediaman.
sepeninggalan Tuan Sanjaya, nyonya Ratih sedikit melamun dan merenung. pikirannya tertuju kepada anak tengahnya. ia mengingat dulu pasti setiap pagi akan ada keributan, baik itu di meja makan ataupun di depan rumah sehingga membuat sang nyonya menjadi geram kepada anaknya itu.
namun hari ini, entah kenapa ? perasaan nyonya Sanjaya menjadi pilu. anak tengahnya pergi begitu saja tanpa berpamitan pada mereka seperti biasanya. dan untuk saat ini, nyonya Sanjaya itu hanya mampu menarik nafasnya dengan dalam saja.
"huf... mungkin ini adalah hari yang baik. palingan besok-besok Julia pasti akan bertingkah seperti biasanya." ujar nyonya Sanjaya menghibur dirinya sendiri. Tak biasa rasanya, karena tiba-tiba menjadi sepi seperti ini. setelah itu Sanjaya pun masuk ke dalam rumah dan kemudian membantu art lainnya untuk membersihkan meja makan. sebelum akhirnya nyonya Sanjaya berangkat ke butiknya.
***
Sementara Julia, ia telah sampai di depan gerbang sekolah, lima menit lagi, gerbang sekolah pasti akan di tutup. Dan untung ia tidak telat. Ia berjalan di koridor menuju ruangannya. Ketika melihat kedua saudarinya yang tengah duduk bercengkrama bersama dengan teman-teman mereka, ia tidak menegur seperti biasanya. Malah, ia lewat begitu saja seperti orang asing. Mita dan meta pun kembali merasa, kalau ada yang berbeda.
"Eh. Tumben, kakak kelas itu tak menegur kalian, dan marah marah tidak jelas. Malah lewat begitu saja." Ujar lili, salah satu teman ngobrol mereka.
bayangan masa lalu.
plak
"kalian tega ya meninggalkan aku sendiri begitu saja!!!. kalian itu sebenarnya saya nggak sih sama aku..!!! kalian tak mengajak aku kemanapun kalian pergi..!! kalian juga selalu meninggalkan aku sendiri..!! kalian semua jahat sekali..!!" ujar Julia kekanak-kanakan itu. membuat meta dan Mita tentu saja merasa tidak tahan dengan tingkah Julia sehingga terjadi adu mulut dan terjadilah perdebatan diantara mereka itu. namun saat ini suasananya terlihat berbeda.
Meta dan Mita sebenarnya bukan orang yang suka membuli, tapi juga bukan orang yang memiliki hati yang tulus. Ya bisa di bilang pertangahan. Mereka juga gampang bergaul dengan teman-teman mereka, tapi tidak dengan orang miskin. Tapi, walaupun begitu, mereka tidak pernah membuli. Hanya saja, mereka agak sedikit malas berurusan dengan kakak mereka itu.
"Benar tuh !! Tumben-tumbenan dia tidak menghampiri kalian. Sudah insyaf kali ya.. cih..!!" Cibir teman mereka yang lain. Meta dan Mita, menatap dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Sudah, biarkan saja. Malah bagus kan, dia tidak menggangu Mita dan meta lagi." Ujar teman mereka yang lain. Semua pun diam dan berhenti membicarakan nya, lagi pula, Mita dan meta tidak menanggapi.
"oh iya met, kita jadikan jalan-jalan hari ini. ?" tanya lili kepada meta dan Mita. mereka berencana untuk pergi ke mall setelah pulang sekolah. meta dan Mita yang melupakan hal tersebut sontak menepuk jidat mereka.
"aduh !!! lupa lagi..!! maaf ya teman-teman. sepertinya hari ini tidak jadi. karena belum izin sama orang tua dan juga Kakak. nanti kalau kami ngomongnya mendadak malah diomelin nanti." ujar meta menjelaskan kepada teman-temannya dan dibalas oleh anggukan kepala dari Mita.
meta dan Mita juga termasuk anak yang penurut kepada orang tua. mereka tidak ingin membuat masalah yang akan membuat kedua orang tuanya marah, ya walaupun sebenarnya permintaan mereka selalu dikabulkan oleh kedua orang tua mereka. namun rasanya mood mereka hari ini kurang baik. jadi hanya berusaha mencari posisi aman saja.
"oh tidak masalah..!! lagi pula kita bisa pergi lain hari." jawab teman mereka yang lain. Mereka pun semua sepakat untuk mengundur rencana mereka itu. Tak lama, bel masuk pun berbunyi. Semua siswa yang masih berada di luar pun, langsung masuk keruangan masing-masing.
"eh belnya udah bunyi. masuk yuk.." setelah itu pun beta dan Mita serta teman-temannya masuk ke dalam ruangan mereka.
***
Tak lama, pelajaran pun usai. Bel tanda istirahat telah berbunyi.
kring kring kring (anggap saja belnya seperti itu ya. 😁)
"yeeee..." sorak semua siswa dan siswi itu. Julia juga tersenyum akhirnya beristirahat pun berbunyi. pertanda ya bisa mengistirahatkan otaknya sejenak.
Semua bergegas keluar dari dalam kelas dan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang meronta-ronta minta di isi tapi, beda halnya dengan Julia. Ia memilih untuk pergi ke balkon sekolah.
Karena ia tidak memiliki cukup uang untuk makan di kantin. Ia harus berhemat, agar bisa pulang dengan cepat. ditambah lagi, Tak ada satupun anak-anak di sekolah itu yang mau berteman dengannya. karena rata-rata mereka semua adalah anak-anak orang kaya. mereka juga menganggap kalau Julia itu hanyalah orang biasa saja. jadi tak pantas bergaul dengan mereka.
Ia berjalan menaiki tangga satu persatu, padahal yang lain berjalan menuruni tangga menunju kantin. Begitu juga dengan geng Brian. Mereka berjalan menuruni tangga, tapi. Matanya tidak sengaja menatap ke arah Julia yang sedang berjalan kearah mereka. Seketika, pikiran Brian langsung menjadi runyam.
Kenapa Julia berjalan berlawanan arah dengan mereka. Apa lagi kalau bukan untuk menempelinya lagi. pikir Brian. sungguh pemikirannya atau otaknya itu sudah terdoktrin mengenai hal-hal drama yang selalu Julia ciptakan. jadi tidak sulit berpikiran jelek terhadap Julia. seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.
bayangan
"hai Kak Brian.. Kak Brian mau ke mana..?? Aku ikut ya Kak."
"Kak Brian ganteng banget deh hari ini..!! jalan bareng yuk..!!"
"Kak Brian mau makan apa.. biar aku pesan ya..!!"
"Kak Brian sedang baca buku apa..?? Aku juga mau beli dong.." ujar bayangan itu. membuat Brian lagi-lagi mengerutkan keningnya.
Begitu juga dengan teman-teman nya. Melihat Brian berhenti. Mereka semua juga pun ikut berhenti, dan langsung mengikuti arah tatapan Brian yang menatap Julia dengan tatapan yang sulit diartikan. Melihat itu, teman-teman nya langsung mencibir.
"Hais... Lihatlah Bri, cewek cantik yang selalu menempeli kamu sedang berjalan kearah kita. Hahaha... Kira-kira akan ada drama apa lagi ya.." sindir Galang yang ada dibelakang Brian.
Mereka semua tertawa. Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari nya ketika Julia menghampiri Brian. Pasti, Julia akan melakukan hal-hal ekstrim. tapi kadang-kadang juga, mereka merasa kasihan kepada Julia ketika perlakuan Brian sudah keterlaluan. tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. toh juga gadis itu yang mau diperlakukan seperti itu.
"Ck... Aku tidak menyangka, ternyata gadis ini cukup gigih untuk menaklukkan kamu bri.." timpal Carles lagi. Mereka pun kembali tertawa. Sementara Brian yang menjadi obyek obrolan hanya mampu mencebikkan bibirnya saja.
"diamlah !! kalian berisik sekali !!" seru Brian. Ia juga sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Brian pun kembali melanjutkan langkahnya untuk menuruni tangga, sampai akhirnya mereka berpapasan.
Brian yang sudah akan berbicara, ternyata malah dilewati begitu saja oleh Julia. Ia juga tak menyapa mengeluarkan suaranya, ia juga tak menempelinya seperti yang biasa ia lakukan. Sementara itu, tangan Brian sudah sedikit terangkat, namun dikejutkan dengan aksi Julia yang tak meliriknya sama sekali. Tak hanya Brian, semua teman-teman nya pun ikut di buat melongo.
"Eh !! Tumben si gadis cantik nan centil itu tak membuat drama.?" Ungkap Carles. Tatapan matanya mengikuti arah kemana Julia melangkahkan. Brian juga ikut heran.
"Iya tuh.!! Tumben. Ngak nempelin. Biasanya kalau bertemu dengan Brian, ia pasti akan kosplay jadi mahluk halus, yang menempel tapi keberadaan nya tak di akui." Ungkap Adri yang sedari tadi diam dan menyimak saja.
"Mungkin sudah insyaf dia. Barangkali hantu yang suka menempel itu telah keluar dari tubuhnya." Timpal Galang juga yang ikut merasa heran. Mereka bertiga pun langsung mengarahkan tatapan mereka kearah Brian secara bersamaan. Kemudian salah satu dari mereka mencibir ke arah Brian.
"Bagaimana rasanya terbebas dari mahluk halus itu..??" Tanya Carles tanpa filter. Tentu saja, Carles dan teman-teman nya itu, menganggap Julia seperti itu. Sementara, Brian langsung dikejutkan dengan suara Carles itu.
"Ck. Sudah lah. Bagus kalau ia tidak lagi membuat drama. Sebaiknya kita segera kekantin." Ujar Brian lagi. Ia berjalan menjauh. Ia berfikir, setidaknya, hari ini, ia bisa terbebas dari gangguan Julia. teman-temannya pun segera menyusul langkah kaki Bryan.
"Iya sih bro. Takutnya nanti, kamu akan merasakan hal yang sama dengan lagunya pak haji Roma irama. Seperti ini. Kalau sudah tiada.. baru terasa... Bahwa kehadiran nya sangat berharga. Wkwkwk.... Gitu kali ya. Pokoknya gitu deh. Hahaha..." Mendengar candaan teman-teman nya itu, Brian hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya, sampai akhirnya mereka tiba di kantin.
***
Sementara itu, pada posisi Julia. Karena pikiran yang sedikit kacau, ia tidak tau, bahwa tadi ia melewati Brian sang pujaan hatinya bersama dengan teman-teman nya.
Tapi, ia sudah tidak peduli lagi. Toh, Brian juga tak pernah menanggapinya. Akhirnya, Julia sampai di balkon sekolah. Angin sepoi-sepoi menyambut kedatangan nya disana. Julia berjalan sedikit mendekat kearah pagar pembatas. Ia juga sejenak merasa kan Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan sedikit rambutnya.
"Hah !!! Ternyata disini cukup sejuk." Ujarnya. Kemudian ia melirik jam tangannya sebentar. Ia ingin melihat waktu saat ini.
"Mm... Masih, ada waktu setengah jam lagi." Setelah itu, Julia langsung menunju kursi panjang yang tersedia disana.
Kemudian mendudukkan tubuhnya dan melihat jauh ke depan. Ia kembali menyelami hari hari yang pernah dilaluinya. Hari-hari menyedihkan yang ia dapatkan di lingkungan tempat tinggalnya. Ia memejamkan matanya sejenak kemudian menarik nafasnya dengan dalam.
" Ternyata aku adalah perempuan yang hebat. Melewati kesulitan selama 12 tahun tanpa dampingan dari keluarga. Aku tidak menyangka setelah kelahiran adik-adikku, aku tak lagi mendapatkan hak ku sebagai seorang anak." Lirih Julia dalam kesendiriannya. Ia pun kembali menarik nafasnya dengan dalam. Iya kembali mengingat masa-masa menjadikan itu.
"pah.. aku mau merayakan ulang tahun juga dong..!!" ujar Julia tapi malah diabaikan oleh sang ayah.
"pah Julia juga mau es krim.. "lirih Julia namun Tuan Sanjaya malah berkilah.
"pah Julia juga mau digendong.. seperti papa menggendong adik-adik Julia." ucap Julia sambil merentangkan kedua tangannya. ayah malah mengatakan kalau dirinya telah dewasa padahal saat itu ia masih berusia 6 tahun.
"mah Julia juga mau disuapin sama mama.. boleh ya.." ujar Julia dengan mata yang berbinar-binar.
"pah Julia juga mau dipangku sama papa.. papa sudah lama tidak pangku Julia." saat itu Julia juga teringat di saat ayahnya menghukum dirinya.
"kamu benar-benar anak yang tidak tahu diri ya. kamu sudah tahu kalau kamu mengajak adik-adikmu keluar dan bermain bersama mereka akan membuat mereka kelelahan.. dan kamu dengan senangnya malah melakukan hal itu.!!" teriak Tuan Sanjaya.
"papa ampun pah.. ampun Julia janji tidak akan melakukan hal itu lagi.!!" seru Julia. Karena untuk mendapatkan perhatian kedua orang tuanya. Julia mulai mengindahkan dan menurut apa saja yang dinasehatkan kepadanya walaupun nasehat yang mereka berikan sambil membentak.
Julia mulai pandai membersihkan tempat tidurnya sendiri setelah ia bangun, menggosok gigi dan mencuci wajah sendiri tanpa dampingan orang dewasa. mencuci pakaian sendiri dan memasak sendiri untuk dirinya. Ia berharap papa dan mamanya akan meliriknya dan mengatakan kepadanya {pintarnya anak papa. atau pintarnya anak mama.} tapi lamban laun Julia tak pernah mendapatkan ucapan itu sampai ia berusia sekarang.
mengingat semua kenangan-kenangan pahit itu, langsung membuat Julia ingin meneteskan air matanya namun ia tahan. Ia malah berbalik untuk menyemangati dirinya sendiri.
"Tidak apa-apa Julia. Kamu adalah wanita yang hebat. Jangan terus bersedih dengan keadaan ini. Lagu Ari Lasso mengatakan, badai pasti berlalu. Anggap saja saat ini kamu sedang menghadapi badai yang mengamuk, Dan suatu saat nanti semuanya pasti akan terlewatkan. Semangatlah..!!" Ujar Julia menyemangati dirinya sendiri.
Benar. Memangnya siapa lagi yang akan ia andalkan di dunia ini. Kedua orang tuanya ? Saudara-saudaranya ? Kakek neneknya atau teman-temannya ?. Tidak !! Tak satupun dari orang-orang yang disebutkan itu. Mereka hanya tahu cara menghakimi dirinya dan menyudutkannya. Mereka tidak tahu kesulitan apa yang tengah ia alami di tengah badai ini.
Hanya ada dirinya dan hanya dirinya lah yang memahami kehidupannya. Saat Julia sedang merenung sendiri, memikirkan kehidupannya di kemudian hari, tiba-tiba perutnya berbunyi pertanda bahwa perutnya minta diisi.
KRUUUUKKKK..
Amelia yang mendengar suara perutnya yang mendemo itu, dengan cepat langsung memeluk perutnya.
"Hai..sabarlah. Nanti kalau sudah sampai rumah baru kita makan. Saat ini aku belum memiliki uang. Nanti tunggu uang dari Pak Sanjaya dulu ya." Ujar Julia mengelus-elus perutnya yang tadi berbunyi sambil mengajak ngobrol.
"Aduh Malang sekali nasibku. Hanya untuk ke kantin saja saat ini aku tidak punya uang. Hidup sendiri memang sulit. Ingin cari kerja tapi nggak ada waktu untuk bekerja.? Hah pasrahkan sajalah semuanya. Lagi pula Tuan Sanjaya yang berkedok papa itu masih memberikanku uang jajan per minggu walaupun tidak sama dengan saudara-saudariku yang lain." Ujar Julia yang begitu merasa kasihan terhadap perutnya yang keroncongan minta diisi itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!