NovelToon NovelToon

Marriage Without Love

Episode 1

Saat ini Anaya sedang berada disebuah Villa, Villa yang sudah teman-temanya sewa sebagai tempat reuni mereka. Jujur saja, Anaya tidak begitu tertarik untuk datang, karena ia tidak terlalu akrab dengan temab yang lainnya.

Tetapi Bella, sahabat nya yang satu ini begitu bersemangat, sampai-sampai ia rela memohon supaya ia juga ikut pergi. Bella merasa sayang kalau Anaya tidak ikut, karena ini kesempatan untuk bertemu dengan yang lainnya. Jarang-jarang mereka mempunyai kesempatan untuk berkumpul seperti ini, mengingat kesibukan maupun pekerjaan yang mereka punya.

Lumayan banyak juga yang ikut datang berkumpul, meskipun ada sebagian yang tidak hadir. Dan setelah di teliti lagi, mereka yang hadir kebanyakan yang masih melajang.

"Robb, Mana Devan?? Mana seru kalau Devan tidak ikut. "Tanya Arvin, sekaligus orang yang menyelenggarakan acara reuni malam ini.

"Tidak mungkin seorang Devan tidak hadir, mungkin dia hanya sedikit terlambat. "Ucap Roby yang yakin beribu-ribu kali persen bahwa sahabat mereka Devan tidak mungkin tidak datang. Apalagi saat ini begitu banyak wanita cantik disini, mana mungkin seorang Devan melewatkan acara malam ini begitu saja.

"Benar juga. "Ucap Arvin, mengingat tabiat Devan.

Dan benar saja, tidak lama setelah mereka selesai bicara. Muncul juga sosok yang sudah mereka berdua tunggu.

"Akhirnya... Datang juga. "Arvin dan Roby yang dari tadi sudah menunggu sahabat nya itu, melambai kearah Devan.

Devan langsung menuju kearah mereka berdua yang duduk di pojokan dan ikut bergabung, "lumayan juga. "Ucapnya, melihat keramaian malam ini.

Sebagian dari mereka asik memanggang barbeque di diluar, dan ada juga yang seperti mereka sibuk menikmati alkohol dengan mata yang terus menelusuri ke sana dan kemari untuk mencari mangsa.

Tidak ada batasan atau larangan dalam acara yang mereka buat malam ini. Toh, mereka sudah pada dewasa. Jadi mereka bebas Jika ingin melakukan apa saja.

"Tak ku sangka dia datang juga. "Mata Devan terhenti pada sosok wanita cantik yang cukup menarik dimatanya. Wanita yang sudah lama ia kenal, tapi tak dekat dengannya.

Robby yang ingin tahu dengan wanita yang dimaksud Devan, mengikuti arah pandangnya, "Bella. "Tebaknya.

"Yang satunya lagi, Anaya. "Ucap Devan.

Arvin menaikkan sebelah alisnya sambil menggoyang gelas yang ada ditangannya, "apa kau tertarik dengan Anaya?? "Tanyanya penasaran.

"Hmm, lumayan. "Sahutnya.

Arvin tersenyum ketika terlintas sebuah ide di kepalanya, "bagaimana jika aku membantumu mendapatkan wanita itu malam ini?? "Tawarnya.

"Cara nya? "Devan lumayan tertarik dengan tawaran yang di berikan oleh Arvin.

Arvin menjelaskan rencana yang sudah ia susun di kepalanya. Devan menyeringai, ternyata boleh juga ide sahabatnya ini. Meskipun belum tentu berhasil, tapi rencana nya layak untuk dicoba.

"Apa kalian yakin? "Roby yang ikut mendengar ide Arvin sedikit tidak setuju dengan rencana gila itu.

Robby tidak perduli dengan berhasil atau tidaknya rencana mereka. Hanya saja, ia sedikit merasa keberatan karena target mereka wanita baik-baik seperti Anaya.

"Memangnya kenapa? "Tanya Devan pada Roby yang seperti tak mendukung rencana mereka.

"Di terlihat berbeda dengan wanita yang biasa kita mainkan. "Dilihat dari sisi manapun, seorang Anaya sangat berbeda dengan wanita yang biasa mereka mainkan dan tiduri.

Devan sedikit mengangkat ujung bibirnya, "bukankah akan semakin menarik karena targetnya yang berbeda, benarkan? "Ucapnya yang mendapat sebuah anggukan dari Arvin.

"Apa kau juga tertarik dengan wanita itu? " Tanya Arvin pada Roby.

"Tentu saja, tidak. "Tegas Robby.

"Kalau begitu, ya sudah. "Devan merapikan penampilannya, lalu bangkit pergi meninggalkan tempat mereka sebelum malam semakin larut.

Masih dalam ruangan yang sama, Anaya dan Bella serta beberapa orang yang ikut bergabung larut dalam pembicaraan mereka yang ternyata lumayan menyenangkan. Mereka membahas bermacam-macam topik yang cukup menarik, dan saat ini mereka sedang membahas mengenai prihal pernikahan.

"Kalau kamu gimana, Nay? Sudah punya rencana buat nikah belum?? "Anaya sedikit terkejut mendapatkan pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu.

"Ah, Belum ... Sekarang lagi fokus sama pekerjaan saja. "Jujur saja, ia bahkan tidak pernah memikirkan masalah pernikahan selama ini. Umurnya saja baru dua puluh dua tahun, rasanya ia masih terlalu muda untuk berumah tangga.

Setelah selesai bercerita sebagian mereka pergi entah kemana, dan sekarang hanya tersisa Anaya dan Bella. Ketika mereka sedang berdua tiba-tiba ada tiga pria yang menghampiri mereka, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Devan, Arvin dan juga Robby.

Anaya dan Bella cukup mengenali ketiga pria yang menghampiri mereka, dari dulu sampai sekarang tetap saja mereka bertiga itu tak pernah terpisahkan. Hubungan ketiganya begitu awet.

"Tidak ku sangka ternyata kau juga datang. "Devan menilik tubuh Anaya yang terlihat sangat menggoda, padahal wanita itu menggunakan pakaian yang cukup sopan.

Tentu saja Anaya sadar dengan tatapan Devan kepadanya, "hmm. "singkatnya yang merasa risih dengan kehadiran Devan dan teman-temannya.

"Kamu enggak papa kan, Nay? "Ternyata Bella juga sadar jika dirinya merasa tidak nyaman.

Anaya membalas dengan anggukan dan senyum di bibirnya yang menandakan dia baik-baik saja, padahal rasanya ia sudah ingin sekali pergi dari tempat itu.

"Apakah kalian tidak ingin mencoba meminum ini?!" Arvin menaruh dua botol alkohol yang dibawanya diatas meja.

"Kami tidak suka minum yang seperti itu. "Tukas Bella, "bisakah kalian tidak mengganggu kami. "Sambungnya, kehadiran mereka bertiga hanya merusak suasana hatinya dan juga Anaya.

"Tenang saja, kami hanya ingin duduk bergabung dengan kalian. "Devan mulai menuang alkohol kedalam gelas kecil yang ada di hadapan mereka.

"Untuk mu. "Devan menyodorkan satu gelas yang baru diisinya pada Anaya.

Roby yang juga disitu diam saja, ia tidak terlalu bersemangat malam ini. Apalagi ia sadar kalau kedua wanita itu tampak tidak menyukai keberadaan mereka.

"Aku tidak suka meminum alkohol. " Mengingat ia yang tak terlalu kuat dalam hal minum-minum, segelas saja sudah bisa membuatnya mabuk.

"Dan lagi pula kita tidak terlalu akrab sampai melakukan hal seperti ini, "ucapnya lagi.

"Angkuh sekali... "Devan sedikit menyeringai, dari ketika mereka sekolah menengah atas dulu sampai sekarang. Ternyata wanita ini selalu saja menolak keberadaannya, hal itu juga yang membuatnya semakin ingin mendekati wanita itu.

"Sudahlah Dev, mending kita cari tempat lain saja. "Roby sudah sangat malas, malam ini kedua sahabatnya benar-benar tidak menyenangkan dan membosankan.

Meskipun ia sudah mengajak untuk berpindah tempat, tetap saja mereka berdua tidak bergeming dari tempat duduknya, seolah-olah pantat mereka sudah mengakar disitu. Akhirnya Robby memilih untuk pergi sendiri saja ketempat yang bisa membuat suasana hati nya kembali membaik.

Sekarang mereka hanya tinggal berempat, malam juga sudah semakin larut. Bahkan Ayana merasa matanya sudah cukup berat. Tetapi, Devan dan juga Arvin masih tetap setia berada disitu, dengan kondisi Arvin yang sudah mabuk berat.

"Jika kamu ingin segera pergi, maka cepat minumlah! "Ucap Devan sedikit memaksa.

.

.

.

Mohon bantuannya ya.... Buat para readers😘

Episode 2

Ayana terpaksa meminum alkohol yang sudah diberikan kepadanya. Padahal, ia malas sekali meladeni Devan. Tetapi pria itu malah mengancam akan mengikutinya kemanapun ia pergi kalau tidak segera mengosongkan gelas yang ada tepat didepannya.

"Puas kamu! " Ia dan Bella segera bangkit menuju kamar yang sudah mereka pilih untuk mereka tidur malam ini.

Mereka berdua tidur di kamar yang terpisah, Bella sampai lebih dulu di kamarnya. Sedangkan Anaya masih berjalan menuju kamarnya yang letaknya agak jauh.

Ayana merasa kepalanya seperti sedang berputar, benar-benar lemah. Padahal, ia hanya minum segelas, tapi sekarang ia sudah mulai mabuk. Ditambah lagi dengan rasa panas yang menjalar ditubuhnya.

Devan meninggalkan Arvin yang sudah tertidur karena mabuk, ia tak peduli lagi dengan sahabat nya. Ia lebih memilih untuk diam-diam mengikuti Anaya, dan tepat sebelum wanita itu mengunci pintu kamarnya, ia sudah lebih dulu menerobos masuk.

Anaya yang terkejut hampir terjatuh, untung saja ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, "apa yang kau lakukan. "Tanyanya dengan wajah memerah akibat mabuk ditambah lagi karena rasa panas ditubuhnya.

"Tebak saja apa yang ingin ku lakukan. "Devan mengunci pintu kamar, lalu menyimpan anak kunci di saku celananya.

"Keluar... "Ayana mendorong tubuh Devan, tetapi tubuh pria itu sama sekali tidak terdorong.

Anaya benar-benar berusaha bersusah payah untuk menjaga kesadarannya.

Devan dengan senyuman licik diwajahnya mendekati Anaya, "Apa kau baik-baik saja. " bisiknya membuat tubuh wanita itu merinding.

Devan meletakkan kedua tangannya di pudak wanita itu dengan sedikit meremas, membuat tubuh Anaya semakin terasa aneh. Anaya memejamkan mata dengan mengigit bibir bawahnya serta kedua tangan yang mengepal. Saat ini, ia merasa tubuhnya seperti membutuhkan suatu belaian atau sentuhan.

"Apa yang kau campur pada minuman tadi. "Ia mulai merasa curiga dengan Devan, apalagi pria ini sampai mengikutinya ke dalam kamar. Sepertinya, pria itu sudah melakukan sesuatu yang buruk terhadap minumannya.

Inilah alasan ia tak terlalu menyukai Devan, pria ini terlalu berbahaya. Dan sepertinya ia sudah jatuh kedalam bahaya yang diciptakan oleh pria itu.

Devan menatap wajah memerah Anaya dan mulai membelainya, "aku hanya menaruh sedikit obat perangsang. "Pria itu menjawab dengan begitu santai, seolah itu bukanlah suatu masalah.

"Brengsek! "Ucapnya dengan napas yang mulai tersengal-sengal.

" Tenang saja, aku akan bertanggung jawab untuk menghilangkan efek obat nya. "

Devan mengangkat tubuh Anaya, lalu menjatuhkannya diatas ranjang. Anaya benar-benar merasa lemas, bahkan ia tak mampu melawan lelaki brengsek yang mulai menjamah tubuh nya.

Devan mengecup tulang selangka Anaya yang terlihat begitu seksi, membuat Anaya lagi-lagi memejamkan mata. Merasakan rasa geli dan dingin ketika telapak tangan serta jari besar milik pria itu mengenai kulitnya.

Semakin Devan membelainya, semakin ia merasa hilang akal, sepertinya ia tak akan mampu menahan akal sehatnya. Dirinya yang sudah mabuk ditambah lagi efek obat yang diberikan Devan, membuat Anaya kehilangan kendali tubuhnya.

Tubuhnya merespon setiap sentuhan yang diberikan oleh pria itu, "apa kau menyukainya, hmm ...? "Devan bertanya disela ciuman yang ia lakukan.

Devan merasa begitu puas melihat wanita angkuh yang selama ini selalu menghindarinya berakhir di bawah tubuhnya, sungguh pemandangan yang sangat luar biasa.

Dengan begitu bersemangat dan tak tahu malu, Devan menanggalkan seluruh pakaian Anaya.

"Sssttt... Dirimu jauh terlihat lebih menggoda dari sebelumnya. "

Anaya yang sudah hilang kendali atas tubuhnya hanya bisa menerima setiap sentuhan yang di berikan Devan, mungkin karena pengaruh obat itu juga yang membuatnya terlihat ikut menikmati permainan pria itu.

Tangannya terus menjelajahi semua yang ada di tubuh Anaya, hingga terhenti di sebuah tempat, tepatnya di inti tubuh wanita itu, tangan nya mulai bermain di area situ, memamerkan kelihaian jari tangannya. Membuat wanita yang dibawahnya mengeluarkan suara erangan yang begitu menggoda di telinga.

Tubuh Anaya bergetar hebat ketika merasakan suatu cairan panas keluar dari inti tubuhnya, membuatnya mencengkram erat lengan Devan.

"Sialan! Benar-benar seksi! "Devan mulai melepas pakaian sendiri.

Ia sudah tak tahan dengan hasrat yang sudah menggebu sejak tadi, ditambah Anaya yang sedang menatapnya dari bawah dengan tatapan matanya yang terlihat sayu dan seksi, rasanya Devan ingin menggila sekarang juga.

Devan memposisikan tubuhnya di tegah-tengah tubuh seksi Ayana, sebelum meluncurkan miliknya kedalam Anaya ia lebih dulu mencumbu bibir wanita itu dengan begitu sensual.

Pelan tapi pasti, Devan mulai mendorong miliknya.

"Akhh!! " Baru sedikit miliknya mulai meluncur kedalam tiba-tiba wanita di bawahnya mulai menjerit.

"Ugh... Ternyata kau masih perawan! "Bukannya merasa bersalah, Devan malah merasa beruntung mendapati seorang yang masih virgin, dan ini juga merupakan pengalaman pertamanya meniduri wanita perawan. Biasanya ia selalu dapat yang bekas pakai.

"Keluar ... Keluarkan! "Anaya mendorong tubuh Devan ketika merasakan rasa sakit di bagian inti tubuhnya.

Anaya semakin merasa kesakitan karena Devan tidak menggubris rengekannya, pria itu malah semakin memaksa menerobos masuk kedalam intinya.

Kuku tangan Anaya yang sedikit panjang Mencakar punggung Devan yang begitu kokoh, guna melampiaskan rasa sakit yang diterimanya.

Setelah cukup lama akhirnya Devan berhasil menerobos masuk, Devan berdiam diri sejenak menikmati miliknya yang terasa seperti terjepit di dalam sana.

Sepertinya Anaya sudah mulai bisa menerima keberadaan miliknya, "apa kau sudah siap. "Ucapnya.

Ayana tidak bisa menjawab Devan, dirinya masih terkejut dengan benda yang berhasil masuk dibawahnya. Napasnya saja masih belum teratur, dan masih dengan keterkejutan, Ayana merasa benda asing yang ada di bawah sana mulai bergerak, menciptakan sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Anaya sudah tidak tau berapa lama mereka melakukan hal ini, yang pasti tubuhnya terasa hampir remuk. Untung saja setelah merasakan getaran hebat disertai dengan cairan hangat yang mengisi perutnya, Devan segera mencabut miliknya yang sudah entah berapa lama tertanam di dalam tubuh Ayana.

Devan menatap Anaya yang terbaring terlentang akibat ulahnya, wanita itu terlihat begitu lemas. Mungkin jika ia tidak segera mengakhirinya, bisa saja wanita itu akan jatuh pingsan karena kelelahan.

Sungguh malam yang luar biasa, Devan Merasa hasratnya begitu terpuaskan saat ini. Devan memungut CD yang tergeletak sembarang dilantai, lalu memakainya. Setelah itu menutupi tubuh Anaya yang masih polos dengan selimut berwarna putih tebal.

Bukanya keluar dan mencari kamar lain, Devan malah ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Anaya yang sudah tertidur pulas. Tidak butuh waktu lama bagi Devan, ia juga segera ikut tertidur tak lama setelah tubuhnya terbaring.

Ia cukup penasaran bagaimana dengan reaksi Anaya setelah bangun besok pagi, dan menemukan dirinya yang tak berpakaian. Di tambah lagi di sebelahnya ada seorang pria yang hanya mengenakan CD . Pasti wajah cantik nya itu akan berubah menjadi pucat karena terkejut.

.

.

.

Mohon bantuannya ya, readers

Episode 3

Anaya baru saja bangun dengan kepala yang masih terasa agak pusing, lalu mulai mengatur pandangannya. Betapa terkejutnya Anaya ketika menoleh kesamping matanya menangkap sosok pria yang sedang tertidur membelakanginya.

Anaya menggosok matanya tidak percaya, bisa saja itu hanya halusinasi karena dirinya masih mabuk, mungkin. Ketika Anaya masih mencoba mengumpulkan kesadarannya, tiba-tiba pria yang membelakanginya berbalik membuat mereka saling pandang.

Mata Anaya yang terkejut tampak membulat seperti ingin keluar, bahkan tubuhnya seakan menjadi kaku untuk beberapa saat.

".... Devan" gumam nya.

Dengan sikap santainya Devan bangun lalu bersandar di kepala ranjang, seperti dugaannya tadi malam. Wajah wanita itu terlihat pucat pasi karena terkejut.

Devan mengangkat sedikit ujung bibirnya, "apakah kau ingat betapa panasnya kita tadi malam. "Ucapnya.

Anaya memegang kepalanya yang agak pusing, tiba-tiba ingatan nya tadi malam mulai terlintas di kepalanya. Ia ingat pria itu masuk menerobos kedalam kamar nya, ia juga ingat kalau minuman nya dibuat obat perangsang dan meskipun agak samar, ia juga ingat beberapa adegan yang sudah ia lakukan bersama Devan tadi malam.

Anaya yang baru sadar bahwa dirinya tidak mengenakan sehelai pakaian pun menarik selimut tinggi sampai ke dadanya. Ia juga baru sadar ternyata Devan juga sedang telanjang.

Anaya menarik semua selimut karena ingin memungut pakaian nya yang berceceran di lantai. Ia tidak peduli dengan tubuh telanjang Devan, tetapi untung saja Devan masih memakai CD.

Dengan terburu-buru Anaya menyelesaikan pakaiannya, Devan juga sudah memakai kembali pakaian nya.

Anaya bergegas mengambil tas dan juga hp nya, jujur saja Anaya merasa takut jika harus berdua saja dengan Devan. Devan pria brengsek dan berbahaya, ia harus cepat melarikan diri sebelum sesuatu yang buruk kembali terjadi padanya.

Anaya yang sudah siap pergi malah harus harus terperangkap di depan pintu yang ternyata terkunci, ia baru ingat kalau pria itu lah yang mengunci pintu tadi malam.

"Buka pintunya, ku mohon! "Pintanya pada Devan yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Aku harus segera pulang. "ucapnya lagi dengan suara yang memohon.

Devan menatap Anaya yang hanya setinggi dadanya, sebelum membuka pintu Devan membisiki sebuah kalimat di telinga Anaya.

"Milik mu benar-benar nikmat. "Secara reflek tangan Anaya menampar wajah Devan, tetapi pria itu tetap terlihat biasa saja.

Napas Anaya sudah terlihat turun naik tak karuan, mata nya juga terlihat agak memerah karena ingin segera menjatuhkan buliran air mata. Tapi ia masih mencoba bertahan, dan ketika pintu terbuka Anaya langsung pergi meninggalkan ruangan yang menjadi saksi bisu tempatnya kehilangan mahkotanya yang paling berharga.

Untung saja villa itu sudah terlihat kosong, jadi ia tidak terlalu khawatir jika ada yang melihatnya bersama dengan Devan.

.

Sebelum masuk kedalam rumah, Anaya kembali merapikan penampilan nya sekali lagi. Ia merasa sedikit gugup, apalagi sekarang sedang weekend pasti semua anggota keluarganya sedang berada di rumah.

Anaya melihat mamah dan juga papahnya yang sedang asik bermain dengan Kayla, keponakan lucunya yang baru berusia tiga tahun.

Ketika ingin menaiki tangga menuju lantai dua untuk pergi ke kamarnya, Anaya berpapasan dengan kakaknya, Desy.

"Apa kamu sakit. "Desy tampak sedikit khawatir melihat wajah pucat adiknya.

"Tidak, hanya sedikit kelelahan saja. "Anaya kembali melanjutkan langkah nya, untuk menaiki anak tangga yang tadi sempat terhenti.

Masuk kedalam kamar, menutup pintu nya rapat-rapat, lalu mengunci pintu kamar. Anaya bergegas masuk kedalam kamar mandi melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan.

Buliran air mata yang sudah ia tampung sedari tadi akhirnya tumpah jua, Anaya melihat bayangan tubuh nya di cermin. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh jejak Devan.

Anaya membiarkan tubuhnya berada di bawah guyuran shower, dengan air mata yang masih setia menetes. Meskipun hanya sedikit, Ia berharap bisa menghilangkan rasa jijik yang ia rasakan pada tubuhnya saat ini.

.

Anaya memeriksa ponselnya, ternyata ada beberapa panggilan dan chat yang masuk dari Bella. Ia melihat isi chat Bella yang mengatakan dirinya pulang lebih dulu, setelah itu ia kembali menyimpan ponselnya.

Anaya hanya bisa meringkuk meresapi rasa sakit ditubuh nya, apalagi di bagian bawah dan juga pinggangnya. Mungkin karena ia sudah merasa agak aman dan tenang, jadi rasa sakitnya semakin terasa. Karena ketika ia masih berada di villa bersama Devan tadi, ia sama sekali tidak merasakan sakit apapun, kecuali kepalanya yang terasa agak pusing serta rasa takut dan cemas yang menyelimuti nya.

Tok.

Tok.

Tok.

Suara ketukan pintu kamar membuat Anaya merasa terusik.

"Naya... "Itu suara ibunya yang sedang memanggil.

"Nay, kamu masih tidur!" Norma tak henti mengetuk dan memanggil Anaya, karena sebentar lagi waktu makan malam.

Norma juga khawatir karena putri bungsunya itu tak kunjung keluar dari kamar dan sudah melewatkan makan siangnya. Jadi, ia tak mau kalau harus membiarkan Anaya kembali melewatkan makan malamnya, bisa-bisa ia sakit nanti.

"Anaya!! "Panggil nya lagi.

"Iya, mah. Tunggu! "Dengan tubuh yang masih terasa sedikit lemas, Anaya membuka pintu kamar nya yang terkunci. Menghampiri ibunya yang terlihat begitu tak sabar untuk membawanya melakukan acara makan malam bersama anggota keluarga yang lain di bawah.

"Naya sakit, ya?? "Tanya Norma melihat Anaya yang terlihat begitu lesu dan sedikit pucat.

Anaya menggelengkan kepalanya, "cuman kecapean kok, Mah "Jawab nya.

Sampai di meja makan ia segera duduk di tempat duduk biasanya, bersebelahan dengan tempat kakak perempuannya yang terlihat sibuk menyuapi Kayla.

Anaya merasa tidak mempunyai selera makan karena terus-terusan mengingat kejadian ketika berada di villa. Tetapi, karena tak ingin membuat keluarga nya cemas. Anaya terpaksa mulai memasukan makanannya kedalam mulut.

Sebisa mungkin ia bersikap seperti biasanya, ia tak mau kalau keluarganya sampai ada yang mengetahui kejadian yang terjadi sewaktu ia reuni di villa. Keluarganya pasti akan merasa sangat amat kecewa kalau sampai mengetahui nya. Tak hanya itu, ayah nya juga pasti akan marah besar kepada nya.

"Sedang memikirkan apa? " Tanya Bowo pada Anaya di tengah makan malam mereka.

"Naya! "Suara Norma mengagetkannya.

"Kenapa, Mah? "

"Papah mu tadi bertanya, apa yang kau pikirkan? "Norma mengulangi pertanyaan yang dilontarkan Bowo kepada Anaya.

Anaya melirik kearah ayahnya yang juga sedang menatap nya, "tidak ada, "sahutnya.

"Apakah kamu tidak sedang berbohong? "Tanya Bowo memastikan, karena sedari tadi ia memperhatikan Anaya selalu terlihat melamun dan seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Beneran, Pah. Cuman kepikiran masalah pekerjaan aja kok, dikit. "Bohong nya guna membuat ayahnya percaya.

Selah itu mereka kembali menikmati makan malam seperti biasa.

.

.

.

Mohon dukungannya ya, para readers sekalian....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!