NovelToon NovelToon

Last Night

Di Lupakan!

Di tengah jalan yang begitu nampak sepi. Hanya ada suara sisa kebakaran mobil membuat suasana sedikit gaduh. Seorang gadis muda, sedang berjalan teruntah-runtah di tengah jalan. Dengan keadaan yang sangat memprihatinkan sekali. Air mata yang telah mengering tak lagi menjadi saksi, betapa terlukanya dia. Tak hanya tubuh yang ikut perih. Namun, hatinya jauh lebih perih dari luka di beberapa bagian kulit tubuhnya itu. Darah yang mulai menetes di bagian lutut dan juga keningnya. Sama sekali tak ia rasakan lagi.

Penglihatannya, lama kelamaan semakin kabur. Bahkan, ia berjalan pun sudah tak begitu memperhatikan langka kakinya lagi. Hingga, beberapa langka ia terus berjalan. Tiba-tiba, ia pun tumbang dengan keadaan yang sangat miris.

Sebuah mobil mewah sports melaju dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan. Dimana si pemilik mobil pun mulai menautkan keningnya, kala ia melihat ada seseorang yang tergeletak di tengah jalan tersebut. Tapi, ia masih saja tak mengurangi kecepatan mesin mobilnya. Sebab, ia sedang ada kepentingan yang tak bisa ia tunda lagi.

"Haisss.... "

Setelah beberapa meter melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu malah kembali mundur, karena sang pemiliknya malah tampak kasihan dengan wanita tersebut.

"Apa dia sudah gila?, dengan tidur di tengah jalan seperti itu? " Umpatnya dengan mendengus kesal.

Kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Rambut dengan sedikit gondrong, yang ia kucir dengan jambang tipis. Menambah kesan super keren dan tampan begitu menggoda. Ia mulai membuka pintu mobil sport kesayangannya. Dan menghampiri sang wanita mengenaskan itu.

"Ck,,, Bikin susah saja. " Ujarnya menghela nafas sedikit kasar.

"Hei... Bangun!. Kenapa pingsan di tengah jalan begini?. Apa kau tidak punya pilihan tempat lagi, selain di tengah jalanan sepi begini? " Tanyanya dengan sangat konyol.

"Kau bisa pilih ranjang, sofa, ataupun lautan lepas sana!. Agar tak membuat orang lain ikutan repot! " Sambungnya lagi dengan sedikit menggerutu.

Perawakan kekar dan juga dada bidang itu, sangat cerewet sekali. Padahal, ia adalah pria yang banyak di kagumi oleh kaum hawa. Tapi, karena masa lalunya yang begitu kelam. Dia malah setengah tak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Baginya, sekarang wanita hanyalah pelampiasan nafsu saja. Yang akan ia bayar jika sudah membuatnya senang. Dan akan ia buang saat ia telah tak membutuhkannya lagi. Sungguh miris masalah percintaannya dulu, sehingga ia malah menyamaratakan wanita dengan hal buruk. Selain keluarganya sendiri.

Pria itu mengangkat tubuh menyedihkan itu, dan ia bawa masuk kedalam mobilnya. Namun, tatapan nya begitu intens pada sang wanita, yang jatuh pingsan tadi.

"Kau harus membayar semua kerugian ku hari ini! " Ucapnya dengan menarik sudut bibir nya licik.

Jika orang akan memberikan pertolongan tanpa pamrih. Namun, tampaknya hal itu tak akan berlaku untuk pria ini. Ia malah sudah membuat rencana tersendiri, agar ia tak mengalami kerugian, sebab wanita itu telah menyita waktunya yang sangat berharga.

******

Rumah sakit...

Tampak seorang wanita paruh baya sedang mondar-mandir di depan pintu rawat. Dimana, ia sedang menunggu putri kesayangannya yang sedang di tangani oleh dokter di dalam sana.

Ceklek!.

"Dokter bagaimana keadaan putri saya?. Dia baik-baik saja, bukan? " Cecarnya langsung bertanya pada seorang dokter, yang baru saja keluar dari dalam ruangan tersebut.

Namun, dokter itu hanya diam sambil tersenyum. Lalu, tak berselang lama seorang gadis yang sudah di perban bagian siku dan juga ujung pelipis matanya. Datang dari arah belakang sang dokter.

"Sayang...! " Wanita itu langsung menarik tangan sang putri. Merasa khawatir dengan keadaannya yang sama sekali tak perlu untuk di cemas kan.

"Putri, Nyonya tidak apa-apa!. Dia hanya mengalami luka kecil saja, dan semuanya sudah saya tangani" Ujar sang dokter menggeleng kan kepalanya pelan.

Bagaimana bisa luka seperti itu sangat dikahwatirkan sekali. Padahal, jika di bersihkan sendiri dan juga diberikan salep pereda nyeri saja. Maka, dapat di pastikan akan cepat sembuh. Tapi, mungkin kekhawatiran seorang Ibu itu sangat lah beda. Karena, ia terlalu menyayangi putrinya.

"Syukur lah kalau begitu, Kami boleh pulang dok?. Apa tidak seharusnya putri saya di rawat saja? " Ia malah menawarkan diri, agar putri nya bisa di rawat di rumah sakit ini.

"Mom, I'm okay! " Lirih sang putri yang merasa tak enak hati dengan dokter yang menangani nya tadi.

Dokter dan satu orang perawat itu pun, hanya bisa mengulum senyumnya saja. Akan tingkah konyol wanita paruh baya itu. Tingkat kekhawatiran nya sangatlah berlebihan sekali.

"Tidak perlu sama sekali, nyonya!. Saya sudah berikan resep obatnya tadi. Dan saya pastikan 2-3 hari kedepan, lukanya akan mengering! " Jawab sang dokter dengan jujur.

Setelah memberikan penjelasan nya, dokter serta perawat itu pun langsung pamit pergi, Meninggalkan Ibu dan anak yang saat ini saling tatap dengan pemikirannya masing-masing.

"Sayang, are you okay?. Maafkan Mommy, sayang! " Ujar wanita itu masih saja merasa bersalah. Padahal, ia juga mengalami lecet dibeberapa bagian tubuhnya. Namun, ia lebih khawatir akan keadaan putrinya ini.

"Mom, Ibel baik-baik saja! " Jawab gadis itu mengangkat kedua bahunya dengan santai.

"Seharusnya, Mommy bisa lebih hati-hati tadi. Tapi,... "

"Mommy sedang mabuk" Potong gadis itu dengan helaan nafasnya pelan.

"Sorry, sayang!. " Lirih wanita paruh baya tersebut menundukkan kepalanya.

Gadis itu pun langsung menyentuh pundak Mommy nya. Mengusapnya dengan pelan, "Are you okay, Mom? " Tanya sang putri bernama Ibel itu dengan pelan.

"Ayo kita pulang saja! " Ucap wanita tersebut, mengalihkan pertanyaan putrinya.

Ia juga ingin membalikkan badannya, agar Ibel tak kembali curiga dengan dia. Masalah yang sedang ia hadapi saat ini, memang cukup pelik.Bahkan, mereka terancam jatuh miskin. Jika ia tak segera mendapatkan jalan keluar dari masalah yang telah ia buat sendiri.

"Mom! "

"Ibel, jangan bantah Mommy! " Sentaknya dengan suara sedikit tinggi.

Wanita paruh baya itu masih saja belum sadar. Jika ada hal yang telah ia lupakan sejak tadi. Dan itu sudah hampir setengah hari lamanya. Bahkan, ia pun sampai tak mengingatnya, padahal, dia sendiri sudah lama menunggu di depan ruangan rawat Ibel tadi.

"Mom, tunggu dulu! "

"Apalagi, Ibel?."

"Dimana, Selena Mom? " Tanya Ibel karena ia sejak tadi tak melihat adiknya sama sekali.

Deg!

Wanita itu pun sontak terkejut, mendengar pertanyaan putrinya. Bahkan, ia saja sejak tadi tak mengingat nya lagi.

"Selena... "

"Mom, jangan bilang jika Selena masih di tempat tadi! " Seru Ibel mendelik tak percaya. Padahal, ia juga sampai tak mengingat adiknya lagi.

"Mom, jawab! "

"Kita harus kesana lagi, sekarang! " Perintah sang Mommy dengan sedikit tergesa-gesa.

Seringai Licik

Kedua kelopak mata seorang gadis mulai terbuka secara perlahan. Penglihatan nya samar-samar mulai menelisik ruangan kamar luas yang ia tempati saat ini.

"Kamu siapa? " Suara pelan nan lirih itu mulia bertanya, ketika ia melihat wajah seorang wanita paruh baya. Yang saat ini tengah meletakkan bunga segar di dalam vas bunga mewah, yang ada di atas nakas sana. Tepat di samping ranjang ia berbaring.

"Anda sudah sadar, nona? " Tanya wanita itu sembari tersenyum tipis. Lalu, ia pun mulai memeriksa infus dan juga keadaan gadis tersebut.

"Sebentar, saya periksa dulu! " Ujarnya dengan suara lembut, wanita itu pun mengukir senyum dibibirnya.

"Anda sudah melewati masa kritis, jarang sekali ada pasien trauma yang siuman dengan secepat ini" Ujar wanita itu lagi sembari menyodorkan segelas air minum untuk sang gadis.

Gadis itu hanya diam, dengan pemikiran yang penuh dengan pertanyaan. Ia belum tahu, sebenarnya ia ada dimana saat ini. Yang jelas itu tak mungkin rumah sakit. Sebab, ruangan kamar tersebut sangat luas dan mewah. Ingin sekali bertanya, tapi kondisinya masih sangat lemah. Dan belum lagi, seluruh tubuhnya terasa kram dan lemas.

"Saya ada dimana?." Tanyanya dengan lirih setelah menghabiskan segelas air minum dari wanita paruh baya itu tadi.

"Jangan khawatir! , anda ada di tempat yang aman, nona" Jawab sang wanita paruh baya itu, seolah ia tak mau menjelaskan tentang bangunan yang saat ini mereka tempati.

"Mommy, dimana keluarga saya? " Gadis itu kembali bertanya. Ketika ia mulai sadar, jika ia masih memiliki keluarga.

Wanita paruh baya itu hanya diam. Sambil membereskan sisa bunga dari dalam keranjang tadi. Yang telah ia ganti dengan bunga yang baru. Sementara, sang gadis pun hanya menatap bingung. Akan sikap wanita paruh baya itu, yang ia yakini adalah seorang dokter. Sebab, ia memiliki alat medis lengkap dan bisa memeriksa pasien dengan benar.

"Nyonya, saya ada dimana? " Ulang sang gadis untuk bertanya.

"Kau ada di mension ku" Jawab suara seorang pria, dari arah luar sana. Hingga, kedua wanita beda usia itu langsung menatap kearah pintu kamar yang memang sudah terbuka sejak tadi.

Gadis itu pun melirik wanita paruh baya tersebut. Ketika ia membungkuk hormat, pada sosok pria yang baru datang ke kamar itu.

"Jika tugasmu sudah selesai, kau boleh keluar! " Pria itu menatap wanita paruh baya dengan tatapan datar.

"Baik, tuan" Wanita paruh baya itu pun langsung pamit keluar kamar. Dengan membawa sisa bunga yang telah sedikit layu. Ia juga membungkuk hormat pada pria yang ia panggil tuan tersebut.

Lalu, tatapan pria itu kemudian tertuju pada sosok gadis di atas ranjang sana. Menatapnya dengan tatapan yang sulit di tebak. Sosok pria berambut gondrong, yang ia kucir sehingga membuat penampilan nya malah terlihat maco. Tubuhnya yang kekar dan juga wangi aroma parfume khas. Membuat suasan hati menjadi berdebar tak karuan.

"Baguslah, jika kau sudah sadar. Aku sudah tak perlu repot-repot lagi untuk membiayai pengobatan orang yang tidak aku kenal" Ketus pria itu dengan nada dingin.

"Saya tidak meminta anda untuk mengeluarkan biaya pengobatan saya, tuan" Jawab sang gadis yang mulai beranjak dari atas ranjang empuk tersebut.

Sontak saja, membuat tatapan pria itu langsung tajam. Mendengar jawaban yang seharusnya tak ia dengar, dan bahkan pantang baginya untuk menerima penolakan.

"Ck,,, seharusnya kau sudah habis dimakan binatang buas. Kalau aku tidak menolongmu" Pria itu semakin ketus saja.

Gadis itu pun hanya diam, dengan kondisi yang sebenarnya masih lemas dan belum stabil. Ia berusaha untuk turun dari ranjangnya. Namun, di luar dugaan pria itu malah langsung menghampiri dia. Lalu mencegahnya untuk menurunkan kedua kakinya ke atas lantai sana.

"Jangan sok kuat, kalau tubuhmu masih lemah! " Ujarnya dengan tegas. Sikapnya memang ketus dan dingin, namun pria itu malah memberikan perhatian yang begitu baik pada sosok gadis tak ia kenal tersebut.

"Jangan salah sangka!. Aku hanya tidak mau ada orang asing mati mendadak di mension ku ini! " Ketusnya lagi sembari ingin membantu gadis itu, kembali berbaring di atas ranjang tersebut.

"Aku hanya ingin pergi ke toilet" Ujar sang gadis itu menatap pria tampan dan rupawan. Dan entah kenapa degupan jantung mereka seolah kompak untuk berdegup kencang.

"Oh my god, dia tampan sekali" Puji sang gadis dalam hatinya. Sambil menatap mata Hazel milik sang pria yang kini jaraknya sangat dekat dengannya. Hingga, aroma parfume tersebut semakin menyeruak ke indera penciuman sang gadis.

"Huuu...! " Pria itu langsung meniup mata gadis tersebut, ketika ia sadar jika gadis itu sedang menatap nya tanpa berkedip.

Lalu, pria tampan dengan jambang tipis tersebut. Mulai beranjak dari hadapan sang gadis. Menunjuk kearah kamar mandi sana.

"Apa perlu aku bantu, juga? " Tawar sang pria dengan nada datarnya.

"Haisss... Aku masih waras, untuk tidak memperlihatkan bagian tubuhku, kepada laki-laki yang baru aku kenal" Gadis itu menjawab dengan tak kalah ketusnya dari sang pria tadi.

Jawaban sang gadis tentu saja, semakin membuat pria tersebut kesal. Sebab, baru kali ini ada orang yang berani bersikap seperti itu padanya. Selain keluarga nya sendiri, dan apalagi ia adalah seorang wanita. Di lain sisi, pria itu sempat membenci bentuk tubuh gadis tersebut. Yang mana malah mengingatkannya pada sosok wanita dimasa lalu dirinya dulu.

Dia akui gadis di hadapan nya ini, sangat cantik dan memiliki tubuh ideal dambaan para pria manapun. Body goals, tinggi semampai bak seorang model profesional. Tapi, ia justru membenci perawakan wanita seperti ini. Baginya cukup masa lalu ia saja yang buruk, karena telah di butakan oleh cinta. Sehingga, sesuatu hal yang tak semestinya terjadi karena karirnya semakin memuncak. Membuat ia harus merelakan segalanya begitu saja. Bahkan, nyawanya pun hampir melayang sia-sia. Hanya karena sebuah perasaan tersebut.

"Jika kondisi mu sudah membaik, maka kau boleh pergi dari tempat ini! " Tegas pria itu tiba-tiba, ketika sang gadis baru saja ingin melangkah menuju arah kamar mandi sana.

Gadis itu kembali menoleh, dan hanya memberikan respon diam. Ia pun tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Apakah ia akan kembali ke keluarga nya lagi, atau malah sebaliknya pergi untuk selamanya. Ingatannya masih jelas, saat dimana ia di tinggal begitu saja. Tanpa ada sedikitpun untuk berusaha di selamatkan. Hatinya kembali sedih dan teriris, akan sikap Ibunya sendiri.

"Apa kau dengar?" Tanya pria itu masih saja datar.

"Aku tidak tuli, tuan" Jawab sang gadis dengan helaan nafasnya jengah.

"Aku juga tidak mau berlama-lama tinggal di sini, bersama pria mesum seperti anda! " Sambungnya lagi sembari kembali melangkah menuju arah kamar mandi sana.

"What? "

Pria itu melotot tak percaya, akan jawaban sang gadis tersebut. Ia pun sampai mengepalkan kedua tangannya erat. Dengan amarah serta emosi begitu jelas di mata Hazel tersebut.

"Awas saja kau, aku tidak akan membiarkan kau pergi tanpa memberikan bayaran yang setimpal padaku! " Guman nya dengan seringai licik di bibir nya yang sensual itu.

LAZEN HOTEL

"Mom, bagaimana?. Apa Selenan sudah di temukan? "

"Sayang, Mommy akan berusaha! " Wanita paruh baya dengan penampilan yang sedikit pusing. Sedang berpikir keras, untuk terus menemukan salah satu putri nya yang hilang begitu saja.

Bahkan, pihak kepolisian telah menganggap jika putri nya itu telah tiada. Ia terbakar bersama mobil yang meledak ketika itu. Namun, wanita paruh baya ini yakin. Jika putri bungsu nya pasti masih hidup.

"Mom, apa yang harus kita lakukan sekarang?. Kalau harus meng... "

Gadis cantik yang merupakan kakak dari Selena, terus melayangkan protesnya. Ia juga setiap hari selalu mendesak sang Mommy. Untuk segera menemukan adik bungsunya itu. Sebab, semua ini juga salah Mommy nya juga. Dimana, malah meninggalkan putri bungsu nya begitu saja. Hanya karena ia khawatir akan sang kakak.

"Sayang, Mommy tidak akan melakukan hal itu padamu!. Kau tenang saja! " Wanita paruh baya bernama Berta. Seorang direktur utama "LAZEN HOTEL"

Ya, dia adalah pemilik salah satu hotel terbesar di kota ini. Namun, ia sekarang sedang tak baik-baik saja. Semua aset milik mereka terancam raip. Lantaran hotel yang mereka kelola mengalami kerugian besar. Hotel yang ia miliki setelah suaminya meninggal. Kini, hampir saja terjual. Sebab, ia tak mampu menutupi kerugian tersebut. Akan tetapi, ia menemukan jalan keluar. Saat mendapatkan tawaran dari seorang pengusaha, untuk membantu nya. Asal dengan satu syarat yang kini menjadi beban pikiran nya.

"Tapi, Mom!. Nasib kita akan hancur jika Selena benar-benar tidak bisa kita temukan, atau benar jika Selena sudah... "

"Ibel! " Sentak Berta pada putri tertua nya.

"Stop!. Menduga-duga nya!. Kita belum tahu pastinya, apa Selena benar-benar tiada atau malah selamat. Mommy yakin adik kamu masih hidup" Berta berkata dengan sangat yakin. Ia juga nampak prustasi dengan semua masalah yang tengah ia hadapi sekarang.

"Semua ini salah Mommy!. " Sentak balik Ibel dengan nada penuh kekesalannya juga.

"Why? "

"Karena Mommy yang meninggalkan Selena begitu saja" Sahut Ibel yang berlalu pergi dari hadapan Mommy nya.

"Ibel, mau kemana kamu? "

"Ibel!! " Teriak Berta lantaran putri tertuanya sama sekali tak menjawab pertanyaannya.

"Haiss...! " Umpatnya sambil mengusap wajahnya sedikit kasar. Wanita paruh baya itu langsung terduduk di atas sofa. Sambil menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar pening saat ini.

Di lain sisi, hatinya yakin. Jika Selena masih hidup, tapi di sisi lain ia juga berpikiran jika Selena sudah tiada. Berta pusing apa yang akan ia perbuat sekarang. Keuangan keluarganya sedang tertimpa masalah. Ia juga menjadi korban ivestasi bodong. Bukan hanya puluhan juta, tapi ratusan juga sudah hilang entah kemana.

"Brengsek! " Teriaknya sambil memukul badan sofa kasar.

Tok!

Tok!

Tok!

"Nyonya... "

"Apalagi? " Bentak Berta sambil berteriak.

"Maaf, Nyonya!. Di depan ada tamu" Ucap seorang maid datang menghampiri majikannya, yang mereka tahu saat ini majikannya itu sedang pusing.

"Bilang saja saya tidak ada dirumah! " Titahnya dengan nada kesal.

"Tapi, yang datang adalah tuan Robert, Nyonya"

"What? "

Berta tak bisa berkata dan ingin berdalih lagi, saat ia mendengar nama seorang pria. Yang saat ini ingin sekali ia hindari itu. Sebab, ia juga belum bisa menepati janji dia pada pria tersebut. Jika situasinya sampai sekarang masih belum jelas.

******

Seorang gadis yang masih memakai perban di kepala, siku, dan beberapa bagian tubuh lain nya. Tampak sedang mondar-mandir di dalam kamar mewah, tempat ia di rawat selama lima hari ini. Bahkan, ia sampai tak menyangka sama sekali. Jika dia tak sadarkan diri hampir satu minggu lamanya.

"Nona, anda sudah di tunggu sopir di depan! " Ujar seorang wanita yang merupakan maid di mension mewah tersebut.

Gadis itu langsung menoleh, sambil mengigit kuku-kuku jari tangannya. "Dimana tuan...? " Gadis itu menjeda pertanyaan nya, ketika ia tidak tahu siapa nama pria yang menyebalkan itu.

"Tuan Zein ada di dalam ruangan kerjanya, nona" Maid itu seolah paham, apa yang akan di tanya kan oleh gadis itu padanya.

"Oh, jadi namanya Zein. sayang sekali nama sebagus itu harus di miliki oleh pria sombong dan angkuh seperti dia" Guman sang gadis mencela nama pria, yang sudah baik padanya. Hingga ia bisa terselamatkan dari maut.

"Antarkan saya pada majikan kalian itu! " Ucap sang gadis lagi tanpa pikir panjang.

"Nona, sebaiknya anda pergi saja sekarang!. Karena, akan sulit bagi anda untuk keluar kembali, jika tuan berubah pikiran" Ujar sang maid, yang malah memberikan nasihatnya.

Hal itu tentu saja membuat sang gadis bingung. Ia tak tahu maksud dari ucapan maid tersebut. Namun, ia juga tidak mau pulang kerumahnya lagi untuk sekarang. Hatinya masih sakit dan kecewa, akan sikap Mommy nya. Ia di lupakan begitu saja, seolah memang tak di harapkan sama sekali.

"Kenapa? " Tanya gadis itu dengan lirih dan juga rasa penasaran nya.

Maid itu bukannya menjawab, ia malah mempersilakan sang gadis itu segera meninggalkan mension secepatnya. Hingga, datang seorang pria yang langsung membuat maid jadi ketakutan sendiri.

"Ada apa ini? " Seorang pria dengan mata sipit hidung mancung. Dan juga tampan sedang menatap sang maid dengan tatapan datar serta penuh intimidasi.

Namun, sang gadis itu malah tampak terpesona akan ketampanan sang pria. Dimana pria itu merupakan orang kepercayaan pemilik mension tersebut.

"Maaf tuan, saya hanya ingi... "

"Kau boleh kembali bekerja!. " Potong pria tersebut dengan datar, tapi kalimat yang keluar dari mulut nya mampu membuat seorang gadis tak berhenti menatap.

"Tampan sekali" Batin nya sambil terus menatap pria tersebut.

"Nona, mari saya antarkan pada tuan! " Ujar sang pria itu ketika maid sudah pergi dari hadapan mereka.

"Nona... "

"Hah, iya" Gadis itu malah terbengong sendiri, ia juga gagal fokus. Lantaran ia begitu terpesona akan tampang pria yang ada di hadapan nya saat ini.

Jika, ia lihat pria itu pasti orang Asia. Penampilan nya begitu sempurna. Dan juga gagah, ia juga bisa bersikap sopan padanya. Namun, pria yang ada di hadapannya malah tampak datar. Ia pun hanya menjalankan tugas dari atasannya saja. Selebihnya ia tak mau tahu, sebab ia juga memiliki atasan yang keras kepala.

Tapi, walaupun atasanya itu keras kepala. Namun, pria tersebut sangat baik pada semua orang. Sikap dan juga kelakuannya berbanding terbalik. Mungkin, karena masa lalunya buruk. Ia sangat berhati-hati dalam bersikap, terutama pada seorang wanita.

"Lebih baik anda pergi, sebelum terjadi masalah besar! " Ucap pria bermata sipit itu.

"Aku tidak punya tempat lagi" Jawab sang gadis malah tak sadar akan ucapannya sendiri.

Pria bermata sipit itu, langsung menghentikan langkah kakinya. Dan ia pun menatap sang gadis dengan kerutan di dahinya.

"Maksud anda, nona? "

"Ah, tidak ada. Aku hanya asal bicara saja" bohong sang gadis sambil tersenyum canggung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!