NovelToon NovelToon

Ruth: Remedy For Sorrow

Kembali

"Jadi apa pilihanmu?"

Suasana hening mengisi ruangan setelah suara yang serak dan dalam itu jatuh. Tatapan mata yang dipenuhi ketakutan dan berkebingungan terpaku pada wanita anggun yang berdiri di depannya dengan gaun hitam sutra.

Detik-detik berjalan seolah berlalu lambat, dan ruangan terasa penuh dengan ketegangan. Sosok yang ditanyai itu merasakan napasnya berhenti sejenak, seolah waktu ikut terhenti bersamanya. Di antara deru hening itu, pikiran-pikirannya berputar cepat, mencari cara untuk merespons kata-kata yang baru saja diucapkan.

"Pikirkanlah keputusanmu, berikan jawabanmu ketika aku kembali."

Kata-kata yang begitu dingin itu ditujukan pada sosok layu yang tengah berlutut di lantai marmer yang dingin.

tak tak tak

Suara langkah kaki dari sepatu heels tiga setengah inchi bergema di ruangan megah yang baru saja ditinggalkan pemiliknya.

Tampak marmer berkilauan pada lantai yang luas, mencerminkan cahaya lampu gantung bergaya klasik yang memancarkan cahaya hangat. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan klasik bergaya Renaissance, menambah kesan kemewahan kelas atas dalam ruangan tersebut. Di tengah ruangan terdapat meja kayu berukiran indah dengan hiasan kaca patri di bagian tengahnya, menghadap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan taman yang rimbun dan indah.

Tatapannya terpaku pada punggung yang semakin menjauh dari jarak pandang. Air mata terus mengalir dari matanya, namun dia merasa tak bisa mengungkapkan sepatah kata pun. Pikirannya kini terasa kosong, semua kata-kata yang biasanya lancar terucap telah lenyap.

Pandangannya terhenti pada jendela besar yang menampilkan pemandangan taman yang indah. Pepohonan rindang dan angin sepoi-sepoi tampak menyapu lembut rumput hijau. Dia merenung, mencoba mencari jawaban di dalam hati yang berkecamuk.

Sosok yang ditinggalkan itu kini telah kehilangan tatapan bingungnya, Pipinya kini dialiri air mata dan terus terisak.

Nona, ini Aku. Aku kembali.

Setelah beberapa saat berusaha mencari keseimbangan, Dia akhirnya berhasil bangkit dari rasa sempoyong yang menghantuinya. Dia mengambil benda terdekat yang bisa digunakan sebagai tumpuan, sebuah payung tua dengan gagang kayu yang berdiri tegak di pojok ruangan. Payung itu menjadi penopangnya, seakan menjadi tongkat yang menuntun langkahnya di saat-saat yang sulit seperti ini.

Setelah sampai pada kursi terdekat, dia merasakan tubuhnya mulai merasa lebih tenang. Dengan hati-hati, dia menarik nafas dalam-dalam dan mengatur irama napasnya agar kembali stabil. Tatapan matanya mengelilingi ruangan yang megah dan mewah ini, yang seolah-olah menceritakan kisah kejayaan dan kemakmuran yang telah dicapai di masa lalu.

Dia memandangi seisi ruangan dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa kagum, terpesona dan nostalgia dengan kemewahan dan keindahan ruangan ini.

Tapi di sisi lain, dia merasa tertekan dan cemas dengan suasana yang begitu mencekam. Suasana yang kini begitu berbeda dari biasanya, yang selalu diisi dengan kehangatan dan keceriaan.

Payung itu masih tegak berdiri di sampingnya, menjadi saksi bisu dari perjuangannya untuk tetap berdiri tegar di tengah kekacauan.

Sambil terus mengatur nafasnya agar tetap tenang, dia merenungi keputusannya untuk berada di ruangan ini. Dia tahu bahwa ada alasan kuat di balik segala kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi.

Dan pasti ada alasan mengapa dia dilahirkan kembali. Dia ingin menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih mampu menghadapi berbagai situasi yang rumit dan menuntut.

Dia menyadari bahwa saat ini adalah momen yang krusial dalam hidupnya. Dia harus menghadapi ketidakpastian dan tantangan dengan kepala tegak, tanpa rasa takut atau keraguan. Kekhawatiran di masa lalu kini belum terjadi, semua hal dapat memiliki takdir baru.

Dia harus menemukan cara untuk melangkah maju, melampaui batas-batasnya sendiri, dan mencapai impian yang selama ini diidamkan.

Sambil memandangi seisi ruangan yang mewah dan megah, dia berjanji pada dirinya sendiri. Dia akan tetap berdiri tegar, meskipun langkahnya terasa goyah dan kebingungannya menghampiri. Dia akan mencari kekuatan dalam dirinya, untuk menghadapi segala rintangan dan cobaan yang ada di hadapannya. Dan dia yakin, dengan tekad dan semangat yang tak tergoyahkan, dia akan mampu menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan dan keberanian.

.......

Aku kembali, di titik waktu yang baik, meski bukan yang terbaik.

Identitasku saat ini, yang beberapa saat lalu berhadapan dengan Nona adalah gadis dari daerah miskin yang dijual oleh keluarganya dengan dalih dikirim bekerja keluar kota.

Daerah asalku sangat miskin dengan penduduknya yang juga berpendidikan dan berpenghasilan rendah.

Kenapa aku dijual?

Karena desa kami miskin dan tanahnya yang tandus, sebagian besar pemuda di desaku pergi merantau mencari pekerjaan di kota ataupun kabupaten sekitar, begitu pula kedua orang tuaku.

Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan ibuku bekerja sebagai pengasuh anak di kota.

Sejak aku bisa mengingat, Aku diasuh oleh nenekku. Walaupun kedua orangtuaku selalu mengirim uang untuk keperluanku, sebagian besar uang itu akan diberikan nenek kepada pamanku yang pemalas.

Tiga bulan yang lalu ayahku meninggal karena kecelakaan kerja. Meski hanya kuli paling sederhana, ayahku bekerja dalam kontrak dan memiliki jaminan asuransi sehingga Aku dan Ibu berhak mendapatkan santunan.

Kami tidak sempat bersedih, seringkali terjadi keributan di rumah. Karena jumlahnya yang terbilang besar, nenek enggan memberikannya dan beralasan Ibu pasti akan menikah lagi dan uang itu pasti akan dihabiskan untuk keluarga barunya, sehingga terjadi percekcokan besar diantara keduanya. Dalam kemarahan, Ibu kembali ke keluarga ibunya. Namun naas, mobil travel yang ditumpangi mengalami kecelakaan beruntun. Hanya berselang kurang dari dua bulan, kini Aku menjadi yatim piatu.

Tanpa halangan dari Ibu, nenekku lebih menggila. Di Setiap tikungan dan belokan, siapapun yang ditemuinya di desa, ia akan mengatakan bahwa ibu kabur dari rumah dengan membawa uang santunan ayahku dan meninggalkanku.

Aku pun marah, namun kemarahan tidak berguna. Nenek mengurungku dan paman selalu memukuliku. Jika aku mendebat, nenekku akan membuatku kelaparan dalam kurungan.

Kukira hal seperti ini akan terus berlarut-larut, namun entah dari mana pamanku yang serakah mendapatkan kabar, ada sekelompok organisasi ang mengumpulkan gadis-gadis muda 15-20 tahun untuk dikirim 'bekerja' ke luar kota.

Jelas-jelas aku belum berusia 15 tahun, jelas pula pamanku tahu kalau itu adalah pekerjaan abu-abu, namun dia tetap melakukannya. Bukannya aku 'dikirim', karena dibutakan oleh keuntungan dan uang, pamanku malah menjual ku. Hal itu baru ku ketahui ketika sesampainya di pelabuhan pesisir saat rombongan terbagi. Aku tidak turun di pelabuhan, kapal tersebut terus membawaku melaju menuju gelombang laut dan Aku masih belum tahu kemana tujuannya.

Berhari-hari berlayar tanpa mengetahui tujuan yang pasti, akhirnya Aku beserta rombongan tiba di pelabuhan lain. Konon, inilah tujuannya. Begitu kami melangkah keluar dari kapal, Aku langsung merasakan perbedaan suasana yang menyapa. Udara yang berbeda, bau asin dari laut yang begitu kuat, serta sinar matahari yang menyengat kulit kami dengan hangatnya.

Pelabuhan itu ramai dengan kegiatan nelayan yang sibuk menyiapkan kapal mereka untuk melaut. Bau ikan segar yang diangkut dari kapal ke pasar menguar di sekitar kami. Aku merasa seperti terbawa oleh alunan ombak yang menghampiri tepi pantai. Suara gemuruh dari deburan laut membuat hatiku berdebar-debar, seolah-olah mengajakku untuk mengikuti ritmenya.

Aku berjalan menyusuri pelabuhan yang ramai itu, mengamati kehidupan yang berlangsung di sana. Para nelayan dengan seragam lusuhnya berlalu lalang dengan kerapatan yang harmonis, sementara pasar ikan berderetan dengan aneka jenis hasil tangkapan laut yang begitu beragam. Warni-warni layar kapal yang terhentang dengan indah di tengah laut membuatku terpukau oleh keindahannya.

Kemeriahan pelabuhan itu seolah menyambut kedatangan kami dengan tangan terbuka. Aku bisa merasakan getaran semangat dan kehidupan yang begitu kuat, seakan mengalir bersama ombak laut yang tak pernah berhenti. Senyum-senyum ramah dari penduduk setempat menyambut kedatangan kami, memberikan perasaan hangat yang sulit terlukiskan dengan kata-kata.

Namun di balik kesibukan dan kehangatan itu, aku merasakan aura misterius yang menggelayut di udara. Suara ombak yang menghantam pantai, hembusan angin yang sepoi-sepoi, dan warna-warni langit senja yang berpadu dengan sinar matahari yang tenggelam, semuanya memberikan kesan mendalam di hatiku.

Ketika matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, langit berubah warna menjadi ungu gelap yang memukau. Lautan pun berubah menjadi perangkat musik alami yang mempesona, dengan ombak yang menghantam pantai dan suara burung-burung laut yang berkicau riang. Aku terpesona oleh keindahan dan kekuatan alam yang begitu luar biasa.

Di tengah perasaan campur aduk antara kegembiraan dan kekhawatiran akan masa depan yang tidak pasti, Aku merasa tercerahkan oleh aura misterius yang menyelubungi pelabuhan ini. Dengan laut yang luas dan tak terbatas di hadapanku....

Kami tiba di Kota Hong Kong.

Menentukan Pilihan

Kota Hong Kong

Kota yang melekat dengan citra metropolitan, Kota Hong Kong mencerminkan kehidupan yang penuh semangat dan dinamis. Saat matahari terbit, cahaya pagi yang memancar memeluk puncak-puncak gedung pencakar langit, menciptakan gambaran megah dari simbol kemakmuran, kemuliaan, dan kekayaan kota ini. Jalanan sibuk dipenuhi dengan lalu lintas kendaraan bermotor, seolah menyiratkan ritme yang tak pernah berhenti dari kehidupan urban yang cepat.

Provinsi yang terletak di tenggara Tiongkok di estuari Zhu Jiang ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Meski kota ini menjadi pusat keuangan ketiga terpenting setelah New York dan London.

Kehadiran bisnis dan keuangan yang kuat menyumbang aura profesional di lingkungan perkantoran. Di pusat-pusat perbelanjaan dan mal, gemerlap lampu dan hiruk-pikuk aktivitas konsumsi mencerminkan kemewahan dan keinginan untuk gaya hidup yang mewah.

Kepadatan penduduk yang tinggi menciptakan suasana hiruk-pikuk di setiap sudut kota. Orang-orang bergerak cepat, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Gedung-gedung tinggi yang menjulang tinggi saling bersaing untuk menampilkan arsitektur modern yang mencengangkan, sementara pepohonan dan taman kota memberikan nafas segar di tengah beton dan kaca yang mendominasi lanskap.

Namun kota ini juga memiliki ketimpangan ekonomi yang parah. Dibalik kota yang glamor ini, tercipta pula berbagai sisi tak terkatakan yang membuat orang enggan mengetahuinya. Jauh dari kilauan gemerlap kota, terdapat sisi lain yang tak terlihat oleh banyak orang.

Di kawasan kumuh dan pemukiman padat penduduk, kehidupan masyarakat kelas pekerja mencerminkan ketimpangan ekonomi yang menyedihkan. Tinggal di rumah susun sempit, mereka berjuang untuk bertahan hidup dan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Namun, di tengah ketimpangan ini, semangat dan daya juang warga Hong Kong tetap menginspirasi. Perpaduan kekayaan budaya, kuliner yang lezat, serta kehidupan malam yang hidup memberikan energi tak tergantikan bagi kota ini.

Hong Kong pada tahun 2004 adalah tempat di mana masa lalu dan masa depan saling berbaur, menciptakan kisah-kisah menarik dan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di tanahnya.

....

Hong Kong tahun 2004

Pertama kalinya Aku menginjakkan kaki di negeri yang asing. Namun anehnya, tanah yang ku injak, udara yang ku hirup, gedung-gedung tinggi yang terlihat sejauh mata memandang ini terasa akrab dan familiar.

Hong Kong membawa kesan tak terlupakan. Saat pertama kali menginjakkan kaki di pelabuhan, aroma yang khas menyambutku dengan hangat. Udara lembut berpadu dengan sentuhan angin laut yang membawa kenangan masa lalu, seolah menghubungkan aku dengan rasa akrab yang sulit dijelaskan.

Berjalan melintasi jalan-jalan yang padat, jantungku berdegup kencang merasakan getaran energi kota yang tak pernah padam. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi di sekitarku, memancarkan kemegahan dan kemakmuran. Pemandangan ini membuatku teringat pada kota-kota metropolitan yang hanya bisa kulihat dalam film-film masa kecilku.

Namun di balik kemegahan itu, terselip kehidupan warga lokal yang sungguh berbeda. Di sudut-sudut tersembunyi kota ini, terlihat pemukiman padat penduduk dengan rumah-rumah susun sempit. Warga berjalan dengan langkah berat, memikul beban kehidupan yang tak terungkapkan di wajah mereka. Ketimpangan ekonomi yang nyata itu menyentuh hatiku dan membuatku merenung tentang keberuntungan dan perjuangan hidup.

Meskipun begitu, Hong Kong memberi aku rasa nyaman dan seperti kembali pulang ke tempat yang tak pernah aku tinggalkan.

Di malam hari, Hong Kong berubah menjadi sebuah panggung gemerlap yang memikat hati. Lampu-lampu neon berkilauan, menciptakan langit-langit alam semesta buatan yang mempesona. Hidup malam yang berdenyut di jalanan, dengan klub malam yang meriah dan orang-orang yang bersorak mengisi malam dengan kegembiraan dan semangat.

Hong Kong pada tahun 2004 adalah sebuah perpaduan menarik antara kemegahan dan kesederhanaan. Kota ini menjadi saksi perjalanan hidupnya banyak orang, termasuk aku. Aku merasa diterima dan diakui di sini, seolah-olah aku telah menemukan bagian dari diriku yang pernah hilang.

Dengan setiap langkah, aku terus merayakan keajaiban dan keunikan kota ini, yang membuka pintu kenangan dan pengalaman yang takkan pernah pudar dari ingatanku.

Meski aku tidak lahir disini, kota ini lebih terasa lebih seperti kampung halaman bagiku. Tempat orang-orang yang kurindukan, juga tempat pertama aku merasa dimanusiakan.

Itu semua berkat Nona.

Nonaku, Zhao Jianing atau yang lebih sering muncul di halaman majalah dan tabloid gosip sebagai Vivianne Zhao.

.....

Di tengah gemerlap kota Hong Kong pada tahun 2004, ada sosok yang menjadi perbincangan hangat di antara kalangan sosialita dan gosipan. Dia adalah Nona Zhao Jianing, yang lebih sering dikenal dengan julukan Vivianne Zhao. Cantik, berbakat, dan mempesona, ia adalah sosialita muda yang juga merupakan pewaris perusahaan multinasional kenamaan, di Hong Kong, bisnis utamanya bergerak di bidang real estate yang mendominasi berbagai area sentral di kota ini.

Vivianne dikenal dengan citra dingin dan angkuh yang mirip dengan salju di puncak gunung. Namun di balik itu, ada pesona yang tak tertahankan, yang membuatnya menjadi sorotan banyak mata. Terutama, ketika namanya disebut oleh Playboy ternama di kota, yang menyebutnya sebagai dewi impiannya. Kisah asmara yang dibentuk sendiri oleh media ini dan kiprahnya dalam karir yang gemilang segera melambungkan namanya menjadi topik utama di majalah-majalah gosip dan berita hiburan.

Beberapa tahun telah berlalu sejak kejadian itu, namun media gosip tampaknya tetap tak bisa lepas darinya. Setiap kali edisi terbaru majalah menampilkan Vivianne Zhao, peningkatan penjualan merupakan kepastian. Ia memiliki magnet yang tak bisa diabaikan, menjadikannya figur yang penuh misteri dan daya tarik.

Namun di balik sorotan media dan kemegahan nama keluarganya, Vivianne memiliki sisi lain yang jarang diketahui banyak orang. Di balik dinding-dinding kemewahan, ada perasaan tanggungjawab dan tekanan yang kadang membuatnya merasa terjebak.

Bagi banyak orang, Vivianne adalah simbol glamor dan kejayaan, tetapi ia juga manusia dengan perasaan, harapan, dan kerentanannya. Di tengah sorotan kamera dan kehidupan yang gemerlap, ia merindukan stabilitas serta perasaan yang lebih dalam dan tulus.

Tetapi meskipun begitu, nama Vivianne Zhao terus bersinar dan mencuri hati banyak orang di Hong Kong. Keberadaannya di tengah kota metropolitan itu seakan memberikan warna dan pesona yang tak tergantikan. Bagi banyak orang, ia adalah dewi yang mereka kagumi dari kejauhan, sementara di balik itu, ia sendiri sedang mencari arti dan tujuan sejati dalam hidupnya.

....

Pikiranku yang melayang karena nostalgia karena kehadiran Nona akhirnya kembali.

Nona memintaku membuat pilihan sebelum ia kembali.

Meski sudah lebih dari dua dekade berlalu, ketiga pilihan itu aku masih mengingatnya.

Pertama, karena sudah dijual dan dibawa kesini, itu artinya aku akan dijadikan pelacur. Ya, pelacur. Ada masa pelatihan beberapa waktu, jika patuh dan lulus ujian maka akan dijadikan pelacur dengan papan nama dan hanya melayani elite. Jika tidak patuh dan tidak memiliki keterampilan, maka hanya bisa ditempatkan di kawasan Kowloon yang berantakan.

Kedua, pelatihan akan lebih lama, mungkin dibutuhkan waktu tahunan. Atas nama adopsi, yang terpilih akan menjadi saudari Nona. Namun masa depan semuanya tergantung atas keputusan Nona. Jika dibutuhkan, maka tetap akan dilempar ataupun memanjat tempat tidur yang ditunjuk.

Ketiga, pilihanku sebelumnya.

Menjadi Butler, Nona menginginkan kepala pelayan. Karena Anna Butler semakin menua, pelayan yang cakap sulit untuk dicari. Bila pun ada, dengan bisnis gelap dan terang, sangat sulit menemukan orang yang bisa dipercaya. Karena sulit dicari, maka hanya bisa dibuat.

Tidak semua orang beruntung diberikan pilihan, Aku beruntung karena berbagai kebetulan.

Kebetulan Anna Butler mencari penerus.

Kebetulan usiaku tepat.

Kebetulan Nona lewat dan berkomentar 'tulangnya cantik'.

Ketika Nona Vivianne menyampaikan kata-katanya dengan tegas, suasana ruangan langsung berubah. Seakan waktu berhenti sejenak, aku merasa semua mata tertuju padanya. Tubuhku gemetar, seolah dihadapkan pada kekuatan yang misterius dan menakutkan. Suaranya yang dingin dan tajam menusuk hati, menciptakan kesan seolah aku tengah berada di hadapan sosok yang tidak dapat ditebak.

Raut wajahnya menggambarkan kombinasi antara keangkuhan dan ketegasan. Matanya memancarkan aura kuasa dan dominasi, membuat siapa pun yang berhadapan dengannya merasa kecil dan cemas. Aku merasa kedinginan, walaupun ruangan ini sebenarnya hangat dan nyaman.

Dalam momen itu, Nona Vivianne seperti sosok yang tidak bisa dijangkau dan dipahami. Ada kekuatan magis dalam cara dia berbicara, seolah-olah ia memiliki kendali atas seluruh ruang dan waktu. Suasana menjadi tegang, dan setiap detak jantungku terdengar berirama seperti tanda ketegangan yang tak terelakkan.

Tatapannya menusuk jauh ke dalam diriku, seolah membaca pikiranku dan perasaanku tanpa kata-kata. Aku merasa seperti berada di bawah sorotan penuh pengawasan dan penilaian yang tajam. Segala sesuatu di sekitarku berubah menjadi hening, terkecuali suara hatiku yang berdegup kencang.

Saat itu, aku menyadari bahwa Nona Vivianne bukanlah sosialita biasa. Ada sesuatu yang tak terlihat dalam dirinya, kekuatan yang membuat orang lain takut dan terpesona sekaligus. Ia adalah sosok yang bisa mempengaruhi perjalanan hidup banyak orang dengan sekali anggukan atau pernyataan tegas.

Ketika kalimatnya selesai terlontar, aku mencoba menyembunyikan ketakutanku di balik senyum tipis. Namun, tubuhku masih gemetar, dan hatiku terisi dengan ketidakpastian dan kebingungan. Sungguh menakutkan, bagaimana satu pernyataan bisa merubah seluruh suasana ruangan dan mengguncangkan kedamaian hatiku. Sejak saat itu, aku merasa bahwa Nona Vivianne bukanlah sosialita biasa, melainkan sosok yang memiliki kekuatan luar biasa yang tak dapat diabaikan.

Di kehidupanku sebelumnya, Aku tanpa perlu berpikir panjang memilih opsi ketiga. Saat itu aku ketakutan dengan situasi yang aneh dan terintimidasi oleh aura Nona.

Tapi kali ini, aku akan membuat keputusan yang berbeda.

Aku akan memilih opsi kedua. Aku ingin menjadi saudari Nona, Aku ingin memiliki nama belakang yang sama dengan Nona.

Sebagai lulusan luar biasa dari Global Butler Elite Academy di kehidupan sebelumnya, aku tidak perlu lagi menjalani serangkaian pendidikan sistematis untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

Nona Vivianne Zhao sedang berada dalam momen yang kritis. Pengumuman pernikahannya dengan pewaris bisnis raksasa yang memiliki aliran berbeda telah menimbulkan kegemparan di kalangan pemangku kepentingan. Dua raksasa bisnis ini tidak pernah berpikir untuk bergabung, dan keputusan pernikahan mereka menciptakan ketegangan yang mendalam di antara para pengamat.

Musuh dari kedua sisi tidak melewatkan kesempatan untuk menambah bahan bakar ke dalam api konflik ini. Mereka saling bersekongkol, berusaha menyulut perang api dan memperkeruh situasi.

Meskipun pernikahan tersebut tidak bisa dibatalkan, kegembiraan mereka datang dari keriuhan yang bisa mereka ciptakan di sekitarnya.

Bukankah akan menyenangkan menambahkan sedikit lagi kekacauan?

Pengembangan Masa Depan

Tiga hari berlalu sejak aku melalui perjalanan waktu.

Dalam tiga hari ini aku telah memulai pendidikan untuk memiliki kualitas sebagai saudari seorang Vivianne.

Aku yang sekarang, Sienna Zhao, dengan nama china Zhao Nana sedang menjalani pelatihan tiga tahun sebagai pewaris keluarga kaya. Jika aku lulus semua pelatihan, baru saat itulah aku akan resmi di adopsi.

Anna Butler telah memberikan jadwal kegiatanku 24/7, jadwalnya begitu padat. Mulai dari kursus Etika dan Tanggung Jawab, Manajemen Keuangan, Hukum dan Peraturan, Manajemen Bisnis, Keterampilan Kepemimpinan, Komunikasi dan Negosiasi, Pelatihan Etiket dan Tatanan, hingga Keberlanjutan dan Inovasi. Semuanya adalah kursus wajib untuk seorang pewaris.

Selain memulai kursus etiket ala keluarga bangsawan, Aku juga harus menjalani kelas literasi.

Karena diriku pada periode saat ini hampir bisa dikatakan buta huruf, Nenekku hanya mengizinkanku belajar di sekolah sampai sedikit memahami aritmatika dasar dan bisa membaca. Ayah dan ibuku pun tidak menolak ide nenek.

Kini aku sedang duduk di meja belajar, suasana ruang belajarnya begitu tenang dan penuh kedamaian. Cahaya alami dari jendela mengalir masuk, menerangi setiap sudut ruangan.

Udara segar dari luar mengisi ruangan, menciptakan atmosfer yang menyegarkan. Tidak ada suara bising atau gangguan dari luar, hanya keheningan yang mengizinkan pemikiran bebas mengalir.

Meja belajarnya teratur dan rapi, dikelilingi oleh buku-buku dan catatan-catatan penting. Di atas meja itu, ada beberapa alat tulis yang siap digunakan untuk menulis dan menggaris skala prioritasnya. Selembar kertas kosong menantinya, menunggu untuk diisi dengan rencana dan impian di masa depan.

Duduk di meja belajar, merenung dalam kesenduan, membiarkan pemikiran mengalir seperti arus sungai yang lembut.

Dia mengulas kembali skala prioritasnya, memastikan langkah-langkah yang akan diambil sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai yang dipegang teguh.

Tangan yang terampil menggenggam pena, mulai menuliskan setiap gagasan dan impian yang mengalir dari hatinya. Dalam suasana yang damai ini, dia merasa begitu terhubung dengan dirinya sendiri.

Ruang belajar ini menjadi tempat untuk merenung, mencari inspirasi, dan mengumpulkan kekuatan untuk melangkah maju. Setiap gerakan pena menorehkan makna dan arti yang mendalam, mencerminkan tekad dan semangatnya yang tak tergoyahkan.

Dengan setiap kata yang tertulis di atas kertas, dia merasa semakin mendekati tujuannya. Pikirannya menjadi jernih dan fokus, karena dia tahu bahwa setiap keputusan yang dia ambil akan membentuk masa depannya.

Duduk di meja belajarnya, dia merenung dalam kesenduan, menggenggam secarik kertas putih yang menantang untuk diisi dengan rencana dan impian masa depannya. Alunan musik yang lembut mengalun di ruangan, menciptakan atmosfer yang mendukung kreativitas dan refleksi.

Dengan mata yang fokus dan hati yang bersemangat, dia mulai menulis di atas kertas itu. Tinta pena mengalir dengan lancar, membentuk huruf-huruf yang berpadu menjadi kata-kata yang indah. Judulnya sendiri "Future Development Outline" terlihat begitu kuat dan penuh arti.

Tiga tujuan jangka panjang:

Diterima di Universitas kunci di Beijing, setidaknya diterima di universitas 211, jika memungkinkan diterima universitas 985.

Menemukan solusi untuk meringankan penyakit Nuan Nuan. Buat "orang gila" itu lebih patuh, temukan pawangnya.

Setidaknya membangun kerajaan bisnis Anda sendiri di satu bidang dan jadilah orang kaya di dunia setidaknya sekali. Bangun bisnis yang berbeda dari pengembangan New World Group, agar bisa menjadi jalan keluar jika 'orang' itu membuat ulah lagi.

Tiga keunggulan:

Terlahir kembali pada tahun 2004, pandangan jauh ke depan.

Sudah pernah menjalani pendidikan butler, hal-hal dasar sudah dilampaui, yang akan datang lebih mudah dikuasai.

Lebih dari 20 tahun keterampilan hidup terakumulasi dalam kehidupan sebelumnya. mengetahui tren keuangan, gelombang krisis, internet, sekuritas dan saham, dunia hiburan...

Tiga kerugian:

Latar belakang, titik awalnya rendah. Harus berpura-pura dan membuat perubahan yang dapat diterima. Jangan sampai dicurigai.

Eranya terbatas, pencarian informasi tidak semudah 20 tahun ke depan, kualitas hidup, fasilitas dan kemudahan pasti akan menurun, harus cepat beradaptasi.

Kelemahan kepribadian saya sendiri, sedikit bodoh dan lamban, tidak sensitif terhadap perubahan arus.

Dia memandangi kembali kertas yang telah ditulisnya dengan ekspresi wajah yang rumit dan pahit. Matanya menyaksikan kata-kata yang ia rancang dengan hati-hati, tetapi kali ini, ada perasaan campur aduk yang terlihat jelas di dalam dirinya.

Kertas itu seakan menjadi cermin dari perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan cobaan. Di antara kata-kata indah yang tertulis, ada juga bekas luka dan kenangan yang menyakitkan. Rencana yang ia buat begitu kompleks, mencerminkan perjalanan hidup yang dipenuhi dengan rintangan dan kegagalan.

Di antara baris-baris tulisannya, ia merenungkan setiap pilihan dan keputusan yang pernah diambilnya. Beban masa lalu dan ketidakpastian masa depan terasa begitu berat di pundaknya. Namun, meskipun ekspresi wajahnya penuh dengan rasa pahit, di dalam dirinya ada keteguhan dan tekad yang tak tergoyahkan.

Dia menyadari bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai rencana. Ada hal-hal yang terjadi di luar kendali, ada kekecewaan dan kesedihan yang harus ia hadapi. Namun, di tengah semua itu, dia menemukan kekuatan untuk terus maju dan menghadapi tantangan dengan kepala tegak.

Meski ekspresi rumit dan pahit terlihat di wajahnya, namun di dalam hatinya ada api yang menyala, api keberanian dan keteguhan untuk tetap berusaha dan berjuang. Rencana-rencana yang ditulisnya mungkin berubah seiring waktu, tetapi tekadnya untuk meraih impian-impian itu tetap berapi-api.

Dia memandangi kembali kertas itu dengan rasa haru dan syukur. Meskipun hidupnya penuh dengan liku-liku, setiap kata yang tertulis menjadi pengingat bahwa perjuangan dan kesulitan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup yang berarti.

Tok tok tok

Ada suara ketukan pintu yang membuyarkan pemikirannya.

"Ma-masuk..."

Sigh, kapan ini berakhir. Berpura-pura ketakutan dan selalu gugup.

Aku menjawab pelan. Di sana ada pelayan ruang teh yang membawakan memo Nona, ohh tidak. Sekarang aku memanggilnya Ning Jie secara pribadi dan memanggil Kakak jika sedang ada orang lain. Dia masih sama, sangat tidak menyukai orang memanggilnya Vivianne.

"Nona, Anna Butler meminta Anda untuk pergi ke ruang teh, sebentar lagi Nona Muda akan pulang. Mulai hari ini, setiap jadwal teh sore, Anda harus hadir di ruang teh sebelum Nona muda kembali."

Kata-kata pelayan sangat metodis, dengan nada tenang, artikulasi jelas dan postur hormat yang sempurna.

"Ba-baik..." jawabku terbata-bata.

Ck, benar-benar pelayan keluarga besar

Aku yang sekarang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan seorang pelayan, tapi tetap saja sikapnya sempurna. Apakah dalam hatinya dia mencibir?

"Mari Nona, ikuti saya".

Sambil mengambil setengah langkah mundur dan membuka pintu lebih lebar, dia berdiri di samping pintu dan menungguku melangkah.

Setelah kelahiran kembali, Aku masih Aku, tapi Aku juga bukan lagi Aku.

Untuk mengakomodasi ku, semua pelayan di sekitarku bisa berbahasa Melayu atau Indonesia. Aku diizinkan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang Aku bisa selama tiga bulan. Setelah tiga bulan ini berlalu aku setidaknya harus berbicara Bahasa Inggris, jika Aku masih mengucapkan bahasa ibuku, maka aku akan menerima hukuman.

Sesampainya di ruang teh, Kakak sudah hadir dengan pesonanya yang memukau. Ketika dia mengetukkan jari telunjuknya yang ramping ke sisi meja, pelayan yang datang bersamaku segera melihat isyaratnya dengan cermat. Dengan gesit dan sigap, pelayan itu memberikan memo yang dibawanya dengan penuh kerendahan hati.

Jari-jari Kakak itu terlihat begitu indah, seperti karya seni yang hidup. Setiap gerakan jemari telunjuknya mengandung keanggunan alami yang tak bisa diabaikan. Mereka seperti menyiratkan pesan yang tak terucapkan, memberikan perintah dengan lembut namun tegas.

Tangan Kakak itu begitu elegan, dengan ujung-ujung jari yang rapi dan terawat. Saat jari telunjuknya menyentuh permukaan meja, seakan menyisakan jejak keindahan yang tak terlupakan. Seperti alat yang digunakan untuk menyelami ruang dan waktu, jari-jarinya mengisi ruangan dengan aura kebangsawanan yang menonjol.

Ketika pelayan membawa memo, tanggapannya yang cepat dan tepat adalah gambaran dari kecerdasannya yang luar biasa.

Melihat Kakak mengetukkan jarinya dan memberikan instruksi dengan begitu santun, membuatku terpesona oleh keindahan dan kekuatannya. Tangan Kakak itu adalah representasi dari kepemimpinan yang teguh dan ketegasan yang diselimuti oleh keanggunan dan ketenangan.

Saat itu, ruang teh menjadi panggung bagi pesona dan keindahan jari-jari Kakak yang menyihir. Jemari-jemarinya menjadi lambang dari kekuasaan yang lembut dan kebijaksanaan yang dalam. Seolah-olah mereka memiliki kehidupan dan kekuatan sendiri, memancarkan pesona yang tak terhingga.

Setelah menulis beberapa kata dalam memo, dia meletakkan kembali memo dan mengambil cangkir teh.

Menyesap teh dan menghela nafas, tampaknya jauh lebih rileks.

Kakak menatapku dan berpindah duduk di sofa.

"Duduk disini saja."

Aku mengikutinya, aku memilih duduk di sofa yang bersebrangan dengannya.

"Aku akan membawamu keluar hari ini, pelajari apapun yang diajarkannya, jangan banyak berpikir dan jangan bertanya."

Suaranya serak namun lembut, nadanya malas tapi tak terbantahkan.

"Jangan sampai kau dipulangkan sebelum dinyatakan lulus, akan menyusahkan jika dia tidak senang" lanjutnya.

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kaku.

Menatapku yang duduk di hadapannya, ada jejak sarkasme di wajah cantiknya.

Kamipun bergerak, dengan formasi lengkap pelayan mengantar kami ke mobil. Ada pengawal yang sudah bersiap dan membukakan pintu mobil untuk kakak.

Aku mengikuti beberapa langkah di belakangnya, namun ada pengawal yang menahan gerakanku. Hal ini membuat jarakku dan kakak diperbesar.

Aku membuat ekspresi tak mengerti, lalu ada pengawal yang mengarahkan ku ke mobil di belakang mobil kakak.

Ternyata kami menggunakan mobil yang berbeda, ini akan membuat kesan aku tidak dihargai oleh Nona Muda, tapi tak satupun dari pengawal atau pelayan yang melihatku dengan tatapan merendahkan.

Benar-benar kualitas yang patut ditiru, Anna Butler pantas dipuji atas kerja kerasnya.

Pantas saja lulusan Butler sangat pemilih. Tidak sembarang orang kaya bisa merekrutnya.

Di Akademiku dulu, bukan hanya orang kaya yang memilih Butler, tapi sang Butler juga memilih orang yang dilayaninya.

80% siswa baru adalah orang yg dikirim belajar oleh keluarga atau klan yang akan menggunakannya, sedangkan sisanya pasti akan dipesan bahkan sebelum menyelesaikan semester pertamanya.

Lulusan tidak perlu mencari pekerjaan dan yang didapatkan adalah pekerjaan yang sangat stabil dan jika tidak ingin pensiun, maka bisa dikatakan berlaku seumur hidup. Sungguh mangkuk nasi besi yang sangat kokoh.

Jangan remehkan lulusan Butler, jaringan kontaknya mungkin lebih luas dari keluarga kaya berusia se-abad.

Dengan lulusan yang menyebar ke segala penjuru dunia, berada di lingkungan sosial paling elit dalam lingkaran yang paling sulit ditembus orang biasa.

Alumni akademiku bukan hanya Butler, industri hospitality adalah pemburu utama jasa kami.

Pekerjaan seperti penguji anggur, appraiser barang antik, negosiator, konsultan desain berbagai merk mewah, konsultan manajemen asset dan manajemen investasi sampai membuat rencana pendidikan anak-anak keluarga kerajaan berbagai negara adalah pekerjaan lepas yang dijadikan selingan oleh para Butler ini.

Jaringan yang begitu luas, melingkupi berbagai rahasia negara, bisnis dan konspirasi terangkai begitu apik, karena begitu pentingnya jaringan ini maka ada aturan tak tertulis bahwa kontak hanya dipertukarkan, tidak diberikan. Maka lingkaran ini tumbuh menjadi lingkaran ekslusif yang tertutup. Hanya bisa dihubungi oleh orang yang berada di dalamnya, orang luar bahkan mungkin tidak pernah mendengar dan membayangkan bahwa ada keberadaan yang begitu kuat tapi memilih membisu.

Memikirkannya sekarang, Aku telah menjadi orang luar. Kontak dan jaringan masih ada, tapi tidak akan bisa lagi digunakan.

Perjalanan kami berlangsung dengan begitu mulus dan tanpa hambatan. Mobil yang kami tumpangi meluncur di atas jalan raya dengan suara mesin yang halus, menemani perjalanan kami dengan kenyamanan dan ketenangan.

Tiba-tiba, mobil berbelok. Aku melihat sebuah bangunan megah berdiri di hadapan kami. Bangunan itu menjulang tinggi dengan desain arsitektur yang elegan, menjadikannya sebagai tempat yang menarik perhatian. Ini adalah Clubhouse yang begitu eksklusif dan mewah.

Kami telah sampai tujuan, ternyata Kakak membawaku ke sebuah Clubhouse.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!