NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Gadis Konflik

Prolog

Nathan adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas yang berada di kota Bandung, Dia memiliki sahabat yang bernama Abduh mereka berdua tinggal di rumah kost di salah satu mahasiswi lokal yang bernama Shakila.

Nathan, Abduh dan Shakila, mereka sudah lama menjadi sahabat mulai dari semester awal, meski mereka berasal dari kota yang berbeda. Nathan dari kota Bogor, Abduh dari Sukabumi, tapi persahabatan mereka sudah melebihi saudara. saling menjaga, saling mengerti, saling memahami satu sama lain. itulah ikatan persahabatan.

Abduh sering dikirimi video Blog pribadi adiknya yang bernama Jasmine, dia berkuliah di caltech California Amerika Serikat. adik Abduh sangat cantik jelita menolak cinta yang datang terhadapnya itu sudah biasa, seperti suatu saat dia sedang berhadapan dengan salah satu pria tampan dan tinggi di salah satu taman kampus.

"I love you not because I need you. I need you because I love you....!" ungkap pria bule itu sambil memberikan seikat bunga mawar yang terlihat masih segar, untuk menambah tingkat keromantisan dia menekuk lutut menandakan bahwa dia benar-benar mencintai Jasmine.

Mendapat ungkapan seperti itu Jasmine hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, kemudian dia pun berlalu pergi seolah tidak tertarik dengan pria yang didambakan oleh banyak kaum hawa yang ada di Indonesia.

Selain cantik, Jasmine juga sangat periang dan ramah, meski tinggal jauh dari negara kelahiran, Jasmine tidak kesulitan untuk mencari sahabat ataupun teman. dia tidak pernah menolak berteman dengan siapapun hanya satu yang sering dia tolak yaitu ungkapan cinta.

Jasmin yang sangat menyayangi kakaknya, dia pun sering mengirimkan video keseharian selama yinggal di Amerika, untuk mengobati rasa kangen sang kakak yang selalu mengkhawatirkan dirinya.

Siang itu, Abduh yang sudah mendapat video pribadi dari adiknya, dia pun duduk di depan televisi yang berada di kamar, karena dia ingin melihat adiknya dengan secara jelas, ditambah di rumah sedang sepi, karena Nathan dan Shakila belum pulang, sedangkan orang tua Shakila tidak terlalu menggubris keberadaan mereka.

Mata Abduh terus terfokus menatap ke arah layar televisi melihat adiknya yang menerangkan Dia sedang berada di mana, layaknya para youtuber yang sedang mereview tempat-tempat yang mereka kunjungi. sesekali dari kedua sudut bibirnya tersungging senyum bahagia melihat adiknya yang sangat ceria, namun kadang-kadang senyum itu menghilang berubah menjadi raut wajah yang sangat ketakutan.

Abduh dengan leluasa menonton televisi, biasanya dia hanya melihat video yang dikirim adiknya dari layar handphone, karena sangat merahasiakan tentang semuanya sehingga tidak ada satupun orang yang mengetahui bahwa dia memiliki seorang adik.

Dari arah luar rumah, terlihat ada dua orang yang masuk ke halaman, wajah Mereka terlihat memerah kepanasan. tapi itu tidak membiaskan senyum dari kedua sudut bibir mereka, seolah rasa capek tidak terasa karena terobati dengan sahabat yang selalu menemani.

"Gua mandi dulu ya....! nanti kita bahas lagi rencana liburan kita." ujar sang wanita ketika dia berada di tangga.

"Boleh ikut?" jawab yang pria dengan mengeluh senyum menjahili.

"Ayo kalau berani....!" tantangnya sambil turun kembali hendak menarik tangan Nathan untuk diajak menuju ke kamar atas, namun dengan segera pria itu berkelit dan berlari menuju ke kamarnya yang berada di lantai bawah.

Ketika membuka pintu Nathan membukanya dengan penuh kehati-hatian, karena takut mengganggu sahabatnya. kalau kalau Abduh sedang tidur namun, Nathan sedikit tercengang karena sahabatnya itu sedang duduk sambil Menatap layar televisi yang menampilkan wanita yang sangat cantik, Sedang membahas makanan-makanan yang berada di Amerika.

Nathan masuk dengan perlahan sehingga tidak menimbulkan suara sedikitpun. sahabatnya yang sedang menonton TV tidak mengetahui atau memang sahabatnya tidak peduli dengan kehadirannya. Nathan yang masih tercengang dengan kecantikan gadis yang berada di dalam video, dia pun ikut menonton dari belakang. hatinya terasa berdebar, jantungnya terasa berdegup seperti ada sesuatu yang hinggap dalam dirinya, Padahal selama dia berkuliah di kampus Dia tidak pernah merasakan getaran-getaran seperti itu.

Bagaimana tidak Terkesima karena Jasmine yang memiliki paras yang cantik dipadukan dengan tubuh yang ideal ditambah dengan public speaking yang sangat bagus, membuat Nathan semakin yakin bahwa dia sudah jatuh cinta dari pandangan pertama walaupun hanya lewat sebuah video.

Suasana kamar pun terasa Haning hanya suara Jasmine yang terus menjelaskan tentang keberadaannya di Amerika, seolah kedua orang itu sedang menonton film romantis yang takut ketinggalan kata-kata puitisnya.

"Di manapun Gadis itu berada.... Saya pasti akan mencari dan mencintainya, bahkan kalau dia mau saya akan langsung menikahinya..." ucap Nathan ketika video itu selesai diputar.

Mendengar ada yang berbicara di belakang, Abduh pun bangkit dengan memasang wajah yang sangat kusam, berbeda dari biasanya yang selalu menyambut hangat penuh kegembiraan ketika bersama Nathan.

"Eh kurang ajar Kalau....! ngomong itu dijaga! Apa kamu tidak tahu bahwa Jasmine itu adalah adik gua? Tidak sepantasnya mulutmu yang kotor berbicara seperti itu." jawab Abduh dengan menggunakan bahasa formal, padahal biasanya ketika mengobrol mereka selalu bercanda.

"Oh Ternyata wanita itu namanya Jasmine, nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Hidupku memang selalu diikuti dengan keberuntungan karena ternyata Bidadari itu adalah adiknya kak Abduh." jawab Nathan yang tak sedikitpun menunjukkan ketakutan. Bahkan dia terlihat cengengesan seperti sangat bahagia dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya.

"Iya.... dan Kenapa kamu manggil gua dengan sebutan kakak? Ibu gua tidak pernah melahirkan anak cengengesan seperti Elu."

"Memang tidak melahirkan. tapi sebentar lagi Kak Abduh akan menjadi kakak ipar saya. karena Jasmine akan saya nikahi dan Saya bahagiakan setulus hati, sepenuh jiwa. seisi alam semesta...." ujar Nathan tanpa membiaskan senyum di bibirnya.

"Sampai bintang berjatuhan, gunung-gunung meletus, air laut berubah menjadi tsunami. gua tidak akan rela kalau suami adik gua seperti ini."

"Eitttt.... Kalau ngomong itu jangan terlalu tinggi Kak Abduh! Bagaimana kalau nanti Kak Abduh lah yang akan menjadi walinya."

"Cuih... Tidak itu tidak akan terjadi, karena gua sudah menambahkan lu ke dalam Blacklist keluarga."

"Sadis amat aku memiliki kakak ipar. tapi sekeras apapun Kak Abduh menolak maka adik akan berusaha lebih keras dari penolakan Kakak." jawab Nathan sambil mencolek dagu Abduh, kemudian dia pun melepaskan tas yang ada dalam gendongannya untuk disimpan di belakang pintu.

Abduh yang masih merasa kesal, dia pun mendekat kemudian mengangkat kerah baju Nathan, sehingga tubuh sahabatnya terangkat ke atas.

"Camkan anak kurang ajar..... kamu tidak akan bisa menikahi adik saya.... karena saya sudah menggurat jagat tidak akan menerima kamu sebagai keluarga." Ancam Abduh dengan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Nathan yang terlihat masih cengengesan.

"Hey....! hey...! kenapa kalian bertengkar?" tahan suara seorang wanita yang baru masuk ke kamar mereka.

"Eh ada Shakila, begini Shakila ternyata kak Abduh ini dia memiliki adik yang sangat cantik, bernama Jasmine. Dia sedang berkuliah di Amerika." jawab Nathan sambil menengok ke arah orang yang baru datang.

"Jasmine.... kuliah di Amerika....." ulang Shakila yang terlihat mengurutkan dahi, seperti orang yang sedang kebingungan.

"Iya emang kenapa, kamu nggak percaya.... kamu bisa lihat videonya yang ada di televisi...!" jawab Nathan yang memberikan isyarat menggunakan bibir menunjuk ke arah televisi yang masih menyala.

Merasa penasaran Shakila pun dengan segera bergegas mendekat ke arah layar televisi, mengacuhkan kedua sahabatnya yang masih bergulat, karena Abduh tidak melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju.

Shakila mengambil remote kemudian mempelai video yang berada di dalam televisi, ternyata memang benar video itu menunjukkan bahwa ada seorang wanita yang memanggil Abduh dengan sebutan kakak. Dia sedang menunjukkan tempat-tempat dan makanan-makanan yang berada di Amerika

Beberapa saat berlalu Shakila pun menghentikan video yang sedang dia tonton, matanya menatap ke arah Abduh yang masih bergulat dengan Nathan, Shakila menatap penuh curiga terhadap sahabatnya itu.

"Sudah lepaskan.... aku ingin ngobrol serius dengan kamu Abduh." ujar Shakila sambil membantu melepaskan cengkraman tangan sahabatnya.

Abduh awalnya menolak melepaskan cengkraman karena dia masih kesal dengan sikap sahabatnya yang keras kepala, tetap mau menjadikan Jasmine sebagai istrinya, tapi setelah beberapa kali dipaksa akhirnya ia pun halo halo mau melepaskan cengkramannya.

"Ada apa .sih...." dengus Abduh sambil duduk di di tepian ranjang

"Aku mau nanya sama kamu, katanya kamu orang miskin. kok bisa adik kamu kuliah di Amerika?" tanya Shakila dengan tatapan penuh curiga.

libur Semester

Mendapat pertanyaan dari Shakila Abduh tidak langsung menjawab, Dia terlihat menarik nafas seperti sangat berat mendapat pertanyaan seperti itu, karena sudah lama dia selalu menyembunyikan tentang keluarganya, sampai-sampai Nathan dan Shakila belum pernah berkunjung ke kampung halamannya.

"Kenapa malah diam?" tanya Shakila yang duduk di sampingnya.

"Nggak apa-apa... aku minta maaf kalau aku tidak bisa menjelaskan Semuanya sama kalian, karena ini memang sangat rumit dan susah untuk dijelaskan, mungkin nanti suatu saat kalian akan mengetahuinya." Jawab Abduh yang bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia pun masuk ke kamar mandi entah mau berbuat apa.

"Si Abduh kenapa?" Shakila mengalihkan pertanyaan dengan menatap Nathan yang duduk di sampingnya.

"Nggak tahu mungkin kesambet...!" Jawab sekenanya.

"Yey.... gua nanya benar-benar loh, malah jawab begitu." dengus Shakila yang terlihat kesal.

"Udah tahu kalau membahas kampung halamannya si Abduh akan selalu mengelak, sampai sekarang kita belum tahu tempat tinggalnya di mana.

"Iya yah... kenapa seperti ada yang disembunyikan, karena kalau alasannya sebagai orang yang tidak mampu dan tidak memiliki orang tua, Itu bukan alasan yang kuat untuk menghargai kita mendatangi rupanya. kita bersahabat dengannya sudah hampir lima tahun lebih, tapi kita tidak membedakan kasta di antara masing-masing," ungkap Shakila penuh curiga.

"Sudahlah, jangan memaksa orang yang tidak mau berbicara dan biarkan sahabat kita memilih Jalan hidupnya masing-masing, yang terpenting kita selalu bersama. tapi bagaimana pendapatmu kalau aku menikahi adiknya Kak Abduh?" tanya Nathan mengalihkan pembicaraan.

"Emang kamu benar-benar serius mencintai dan menyukai wanita siapa tadi namanya?"

"Jasmine...."

"Iya..... Apa kamu serius dan kamu siap menanggung semua resikonya?"

"Ya Seriuslah... Entah mengapa ketika aku melihat dirinya jantungku terasa berdegup, hatiku terasa berdebar, bayangan-bayangan Indah bersamanya terlukis dengan begitu sempurna bak lukisan Surgawi yang belum pernah terlukiskan."

"Enggak..... sampai kapanpun gua nggak akan menerima lu menjadi adik ipar gua....!" putus Aduh yang baru keluar dari kamar mandi.

"Nah... nah kan udah membiasakan diri memanggil sahabatnya dengan sebutan adik ipar, berarti dalam hati kecilnya dia merestui kalau aku menikahi Jasmine." Jawab Nathan yang terlihat mengulum senyum,

"Iya emang apa salahnya kalau Adik kamu dinikahi oleh Nathan, karena sepengetahuan kita Nathan orangnya sangat baik. dia tidak pernah memainkan perasaan perempuan dan tidak pernah menyakiti hati perempuan. apa kamu masih berpikir untuk menerimanya sebagai adik ipar, Bukankah itu adalah yang terbaik buat adik kamu dan bisa mempererat tali persahabatan kita menjadi tali persaudaraan..." sambung Shakila yang berada di pihak Nathan.

"Pokoknya aku tidak mau menerima si Nathan menjadi keluarga."

"Yah, tapi kamu tidak bisa memutuskan karena keputusan yang sebenarnya berada di Adik kamu. Kalau dianya mau apakah sebagai seorang kakak akan tega merusak kebahagiaan adiknya."

Mendapat pertanyaan seperti itu Abduh pun terdiam kembali, seperti kalah dalam pembicaraan. berbeda dengan Nathan yang terlihat masih cengengesan karena merasa ada orang yang membelanya.

"Sudahlah Kak Abduh.... mendingan kita bahas rencana liburan kita mau ke mana, karena minggu depan Mungkin kita sudah bisa pulang ke rumah masing-masing." ujar Nathan mencairkan suasana yang tidak enak buat sahabatnya.

"Iya benar... jangan sampai liburan tahun ini kita sia-siakan. Bagaimana kalau tahun ini kita liburan ke kampung Abduh, boleh nggak duh?" jawab sekila memberikan pendapat, matanya menatap ke arah Abduh yang sejak dari tadi terlihat uring-uringan.

"Enggak... kalian tidak boleh main ke kampung saya karena belum saatnya kalian datang."

"Kenapa?" tanya Shakila yang masih penasaran dengan alasan.

"Pokoknya tidak boleh. lagian liburan tahun ini aku tidak akan pulang, mungkin lebih baik kita liburan ke luar kota saja. ke Jogja mungkin?"

"Kalau aku terserah kakak ipar aja, yang terpenting dia merestuiku menikahi adiknya?"

"Halah... kamu malah masih bercanda kita ngobrol terus nih..!" ujar Shakila sambil melemparkan bantal ke arah Nathan.

"Ya iyalah... karena keinginan kakak ipar adalah perintah bagi adiknya."

Mereka bertiga pun terus membahas rencana-rencana mereka ketika liburan semester datang. ada yang mengusulkan liburan ke luar kota, ada juga yang mengusulkan liburan ke luar pulau, bahkan ada yang mengajak mereka keluar negeri.

Mereka bertiga terlarut dalam obrolan obrolan yang sangat seru, melupakan perdebatan yang baru saja menghampiri. karena Begitulah persahabatan mungkin akan banyak perbedaan, tapi perbedaan itulah yang mengukuhkan kekuatan untuk selalu bersama.

****

Seminggu berlalu waktu libur semester pun tiba. terlihat Nathan yang sedang mengemasi barang-barangnya untuk pulang ke Bogor karena, sebelum menjalankan liburan bersama. mereka akan mengunjungi orang tua masing-masing terlebih dahulu. Nathan berencana pulang ke Bogor, sedangkan Abduh pulang ke Sukabumi, kalau Shakila dia akan menghadiri acara pernikahan saudara sepupunya yang berada di Sumedang.

"Kenapa kamu diam, Kok kamu nggak semangat pulang kampung?" tanya Nathan yang menghentikan aktivitasnya yang sedang mengemasi baju ke dalam tas.

Ditanya seperti itu Abduh tidak menjawab, Dia hanya termenung di kursi yang berada di depan jendela, matanya menatap ke arah halaman samping yang ditumbuhi bunga-bunga, karena Ibu Shakila sangat senang dengan berbagai tumbuhan hias itu.

Melihat sahabatnya yang Murung, Nathan pun mendekati dengan perlahan, kemudian dia pun duduk di kursi yang ada di dekat Abduh. dia menatap sahabatnya dari ujung rambut sampai telapak kaki seolah menelisik apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya.

"Kenapa Kok tidak menjawab, Cerita dong kalau punya masalah, jangan dipendam sendirian nanti keluar jerawat..." tanya Nathan yang selalu diselingi dengan candaan sehingga membuat sahabatnya itu terlihat mengulum senyum kemudian memukul lengan Nathan.

"Aduh kenapa malah mukul kayak perempuan aja?"

"Lagian lu bercanda aja, gua lagi bingung nih!" Jawab Abduh yang terlihat membuang nafas.

"Bingung kenapa Kak Abduh?" tanya Nathan yang kembali ke mode awal.

"Sekali lagi lo manggil gua dengan sebutan kakak maka Rasakan ini!" Jawab Abduh sambil mengacungkan petinju yang sangat bulat.

"Yah tapi nggak papa kan, kalau Jasmine aku nikahi?"

"Nggak apa-apa, Kalau dianya mau. karena menurut pengetahuanku Jasmine, seleranya bukan tipe cowok seperti kamu?"

"Iya walaupun bukan tipenya, tapi kalau aku yang terbaik pasti dia akan memilihnya. jadi kakak ipar gak usah khawatir kalau aku tidak mampu menaklukkan adik kakak. Oh iya kamu bingung kenapa Kakak?" tanya Nathan kembali ke pokok permasalahan.

"Aku bingung... sebenarnya aku ingin ikut pulang ke rumah kamu, tapi kemarin Jasmine menelepon kalau dia akan pulang dari Amerika. setelah beberapa tahun terakhir tidak bisa pulang. Tapi aku takut..." jawab Abduh yang menghentikan pembicaraannya, wajahnya terlihat murung seperti menyimpan kekhawatiran yang sangat mendalam.

"Takut kenapa?"

"Aku tidak bisa menjelaskan suasana kampung yang tidak kondusif dengan orang lain. tapi walau Bagaimanapun aku harus pulang karena sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga, seperti yang kamu ketahui liburan semester kemarin aku tidak pulang ke rumah."

"Ya kalau tidak kondusif bagaimana aku antar kamu pulang, nanti kalian berdua bisa tinggal di rumahku." jawab Nathan tanpa berpikir panjang dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Serius...!" tanya Abduh yang merubah raut wajahnya menjadi bercahaya, seperti menemukan secerca Harapan di padang gurun sahara.

Menuju Kerumah Abduh

"Lagi ngobrolin apa, Kok kayaknya serius banget. bukannya Kalian mau pulang ke rumah?" Tanya Shakila yang baru masuk ke dalam kamar.

"Ini Kak Abduh tidak mau pulang ke rumahnya, Tapi hari kemarin Jasmine menelepon bahwa adiknya akan pulang ke rumah, sehingga Abduh mau tidak mau harus pulang ke kampung halaman, tapi dia takut karena kampung halamannya kurang kondusif." jawab Nathan menjelaskan.

"Kurang kondusif bagaimana?"

"Yah kalau tidak kondusif berarti tidak aman." Jawab Nathan dengan enteng.

"Tidak aman Bagaimana?" susul Shakila yang semakin penasaran.

"Yah Nggak tahu lah.... nanti akan aku lihat Bagaimana tidak kondusifnya, dan aku berjanji akan menjaga kakak iparku sekuat tenaga dan seluruh jiwa." ujar Nathan yang mengepalkan tangan bak sang Proklamator.

"Halah... paling modus ingin mendapatkan hati adiknya." Ketus Shakila mencibir.

"Biarin.... namanya juga usaha. Ayo kemasi bareng-bareng Kak Abduh, nanti biar Adik yang bawa."

"Emang serius Kamu mau ikut ke kampung saya?" Tanya Abduh yang masih dipenuhi keraguan.

"Tatap wajah adik. apakah dalam wajah yang tampan ini ada raut kebohongan?" jawab Nathan yang mendekatkan wajah.

"Jangan dekat-dekat Nafasmu bau...!" Hardik Abduh sambil mendorong tubuh Natan.

Akhirnya mereka bertiga pun mengobrol sebentar sambil menunggu Abduh mengemasi barang-barangnya. Setelah semuanya dirasa rapih Nathan dan Abduh berpamitan dengan keluarga Shakila. sebelum pergi mereka bertiga berpelukan dan berjanji akan bertemu kembali di Jogja, sesuai dengan rencana yang sudah dibicarakan di hari-hari sebelumnya.

Mereka berdua pergi meninggalkan rumah kontrakan Shakila menuju salah satu terminal bus yang berada di Bandung menggunakan transportasi online. Shakila minta maaf tidak bisa mengantar, mereka karena dia harus bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan saudara sepupunya.

Sesampainya di terminal, terlihatlah bis-bis dari yang berukuran sedang sampai yang berukuran besar, dari berbagai Po sampai dari yang perorangan, berjejer rapi menunggu antrian Untuk mengantarkan para penumpangnya. suara Deru mesin bercampur dengan suara kondektur yang menawarkan jasa tumpangannya menambah suasana khas tentang terminal.

Abduh dan Nathan tidak banyak membuang waktu mereka berdua menaiki salah satu bus yang menuju ke Kota Sukabumi, Setelah menunggu beberapa saat mobil pun mulai melaju meninggalkan Kota Bandung kota yang sudah lama mereka tinggal.

Mobil bis terus melaju dengan kecepatan sedang menuju ke arah Cianjur, yang nantinya akan sampai ke Sukabumi. Karena jarak antara Kota Sukabumi dan Kota Bandung hanya terhalang satu kabupaten, begitupun dengan jarak ke rumah Nathan yang sama-sama dihalangi oleh Kabupaten Cianjur. yang membedakan kalau ke Sukabumi di pertigaan ke arah puncak belok ke sebelah kanan, sedangkan ke Bogor belok ke sebelah kiri.

Lama di perjalanan tidak diceritakan, akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di Terminal jalur Lingkar Selatan Kota Sukabumi, yang menurut pengakuannya bahwa Terminal itu adalah Terminal terbesar se-asia Tenggara, sehingga Terminal itu nampak terlihat sangat sepi entah tidak adanya pengunjung atau terminalnya yang terlalu besar.

"Sekarang kita naik apa?" tanya Nathan setelah berada di luar bis.

"Sekarang kita makan dulu, nanti pikirkan kembali Ke mana kita harus pergi." jawab Abduh dengan wajah datarnya dengan segera dia pun pergi meninggalkan Nathan menuju salah satu warung nasi yang berada di area terminal.

Nathan yang belum pernah berkunjung ke rumah Abduh, meski dalam hatinya banyak pertanyaan tapi melihat sahabatnya sudah pergi dengan segera dia pun mengikuti.

Sesampainya di warung nasi, mereka berdua pun memesan makanan sesuai dengan keinginan masing-masing, sambil menunggu makanan datang Aduh pun mengeluarkan handphone kemudian menghubungi seseorang.

"Saya sudah sampai terminal Kang." ujar Abduh ketika teleponnya tersambung, Namun sayang Nathan tidak mendengar balasannya.

"Yah.... saya menunggu di warung nasi yang biasa."

Telepon pun terputus ketika Nathan mau bertanya keburu datang nasi pesanan mereka, s ehingga Nathan pun menghentikan niatnya dengan menyantap makanan yang berada di hadapannya.

Selesai makan mereka berdua pun terlihat santai terlebih dahulu, sambil menunggu sesuatu entah apa yang ditunggu karena ketika Nathan menanyakan Abduh tidak menjawab.

Beberapa saat berlalu, ke warung nasi ada tiga orang yang masuk, kemudian menghampiri Abduh yang membuat Nathan semakin merasa heran dengan sahabatnya yang sangat misterius itu.

"Sudah lama menunggu?" tanya orang yang baru datang sambil meregangkan tangan untuk memeluk Abduh.

"Baru sampai kita langsung Makan nasi. Oh iya kenalin Kang, ini sahabat saya di kampus yang sering saya ceritakan sama Akang."

"Oh ini Nathan ya! salam kenal dari saya yang bernama Dadang, Kakak tertua Abduh." ujar Dadang sambil mengeluarkan tangan mengajak Nathan bersalaman.

"Nathan..." jawab Nathan sambil mengangguk memberi hormat.

"Ya sudah nanti kita lanjutkan mengobrolnya di rumah, mumpung masih siang kita harus secepatnya sampai di kampung, karena kalau malam itu sangat tidak aman." ujar Dadang kemudian melirik ke arah orang yang mengikutinya untuk membayar makanan mereka.

Nathan semakin merasa heran dengan sahabatnya yang sangat misterius, dia selalu mengaku bahwa dia adalah orang miskin, tapi kenapa kakaknya memiliki anak buah yang bisa disuruh-suruh. namun rasa heran itu Nathan sembunyikan dengan mengikuti Ketiga orang itu keluar dari warung menuju mobil-mobil yang terparkir.

Nathan semakin tercengang, karena ternyata Abduh dijemput dengan dua mobil yang berbeda, menandakan kalau Abduh bukan orang yang biasa-biasa saja seperti pengakuannya.

"Ayo kamu ikut Mamang!" ajak Dadang sambil membukakan pintu untuk Nathan, membuat pemuda itu terlihat meringis menahan malu karena dia bukan orang yang harus diperlakukan dengan luar biasa. tapi untuk menyanggah dia tidak berani sehingga dia pun masuk langsung duduk di samping sahabatnya.

"Sebenarnya kamu ini orang apa, kok banyak orang yang menjemputmu?" tanya Nathan dengan berbisik.

"Orang biasa-biasa saja, cuman mereka sangat bangga karena dari kampung mereka ada yang bisa berkuliah, jadi penyambutannya harus spesial."

"Masa iya sih!" sanggah Nathan tidak percaya namun ketika dia mau bertanya lagi Pamannya sudah masuk duduk di samping kemudi.

Setelah semuanya masuk ke dalam mobil pun mulai dinyalakan, kemudian keluar dari terminal menuju ke arah selatan Kabupaten Sukabumi. mobil yang terdepan adalah mobil yang ditumpangi oleh Abduh dan Nathan, sedangkan mobil pengiringnya berada di belakang.

"Kondisi aman terkendali?" tanya Dadang yang menggunakan walkie talkie.

"Dari arah belakang terpantau aman." jawab orang yang berada di mobil belakang.

Mobil itu terus melaju menyusuri jalanan yang mulai sedikit menyempit dengan belokan belokan yang lumayan tajam, sehingga harus menurunkan kecepatan. jalan yang mereka lalui kadang-kadang melewati rumah-rumah warga namun tak sedikit melewati hutan yang sangat sepi, hanya ada beberapa mobil yang mereka jumpai selama di perjalanan.

"Hati-hati kita akan melewati hutan yang sangat sepi," ujar Dadang mengingatkan para pengawalnya.

Belum saja berhenti memberikan peringatan, dari arah belakang terlihat ada tiga mobil yang melaju kencang mengikuti kedua mobil yang berada di hadapannya. mobil itu terlihat mengebut sambil memainkan klakson membuat Nathan sedikit mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang terjadi.

"Musuh datang.... Musuh datang...." ujar orang yang berada di mobil belakang mengingatkan.

Ketiga mobil minibus terus melaju dengan kencang mengejar mobil yang dinaiki oleh Nathan dan Abduh yang berada di depan, sehingga mau tidak mau mobil yang mereka kendarai harus mengebut menghindari masalah.

Brak....!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!