NovelToon NovelToon

Sweet Sunshine

01

**INI SEKUEL ATAU LANJUTAN PERFECT HUSBAND SEASON 1. UNTUK PEMBACA BARU, DISARANKAN UNTUK MEMBACA PERFECT HUSBAND SEASON 1 DULU YA BARU NYAMBUNG KESINI BIAR NYAMBUNG DAN GAK BINGUNG.

DUKUNG TERUS KARYA-KARYA AUTHOR 🥰

HAPPY READING 📖**

------------------------------------------------------------------------

"Udah ngomongnya?" Tanya Dave pada Davin dan Tian.

"Udah. Kenapa emang?" Sahut Davin yang malah bertanya balik.

"Ayo min." Dave langsung menarik tangan Zea cuek tanpa peduli dengan tatapan kedua orang yang ada disana.

"Heiii!" Teriak Zea kesal. Dave menghentikan langkahnya sambil menoleh kearah Zea.

"Taruhan kalian belum selesai?" Tanya Tian berdiri memghampiri Zea dan Dave.

"Taruhan baru dimulai masih ada dua hari kedepan." Sahut Dave ketus tanpa ada senyum ramah sejak awal bertemu dengan Tian.

"Ayo!" Dave kembali menarik tangan Zea.

"Tian aku duluan ya, entar kita ngobrol ditelepon. Abang, aku duluan."

"Hati-hati Ze, kalo udah kelewatan lapor aja ke bunda." Kata Davin setengah berteriak.

"Keterlaluan gimana maksudnya?" Tanya Tian serius. Melihat raut wajah Tian, Davin langsung tertawa.

"Gak akan berani keterlaluan dia tenang aja. Zea itu cewek galak, yang ada Dave nyerah sama dia. Sampai saat ini belum ada sejarahnya Zea dikalahin sama orang." Sahut Davin tertawa sambil merangkul Tian dan pergi meninggalkan tempat itu.

***

Sesampainya ditempat parkir Dave langaung memberikan helm pada Zea.

"Mau aku pakein lagi?" Tanya Dave saat melihat Zea diam tidak langsung menggunakan helm tersebut. Dengan tatapan sinis Zea langsung memakai helm tersebut.

"Buruan, aku pengen cepat sampai dirumah." Ucap Zea sambil naik keatas motor sport berwarna merah tersebut.

"Yang bilang kita mau pulang kerumah siapa?" Jawab Dave santai tersenyum licik. Mendengar hal itu Zea langsung berniat turun namun sayangnya tangan Dave lebih dulu menarik gas dan hal tersebut membuat Zea malah memeluk erat pinggang Dave.

"Enak ya jadi Zea, dikelilingi para cowok ganteng, keren dan kaya raya." Celetuk salah satu gadis yang sejak tadi memperhatikan Zea bersama tiga teman lainnya.

"Paling juga dibayar sama bapaknya, bapaknya kan orang kaya mau beli apa aja juga bisa termasuk beli teman buat anaknya." Sahut Audy ketus, musuh bebuyutan Zea. Gadis itu sangat membenci Zea semenjak SMA karena menurutnya Zea terlalu serakah hingga memiliki semua hal disekelilingnya.

"Tapi gue akui, cowok yang ada disekitar Zea emang bener-bener ganteng semua. Dari Davin, sampai ke Tian dan Dave. Mereka masuk cowok populer dikampus kita."

"Liat aja entar! Gue bakal ambil satu persatu orang-orang yang ada disekelilingnya." Ucap Audy sinis lalu pergi meninggalkan tempat itu bersama genk nya.

***

"Nih orang mau bawa gue kemana coba? Jauh banget lagi, jangan-jangan dia mau culik gue! Argh!...Gak mungkin, pikirkan yang lain. Apa jangan-jangan entar gue bakal ditinggalin disuatu tempat yang asing dan terpencil. Dia kan orangnya jahil banget." Pikir Zea mulai panik karena Dave membawanya pergi jauh.

"Liat aja kalo sampe dia berani jahilin gue, atau mau ninggalin gue kek buang anak kucing bakal gue smackdown nih orang." Tambahnya lagi sambil mengepal kuat kedua jemarinya.

Dan setelah menempuh jalan yang cukup jauh meninggalkan pusat kota, Dave menghentikan motornya disebuah tempat sepi.

"Heh! Kamu bawa aku kemana?" Sambar Zea to the point sambil mengambil ancang ingin menghajar pria yang sedang melepaskan helmnya tersebut.

"Lu mikir apaan Leha? Lo pikir gue mau ngerjain lo? Ninggalin lo ditempat ini kek buang anak kucing?" Celetuk Dave berkata sembarang membuat Zea terpekik karena Dave seperti sedang membaca pikirannya.

"A....apaan? Aku gak mikir gitu! Sejak kapan seorang Zea jadi penakut huh?" Sahut Zea berusha tetap santai.

"Udah ngomelnya? Sekarang bisa diem sebentar gak sih? Daddy sama mommy kasih lo makan apa sampe bisa secerewet ini?" Celetuk Dave membuat bibir Zea makin maju. Davin berjalan menyusuri jalan setapak diikuti oleh Zea yang berjalan dibelakangnya.

"Woaaaaahhh, bagus banget." Teriak Zea mrndapati hamparan pasir putih bersih dengan air laut berwarna biru terang yangnada dihadapannya. Zea langsung berlari menuju bibir pantai meninggalkan Dave dan melupakan semua semua pikiran buruknya tadi.

"Ini tempat yang dulu belum sempat kamu datangin." Ucap Dave, Zea mengingat sejenak ucapan Dave

"Waktu SMP, lo kan gak ikut study tour karena sakit." Kata Dave membantu mengingatkan Zea. Zea langsung mengangguk ingat hal tersebut.

"Woooaaaah, segernya." Kata Zea merentangkan kedua tangannya dan menutup mata sambil menarik nafas dalam mencium aroma laut yang terasa sangat menyegarkan, jauh dari hiruk pikuk kota. Dave tersenyum sambil mengambil beberapa photo Zea dan tentu saja tanpa sepengetahuan sang pemilik wajah.

Dave duduk disebuah ayunan kayu sambil tersenyum melihat kearah Zea yang langsung menceburkan diri dan asik bermain air.

**Tentang kamu,

Dari sekian juta manusia yang tercipta, Tuhan memilih kamu untuk menjadi pemilik rasa. Entah apa yang membuat semua menjadi sebuah rasa, yang jelas tatapan itu menjadi sebuah definisi bahagia.

Tentang kamu,

Seseorang yang membuatku percaya bahwa jatuh cinta bukan hanya perihal luka.

Mencintaimu adalaha variasi rasa terbaik yang pernah ada, meski terkadang kesal dan cemburu ikut andil didalamnya namun bahagia tetap terlihat nyata.

Untukmu,

Jangan pernah beranjak dari kebersamaan ini, meski terkadang kita bagaikan selatan dan utara.

Tentang kamu,

Kamu adalah definisi kebaikan Tuhan yang paling nyata**.

Zea tersenyum kearah Dave lalu menghampiri Dave yang masih betah duduk di ayunan tersebut.

"Ayo ikut." Ajak Zea terdengar sangat bahagia, jauh dari kata kesal dan ketus.

"Lo aja, gue gak bawa baju ganti." Sahut Dave tersenyum manis.

"Hei, kamu bahkan tau aku gak bawa apa-apa. Ayo, biar adil sama-sama basah." Zea langsung menarik tangan Dave sambil berlari menuju bibir pantai. Melupakan sesaat permusuhan yang sudah mereka bangun sejak masih kecil.

"Tempat sebagus ini kok orang banyak gak tau ya?" Tanya Zea penasaran karena sejak tadi hanya mereka berdua yang ada disana.

"Ini memang bukan tempat wisata. Dulu kelas kita kesini cuma untuk sekedar acara rutin bulanan doang dan tepatnya bukan disini tempat yang dikunjungi."

"Terus dimana?" Tanya Zea penasaran sambil mencari benerapa siput kecil yang bersembunyi dibalik tumpukan pasir.

Sekitar satu kilo meter lagi dari tempat kita sekarang, pantai juga dan asli tempat wisata." Jelas Dave ikut mencari hewan kecil yang dicari Zea.

"Enak disini, serasa pantai pribadi. Terus kamu tau tempat ini darimana?"

"Waktu itu bus kebetulan mogok dan ak -....

"Dan seperti biasa kamu ngeluyur sendirian karena bosan, Iya kan?" Sambung Zea memutus ucapan Dave. Dave tersenyum mengangkat kedua alisnya.

"Dasar bocah nakal. Kalo hilang atau tersesat gimana?" Celetuk Zea sambil tersenyum membuat suasana berubah menjadi hangat.

"Kalo aku hilang berarti aku gak akan ada disini saat ini." Jawaban Dave otomatis membuat Zea diam sejenak.

"Hei, liat aku dapat yang masih ada isinya. Lucu mukanya mirip kamu." Teriak Zea sambil mengangkat seekor keong kecil ditangannya.

"Hei! Sejak kapan muka ganteng gue mirip keong huh?" Balas Dave tidak terima dengan ucapan Zea.

"Bodo amat yang jelas mukanya mirip kamu." Jawab Zea tertawa puas sambil terus mengolok Dave. Dave ikut tertawa bersama Zea, hal yang sangat jarang terjadi bahkan bisa dikatakan langka jika Dave dan Zea bisa akur seperti saat ini.

**B****ersambung....

Hai, jadi sekarang Dave dan Zea pindah kelapak ini ya karena ada beberapa yg minta Dave dan Zea dibuatin lapak sendiri. Semoga lapak Dave dan Zea bisa melambung kek lapak daddy El dan ayah Daniel ya.

Author mau ngucapin terimakasih untuk yg selalu ngedukung karya author ❤️**.

Sunshine

Setelah puas bermain air mereka berdua duduk dibawah sinar matahari unyuk mengeringkan pakaian yang sama basah kuyup.

"Satu jam lagi begini bakal kering juga badan gue." Celetuk Dave membuat Zea tertawa lucu.

"Gak apa sekali-sekali, kan selama di luar Negeri jarang-jarang kamu bisa nikmatin sinar matahari full begini." Sahut Zea sambil menulis dihamparan pasir putih.

"Ummmm kita main game gimana sambil nunggu baju kering." Ajak Zea, Saat ini mereka berdua sedang duduk saling membelakangi satu sama lain dan saling bersandar ke punggung masing-masing.

"Game apa?" Tanya Dave santai.

"Ummm gini-gini. Kita sebutin nama orang-orang terdekat kita dan langsung sebut hal apa yang pertama dipikirkan tentang orang tersebut."

"Jebakan." Sahut Dave singkat membuat Zea memalingkan tubuhnya melihat kearah Dave.

"Jebakan apa?" Tanya gadis itu penasaran.

"Secara bakal gak sengaja menghujat."

"Dih, berarti kamu mikir jelek ke orang tersebut." Sahut Zea kembali bersandar pada punghung Dave.

"Jelek gue bilang jelek, baik gue bilang baik. Itu cara gue jujur."

"Lagian cuma ada kita berdua disini, gak ada yang tau kamu mau ngehujat siapa. Aku mulai ya." Sahut Zea, Dave pun setuju untuk mengikuti game tersebut.

"Om Ken." Ucap Zea mendadak

"Ganjen." Sahut Dave santai.

"What? Ganjen? Ganjen darimana coba?" Ucap Zea mengelak jawaban Dave, dan Dave langsung melihat kearah Zea mendengar Zea seperti tidak terima dengan jawaban Dave.

"Tadi peraturan gimana emang? Disuruh nyebutin hal yang pertama kali dipikirkan kan?" Zea diam sesaat lalu membenarkan ucapan Dave.

"Iya sih, ya udah lanjutin giliran kamu. Gak bisa jawab, atau lama jawab kena hukuman. Hukumannya ngumpulin 50 keong dengan cangkang yang berbeda. Setuju?" Tantang Zea bersemangat.

"Oke." Sahut Dave tidak takut.

"Crishtian."

"Manis." Sahut Zea membuat Dave kembali melihat kearah Zea dengan tatapan kesal.

"Manis? Lo bilang Tian manis?" Tanya Dave sekali lagi mengulang ucapan Zea.

"Emang dia manis, baik dan cakep juga. Kenapa emang?" Sahut gadis itu santai tidak peduli dengan tatapan tajam dari Dave.

"Cakep, keren, ganteng, cool, manis juga gue." Zea langsung mendekati Dave sambil memperhatikan wajah Dave dengan seksama.

"Ih apaan? Malah emosi." Celetuk Zea mengangkat kedua alisnya.

"Gak, biasa aja gue. Buruan lanjutin."

"Cinta"

"Centil" Mendengar jawaban Dave, Zea langsung tertawa terbahak karena Zea pun memikirkan hal yang sama tentang Cinta.

"Calla" Balas Dave.

"Gak ada akhlak" Sahut Zea yakin tanpa ragu.

"Bunda"

"My life."

"Dave"

"Blackwidow" Sahut Zea, Dave mengangguk tersenyum karena yang ia anggap sosok blackwidow tidak lain adalah Zea sendiri.

"Zea" Balas Zea balik bertanya.

"Sunshine" Mendengar hal itu Zea terdiam.

"Sun...Shine?" Kata Zea mengulang ucapan Dave. Dave langaunh berdiri dari tempat duduknya.

"Ayo pulang, bentar lagi sunshine." Kata Dave membersihkan celananya dari pasir yang menempel.

"Sunshine? Sunset itu namanya astaga. Bisa bedain gak sih?" Protes Zea mengejar Dave yang lebih dulu berjalan.

"Keduanya sama-sama memiliki cahaya yang cantik." Sahut Dave sambil memakaikan helm pada Zea, membuat Zea kembali merasa deg degan.

"Ayo, kita kemalaman entar." Zea segera naik keatas motor dan merekapun pergi meninggalkan tempat itu. Tempat dimana Dave dan Zea melupakan permusuhan mereka selama ini.

"Lagi-lagi dia bersikap manis, bikin merinding." Kata Zea dalam hati mengomentari sikap manis Dave.

***

"Si cerewet kemana mom?" Tanya Calla menghampiri Luna didapur yang sedang sibuk memasak menyiapkan makan malam.

"Kakak Zea pergi sama bang Dave. Kenapa emang? Baru sebentar gak ketemu kangen kan? Kalo deket aja kek kucing dan tikus." Sahut Luna tersenyum santai karena ia tidak perlu khawatir jika Zea pergi bersama Dave atau Davin.

"Mommy salah duga, Justru Calla seneng karena jarang-jarang rumah rasanya tenang begini mom." Sahut Calla sambil mencicipi satu persatu masakan ibunya.

"Dasar kamu, bantu mommy bawa ke meja makan." Calla mengangguk lalu membawa satu buah piring berisi ayam goreng, makanan kesukaan nya.

Dan beberapa menit kemudian Dave juga Zea akhirnya sampai dirumah. Zea segera turun dari motor dan melepaskan helmnya.

"Gak masuk dulu?" Tanya Zea, Dave tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Udah malam, lagian badan gue udah lengket banget rasanya pengen buru-buru mandi. Salam sama mommy, daddy dan Calla ya."

"Liat rambut aku sampe kaku kena air asin." Kata Zea tertawa sambil memegangi rambutnya yang kasar. Dave ikut tertawa melihat hal tersebut, saat ini mereka berdua benar-benar seperti sedang seorang kekasih yang jauh dari kata ribut atau musuh.

"Oke, hati-hati dijalan. Kalo gitu aku masuk duluan." Ucap Zea terlihat seperti sedang malu-malu.

"Masuk sana." Kata Dave menyuruh Zea lebih dulu untuk masuk kedalam rumah.

"Lah, kamu pergi dulu." Jawab Zea yang malah menyuruh Dave lebih dulu untuk pergi dari rumahnya.

"Kok jadi ribet, udah sana buruan masuk." Zea tertawa dan akhirnya masuk lebih dulu kedalam rumah. Setelah memastikan Zea berada didalam rumah Dave lalu pergi dari sana tentu dengan perasaan yang sangat bahagia.

"Mommy, daddy." Sapa Zea yang terlihat sangat bahagia.

"Loh Dave gak mampir?" Tanya Luna melihat kearah pintu.

"Enggak, Dave cuma nitip salam buat daddy dan mommy." Kata Zea terlihat sangat bahagia sambil memeluk ibunya yang sedang menikmati makan malam.

"Bang Dave gak nitip salam buat aku?" Tanya Calla memasang wajah cemberut.

"Ngapain nitip buat kamu? Emang kamu penting?" Sahut Zea cuek.

"Zea....." Tegur El sambil tersenyum.

"Iya bocah, Dave juga nitip salam buat kamu ish dasar bocah."

"Kamu darimana aja? Rambut kamu kasar banget, bau asem lagi." Tegur Luna mengendus aroma tubuh Zea.

"Daddy malah lebih fokus ke muka kamu." Tambah El memperhatikan wajah Zea, Zea langsung menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Kenapa muka Zea? Item ya?" Tanya Zea karena cuaca yg cukup panas saat ia dan Dave berada dipantai.

"JELEK." Sahut Calla penuh semangat membuat Luna menjewer telinga anak laki-lakinya tersebut.

"Kamu keliatan bahagia banget. Ada apa sih emang?" Ucap El menaikan kedua alisnya membuat wajah Zea makin memerah.

"Gak ada apa-apa. Udah ah Zea mau mandi dulu." Zea langsung buru-buru pergi kekamarnya sebelum kedua orangtuanya makin banyak bertanya.

Sesampainya dikamar Zea buru-buru menutup pintu bahkan mengunci pintu kamarnya.

"Aneh, kenapa jantungku rasanya begini? Besok harus kedokter." Ucap Zea memegangi dadanya. Bayangan itu kembali muncul demgam sendirinya, saat Dave memakaikan helm saat Dave mengganggunya dipantai. Semua terekam jelas dan tersimpan rapi didalam otak Zea.

"Sun...shine." Bibir Zea berucap dengan sendirinya tanpa ia sadari. Serasa jutaan kupu-kupu sedang beterbangan didalam perutnya saat ini.

Bersambung....

03

"*Pada senja kuceritakan semua kekagumanku tentangmu. Tentang senyum hangatmu, suara lembutmu, dan ceriamu.

Menceritakan bagaimana bisa hatiku terkunci olehmu sekian lama.

Hari ini kita kembali bertemu, namun lagi-lagi aku tak mampu bicara dan hanya bisa memendam, memujamu dalam diam.

Entah, akankah cinta ini bisa terungkap pada akhirnya? Yang jelas, hatiku terisi penuh olehmu.

Dalam diam, aku mencintaimu.

Kusimpan rasa dibalik tabir rahasia.

Mengagumimu dalam seribu bahasa.

Tersulam rindu dalam jiwa, sunyi tanpa suara.

Angin, sampaikan rinduku dari bibir yang terus membisu.

Dalam goresan tinta, kuuraikan segenap rasa berbentuk kata.

Kusampaikan kekagumanku lewat cara sederhana.

Izinkan aku mencintaimu.

Dariku, pengagum rahasia yang hanya mampu mengungkapkan isi hati lewat goresan tinta*."

"Dave, kamu udah tidur?" Tanya Dara dari luar kamar, Dave buru-buru menutup buku catatan kecil itu. Buku yang selama ini menjadi saksi bisu akan kekagumannya pada sosok Zea.

"belum bun." Sahut Dave lalu membuka pintu kamarnya.

"Kamu gak makan malam sih? Makan dulu entar anak bunda sakit." Kata Dara sambil membenarkan rambut putra bungsunya yang acak-acakan. Dave tersenyum manja kearah ibunya, dia lah orang yang paling muda dirumah ini. Jadi tidak ada satupun yang bisa mengalahkan sifat manjanya pada Dara.

"Dave belum lapar bunda, entar kalo lapar Dave makan kok." Sahutnya sambil merebahkan kepala dibahu Dara. Dara menepuk pipi Dave pelan sambil tersenyum.

"Iya, tapi jangan lupa makan ya." Sahut Dara, Dave mengangguk cepat lalu Dara pergi kekamarnya.

"Sayang" Panggil Dara, mengganggu suaminya yang sedang asik bermain game ditelepon genggamnya.

"Hmmm...." Sahut Daniel yang masih tetap fokus dengan aktivitasnya.

"Kamu ngerasa gak kalo hari ini Dave kita aneh." Ucap Dara duduk disamping Daniel.

"Berubah kenapa? Gak ada yang berubah, masih tetep kek bocah SD manjanya kebangetan." Mendengar hal itu Dara langsung merebut handphone milik Daniel sambil memasang wajah masam membuat Daniel mati kutu. Sadar jika istrinya kesal dengan sikap acuh Daniel, Daniel langsung memutar arah duduknya dan kini duduk menatapi wajah cantik Dara yang tidak terlihat berubah walau diusia yang kini sudah matang.

"Apa?" Sambar Dara melihat tingkah suaminya.

"Kamu galak banget sih, tambah manis tau." Ucap Daniel gemas sambil mencubit hidung mancung wanita itu.

"Kamu dengerin ceritaku gak sih?" Protes Dara melipat kedua tangan didepan dada.

"Denger sayang, tentang Dave kan? Dave kenapa? Apa yang berubah?" Tanya Daniel menggenggam tangan Dara.

"Dave hari ini kek bener-bener seneng banget." Jelas Dara mulai serius, Daniel berbaring dipangkuan Dara sambil mendengarkan cerita istrinya.

"Mungkin dia habis ngelewatin hari yang bahagia atau berkesan. Lagian anak-anak udah pada besar, mereka punya jalan masing-masing. Selama itu masih dalam hal positif dan gak merugikan pihak manapun gak masalah menurutku." Sahut Daniel memainkan rambut panjang istrinya.

"Aku tau, tapi dimataku mereka tetap bocah-bocah kecilku. Aku tau, akan ada saatnya aku gak harus selalu ikut campur urusan mereka. Tapi, yang namanya orangtua apalagi seorang ibu gak akan bisa nutup mata sedikitpun dari anak-anaknya. Entah saat dia bahagia, atau sedang sedih." Tambah Dara, mendengar hal itu Daniel bangun lalu meraih kedua tangan Dara dan mengecup punggung tangan tersebut.

"Kamu bidadari yang Tuhan kirim untuk aku, Davin dan Devan. Kamu jantung untuk kami bertiga, kamu nafas dan dunia kami bertiga. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, umur yang sangat panjang dan hati yang selalu lembut. Thanks for all my love." Kata Daniel tersenyum, membuat pipi Dara memerah tersipu malu.

"Aamiin. Thanks for being in my life." Balas Dara mengecup lembut bibir suaminya.

***

"Dad, mom. Ummmm Zea mau ngomong." Kata Zea menghampiri El dan Luma yang sedang duduk santai diruang keluarga. Zea langsung duduk diantar kedua orang tuanya, gadis itu memang tidak bisa menghilangkan sifat manja walau sudah dewasa.

"Ngomong apa anak cantik?" Kata Luna sambil mengusap lembut rambut panjang Zea.

"Umm.....Bang Davin udah cerita belum soal bisnis yang mau dia mulai sama Tian?" El meletakan majalah yang ada ditangannya keatas meja dan mulai mendengarkan Zea.

"Udah, bang Davin udah izin sama daddy dan ayah untuk menjalankan bisnis itu dan kamu ditawari untuk jadi modelnya kan?" Tanya El tersenyum.

"Iya, Zea mau minta izin boleh gak kalo Zea ikut serta disana?" Tanya gadis itu sedikit ragu dan malu.

"Hmmmm......Boleh gak mom?" Tanya El melihat kearah Luna.

"Gimana ya?" Ucap Luna menggoda anak gadisnya, membuat Zea gemas menunggu keputusan kedua orangtuanya.

"Mommy, please....." Rengek Zea memasang wajah imut dan menggemaskan membuat kedua orangtuanya serasa ingin mencubit pipi anak gadisnya itu.

"Entar ganggu kuliah kamu." Sahut Luna makin membuat Zea tidak sabaran.

"Zea janji itu semua gak akan ganggu kuliah Zea. Boleh ya mom, dad...Please." Zea kembali merengek berusaha mengambil simpati kedua orangtuanya agar diizinkan untuk ikut serta dalam pekerjaan tersebut.

Luna menari nafas panjang lalu berfikir sejenak sebelum memberikan izin pada anaknya. Sedangkan El tersenyum sambil mengacak rambut pajang Zea.

"Daddy....." Kata Zea lagi menariki lengan baju El.

"Daddy sih yes, tapi keputusan akhir tetap sama mommy." Sahut El tersenyum sambil melihar kearah Luna

"Mommy....." Kini gadis itu beralih menatap wajah Luna yang masih memikirkan keputusan untuk Zea.

"Janji gak akan ganggu kuliah kamu?" Tanya Luna sekali lagi untuk memastikan. Zea mengangguk yakin memastikan hal tersebut pada kedua orangtuanya.

"Oke, deal." Tambah Luna, mendengar hal itu Zea langsung melompat kegirangan karena hal tersebut memang menjadi cita-citanya. Anak sulung keluarga Leondra rersebut memiliki hobi bergaya didepan kamera, dari kecil ia ingin menjadi seorang model papan atas terkenal dan mendunia.

"Thank you mom, thank you dad." Ucap Zea lalu mencium pipi kedua orangtuanya secara bergantian.

"Good luck baby." Sahut El tersenyum begitu juga dengan Luna yang ikut merasakan kebahagiaan untuk anaknya.

"Ya udah kalo gitu Zea mau kabarin bang Davin dulu ya." Zea lalu pergi kekamarnya dengan perasaan yang benar-benar sangat bahagia.

"Kenapa lo?" Tanya Calla saat berpas-pasan dengan Zea. Zea hanya tersenyum lalu mencium pipi sangnadik membuat Calla menjerit tidak terima.

"HEH!...CEWEK GAK SOPAN, MAIN SOSOR-SOSOR AJA!" Teriak Calla nyaring membuat kedua orangtuanya yang melihat menggelengkan kepala. Sedangkan Zea sudah berada didalam kakamarnya.

"Calla, kok gitu sih ngomongnya sama kakak?" Protes Luna memasang wajah serius.

"Dia sih mom, gak ada hujan gak ada petir tau-tau main cium aja." Sahut Calla membuat El tertawa mendengar hal itu. Calla lalu berpaling ingin pergi dari tempat ia herdiri sekarang.

"Kamu mau kemana buru-buru?" Tanya Luna lagi.

"Mau cuci muka, takut jerawatan." Sahut Calla santai lalu pergi kekamar mandi untuk benar-benar mencuci wajahnya.

"Mereka berdua, aku kadang bingung mesti gimana nanggapinnya. Tiap ketemu berantem mulu, ribut mulu. Ampun deh." Kata Luna membuang nafas panjang. El menggenggam tangan istrinya lalu tersenyum.

"Kamu tau? Walau mereka selalu bertengkar ikatan diantara mereka lebih kuat dari yang kita pikirkan." Ucap El, Luna melihat kearah suaminya lalu tersenyum.

"You are my everything. My friend, my love, my home, my warmth, my happiness, and may future. I love you." Ucap Luna mencium punggung tangan suaminya. El tersenyum lalu membawa Luna kedalam pelukannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!