Desa Galulang Sukma kembali meraup luka karena dua gadis perawan yang baru saja pulang dari ibu kota harus mengalami kejadian yang mengenaskan. Kedua gadis itu adalah Ayudia dan Lastri.
Sangat di sayangkan, mereka tiba di desa sudah pukul 7 malam. Sehingga iblis yang kelaparan menjadikan mereka berdua santapan sampai kering.
Suara tolong menggema di seluruh desa malam itu, tapi tak ada yang kuat keluar dari rumah mereka masing-masing.
Bahkan kedua orang tua Ayudia yang mendengar suara teriakan putri mereka hanya bisa memeluk erat kedua lututnya dengan gemetar.
Malam itu semua orang di paksa tak tidur sama sekali, bagaimana mungkin ada yang bisa tidur nyenyak sedangkan di luar terdengar jelas rintihan kesakitan gadis tanpa dosa. Dan celakanya tak ada yang bisa melakukan apapun.
Keesokan harinya ketika matahari telah terbit dengan cahaya yang memilukan barulah masing-masin masyarakat berani membuka pintu rumah mereka masing-masing.
Orang tua Ayudia berteriak histeris setelah melihat jasad putri mereka yang sangat tragis. Organ hatinya telah hilang dan meninggalkan jejak luka cukup dalam di sana dan darah yang mengering entah kemana.
Sedangkan jasad Lastri tidak di temukan dimana pun.
"Kasihan sekali Lastri, hidupnya penuh dengan penderitaan sampai hilang di tangkap Iblis Ghana"
"Iya sudah hidup sebatang kara"
"Wajah yang jelek juga"
"Tragis sekali hidup mu Lastri"
"Tapi dia gadis yang baik dan cukup pintar"
"Kasihan sekali dia"
Warga berkumpul menceritakan bagaimana kisah hidup Lastri yang menyedihkan
Para warga meyakini bahwa Lastri telah dibawa untuk di jadikan permaisuri iblis Ghana yang akan terus memilih gadis yang sesuai dengan ramalan di kitab sukma ajisa.
Ramalan inilah yang memicu Iblis Ghana dan prajuritnya terus datang ke desa Galulang Sukma untuk mencari gadis sesuai ramalan untuk menyembuhkan semua lukanya setelah kabur dari neraka.
Kondisi pencarian ini sudah berlangsung cukup lama dan menjadi ketakutan yang melokal di tengah masyarakat. Walaupun bukan kali pertama tapi tetap saja cukup meresahkan di tengah masyarakat.
Meskipun para orang tua cukup khawatir akan keselamatan anak gadisnya tapi mereka tetap tinggal di desa Galulang Sukma.
Hal ini di karenakan sumber daya alam yang sangat kaya, tanah yang subur dan hasil laut yang melimpah. Siapapun akan berfikir sekian kali untuk merantau di daerah lain yang belum tentu bisa menjanjikan kehidupan yang layak.
Mereka tidak punya pilihan lain selain menyekolahkan anak-anak gadis mereka ke kota sebelum baligh, ada juga yang sampai memasukkannya ke asrama-asrama khusus.
Para orang tua di Galulang Sukma hanya akan membiarkan anak-anak mereka kembali ke desa jika sudah menikah.
Tetua yang ada di desa juga kerap kali memperingatkan kepada warga desa agar tidak ada kegiatan apapun ketika matahari sudah hampir tenggelam di atas awan yaitu sebelum jam 6 tepat dan menutup semua akses dari luar yaitu pintu, jendela, maupun celah sedikit pun.
Hanya dengan cara tersebut orang tua yang tidak mampu menghidupi anak gadisnya di kota bisa tetap aman sampai anaknya menikah.
Meski demikian tetap saja akan terus ada udara dingin yang menyeruak di seisi desa. Udara dingin yang menusuk sampai ketulang. Udara yang di bawa terbang oleh roh-roh jahat kelaparan.
Datuk Priok selaku tetua yang paling di hormati di desa ini, turut menjaga keamanan desa Galulang Sukma. Sebelum jam 5 sore beliau sudah berkeliling membunyikan toa dengan mengayuh sepeda tuanya berkeliling desa.
Seorang janda yang baru saja di tinggal mati suaminya masih sibuk melamun di pekarangan rumahnya.
Rumah yang harusnya dia habiskan untuk mengukir kenangan dan memori indah dengan suaminya harus ia biarkan mimpi itu tak jadi kenyataan.
Suaminya meninggal setelah ijab kabul karena serangan jantung tiba-tiba yang tidak di picu oleh apapun.
"Asri pintu mu"
Asri yang masih melamun terkaget saat Datuk Priok melemparnya dengan ranting kering.
"Astaga"
"Sudah petang" Datuk Priok melirik tajam ke arah Asri sebagai peringatan
"Baik Datuk"
Ia pun terburu-buru masuk dan mengunci semua pintu rumahnya.
Untuk seorang janda yang masih perawan akan sangat berbahaya masih melamun disaat petang.
Datuk Priok lalu melanjutkan mengayuh sepedanya sampai ujung desa. Dia akan memastikan semua warga sudah aman.
Dan tidak ada rumah yang terlewatkan
Malam akhirnya datang, tapi malam ini. Suasana begitu hangat. Datok Priok yang sudah membakar perapian menjadi heran
Ia membuka celah di balik jendelanya pelan, tak ada apapun di luar sana. Hanya ada angin yang lembut dan udara malam yang hangat
"Ghana sudah menemukan yang dia cari"
Tujuh hari setelah kejadian yang menghantui desa sudah tiada lagi udara dingin yang melukai kulit.
Malam ini, Datuk Priok membuka pintu rumahnya yang berderik, kaki renta itu menapak di atas tanah pelan. Cepat-cepat ia raih toa di teras rumahnya
"Semoga warga silahkan keluar"
"Desa kita sudah aman"
Semua mata saling berdekap di balik jendela rumah mereka sendiri
"Beneran ini datuk?"
Saldi kepala desa Galulang Sukma
"Keluar lah"
Saldi melangkah pelan menggertakkan giginya menahan cemas
Untuk pertama kalinya Saldi menginjakkan kakinya di bawah bulan. Matanya terbuka lebar menatap langit malam secara langsung
"Selamat, selamat, selamat"
Melihat Saldi dan Datok Priok berdiri di lapangan desa.
Semua warga mengikuti mereka dengan keluar dari rumah masing-masing
Ada bahagia yang menyertai seisi desa.
Ketakutan yang mendarah daging bertahun-tahun akhirnya selesai, semua warga desa bisa menikmati keindahan malam.
"Bagaimana jika kita pesta malam ini"
Wati istri Saldi menyarankan
"Wah bagus ini"
"Ayo persiapkan"
"Mari"
"Mari siapkan"
Para warga menyulap lapangan desa sebagai arena pesta yang meriah
Berbagai makanan di hidangkan dengan cepat, musik mengalun dengan keras di sertai tarian khas Desa Galulang Sukma
Semua warga menikmati pesta dengan meriah dan tak sedikit juga yang mabuk
Bahkan para gadis turut menari dalam pesta tersebut
"Sudah berapa lama ya kita tidak seperti ini"
Syamsia duduk berhadapan dengan Wati
"Sejak aku lahir sudah tidak bisa keluar malam"
"Begitu juga denganku"
"Apa kamu tidak penasaran? "
"Kenapa tiba-tiba kita bisa bebas kembali?"
"Aku juga awalnya tidak percaya, tapi Datuk Priok sendiri yang mengatakan kita sudah selamat"
"Se... "
Belum juga Syamsia menyelesaikan perkataannya
Mulutnya tidak bisa mengatup dengan benar
Ada sosok Lastri yang tiba-tiba bergabung di tengah pesta
"Itu Lastri kan? " Saldi menatap lurus ke arahnya
"Benar" Jawab warga yang lain
Lastri duduk di tengah melihat tarian di panggung dengan senyuman mengembang di wajahnya
"Bagaimana ini mas? "
"Ramli bergegaslah kerumah Datuk"
"Beritahu kemunculan Lastri di tengah desa"
"Baik Pakde"
Para warga dengan sigap menghindari Lastri
"Kenapa kalian menghindar dariku"
Lastri menekuk lututnya dan berdiri menghadap mereka
Pakaiannya sangat indah berlapis-lapis emas yang mengkilau.
Cahaya bulan malam itu menambah pesonanya
Wajahnya sangat cantik bahkan bekas luka di dahinya yang berubah tompel saat ini sudah tidak ada
Rambut keriting itu berubah lurus dan hitam tebal
Mahkota mengkilap bertengger di atas kepalanya
"Cantik sekali"
"Sempurna sekali"
"Sangat Indah"
Semua warga tak bisa melepaskan mata dari Lastri dengan tak hentinya memuji kecantikan Lastri yang sempurna
Ramli memacu langkahnya sekuat tenaga, badannya mulai berkeringat menahan rasa aneh di dadanya
Jelang beberapa saat ramli sampai di rumah kecil yang seperti gubuk hampir roboh
"Datuk, datuk"
"Siapa"
"Saya Ramli pengawal Pakde Datuk"
"Masuklah"
"Ada apa?"
"Bernafas lah dahulu"
"Lastri ada di pesta desa datuk"
"Lastri katamu? "
"Iya datuk"
Ramli menahan nafas yang tersengal satu persatu
"Bahaya ini, ayo cepat"
"Kenapa Datuk"
"Cepat kita harus segera ke lapangan, bahaya ini"
"Ada apa Datuk? "
"Kemunculan Lastri kembali adalah tanda dia butuh makanan"
"Sudah kami siapkan Datuk"
"Bukan makanan seperti itu nak, tapi energi manusia"
"Jiwa yang lepas dari tubuhnya adalah energi yang paling di butuhkan oleh iblis"
"Lastri sepertinya sudah berubah menjadi iblis nafsu sekarang, ini sangat gawat"
....
Datuk Priok dan Ramli berlari menuju lapangan desa.
Tapi sudah terlambat. Semua warga desa telah habis di bantai sampai mati.
Saldi masih terlihat bernyawa, Ramli berlari menuju arahnya, memapah kepala yang penuh darah.
"Siapa yang melakukan ini pakde? "
"Laaaaasttri.... " Suara pak desa gemetar hebat hingga akhirnya Saldi merenggang nyawa di pangkuan Ramli.
Datuk Priok terlihat pucat pasi, wajahnya di penuhi rasa bersalah yang mendalam.
Bagaimana pun dialah yang memberikan tanda aman bagi semua warga untuk berkegiatan malam kembali.
Warga desa semuanya habis terbantai, jiwanya melayang ke udara menjadi kabut menyedihkan.
"Saya takut datuk, saya takut"
"Saya mau pergi datuk"
"Tunggu Ramli"
Ramli berlari pergi meninggalkan desa dan menghilang dibalik malam yang gelap.
Datuk Priok duduk di kursi tengah yang tadi di duduki oleh Lastri.
Ekspresi wajah datuk Priok tak bisa di jelaskan.
Dia meneguk arak sampai habis. Membiarkan arak kuat menghangatkan tubuhnya dari udara dingin yang di pancarkan oleh jiwa-jiwa roh yang meninggalkan tubuhnya.
Datuk Priok menatap nanar semua tubuh yang berserakan, darah segar di mana-mana membuat lututnya gemetar dan hatinya ikut berdarah
"Andai saja aku bisa menahan Lastri, semua warga desa tidak akan habis seperti ini"
Lama Datuk terdiam, lalu bersiap melakukan ritual di tempat tersebut.
Tidak mungkin seorang aki-aki bisa mengubur semua mayat yang sangat banyak.
Datuk Priok tak punya pilihan lain selain meminta bantuan dari para Iblis.
"Atas Ghaib yang terselubung dalam bayangan fana"
"Pada setiap tetes darah yang membuat kenyang"
"Berkunjunglah nafsu ke bumi dengan sekali hentakan"
Datuk Priok terus mengulang kata dan guci di contelan celana usang itu bergoyang hebat
Hingga muncullah 17 iblis nafsu yang terlihat kurus dan kelaparan sangat hebat
"Priok Sialan kau, terkutuk"
"Tak ada makanan bagi kami 5 tahun ini"
"Makanlah semuanya, berhenti protes terhadap ku"
Datuk Priok membentak semuanya dengan lantang.
Meskipun sudah sangat tua tapi dia bisa melenyapkan semua iblis di depannya ini dengan cepat
Iblis nafsu yang telah di kendalikan sepenuhnya oleh Datuk Priok mau tidak mau hanya bisa diam dan membereskan semua jasad dengan melahapnya sampai habis.
Seketika lapangan yang tadinya penuh lautan mayat sekarang bersih seolah tak ada kejadian mengerikan sebelumnya.
Rumah-rumah warga yang ditinggalkan dibiarkan begitu saja
Tersisa hanya ada udara yang segar, tanah yang subur, dan laut yang kaya akan makhluk hidup didalamnya.
Mbah Priok masih ada di desa Galulang Sukma, dia selalu memberikan sesajen di malam kematian para warga untuk menenangkan arwah warga yang telah terbunuh
Semua awalnya berjalan biasa saja, sampai akhirnya anak-anak gadis di kota mulai cemas karena orang tua mereka yang tidak pernah datang.
Sudah dua kali musim panen terlewati tanpa kabar berita dari sanak keluarga mereka.
Padahal setiap panen orang tua masing-masing gadis akan datang berkunjung menemui dan melepas rindu dengan anak mereka masing-masing
Tidak ada kabar berita dari orang tua mereka hanya ada kiriman uang terus menerus tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama ada di kota sebelum mendapatkan pekerjaan tetap atau sebelum menikah
Mustika yang saat ini sedang kuliah di kota memasukkan laporan ke pihak berwajib agar segera memeriksa keberadaan orang tuanya di desa Galulang Sukma.
Karena bukan hanya orang tuanya saja yang turut menghilang tapi orang tua anak-anak yang lain juga mengalami hal serupa.
Dua minggu proses laporan akhirnya ditindak lanjuti oleh inspektur polisi bernama Arya agung pratama. Seorang polisi muda dengan potensi yang sangat luar biasa, pandai mengeksekusi kasus dengan cermat dan bersih
Arya Agung dan seorang rekan polisi bernama Farhan segera ke desa Galulang Sukma.
Mereka menempuh perjalanan cukup jauh dan juga melewati hutan kayu ireng yang cukup gelap dan dipenuhi pohon-pohon tinggi
"Sepi sekali" Farhan melihat seisi desa yang sunyi lalu memarkirkan motor dinas kepolisian miliknya dengan hati-hati
Arya segera turun dari jok belakang dan melihat sekitar
"Apa benar ini desa Galulang Sukma ya Ar? "
"Jangan-jangan kita salah jalan"
"Itu lihat lah" Arya menunjuk papan nama desa yang cukup besar di atas pintu besar yang terbuat dari bambu dan tampak lapuk
"Ah sebesar itu tidak kamu lihat"
"Ohiya haha" Farhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
30 menit mereka menyusuri seisi desa yang sepi
"Jalan kaki gini benar-benar capek Ar"
"Kita pakai motor saja kalau begitu"
"Tapi tunggu ya Ar, aku sudah kebelet ini"
Farhan berlari ke semak-semak dan segera buang air kecil. Tak perlu waktu lama dia segera kembali
"Oke udah"
"Tapi kamu yang bonceng ya Ar" Ucap Farhan santai
"Iya ayolah"
Kedua polisi muda ini pun kembali ke pintu desa untuk mengambil motor Farhan dan melanjutkan investigasi di desa Galulang Sukma tersebut
"Tidak ada tanda-tanda kehidupan"
"Mana udara disini juga dingin banget"
"Menyeramkan Ar"
Farhan tidak habisnya mencemaskan keberadaan mereka di dalam desa yang begitu sepi tersebut
"Kalau begitu kita pulang saja dan buat laporan"
"Mau buat laporan apa? "
"Kalau warga desa semua menghilang"
"Kita tidak punya bukti apapun untuk menyimpulkan demikian"
"Tapi kamu ambil saja foto keadaan desa sekarang yaa" Pinta Arya karena dia yang sibuk menyetir motor
Sesekali juga mereka memasuki rumah-rumah warga untuk memastikan tapi tetap kosong tanpa siapapun
"Ga ada apapun Arya disini"
"Kita pulang saja" Rengek Farhan yang semakin tidak nyaman
"Tunggu Farhan"
"Bukankah itu padi yang baru ditanam? "
Tampak padi yang masih tumbuh sekaki orang dewasa itu berarti menandakan belum lama ini ditanam oleh seseorang
"Ditambah ada juga padi yang di keringkan"
"Kemungkinan masih ada orang tersisa disini"
"Ayok kita cari lagi"
"Sepeda motor ini sepertinya juga akan kehabisan bahan bakar, dari tadi kita pakai putar-putar Arya"
"Kita tidak bisa kehilangan jejak Farhan"
"Kalau kita keliling sekali lagi, aku ga yakin kita masih bisa sampai di kota"
"Iya juga ya, malah disini juga sepi dan sepertinya tidak ada bahan bakar tersisa"
"Belum lagi kamu ingat, kita harus lewati hutan Kayu ireng sekali lagi"
"Baiklah kalau begitu, nanti kita kembali lagi ketempat ini"
Arya tetap tidak bisa melepas pandangan dari desa Galulang Sukma
Fikirannya terus berjalan dan berfikir keberadaan warga desa Galulang Sukma yang menghilang misterius serta tanda kehidupan itu jejak dari siapa.
"Kamu tau tidak Arya? "
"Apa"
"Konon desa Galulang Sukma di kuasai oleh Iblis"
"Lantas? "
"Jangan-jangan warga desa di jadikan budak oleh Iblis"
"Kamu lihat deh sekeliling, gelap"
"Dari pada bahas Iblis di tengah hutan gelap ini, lebih baik kamu buka GPS jangan sampai kita tersesat"
"Eh iyaa yah, ngeri juga kalau sampai kita tersesat disini"
45 menit mereka menempuh perjalanan tetap saja kembali di tempat semula.
"Loh Far kenapa balik ke desa Galulang Sukma lagi"
"GPS nunjukinnya jalan kesini"
"Ini udah tiga kalinya Far"
"Yaudah kita coba jalan lain lagi"
"Far"
"Kenapa Ar? "
"Kok wajah kamu cemas begitu"
"Bensinnya habis"
"Astaga, matilah kita"
"Kamu sih, pake acara cerita mistis segala"
"Malah udah gelap banget lagi"
"Kita ga akan sanggup jalan kaki"
"Pokoknya aku gak mau tinggal di desa ini Ar, serem"
"Kita harus tinggal Far, nanti tersesat lagi cuman bikin capek"
Ditengah perdebatan mereka berdua,..
Tiba-tiba seseorang menepuk bahu keduanya bersamaan.
"Apaan sih Ar nepuk-nepuk"
"Loh kamu yang apaan Far nepuk-nepuk segala"
"Tangan aku disini Ar" Ucap Farhan cepat berkilah
"Aku juga" Arya mengangkat kedua tangannya tak kalah cepat
"Hitungan ketiga kita liat kebelakang samaan" Ucap Arya menahan ledakan jantungnya yang berdetak lebih cepat
"Oke Ar"
"1"
"2"
"3"
"Argghh"
... ...
Teriakan Farhan parau menggema di seluruh ruas desa. Sosok hitam besar berdiri di belakang kedua polisi muda tersebut.
Wajahnya menyeramkan dengan taring di kedua sisi mulutnya.
"Hahahaha"
Tawa makhluk itu menyengat pendengaran Farhan begitu juga Arya
"Lari Ar"
"Tunggu Far"
"Sepertinya makhluk ini tidak lah jahat"
"Jangan aneh-aneh kamu Ar"
"Lihatlah" Arya menunjuk kedua tangan Makhluk itu yang memegang camera nikon milik Farhan yang rupanya ketinggalan juga sebungkus permen kosong.
"Ohiya itu kamera milikku"
"Kemarikan"
Makhluk itu hanya diam tapi mengerti apa yang di katakan oleh Farhan sehingga dia mundur dan menyembunyikan kedua tangannya ke belakang.
"Ar, makhluk ini sebesar beruang kutub, gimana kalau kita tiba-tiba.... Argh"
Farhan menutup matanya membayangkan bagaimana nasib mereka kedepannya
"Kamu polisi apa bukan si Far, penakut banget" Tatapan Arya langsung tajam mengisyaratkan tentang keteguhan dan kekuatan seorang polisi yang perkasa
"Kamu ada cemilan ga disitu Far"
"Ada tapi sisa satu, nih"
Farhan merogoh sakunya lalu mengeluarkan satu bungkus jelly.
"Sini"
"Sisa satu Ar" Farhan menahan tangan arya tapi segera di tepisnya
"Mau tukeran gak? " Arya mencoba mendekat ke arah makhluk tadi
"Eheeee" Makhluk itu terkekeh senang
"Hati-hati Ar"
Makhluk itupun meraih jelly dari tangan Arya lalu menyodorkan kamera milik Farhan
Begitu saja sampai akhirnya makhluk sebesar beruang itu pergi.
"Kalian ada apa kesini? "
Suara dari arah berlawanan menyentakkan keduanya
Rupanya Datuk Priok telah mengamati mereka berdua sedari tadi.
"Kami polisi kek" Ucap Arya cepat
"Itu tadi Peliharaan Iblis yang lari dari neraka karena tidak bisa berbuat jahat"
"Oh jadi itu tadi Iblis bukan hewan? "
"Iya itu Iblis Blakenca"
"Tapi kenapa dengan wajah menyeramkan itu bisa suka makanan manusia kek" Tanya Arya heran
"Itulah perbedaan Blakenca dengan Iblis lainnya, dia ingin hidup berdampingan dengan manusia dan selalu penasaran dengan kehidupan manusia"
Ditengah percakapan mereka bertiga tiba-tiba udara berubah sangat dingin Arya dan Farhan mulai merasa merinding, mereka merasakan hawa dingin membelai tengkuknya pelan dan terdengar samar-samar suara berisik dari segala arah.
"Ayok cepatlah, ikuti saya"
Datuk Priok yang paham dengan situasi yang ada langsung membawa mereka berdua ke rumahnya
Rumah kecil yang tertutup tabir itu adalah rumahanya
"Loh tadi tidak ada rumah disini"
"Nanti saya jelas kan"
"Masuklah cepat"
"Ada apa kek"
"Jangan menoleh kebelakang"
Keduanya pun hanya patuh dan mengikuti datuk Priok kedalam rumahnya
"Duduklah dulu"
"Saya harus mengganti pakaian dulu"
"Kakek yang punya ladang di sisi desa itu ya"
"Iya" Jawabnya singkat lalu pergi ke belakang
"Aku penasaran Ar, kenapa kita tidak boleh menoleh kebelakang"
"Juga tadi rumah ini sama sekali tidak ada"
"Kenapa sekarang tiba-tiba ada"
"Jangan-jangan kita dirumah Iblis nafsu"
"Iblis nafsu? "
"Konon ya Iblis nafsu akan makan hati dan jiwa manusia"
"Haaaa" Arya kaget mendengar penjelasan seperti itu dari temannya
"Bagaimana mungkin ada hal konyol seperti itu"
"Kamu harus akuin Ar, lihat kan tadi itu iblis"
"Kamu masih mau mengelak dan pertahankan logika mu itu? "
Arya hanya diam bagaimana pun dia menganut sistem realistis, dunia dan seiisinya berdasarkan logika dan bukti sains
Tapi setelah hari ini sepertinya Arya akan mencari kembali informasi yang lebih valid
"Bagaimana kalian bisa sampai kesini? "
Datuk Priok duduk bersila di antara mereka
Sembari membawakan tiga gelas teh hangat dan ubi rebus.
"Kami dapat laporan dari anak-anak di kota bahwa banyak orang tuanya menghilang"
"Bagaimana bisa penduduk desa ini menghilang semua kek"
"Sabarlah, kalian minum dulu, maaf ya saya hanya punya seadanya"
Datuk Priok meminta kedua pemuda di depannya untuk mengganjal perut mereka terlebih dahulu
"Terima kasih banyak kek"
Farhan yang dari tadi menahan haus segera meneguk teh hijau yang disajikan sampai habis separuh.
Datuk Priok menatap Farhan dengan wajah yang aneh dan tak bisa di jelaskan.
"Ada apa kek? " Mengapa menatap saya seperti itu Arya juga ikut heran dengan perubahan ekspresi kakek tua yang ada di hadapan mereka
"Kamu tadi buang hajat di dalam kendi ya? " Tanya Datuk dengan stengah melotot
"Benar Kek, tapi saya tidak sengaja"
"Berani berbuat harus berani bertanggungjawab"
"Ada apa kek? "
"Kendi yang kamu kencingi itu adalah tempat saya menyegel jiwa orang-orang mati agar tidak berkeliaran di desa dua tahun lalu"
"Pantas saja udara di desa kembali seperti es yang menusuk kulit"
Datuk Priok menghela nafas panjang, merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi dengan pria yang masih kepala 2 di depannya tersebut
"Apa konsekuensi yang akan diterima kek? "
"Jiwa di dalam kendi akan hilang kendali dan akan menimbulkan bencana bagi desa ini"
Farhan menekuk lututnya, dia merasa bersalah atas kelalaian yang dilakukan seisi desa bisa terancam hancur.
"Kek mohon penjelasannya tentang apa yang sebenarnya terjadi, kami hanya petugas berwajib yang harus menerbitkan Keamanan dan kejahatan"
"Tapi jika lawan kami hal-hal aneh ini, kami harus melakukan apa kek? "
Arya yang semula tidak percaya pun harus memaksakan dirinya bertindak cepat
Suara kilat dan guntur bersahutan, sekejap air hujan menerpa atap jerami gubuk datuk Priok deras sekali
Suara berisik dan ribut kembali terdengar mencekam
"Tolonggg"
"Tolong"
"Haus"
"Lapar"
"Tolong"
"Suara siapa itu kek? "
Arya bangkit dari duduknya mengintip di balik jendela
"Puluhan orang terlihat berjalan mendekati rumah Datuk Priok saat ini"
"Itu apaa? " Farhan menatap ngeri
"Itulah arwah penduduk desa yang tidak bisa tenang"
"Ini gawat, tabir rumah ini tidak akan sanggup menahan arwah sebanyak itu"
"Jadi kita harus bagaimana datuk? "
"Kita harus meninggalkan desa ini secepat mungkin"
"Baru saja Datuk Priok menyelesaikan perkataannya"
Roh jahat penduduk sudah berhasil menembus tabir dan dengan cepat mengepung mereka bertiga
Farhan dan Arya terus saja di tarik terus menerus
"Haus"
"Lapar"
Datuk Priok mengeluarkan kendi nya dan 17 Iblis peliharaan nya kembali ke dunia setelah di kurang semenjak insiden kematian penduduk
Tampaknya roh penduduk tidak akan tinggal diam begitu saja mereka terus melawan
"Lari Priok kami tidak akan sanggup bertahan lama"
"Cepat anak muda"
Arya dan Farhan yang tidak tau apa-apa hanya bisa terus berlari mengikuti datuk Priok yang tertatih
"Kakek tidak sakti yaa" Ujar Farhan terbata-bata
"Seharusnya begitu tapi saya tidak bisa menahan kemarahan roh warga desa ini"
Mereka terus menghindari tarikan para roh jahat walaupun telah berhasil di cakar berkali-kali mereka harus tetap berlari untuk keluar dari desa Galulang Sukma ini.
"Ayo Far"
"Ar aku sudah tidak kuat"
Farhan terjatuh setelah kakinya terluka sangat dalam Arya dengan cepat menggendong temannya itu di bahunya dengan tetap menangkis serangan demi serangan.
Suasana gelap dan mencekam mencekik mereka dengan ketakutan yang menggairahkan.
Antara hidup, mati, nyawa, dan energi kehidupan. Datuk Priok terlihat berhenti di depan pagar desa
"Kenapa berhenti kek? "
"Cepatlah Kek"
Datuk Priok tetap diam membeku
Arya yang tidak paham dengan situasi terjadi terus mendesaknya.
Sampai darah mengalir deras dari belakang tubuhnya. Seseorang telah menikam mati Datuk Priok dengan cepat, tubuh tua renta itu pun langsung terbujur kaku diatas tanah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!