NovelToon NovelToon

Pembalasan Mantan Istri

Bab 01 Terbangun

“Argh!”

Aku terbangun dari tidurku dengan napas terengah-engah. Aku baru saja mengalami mimpi buruk tapi itu terasa sangat nyata, akan tetapi aku tidak atau bahkan mengingatnya sedikit pun. Rasanya kepalaku pusing dan keringatku terus mengucur sehingga membuat badanku basah. Aku pun meraih minuman yang ada di samping tempat tidurku, meminumnya hingga tandas tidak tersisa.

Setelah itu aku turun dari ranjang dan bergegas untuk membersihkan diri. Ternyata hari sudah malam dan tadi aku tertidur karena badanku sangat lelah, pekerjaan di kantor tadi begitu banyak sehingga membuat diriku harus bekerja dengan ekstra cepat agar atasanku tidak marah-marah.

Ada satu lagi kesialanku, kenapa aku harus satu kerjaan dengan mantan suamiku. Jika aku mengingat kembali kenangan itu rasanya begitu sakit. Namun anehnya mantan suamiku itu tidak mengenaliku bahkan dia juga sempat berkata jika diriku sangat mirip dengan mantan istrinya. Jujur sampai saat ini aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini.

Aku juga baru masuk perusahaan tempat aku kerja dua hari ini, akan tetapi begitu banyak pertanyaan di dalam kepalaku. Sebenarnya aku ini siapa? Kenapa mantan suamiku yang awalnya begitu kaget melihatku namun saat aku memperkenalkan diriku raut wajahnya langsung berbeda.

Tunggu, Lucy Malvia. Umur 26 tahun, itu adalah namaku. Kenapa rasanya begitu aneh, apa benar itu namaku?

“Arghh!” teriakku.

Baru satu bulan aku keluar dari rumah sakit karena kata dokter aku mengalami koma selama satu tahun. Dokter juga mengatakan bahwa diriku adalah wanita korban pembunuhan oleh orang tidak dikenal, benarkah? Akan tetapi aku merasa jika di dalam mimpiku mengalami kecelakaan yang begitu hebat dan setelahnya aku tidak tahu karena aku langsung terbangun.

Selesai mandi dan mengenakan pakaian, aku keluar kamar. Aku ingin memakan sesuatu karena memang aku juga belum makan malam, akan tetapi sayangnya di dalam kulkas hanya tersisa telur dan mie ramen saja. Aku pun terpaksa memasaknya karena memang aku sangat lapar dan aku juga malas turun ke bawah untuk belanja.

Ya, aku tinggal di sebuah apartemen yang menurutku sangat mewah. Bisa dibilang apartemen ini tempatnya orang-orang kelas atas. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa datang ke sini dan saat aku masuk ke dalam apartemen ini banyak foto diriku. Tapi, rasanya ada ingatan yang aku lupakan, entahlah aku juga tidak tahu.

Aku memakan mie buatanku dengan sangat lahap karena memang aku sangat lapar. Aku memakannya tanpa tersisa sama sekali, setelahnya aku mencuci piring dan menatanya kembali ke tempatnya.

Lucy Malvia, pewaris tunggal dari salah satu keluarga kolongmerat di London. Namun karena kejadiaan naas waktu itu sehingga membuat ingatannya terganggu atau bisa dibilang hilang ingatan. Hingga keluarganya membiarkan Lucy melakukan apa saja dengan bebas dan tentu saja orang tuanya mengirimkan seseorang untuk mengawasinya.

Semenjak kejadian itu Lucy juga sangat banyak berubah, mulai dari hidupnya yang suka foya-foya dan pergi ke club setiap malamnya. Namun kali ini yang dilihatnya bukanlah Lucy Malvia yang dulu, yang sekarang lebih menjadi wanita lembut dan mandiri karena dia mencari pekerjaan di perusahaan lain tanpa ada bantuan dari orang tuanya. Itu sangat membuat kedua orang tuanya bangga walau diawal sangat kaget dengan perubahan drastis putri tunggal mereka.

Lucy terus memikirkan tentang mimpinya yang tadi, bahkan dia tidak bisa tidur malam ini. Lucy yang sedari tadi berguling-guling di ranjangnya dan berusaha memejamkan matanya dan sialnya hanya sia-sia saja.

“Lucy, apa yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya pada dirinya sendiri sambil menjambak rambutnya sendiri.

Padahal besok dia harus berangkat pagi ke kantor karena bos sialannya yang sesuka hatinya menyuruh ini itu. Selain itu juga dirinya disuruh mengerjakan laporan tahun lalu yang jelas tidak ada artinya akan tetapi dia terus menyuruhku untuk menyalinnya atau aku akan dipecat.

Lagi-lagi Lucy hanya bisa menghela napas panjangnya, entah dosa apa yang telah dia perbuat sebelumnya hingga dia menjadi seperti saat ini dan sangat mudah di tindas oleh atasannya. Akan tetapi berbeda saat dia bertemu dengan manta suaminya, Lucy sangat merasa benci dan dia juga berjanji akan membalas semuanya apa yang telah diperbuat mantan suaminya.

“Arsan Malvino,” ucapnya tersenyum kecut.

Ya, nama mantan suaminya. Suami yang dulu dia cintai namun berkhianat dan berselingkuh di belakangnya dengan teman kerjanya.

“Entah, aku atau dia yang bodoh. Atau bahkan pura-pura tidak mengenalku, tetap saja aku akan membalas semuanya Arsan. Lihat saja, aku akan membalas semua rasa sakit hatiku dan juga rasa sakit yang tidak bisa aku lupakan begitu saja,” ucapku.

Malam ini Lucy menangis, air mata itu jatuh dengan tiba-tiba tanpa di suruh. Dan rasa sesak di dadanya semakin menghimpit hingga membuatnya susah bernapas dan seketika membuat Lucy pingsan.

Tanpa sadar hari sudah pagi dan Lucy pun masih di atas ranjangnya dengan keadaan yang sama seperti semalam. Bahkan dia belum sadarkan diri, sinar matahari yang masuk melalui celah jendela mengenai wajahnya. Beberapa saat dia membuka matanya dan mengedarkan pandangannya, dia sangat merasa lega karena masih berada di dalam kamarnya.

Kenapa semalam dia merasakan sesak yang begitu teramat sakit, apa mungkin karena efek dia mengalami koma selama satu tahun? Mungkin hari ini aku harus periksa ke dokter untuk mengecek kondisiku. Apa memang kondisiku sudah benar-benar pulih atau sebaliknya, sebenarnya sampai detik ini aku juga masih mengkomsumsi obat-obatan dari resep dokter dan satu minggu sekali aku harus menebus ke apotik.

Aku mengedarkan pandanganku ke arah jam yang ada di meja dan ternyata aku bangun kesiangan dan aku pastikan aku akan kena marah dari atasanku lagi. Baru beberapa hari masuk kerja saja sekarang sudah telat, lagi-lagi aku menghela napasku dan dengan berat hati aku segera pergi ke kamar mandi.

Saat aku sudah rapi dan ingin berangkat tiba-tiba saja handphone milikku berbunyi. Aku pun membaca pesan masuk dari atasanku yang berisi umpatan dan itu membuatku tidak suka membacanya sampai akhirnya dia mengirimkan pesan kembali padaku jika hari ini aku tidak diperbolehkan masuk satu hari namun besok sebagai gantinya aku harus kerja lembur.

“Dasar, Bos kejam,” umpatku sambil meletakkan handphone milikku ke dalam tas.

Jika hari ini aku dapat libur satu hari maka lebih baik aku menemui dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatanku. Aku juga akan bertanya kenapa dada merasakan sesak tiba-tiba dan rasanya juga sangat sakit. Bahkan aku juga akan mengatakan tentang mimpi buruk yang aku alami. Mungkin nanti dia bisa memberikan aku resep obat untuk menghilangkan semua itu agar aku bisa tidur nyenyak.

Bab 02 Bertemu kembali

Pagi ini Lucy berangkat lebih pagi dari biasanya, bahkan dia juga membawa bekal untuk sarapan nanti sambil mengerjakan tugas dari atasannya yang menyebalkan. Tidak sampai di situ saja, bahkan hari ini dirinya juga harus lembur bersama dengan atasannya. Bukankah ini sangat keterlaluan untuk pegawai baru?

“Semangat Lucy,” ucapnya.

Dia mulai masuk ke dalam ruangannya dan benar belum ada satu orang pun yang datang. Di sini Lucy mulai duduk dan menyalakan laptopnya dan setelah membuka bekal yang dia bawa lalu mengambilnya dan memasukkan ke dalam mulutnya.

Mungkin sudah ada satu jam Lucy bertatapan dengan laptop dan juga kertas-kertas yang ada di mejanya. Bahkan bekalnya yang dia bawa sudah habis tidak tersisa. Lucy menghentikan sejenak pekerjaannya karena ada yang masuk ruangan. Siapa lagi kalau bukan Arsan, bahkan kini lelaki itu tersenyum padaku.

Arsan juga mendekati ruanganku, dia juga meminta izin padaku dengan bahasa isyarat. Sedangkan aku hanya bisa menganggukan kepalaku dan terpaksa mengiyakan Arsan masuk ke dalam ruanganku.

“Pagi Lucy,” ucapnya tersenyum.

“Pagi juga Ar,” ucapku, lalu menyilahkan Arsan duduk di depanku yang hanya berbatas meja.

Arsan menatapku sejenak dengan senyumannya yang masih terpatri di bibirnya, senyum macam apa itu? Bahkan aku sangat begitu membencinya dan ingin rasanya aku menonjok wajahnya akan tetapi aku tidak bisa melakukannya.

“Lucy, apa dulu kalau memiliki saudara kembar? Kenapa wajahmu begitu mirip dengan mantan istriku dan nama kalian juga sangat mirip namun kau sangatlah berbeda. Kamu lebih cantik dan terlihat anggun,” ucap Arsan.

Aku hanya tersenyum hambar,”Ck! Apa dia bilang? Dasar lelaki tidak tahu malu,” umpatku dalam hati.

Jika semuanya tidak serumit yang aku rasakan maka aku akan menendang Arsan dari ruanganku atau bahkan aku bisa membunuhnya. Namun untuk situasi ini aku masih bingung, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa Arsan tidak mengenaliku. Bagaimana bisa dan dia juga mengatakan bahwa diriku telah meninggal.

“Lucy,” panggilnya.

“Y-ya, ada apa Ar?” tanyaku balik.

“Aku harap kamu tidak pernah tersingung dengan perkataanku, tapi memang kau sedikit mirip dengannya,” ucap Arsan.

Aku hanya bisa menganggukan kepala, “Tidak sama sekali, bahkan aku sangat penasaran dengan wajah mantan istrimu.”

Arsan kembali tersenyum dan menatapku seperti tadi, “Jika kamu tidak keberatan aku akan mengajaknya ke makamnya, itu pun kalau kamu ada waktu,” ucapnya kembali.

“Baik, nanti aku akan memberitahu kamu jika ada waktu,” ucapku, lalu setelah itu aku juga menyuruh Arsa keluar dari ruanganku. Aku sangat muak jika terus lama-lama menatap wajahnya yang seperti malaikat itu.

Siang harinya aku pergi ke kantin untuk makan siang, aku terpaksa mengantri makan siang di kantin karena memang atasanku yang terlewat menyebalkan itu tidak memperbolehkan aku makan siang di restoran yang jauh dari kantor bahkan ke restoran sebrang pun tidak boleh. Lihat saja saja dia juga mengikuti di belakangku untuk makan siang bersama denganku, bahkan banyak dari karyawan kantor sesekali memperhatikan kami dan itu sangat membuatku tidak nyaman.

“Lain kali bapak bisa makan sendiri tanpa harus mengikutiku,” ucapku tanpa menatapnya.

“Itu urusanku dan kamu juga tidak ada hak melarangku,” ucapnya ketus.

Dariel Dillbert, pengusaha muda yang sangat terkenal dan bisnisnya begitu pesat dengan perkembangan yang cukup terbilang cepat. Hanya beberapa tahun dia menggantikan ayahnya, dia sudah bisa mengalahkan beberapa pembisnis lain. Selain sikapnya yang dingin dan playboy, ternyata memang dia dianugerahi iq tinggi, denga nisi kepalanya yang cemerlang itu bisnisnya bisa sukses.

“Lucy, apa kau ada hubungan dengan Arsan?” tanyanya.

Aku pun menghentikan suapanku dan mengarahkan pandanganku padanya, “Maksud bapak apa? Kenapa bapak bisa bicara seperti itu, saya baru beberpa hari bekerja di perusahaan bapak.”

“Ya, saya tahu. Akan tetapi beberapa kali saya melihat Arsan selalu tersenyum padamu dan dia juga berbicara denganmu, terlihat akrab,” ucap Dariel.

“Hanya sekedar saling menyapa Pak, setelah itu membicarakan pekerjaan,” ucapku, setelah itu aku fokus dengan makan siangku.

Benar saja hari ini aku pulang pukul tiga dini hari, aku sudah berada di basemant. Aku berjalan menuju mobilku, namun saat aku akan membuka pintu mobilku tiba-tiba saja tanganku sudah dicekal oleh seseorang.

“Aku akan mengantarkan kamu kembali,” ucapnya.

Ya, siapa lagi kalau bukan bos yang menyebalkan yang selalu berbuat seenaknya padaku.

“Ini sudah dini hari dan tidak baik jika wanita pulang sendirian,” ucapnya.

Aku menghela napas panjang dan melepaskan cekalan Dariel dengan kasar. “Maaf, Pak. Tapi saya bawa mobil sendiri lalu bagaimana dengan mobil saya nantinya jika saya bersama dengan Bapak?”

“Biar nanti orang suruhanku membawa pulang mobilmu,” ucap Dariel, lalu dia juga mencekal tangan Lucy dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.

Sedangkan Lucy yang selalu diperlakukan seperti itu menjadi kesal sendiri. Dan menganggap jika kerja dikantor lelaki yang suka seenaknya sendiri adalah kesialan. Padahal dia bekerja itu untuk menghilangkan kebosanannya dan mencari tahu tentang siapa dia sebenarnya ataukah dia memang sebelumnya sudah meninggal dan kembali hidup dan menjadi orang yang berbeda?

“Mulai hari ini jika kamu tidak menurut denganku maka kamu akan mendapatkan hukumannya,” ucap Dariel.

“A-apa maksud Bapak?” tanya Lucy tidak mengerti.

Dariel menoleh kearah Lucy sebentar, “Di luar kantor kamu bisa memanggilku Dariel. Aku juga tidak suka kamu terlalu dekat dengan Arsan.”

“Apa hubungannya,” ucap Lucy.

“Argh! Sakitt!” teriak Lucy.

Dariel menghentikan mobilnya dengan mendadak hingga membuat Lucy terpental kedepan dan membentur dasboard mobil.

“Apa orang tua kamu tidak bilang jika kita dijodohkan. Aku tidak mau jika milikku di sentuh atau berdekatan dengan lelaki seperti Arsan,” ucap Dariel.

“Hah! Apa?”

Jujur aku tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Dariel. Di jodohkan? Sejak kapan? Kenapa dia tidak tahu. Tunggu, orang tua? Ya, aku baru ingat saat pertama aku sadar aku melihat sepasang suami istri yang duduk di dekat ranjangku. Mereka juga mengatakan bahwa mereka adalah orang tuaku, akan tetapi sampai detik ini aku belum bertemu mereka kembali dan aku juga memilih tinggal di apartemen dari pada di rumah itu.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku, sedangkan lelaki yang ada di sampingku saat ini hanya mendesah sambil mendesah dan menjambak rambutnya.

“Sebenarnya apa yang terjadi Lucy? Kenapa kau bisa melupakan semuanya. Aku sudah menunggumu selama satu tahun dan bahkan sampai menunda pernikahan kita,” ucapnya lagi.

“A-apa?”

Kenapa bisa? Hal apa yang aku lupakan, kenapa tidak sedikit pun ingatan di kepalaku mengingatkan masa lalu dan kenapa hanya Arsan yang aku ingat? Benarkan jika lelaki yang ada di sampingku ini adalah calon suamiku. Kenapa aku tidak pernah mengingatnya sedikit pun, dan bahkan aku sangat membencinya karena kelakuannya yang semauanya.

Bab 03 Menginap

Sejak malam itu aku terus memikirkan apa yang dibicarakan oleh Dariel padaku. Bahkan aku terus mencoba mengingatnya namun tidak sedikit pun aku mengingatnya dan hanya ingatan bersama Arsan. Ya, memang aku merasa pernah menikah dengan lelaki itu akan tetapi dia sangat jahat padaku hingga saat itu aku menggalami kecelakaan hebat. Tapi saat aku bangun dan sadar, dokter yang merawatku bilang aku di tembak oleh orang hingga membuatku berakhir koma. Jadi mana yang harus aku percaya, aku sendiri pun bingung.

Siang ini aku sudah berada di depan rumah yang mengaku sebagai orang tuaku, bahkan beberapa pelayan menyambutku dengan hangat. Aku belum masuk ke dalam bahkan aku masih berdiri di depan pintu. Aku begitu ragu untuk masuk ke dalam dan bertanya semuanya tentang hubunganku dengan Dariel.

Aku menghembuskan napas panjang, setelahnya aku memberanikan masuk ke dalam menemui orang tuaku. Aku mencarinya dan ternyata mereka sedang berbincang di halaman belakang, aku melangkahkan kakiku bergabung dengan mereka.

“Lucy,” ucapnya tersenyum, bahkan di usianya yang sudah memasuki lima puluh tahun masih terlihat cantik. Ya, dia adalah mamaku, dia pun langsung beranjak dari duduknya dan langsung memelukku.

“Kenapa baru kemari, Mama dan Papa sangat merindukan kamu,” ucapnya kembali.

Aku pun melepaskan pelukan mama, “Maafkan, aku. Aku sibuk dengan pekerjaanku.”

“Apa Dariel memperlakukan kamu dengan begitu keras dan menyurhmu ini itu,” sambung Malvin.

“T-tidak, Pa,” ucapku tersenyum.

Sebelum melanjutkan pembicaraan, Mama mengajakku untuk duduk lebih dulu. Jujur saja aku masih bingung dengan keadaanku saat ini, mungkinkah memang aku hidup kembali dan menjadi orang lain? Akan tetapi wajahku saat ini atau pun sebelumnya tidak jauh berbeda.

“Apa, kamu datang kemari mau bertanya tentang hubunganmu dengan Dariel?” tanya Papa.

Aku hanya bisa mengangguk, sedangkan mama yang berada di sampingku mengelus punggungku dengan lembut dan senyuman bibirnya yang terlihat manis.

“Seharusnya Papa dan Mama membawamu pergi untuk berobat di rumah sakit yang canggih sehingga kamu tidak akan seperti ini. Namun karena keadaanmu saat itu yang tidak memungkinkan jadi kami hanya bisa berdoa kamu akan baik-baik saja. Tapi papa sangat kagum dengan Dariel yang begitu sabar menunggumu bangun, tapi ingatanmu hilang dan kata dokter hanya mengingat moment tertentu,” ucapnya.

“A-apa benar aku dan Dariel akan menikah?” tanyaku.

“Ya, kalian berdua akan menikah karena sebelumnya kalian sudah bertunangan namun tuhan berkehendak lain dengan membuatmu dirimu harus berbaring di rumah sakit dan mengalami koma,” ucap Papa kembali.

Kenapa bisa aku melupakan moment itu dan kenapa yang ada di ingatanku hanya Arsan mantan suamiku. Namun Papa dan Mama tidak pernah mengatakan jika sebelumnya aku pernah menikah.

“M-maaf, Pa, Ma. A-apa sebelumnya aku pernah menikah?” tanyaku pelan dengan menundukkan kepalaku karena tidak berani menatap Mama dan Papa.

Namun mereka berdua tertawa, apa aku salah bertanya? Atau pertanyaanku memang sangat lucu sehingga membuat mereka tertawa.

“Bagaimana bisa Lucy, pertanyaan konyol itu kamu tanyakan. Dariel saja untuk mendapatkan kamu saja membutuhkan kesabaran begitu ekstra, tentu saja kamu belum pernah menikah,” ucap Mama.

“Ya, apa yang dibilang mama kamu benar. Pertanyaan macam apa yang kamu tanyakan barusan Lucy,” ucap Papa.

Ternyata sangat begitu rumit keadaanku saat ini, namun aku harus berusaha mengingat siapa sebenarnya aku.

Malam harinya kami pun makan malam bersama di rumah orang tuaku dan tentu saja Dariel juga ada karena Papa menggundangnya. Bahkan sepanjang makan malam Papa dan Dariel hanya membahas pekerjaan sedangkan aku dan mama akan menanggapinya sesekali.

Selesai makan malam Dariel mengajakku untuk kembali bersama, dia akan mengantarkan aku kembali ke apartemen. Sebenarnya orang tuaku menyuruhku untuk tinggal di rumah namun aku menolak dan berakhirlah saat ini aku berada di mobil Dariel. Bahkan sedari tadi aku hanya diam saja tanpa ingin berbicara kepadanya, aku sibuk dengan pikiranku sendiri tanpa sadar mobil Dariel sudah berhenti namun bukan di basemant apartemenku. Aku sendiri juga tidak tahu saat ini aku dimana.

“Dimana ini? Ini bukan apartemenku,” ucapku menoleh ke arah Dariel.

Lelaki itu tersenyum, “Apartemenku, aku mau malam ini kamu menginap di apartemenku. Aku juga tidak mau menerima penolakan.”

“A-apa? Aku tidak mau. Kalau begitu aku akan kembali sendiri dengan menaiki taksi,” ucapku kesal namun saat aku mau turun pintu mobil Dariel masih terkunci.

“Jangan berani kabur dariku Lucy, atau kamu akan mendapatkan hukumannya. Menurutlah padaku Lucy, bukankah sebentar lagi kita akan menikah jadi menurutlah padaku,” ucap Dariel.

Menyebalkan bukan? Bahkan dia sangat berani padaku. Memang dasar lelaki brengsek, jika dia menyanyangi pasangannya maka dia akan memperlakukannya dengan baik pasangannya.

“Lucy, bahkan sebelumnya kamu sangat menurut padaku. Bahkan dengan senang hati kamu akan merawatku saat aku sakit dan sesekali kamu akan menginap di apartemenku. Honey, aku hanya ingin kamu kembali mengingatnya moment saat kita bersama. Apa aku salah, namun jika kamu memaksanya maka aku akan mengantarkan kamu kembali ke apartemen kamu,” ucap Dariel.

“Jangan!” teriakku secara reflek, bahkan tanpa sadar aku juga menggengam tangan Dariel dengan erat.

Dariel pun tersenyum dan membawa tubuhku ke dalam pelukannya. “Kamu tahu, aku sangat merindukan kamu. Tolong jangan tinggalkan aku kembali, aku tidak sanggup jika hidup tanpa dirimu.”

Rasa nyaman dan degup jantungku yang begitu cepat membuatku ingin lama di pelukannya. Bahkan saat Dariel memelukku pun aku tidak menolaknya, aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam diriku.

Dariel menyuruhku untuk membersihkan diri lebih dulu. Sedangkan dia akan pergi ke ruang kerjanya lebih dulu karena harus menyelesaikan pekerjaannya. Aku pun menurutinya, saat aku membuka lemari yang ada di apartemen Dariel banyak sekali baju wanita. Mungkinkah ini baju milikku? Apa benar dulu aku selalu tidur di apartemen Dariel.

Aku pun segera memilih salah baju dan masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air dingin membuat kepalaku kembali segar dan pikiran yang membuatku terbebani itu sedikit menghilang walau nantinya aku akan memikirnya kembali.

Cupp …

Dariel tiba-tiba saja mencium pipiku, aku begitu kaget karena aku tidak tahu kapan dia masuk ke dalam kamar.

“Kenapa belum tidur? Kenapa melamun? Apa yang kamu pikirkan?” tanyanya.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, dan tersenyum pada Dariel. Aku sangat menyukainya dengan perlakuan manis Dariel namun aku juga tidak boleh terlena begitu saja dengan sikapnya. Aku tidak ingin merasakan sakit lagi yang begitu dalam nantinya. Walau pun dia bersikap baik dan sangat tulus menyanyangiku akan tetapi aku masih tidak tahu kedepannya bagaimana dan sebenarnya apa yang terjadi padaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!