Intan bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas. Intan tinggal bertiga bersama ayah kandungnya dan adik perempuannya yang masih sekolah, duduk di bangku SMP kelas tiga. Ayahnya Intan tidak bekerja, ia hanya bermain judi bersama teman tetangganya dan mengojek.
Intan menjadi tulang punggung dalam keluarga kecilnya. Ibunya Intan telah tiada, semenjak Intan masih duduk dibangku SMA. Dan Intan sudah kehilangan ibu kandung yang disayanginya itu.
Intan sebelum berangkat sekolah, ia menyempatkan waktunya untuk membeli gorengan ke warung dan dijual ke teman-teman sekolahnya pada jam istirahat.
Modal usaha yang di dapat Intan ialah hasil dari ia menjuarai lomba bulu tangkis. Karena dari semenjak duduk di bangku SMP dulu, Intan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler: Paskibraka, Pramuka, dan Badminton. Hingga pada akhirnya, Intan selalu di pilih oleh guru pelatih badminton untuk mengikuti perlombaan yang diadakan setiap tiga bulan sekali.
Intan pun, sempat memenangkan mendali emas tingkat kabupaten dan tingkat provinsi dari lomba bulu tangkis. Dari semenjak di bangku SMP, Intan sudah jualan gorengan.
Dan dari hasil jualan gorengan itu, Intan bisa menyekolahkan adiknya bernama Intan. Sedangkan ayahnya Intan kegiatan sehari-harinya digunakan bermain berjudi dan mengojek.
Suatu hari ayahnya Intan bertemu dengan duda juragan empang. Juragan itu adalah seorang duda yang memiliki sifat keras kepala serta haus akan harta dan wanita. Ayahnya Intan sempat ditawarkan perjanjian dengan juragan empang itu, yang menginginkan Intan untuk dijadikan istrinya dengan mahar 15 juta.
Ayahnya Intan pun, langsung setuju dengan perjanjian juragan itu. Lalu, akhirnya bergegas pulang ke rumahnya dan disambut hangat oleh Intan beserta adiknya bernama Desi.
Saat membuka pintu rumah, Intan gembira melihat ayahnya pulang dan membukakan pintu masuk kepada ayahnya, "Ayah sudah pulang?" sambut Intan dengan memberikan senyuman.
"Iya Ayah pulang, dapat kabar gembira nih! Kalau Intan akan segera ayah jodohkan dengan duda juragan empang!" ungkap Ayahnya Intan.
Intan diam sejenak dan akhirnya berkata lugas pada ayahnya, kalau ia tidak mau dijodohkan dengan duda juragan itu.
Ayahnya pun, bermuka merah dan marah kepada anaknya, "Intan jika tidak menikah dengan duda juragan empang itu, maka kamu bukan anakku yang tidak patuh pada nasihat orang tua dan anak durhaka!"
Intan pun memelas dan bersedih, "Ayah ... Intan tidak bisa menikah dengan duda itu karena belum lulus sekolah SMA dan sebulan lagi mau kelulusan sekolah!"
"Baiklah, kalau Intan sudah lulus sekolah, maka kamu harus menikah ya!" ucap Ayahnya.
Intan pun diam membisu, di dalam hatinya mau menolak permintaan ayahnya itu dan ingin melanjutkan perguruan tinggi dengan mendapatkan beasiswa. Karena itu adalah mimpi dan cita-citanya dulu.
Sebulan kemudian, Intan kelulusan sekolah dan pernah mengikuti tes beasiswa di perguruan tinggi negeri bersama temannya. Intan mengambil fakultas hukum dengan jurusan ilmu pemerintahan.
Namun di dalam hatinya, Intan tetap ingin melanjutkan pendidikannya dan akan menolak permintaan ayahnya, untuk dijodohkan kepada juragan empang itu.
Pada malam hari Intan berbicara baik-baik pada ayahnya, kalau ia tidak mau dijodohkan, serentak ayahnya marah, "Tidak bisa, kamu harus dinikahkan dengan juragan empang itu, jika tidak mau Intan akan menjadi anak durhaka dan kalau tetap menolak perjodohan ini, maka akan ayah usir malam ini juga!"
Intan pun mendengar perkataan ayahnya, yang menyakitkan hatinya, hingga air matanya membasahi pipi Intan.
Lalu, Intan menjelaskan pada ayahnya dengan santun, "Intan sanggup menikah dengan duda juragan empang itu dengan alasan jika setelah menjadi istri duda tersebut, Intan tidak dilarang oleh suaminya untuk melanjutkan pendidikan sekolah!"
Kemudian, ayahnya Intan dalam hatinya senang, kalau Intan ternyata menyetujui perjodohannya, dengan duda juragan empang itu.
***
Keesokan harinya ayahnya membawa Intan dan Desi ke rumah duda juragan empang. Sesampai disana mereka bertiga disambut baik oleh duda juragan empang itu, serta mempersilakan masuk kepada ketiga tamu tersebut.
"Pak Budi, saya kemari membawa anakku bernama Intan, setuju untuk menikah dengan, Bapak!" ungkap Ayahnya Intan.
Lalu, duda juragan empang itu bernama Pak Budi menjawab dengan senang, "Ya bagus kalau begitu, kita tetapkan segera tanggal dan tempat pernikahannya!"
***
Pada hari minggu Intan dan Pak Budi menikah di rumah megahnya duda juragan empang itu. Ayahnya Intan begitu senang, karena Intan berhasil di jodohkan dengan Pak Budi. Acara pernikahan Intan dan Pak Budi begitu meriah, hingga banyak tamu undangan yang datang memberikan doa dan restu.
Begitu pula teman-teman sekelasnya Intan yang datang ke pesta pernikahannya, dengan memberikan ucapan selamat menempuh hidup baru kepada Intan.
3 hari kemudian, bulan madu Intan dan Pak Budi telah usai, namun hati Pak Budi telah puas karena hasrat untuk menikahi Intan sebagai gadis yang calak (elok) itu, telah di jadikan istri Pak Budi.
Namun di dalam hatinya, Pak Budi berniat untuk menjual Intan sebagai istrinya kepada laki-laki hidung belang. Intan tidak diperbolehkan oleh suaminya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, walaupun Intan mendapatkan beasiswa dari kampus yang selama ini dia inginkan.
Hatinya Intan sedih sekali, air matanya membasahi pipinya karena mimpinya untuk melanjutkan pendidikan belum ia wujudkan. Menjelang waktu isya, Intan diminta Pak Budi suaminya itu, untuk berpakaian seksi dan tidak boleh mengenakan kerudung.
Intan sempat menolak permintaan aneh suaminya itu, namun Pak Budi malah marah, "Kenapa kamu sebagai istri menolak permintaan suaminya? Apa kamu ... mau menjadi istri yang pembangkang?"
Lalu, Intan menjawab pertanyaan suaminya dengan santun, "Baik Pak Budi, bukannya aku menolak tapi mengapa meminta Intan memakai baju yang seksi? Dan tidak boleh memakai kerudung, memang kita berdua mau pergi kemana?"
Pak Budi menjawab dengan lantangnya, "Sudah jangan banyak bicara ... cepat ganti pakaianmu!"
Kemudian, Intan bergegas pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Setiba sampai dikamar, Intan memakai pakaian seksi dan bercermin di depan kaca lemari.
Dalam hatinya Intan bersedih, "Kenapa suami meminta istrinya untuk memakai baju yang seksi, apakah Intan ini mau di bawa ke tempat hiburan malam?"
Dan air mata Intan pun, tak terasa membasahi pipinya. Tak lama kemudian, Pak Budi memanggil Intan dan ia pun segera keluar kamar. Begitu keluar kamar, ia terkejut ternyata suaminya sedang melakukan transaksi dengan om-om yang belum di temuinya laki-laki itu.
"Intan, perkenalkan ini ada laki-laki tampan bernama, Pak Dani! Malam ini juga, kamu harus kencan dengannya! Antara kita berdua Pak Budi dengan Intan, malam ini kita bercerai karena kamu sudah saya jual kepada Pak Dani dengan mahar 15 juta dan kamu harus ikuti kemauannya!" ungkap Pak Budi dengan berbicara tegas.
Intan tak menyangka kalau suaminya bisa berbuat seperti itu dan ia langsung menangis terisak-isak hingga marah kepada suaminya, "Pak Budi jahat, kenapa tega menjual istrinya sendiri kepada laki-laki lain? Pak Budi tidak punya hati nurani dan tega menceraikan istrinya hanya demi uang!"
Pak Budi menjawab, "Sudah kamu jangan banyak bicara, lebih baik Intan pergi dari rumah ini dan menikahlah dengan Pak Dani karena Intan sudah saya jual kepada pria tampan ini!"
Intan dengan air mata berlinang, menjawab dengan tegas, "Tidak Pak Budi, tidak mau!"
Pak Budi menyatakan, "Kamu harus mau, Intan!" sambil menampar keras pipi istrinya.
Dan seketika Intan berteriak lantang, "Tidak mau, Pak Budi!"
Hingga Intan menjerit kencang meminta pertolongan, "Tolong.. tolong.. tolong..." agar rintihan suara Intan terdengar oleh warga tetangga setempat.
Tak lama kemudian warga setempat pun datang dan menghampiri rumah Pak Budi itu.
Lalu, Intan menceritakan masalahnya kepada tetangga yang datang ke rumah Pak Budi dan Ketua RT juga, langsung menelepon polisi setempat hingga tak lama polisi datang ke rumah Pak Budi, serta membawa kedua tersangka yaitu: Pak Budi dan laki-laki bernama Pak Dani itu.
Akhirnya setelah kejadian malam itu, keesokan harinya Intan pergi ke kampus dan mengambil beasiswa pendidikan jurusan ilmu pemerintahan di perguruan tinggi.
Kini mimpi Intan untuk belajar di perguruan tingginya tercapai, namun sayang ayah kandungnya itu tertangkap polisi di halaman rumahnya, karena terciduk sedang bermain judi bersama teman-teman ayahnya dikampung halaman.
Hati Intan sungguh sedih, merasa terpukul karena dia jadi tinggal berdua bersama Desi yang masih sekolah.
Intan setiap hari seperti biasanya, ia membeli gorengan dan kue kering di warung dekat rumahnya, untuk dijual kembali ke teman-teman di kampus barunya. Di kampusnya itu, Intan bertemu dengan teman-teman barunya dan ia bisa beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Intan menyukai mata kuliah pendidikan kewarganegaraan karena ia sangat mencintai negara Indonesia, yang sudah merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda.
Intan pun adalah mahasiswa yang aktif dan mengikuti Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusnya itu. Pada jam istirahat bel berbunyi, Intan segera membereskan buku-buku pelajarannya dan dimasukkan ke dalam tasnya.
Setelah itu, Intan keluar dari ruang kelasnya dan bergegas ke loker tempat penyimpanan barang-barang, untuk mengambil kue kering dan gorengan untuk dijualnya di kantin.
Pada saat di kantin, Intan menawarkannya ke semua mahasiswa yang lewat kepadanya dan ada beberapa temannya yang membeli barang dagangannya itu.
Intan sudah tidak malu lagi untuk jualannya itu, karena ia sudah terbiasa dengan mental bajanya. Dan Intan jualan pun, untuk menyambung hidup dirinya dengan adik perempuannya yang masih sekolah.
Berani karena benar, takut karena salah ialah kata-kata motivasi yang didapat dari mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia, semenjak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Intan adalah orang yang pantang menyerah, ia selalu mengikuti berbagai macam perlombaan yang diadakan di kampusnya itu.
Intan dengan semangat juangnya, tak kenal lelah untuk bisa sampai diikutsertakan lomba badminton tingkat nasional. Karena Intan ingin berusaha sekuat tenaga mengharumkan nama baik keluarganya dan juga kampusnya melalui kemampuannya dalam bermain bulu tangkis.
***
Intan mengikuti lomba bulu tangkis, untuk pertama kalinya ia ikut lomba badminton tingkat nasional. Intan sebagai perwakilan dari kota Bandung, yang mewakili semua teman-teman kuliahnya di kampus barunya untuk mengikuti lomba badminton.
Lomba bulu tangkis pun, berlangsung dipertandingkan oleh Intan di depan orang banyak yang disaksikan acara tersebut dari berbagai macam: suku, ras, dan agama yang berbeda.
Para penonton dari warga provinsi Jawa Barat dan khususnya dari kelompok mahasiswa kampusnya Intan, bersorak ria saat penampilan Intan begitu indah menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan lentur dan bagus.
Dan sampai akhirnya, Intan memenangkan lomba bulu tangkis tersebut. Sorakan pun, semakin keras terdengar saat pengumuman lomba badminton di umumkan.
Ternyata saat sedang di umumkan, nama Intan disebutkan kalau ia dari lomba bulu tangkis, Intan juara pertama dari lomba bulu tangkis tingkat nasional. Intan pun terharu, ketika namanya dia dipanggil ke depan untuk diberikan penghargaan.
Dipanggung kejuaraan, Intan diberikan mendali emas dan uang penghargaan serta di foto bersama untuk diabadikan serta di dokumentasikan oleh pihak yang berwenang. Dan dari para dosen hingga teman-teman Intan dari kampusnya, mengucapkan selamat atas prestasinya yang diraih Intan.
Intan pun, mengucap syukur kepada Tuhan karena melalui doanya, ia mampu mewujudkan mimpinya itu. Namun Intan belum merasa hidupnya tenang, karena ia ingin membebaskan ayah kandungnya dari jeruji besi penjara.
***
Keesokan harinya, Intan datang ke kantor polisi untuk menemui ayah kandungnya itu. Lalu, Intan ingin membebaskan ayahnya dari penjara, dengan menebus membayar uang tahanan ke pihak polisi, supaya pihak berwenang bisa membebaskan ayah kandungnya itu dari jeruji besi.
Setelah membayar tebusan tahanan ke pihak yang berwenang, akhirnya ayahnya Intan dibebaskan dari dalam penjara.
Uang yang di dapatnya dari penghargaan prestasinya Intan, sebagian dibayarkan untuk membebaskan ayahnya dari tahanan kantor polisi dan sebagiannya lagi dari uang tersebut, akan Intan di sumbangkan ke Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu.
Intan pun, berucap syukur kepada Tuhan karena bisa mewujudkan mimpinya dan hidupnya untuk menjadi pemuda Indonesia yang berbakat. Hingga bisa membanggakan nama baik kota tempat tinggalnya, serta bisa mengharumkan nama baik kampusnya, dan keluarganya.
Kini hidup Intan menjadi bahagia bersama ayah dan adik perempuannya. Namun saat kebahagiaan menerpa hidup Intan, tiba-tiba setelah beberapa hari dibebaskan dari penjara, ayahnya mulai merasa sakit ginjal.
Pada waktu siang hari, ayahnya Intan sedang mengepel lantai bersama Desi. Saat mengepel lantai, ayahnya terjatuh pingsan ke lantai.
"Ayah, kenapa ayah?" ucap Desi seraya langsung memegang tangan ayahnya. Ternyata detak urat nadinya masih berdenyut dan ayahnya masih hidup, hanya pingsan biasa. Lalu, Desi segera mengambil ponsel seluler ke kamarnya.
Dan Desi segera menelepon kakaknya, "Halo, Kak? Ini Desi adikmu!"
"Iya halo, Desi ada apa tumben kamu menelepon?" tanya Intan.
"Itu Kak Intan, Desi mau memberi kabar kalau ayah sekarang pingsan, Kak!" jawab Desi saat menelepon Kakaknya.
"Ya sudah, Desi segera secepatnya bawa ayah ke rumah sakit setempat dan minta bantuan Kak Rudi ya, tetangga samping rumahmu itu. Nanti Kak Intan langsung secepatnya pulang dari kampus dan mau meminta ijin dulu ke dosen. Hati-hati ya!" ungkap Intan ditelepon sambil menutup teleponnya.
"Baik, Kak Intan!" pungkas Desi seraya menutup ponsel seluler dan langsung ia simpan di saku celananya.
Lantas apa yang akan terjadi dengan Ayah kandungnya Intan?
Ikuti terus kisah serunya!
Adik kandung Intan bernama Desi itu, bergegas membuka pintu rumah untuk segera ke rumah Kak Rudi anaknya Pak RT.
"Tok.. tok.. tok... Halo, Kak Rudi?" ucap Desi seraya mengetuk pintu rumah Kak Rudi.
Didalam rumah ada Rudi lalu, ia langsung mengatakan, "Iya tunggu sebentar, ini Rudi lagi sedang membuka kunci rumah!" sambil membuka pintu rumahnya.
"Iya, Desi ada apa?" tanya Rudi dengan ekspresi wajahnya kebingungan.
"Ini Kak Rudi, Ayahku pingsan saat kami berdua sedang mengepel lantai rumah!" jawab Desi dengan hatinya gelisah.
Lalu, Rudi pun dengan paniknya langsung menanyakan, "Apa ayahmu pingsan, terus dimana ayahnya sekarang, Desi?"
"Ayahku sekarang masih tergelatak di lantai dan Desi kesini ... meminta bantuan ke kakak agar membawa ayahku ke rumah sakit." pungkas Desi seraya kedua matanya berkaca-kaca.
"Oh seperti itu, Desi jangan khawatir ya! Kak Rudi panggilkan Bapak dulu, untuk bisa membantu, ayahmu!" jawab Rudi dengan berusaha menenangkan hati Desi yang sedang panik dan gelisah.
"Siap, Kak Rudi!" jawab Desi dengan suara yang begitu cemas karena keadaan ayahnya masih pingsan.
Kemudian, Rudi masuk ke dalam rumahnya dan segera mencari Bapaknya di sudut ruangan. Pergi ke dapur yang ternyata Bapak, ada di dapur sedang membantu Ibu sedang memasak makanan.
"Pak, aku mau minta bantuan kalau di luar ada Desi minta pertolongan ke Rudi, buat membantu ayahnya Desi ... pingsan di rumahnya!" ungkap Rudi dengan suara yang lugas.
"Apa ayahnya Desi pingsan kenapa, Rudi? Ya sudah Bapak bantu dulu ayahnya Desi ya!" ucap Pak RT seraya hatinya merasa empati.
Lalu, Pak RT dan Rudi segera bergegas menemui Desi di luar, "Desi dimana sekarang ayahmu?" jawab Pak RT seraya ekspresi wajahnya khawatir.
"Ayah ada di dalam rumah, ia pingsan saat kami berdua sedang mengepel lantai di rumah. Ayo Pak RT dan juga Kak Rudi mari ke rumah, Desi!" jawab Desi dengan ekspresi wajahnya sedih dan cemas.
"Baik siap, Desi!" pungkas Pak RT dengan memberikan senyuman.
***
Mereka bertiga berjalan cepat ke samping rumahnya Desi dan melihat ayahnya yang ternyata saat dibuka pintu rumah, ayahnya sudah tiada entah kemana. Lalu, Desi merasa heran kenapa ayahnya bisa tidak ada di lantai.
Desi pun, langsung mencari ayahnya dengan suara yang mau menangis, "Ayah.. ayah.. ayah dimana?"
Mencari ayahnya ke sudut ruangan dan ke dapur ternyata ayahnya entah kemana perginya.
Tiba-tiba ponsel milik Desi berdering dari dalam saku celananya. Pas dilihat telepon dari Kak Intan dan Desi langsung mengangkat telepon, "Iya halo ... ayah tidak ada di rumah?" tanya Desi dengan menangis karena merasa cemas dan bingung.
"Tenang Desi, Kakak ini lagi ada di rumah sakit bersama ayah. Tadi pas Kakak ke rumah, kondisi ayah sudah terbangun dari pingsannya lalu, Kakak bawakan minum untuk ayah dan meminta Kakak untuk membawanya ke rumah sakit. Ya sudah Desi jangan cemas! Segeralah kamu sekarang kesini, temui Kakak di pintu masuk ruang tunggu administrasi!" ungkap Intan memberikan penjelasan pada adiknya melalui telepon.
"Baik Kak, Desi ini sama Pak RT dan Kak Rudi lagi di rumah mau segera pergi kesana, baik tunggu ya!" ucap Desi ditelepon.
"Pasti, Kak Intan menunggu kalian datang kemari!" pungkas Intan dengan segera menutup teleponnya.
Terus Desi bilang ke Pak RT dan Kak Rudi, "Gimana mau ikut ke rumah sakit tidak? Ayahku ada disana karena oleh Kak Intan dibawa ke rumah sakit dan sekarang meminta Desi buat menjenguknya!" ungkap Desi dengan ekspresi wajahnya resah dan hatinya begitu sedih.
"Ya sudah, Rudi ikut saja ke rumah sakit! Kalau Bapak bagaimana?" tanya Rudi.
"Bapak maaf tidak bisa ikut ya, karena mau ada pertemuan nanti sore dengan Pak Lurah. Kamu saja Rudi yang ikut sama Desi ke rumah sakit! Bapak titip salam ya buat Intan dan juga ayahnya!" jawab Pak RT.
"Ya sudah ayo mari buruan, Kak Rudi!" pungkas Intan.
***
Kemudian, Rudi dan Desi pergi ke rumah sakit dengan naik angkutan umum. Jam menunjukkan pukul dua siang, Intan menunggu Desi yang belum kunjung tiba.
Tak lama datanglah Desi dan Rudi turun dari angkutan umum dan segera mereka berdua berjalan menuju ke pintu masuk ruangan administrasi.
"Hai, kalian berdua kemarilah!" ucap Intan memanggil adiknya dan juga Rudi.
"Baik, Kak Intan." jawab Desi dengan berjalan cepat.
Dan mereka berdua segera menghampiri Intan dan langsung Desi menanyakan, "Gimana keadaan ayah sekarang?"
Intan menjawabnya, "Keadaan ayah sekarang sedang di ruang mawar dan Pak Dokter bilang kalau ayah membutuhkan donor ginjal!"
Dengan rasa bersedih dan tak bisa dibendung lagi air mata Desi pun, membasahi pipinya hingga akhirnya menangislah sudah.
"Apa Kak, kok bisa ayah terkena sakit ginjal?" tanya Desi dengan ekspresi wajahnya gelisah.
Lalu, Rudi pun berupaya menenangkan hati Desi, "Yang sabar ya Desi, ini ujian dari Tuhan semoga Desi dan Intan diberikan ketabahan atas musibah ini!" ungkap Rudi seraya memeluk tubuh Desi yang lemas dan merasa iba, takutnya Desi pingsan.
Dalam pelukannya, Rudi bergumam dalam hatinya kalau ia mencintai Intan bukan Desi adiknya itu.
***
Kemudian, Pak Dokter segera keluar dari ruang ICU dan menghampiri Intan, Desi, dan juga Rudi ke bagian administrasi. Pak Dokter dengan raut wajah yang sedih ingin memberitahukan sesuatu.
"Gimana Pak Dokter, keadaan ayahku sekarang?" tanya Intan dengan wajahnya gelisah.
"Ayahmu sekarang, benar-benar membutuhkan donor ginjal secepatnya. Seperti saya sudah bilang sebelumnya, kalau ayahmu bisa tertolong jika secepat mungkin melalukan operasi donor ginjal. Karena kalau tidak secepatnya ayahmu mohon maaf, mungkin dia tidak akan tertolong!" jawab Pak Dokter.
"Lalu, Pak Dokter berapa yang harus dibayar untuk operasi donor ginjal?" tanya Intan dengan suaranya cemas dan kedua matanya berkaca-kaca.
"Operasi donor ginjal cukup mahal bisa menghabiskan uang 200 juta dan itu sudah termasuk biaya operasinya serta dikasih obat untuk nanti masa pemulihan!" jawab Pak Dokter.
Intan mengatakan, "Apa 200 juta?" dalam hatinya ia bersedih dan bergumam, kalau Intan punya tabungan 50 juta dari sisa uang penghargaan lomba bulu tangkis tingkat nasional.
"Iya betul ... bisa lakukan segera administrasinya sekarang juga. Sudah ya permisi!" pungkas Pak Dokter dengan memberikan senyuman.
Terus, Intan sejenak melamun dan tiba-tiba mengingat sesuatu kalau Intan bayarkan uang 50 juta ini, pastinya kurang 150 juta untuk bisa melakukan operasi donor ginjal buat ayahku.
Lalu, dari mana Intan harus cari uang 150 juta dalam waktu yang singkat, ditambah lagi Intan tidak bekerja hanya kuliah saja. Hati Intan sungguh terpukul dengan kondisinya saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!