NovelToon NovelToon

Trio Tangguh Dan Elena

Bab 1 Ketika kita muda

Di hari Minggu pagi, Dimas dan Arya masih setia menunggu Steven selesai beribadah di gereja bersama keluarganya.

Sudah cukup lama mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dimas dan Steven akhirnya menuruti permintaan ayah mereka untuk menjadi pemimpin perusahaan. Steven sudah menjadi CEO sejak berusia 21 tahun, tak lama setelah lulus kuliah S1. Saat itu ayah Steven jatuh sakit jadi Steven terpaksa menggantikan posisi ayahnya di perusahaan.

Ibu Steven sudah meninggal dunia karena sakit setahun sebelumnya ketika Steven berusia 20 tahun. Saat itu Steven benar-benar terpukul dan hampir tidak sanggup untuk melanjutkan kuliahnya. Namun sebelum meninggal Ibu Steven yang bernama Helen berpesan untuk tetap melanjutkan kuliahnya.

Berkat dukungan dari ayah dan dua sahabatnya, yaitu Dimas dan Arya, akhirnya Steven dapat menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude. Dari mereka bertiga, Steven memang yang paling pintar.

Dimas menggantikan posisi ayahnya di usia 25 tahun. Ia langsung memegang posisi CEO di kantor pusat di Jakarta. Posisi di kantor pusat seharusnya di pegang oleh kakak lelaki Dimas yang bernama Prakash. Tetapi Prakash justru lebih memilih kantor cabang di Singapura karena Ia mendapatkan Jodoh orang Singapura dan sampai saat ini masih menetap disana.

Diantara mereka, hanya Arya yang tidak ingin meneruskan kepemimpinan perusahaan seperti kedua sahabatnya. Ia ingin mandiri tanpa bergantung kepada orang tua dan memutuskan untuk mencari nafkah sendiri, padahal di keluarganya Ia satu-satunya anak lelaki. Ia hanya punya satu adik perempuan, jadi ayahnya berharap banyak pada Arya.

Setelah Steven selesai beribadah, mereka langsung membawa Steven ke sebuah cafe 24 jam langganan mereka milik kerabat Steven yang bernama Sam.

"Papiku tadi marah-marah loh, katanya kita jarang kumpul sekeluarga, sekalinya kumpul aku malah diculik sama kalian" Ucap Steven sambil geleng-geleng kepala.

Dimas dan Arya hanya tertawa mendengarnya.

Biasanya setelah ke gereja, keluarga Steven memang suka makan bersama sambil membicarakan kegiatan mereka masing-masing selama seminggu kemarin. Kadang di luar, terkadang juga di rumah. Biasanya di taman depan rumah keluarga Steven yang luas.

"Ya kan kita juga jarang ngumpul, Tev. Udah hampir sebulan kita ga ketemuan" Ujar Dimas beralasan.

"Iya sesekali ga apa-apa dong. Kamu kan tiap minggu selalu ngumpul sama keluarga kamu" Arya turut menimpali.

Tev adalah nama kecil Steven. Hanya Dimas dan Arya yang Ia perbolehkan untuk memanggil dengan nama tersebut. Sedangkan Papi Steven memanggilnya Steve.

"Papimu kelihatan sehat, Tev. Syukurlah... " Ujar Arya

"Iya sudah lebih baik sekarang" Ujar Steven sambil tersenyum

"Tapi kamu tetap harus waspada sama Aldo, Tev"

"Iya, ya. Makasih udah ngingetin"

Kemudian Arya menepuk bahu Steven pelan. Mata mereka menerawang mengingat kejadian sekitar 8 tahun yang lalu, ketika Steven baru setahun menggantikan posisi ayahnya untuk menjalankan perusahaan.

Aldo adalah saudara tiri Steven. Dua tahun setelah mami Steven meninggal, Papi Steven menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang bernama Aldo dan Emily.

Suatu hari, Dimas dan Arya berkunjung ke rumah Steven. Waktu itu Aldo menawarkan untuk membuatkan minuman untuk mereka. Sewaktu Arya pamit mau ke toilet, Ia tidak sengaja melihat Aldo menuangkan serbuk minuman ke minuman yang akan di suguhkan untuk mereka.

Seketika Arya langsung bereaksi dan memukul Aldo. Dimas dan Steven yang mendengar kegaduhan di dalam rumah langsung menghampiri dan melerai Arya dan Aldo. Sejak itu, Arya memang tidak pernah percaya lagi kepada Aldo. Ia merasa Aldo merencanakan sesuatu karena Ia ingin menguasai perusahaan Papi tirinya.

Setelah mengenang peristiwa itu, Steven lalu mengalihkan pembicaraan.

"Nama trio tangguh sebenarnya agak norak ya untuk kita yang sudah tua ini... "

"Yang tua kamu aja kali Tev, kalau kita sih masih muda... Iya ga, ya?" Ujar Dimas sambil minta persetujuan Arya.

"Iya dong masih muda... Lagian dulu yang ngusulin nama Trio tangguh kan kamu sendiri, Tev.. " Ujar Arya sambil menggoda Steven.

"Hehehe... Iya juga sih... Aku cuma ngerasa nama itu sekarang terdengar arogan... Iya ga sih?"

"Sepertinya sih iya. Tapi udahlah ga usah di ganti. Susah nyari ide nama lain lagi" Ujar Arya sambil nyengir.

"Ngomong-ngomong, kalian masih ingat ga sama Riva?" Tanya Dimas.

"Riva si Cheerleader idola sekolah itu?" Tanya Steven

"Iya. Gimana kabarnya ya sekarang? Masih cantik kayak dulu ga ya?"

Dimas yang terkenal playboy memang tak pernah lupa tiap kali membicarakan cewek cantik.

"Sebenarnya apa yang terjadi 13 tahun yang lalu? Aku merasa kalian ga pernah jujur sama aku" Ujar Dimas

"Emangnya selama ini kamu jujur sama kita? Kamu kan yg selalu ngaku yang paling pertama dapat Riva dari kita bertiga" Steven langsung menimpali omongan Dimas.

"Jadi kalian ga percaya sama aku? Ah.. Aku bener-bener kecewa sama kalian!"

"Jangan percaya sama dia, Tev. Akting doang itu sih" Arya berbisik kepada Steven tetapi masih bisa didengar oleh Dimas.

"Gitu ya. Ya udah kalau gitu aku pergi aja!" Ujar Dimas yang langsung berdiri meninggalkan Cafe

"Dih, ngambek!" Ujar Steven dan Arya berbarengan sambil tertawa terbahak-bahak.

Setelah itu Arya langsung bangun dan mengejar Dimas.

"Tunggu Dims! Gimana kalau aku bilang aku punya bukti tentang apa yang terjadi 13 tahun yang lalu? Apa kamu masih mau mengelak?"

Mata Dimas langsung terbelalak karena kaget.

"Duh, mati aku kalau mereka tahu yang sebenarnya. Mau taruh dimana nih muka yang ganteng ini?" Ujar Dimas dalam hati.

"Dims, kamu ngaca deh! Muka kamu merah tuh kayak kepiting rebus! Kamu takut Arya buka kedok kamu ya?" Ujar Steven masih sambil tertawa terbahak-bahak.

"Emang kamu tahu cerita yang sebenarnya, Tev?" Ujar Dimas penasaran.

"Ngga sih. Aku juga baru tahu hari ini dari Arya. Aku seneng aja liat muka kamu yang merah gitu, bikin aku tambah penasaran pengen dengar ceritanya!"

Arya yang dari tadi mendengar obrolan mereka hanya tersenyum-senyum sendiri.

"Aku ga bawa buktinya sih, tapi kalau kalian mau aku bisa bawakan saat ini juga. Buktinya ada di rumah. Jadi waktu itu aku ga sengaja Riva ngobrol sama sahabatnya di toilet sekolah. Dia pikir ga ada siapa-siapa di luar selain mereka berdua. Tapi aku sempat merekam pembicaraan mereka pake HP aku yang dulu. Trus hasil rekaman itu aku pindahin ke CD, yang sampai sekarang masih ada di rumah" Ujar Arya panjang lebar.

"Hah? Jadi beneran emang ada buktinya, ya?" Giliran Steven yang sekarang menimpali.

"Iya benerlah... Masa aku bohong sama kalian! Aku kan selama ini ga pernah bohong sama kalian! Eh tunggu... Tev, sekarang muka kamu tuh yang kayak kepiting rebus! Hahahaha... "

"Eh, sialan kamu ya! Cepet, pokoknya sekarang juga kamu pulang ke rumah ambil CD-nya! Aku ga percaya sama kamu sampai kamu bawa buktinya!"

"Iya bener! Cepetan ambil sana ke rumah! Nih, kunci mobil aku! Pokoknya harus cepetan balik ya! Ujar Dimas sambil melemparkan kunci mobilnya ke arah Arya.

"Iya... Iya aku ambil sekarang! Pada penasaran banget sih yang mau di bongkar rahasianya... Hahaha... " Arya pergi sambil terus tertawa terbahak-bahak menertawai kedua sahabatnya yang mukanya pucat karena takut ketahuan.

Bab 2 Tiga belas tahun yang lalu

Arya mengemudikan mobil Dimas dengan kecepatan sedang. Tadinya Ia ingin berlama-lama agar Dimas dan Steven tambah penasaran. Tapi tidak jadi karena setelah ini pun Ia masih bisa menjahili mereka.

Setelah tiba di rumahnya, atau lebih tepatnya rumah milik ayahnya, Arya langsung menuju kamarnya untuk mengambil CD rekaman yang sudah lama Ia simpan di laci kamarnya.

Sebelum tiba di kamarnya, Ia berpapasan dengan ayahnya.

"Kamu darimana?" Tanya ayah Arya

"Habis jemput Steven tadi. Aku mau ke kamar dulu yah, mau ambil sesuatu."

"Setelah itu mau pergi lagi?"

"Iya, ada urusan yah... "

"Ini hari minggu, Arya. Seharusnya kamu ada di rumah berkumpul dengan keluarga kamu"

"Iya, nanti aku juga kesini lagi"

"Tumben. Biasanya juga suka lupa pulang" Ujar ayah Arya dengan sinis.

'Sudahlah ayah... Aku ke kamar dulu... "

"Kita masih harus bicara, Arya!"

"Iya, nanti ayah... "

Arya memang selalu menghindar tiap kali ayahnya meminta untuk berbicara. Setelah mengambil CD yang berisi rekaman itu di kamarnya, Arya langsung kembali ke Cafe dimana Dimas dan Steven sedang menunggunya.

**

Tiga belas tahun yang lalu, menjelang hari ulang tahun Dimas, Arya, dan Steven yang ke tujuh belas tahun, mereka membuat taruhan untuk menghabiskan satu malam bersama dengan gadis paling populer di sekolah yang bernama Reva Riviera. Ia juga adalah salah satu dari anggota cheerleader di sekolah.

Trio tangguh lahir di tahun yang sama, masing-masing hanya selisih satu bulan. Dimas lahir di bulan Juli, Steven lahir di bulan Agustus, dan Arya lahir di bulan September. Dulu masing-masing dari mereka mendapat julukan berdasarkan bintang dari bulan lahir mereka, seperti Dimas si cancer, Steven si Leo, dan Arya si Virgo.

Dimas yang waktu itu mendapatkan giliran pertama bersama Reva, sangat membanggakan dirinya dengan mengklaim bahwa dirinya adalah orang pertama yang berhasil menaklukkan Reva. Begitu pula dengan Steven yang membesar-besarkan cerita tentang malamnya bersama Reva. Hanya Arya yang dari awal keberatan dengan ide ini dengan jujur mengaku kalau tidak terjadi apa-apa antara Reva dan dirinya.

Ketika itu Arya habis di olok-olok oleh Dimas dan Steven. Mereka menganggap Arya pengecut, sok suci, polos, sok jaim, dan macam-macam sebutan lainnya. Sedikit pun Arya tidak menggubris mereka.

**

Arya akhirnya tiba di Cafe Sam. Karena masih menjelang makan siang, Cafe masih terlihat belum terlalu ramai, tapi suasana di dapur bisa di pastikan ramai, karena chef dan para asistennya sedang sibuk mempersiapkan makanan yang akan di olah untuk makan siang nanti.

Trio tangguh selalu mendapatkan tempat VIP khusus untuk mereka bertiga tiap kali berkunjung ke cafe itu. Arya yang melihat Sam di depan sedang berbicara dengan salah satu pegawainya langsung menghampiri dan menyapa Sam.

"Gimana, Sam? Dimas sama Steven masih ada di dalam kan belum ada yang kabur?"

"Aman. Mereka lagi makan kok di dalam sambil suap-suapan" Ujar Sam jahil sambil nyengir.

"Ish... Jeruk makan jeruk dong!" Ujar Arya sambil pura-pura jijik.

"Hahaha... Nggak lah, aku bercanda. Ya udah langsung masuk aja sana sebelum mereka pada guling-gulingan di dalam!"

"Oke deh, aku ke dalam dulu ya, Sam...'

Sam hanya menjawab dengan mengajukan jari jempolnya.

" Nah... Akhirnya datang juga! Kirain mau kabur kamu, ya!" Ujar Dimas

"Ga terbalik Dims bukannya kamu yang pengen kabur tadi?" Gantian Steven yang menggoda Dimas.

"Jadi kita mulai aja apa gimana nih?" Ujar Arya

"Gas ya, langsung setel aja rekamannya!" Ujar Dimas dan Steven berbarengan walau sambil keringat dingin.

Arya langsung memasukan CD ke dalam laptop. Hasil rekamannya sebenarnya agak kurang bagus tapi mereka masih bisa mendengar suara Reva dan sahabatnya, Devi.

"Jadi gimana hasilnya sama Trio tangguh? Aku udah denger seliweran dari teman-teman, tapi aku mau denger langsung dari kamu!" Ujar Devi bersemangat.

Reva langsung celingukan melihat kesana kemari untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar. Setelah aman, baru ia bicara.

"Aku mau kasih tau kamu yang sebenarnya, tapi tolong kamu harus janji dulu ga cerita ke siapa-siapa ya! Karena cuma kamu yang aku percaya!"

"Oke, aku janji! Kamu bisa percaya sama aku" Setelah itu mereka langsung menautkan jari kelingking tanda jadi kalau pembicaraan mereka rahasia.

"Intinya aku kalah taruhan, vi!"

"Kok bisa? Gimana ceritanya? Bukannya cuma gagal sama si Arya aja ya?"

"Ngga, vi! Gagal semua! Dimas sama Steven cuma membual aja ke teman-teman!"

"Seriusan, va? Kok bisa?"

"Ya mungkin karena mereka malu, vi!"

"Jadi, kalau ga ngapa-ngapain trus kok bisa baru pulang pagi?"

"Ya abis gimana kalau pulang saat itu juga kan aku malu, vi!"

"Oke, jadi sama Arya akhirnya kamu cuma ngobrol doang kayak yang kamu ceritain ke aku sebelumnya, trus Dimas sama Steven ngapain?"

"Sebelum masuk kamar, Dimas udah mabuk berat, sampe kamar dia malah tidur sampai pagi! Ngeselin banget kan? Nah, sama Steven awalnya baik-baik aja, tapi sebelum ngapa-ngapain dia izin ke kamar mandi dulu, abis itu malah bolak-balik ke kamar mandi! Ternyata dia diare, vi sampai mukanya pucat karena saking lemesnya! Payah banget deh pokoknya!"

"Hahahaha... Kocak banget! Kalau gitu mendingan si Arya dong! Seenggaknya dari awal dia jujur!"

"Iya sih... Tapi tetep aja bikin kesel... "

"Ya udah va, ambil hikmahnya aja. Seharusnya kamu lega karena berarti segel masih aman!" Ujar Devi sambil nyengir.

Reva langsung mencubit lengan Devi karena malu.

"Ish, kamu jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya, aku kan malu!"

"Duh Reva, ngapain malu sih? Justru kalau kamu udah ga virgin tuh baru seharusnya kamu malu! Lagian dari awal kan aku udah ga setuju kamu ikut taruhan itu!"

"Iya vi, kamu emang sahabat aku yang terbaik! Makasih ya... "

Setelah itu mereka saling berpelukan.

"Ya udah yuk kita ke kantin. Aku udah laper nih! Aku traktir deh! Makan yang banyak va biar kamu ga sedih lagi"

"Kalau aku makan banyak trus jadi gemuk, nanti ga ada yang suka sama aku lagi gimana dong?"

"Ish, Reva! Kalau ada cowok yang ga suka sama kamu karena kamu gemuk berarti cowok itu ga tulus sama kamu, va!"

"Kamu tuh ya kalau ngomong suka bener!"

Mereka berdua tertawa, setelah itu keluar dari toilet menuju kantin sekolah.

Setelah melihat rekaman tersebut, Dimas dan Steven lama terdiam karena malu. Sekalinya bicara malah berbarengan.

"Jadi... "

"Kalian kompak banget ngomongnya, malunya juga kompak ya... Hahaha...!" Arya tertawa terbahak-bahak puas melihat muka merah mereka.

"Oke... Oke... Kita ngaku salah ya kan, Tev? Eh tapi aku penasaran deh, kenapa kamu baru bilang sekarang sih ya kalau punya rekaman itu?"

"Alasannya cuma satu : aku lupa... Hehehe... "

"Ya ampun bisa-bisanya dia lupa! Anyway, tapi dari rekaman tadi kita jadi tau ya kalau Reva ternyata juga taruhan tapi ga tau sama siapa dan satu lagi yang bikin lega adalah dia masih virgin. Coba bayangin kalau salah satu dari kita bener-bener ML sama dia... Kasian sih menurut aku. Iya ga?" Ujar Steven.

"Iya juga sih. Jadi pelajaran juga buat kita. Dulu kita emang ugal-ugalan banget. Kalau ga kapok mungkin kita masih ugal-ugalan sampe sekarang!" Ujar Dimas.

"Kamu aja kali, kita sih nggaa...! " Ujar Arya dan Steven berbarengan. Setelah itu Dimas menjitak satu persatu kepala Arya dan Steven.

Bab 3 Life Changing Tragedy

Trio Tangguh di masa mudanya hidup dengan berfoya-foya. Karena mempunyai orang tua yang kaya raya membuat mereka hidup mewah dan tanpa batas.

Segala hal telah mereka lakukan, kecuali soal main perempuan, karena sebenarnya mereka semua sangat cupu kalau soal perempuan. Diantara mereka bertiga, Dimas yang terkenal playboy karena suka gonta-ganti pacar. Tapi sampai lulus SMU, dia masih tetap perjaka karena tidak pernah pacaran melampaui batas.

Steven adalah yang paling pemalu jika berurusan dengan perempuan, begitu pula dengan Arya walau tak separah Steven yang kadang jadi gagap atau gemetar tiap kali berhadapan dengan perempuan.

Trio tangguh sudah mencoba merokok sejak duduk di bangku SMP. Di antara mereka bertiga, yang paling kuat merokok adalah Steven. Lalu di umur 16 tahun, mereka mulai mencoba memakai ganja. Setelah ulang tahun Arya yang ke 17, seorang teman menawarkan narkoba atau obat terlarang. Di sinilah awal malapetaka terjadi, karena mereka jadi kecanduan.

Sewaktu ujian kelulusan, ketiganya hampir tidak lulus karena sedang mabuk berat. Kemudian orang tua ketiganya di panggil oleh pihak sekolah. Setelah melakukan negosiasi, akhirnya mereka dapat mengikuti ujian susulan.

Ketika hari kelulusan tiba, Trio tangguh merayakannya dengan mabuk-mabukan di sebuah klab malam. Selain minum minuman keras, mereka juga memakai narkoba. Tiba-tiba, tanpa diduga, polisi menggerebek klab malam tersebut dan Trio tangguh di bawa ke kantor polisi setelah ketahuan hasil tes narkoba mereka adalah positif.

Masing-masing dari orang tua mereka marah besar dan merasa malu. Mereka tidak di tahan di penjara karena mereka pemakai, bukan pengedar. Setelah itu mereka harus di rehabilitasi.

Selama kurang lebih enam bulan, akhirnya mereka bisa bebas. Namun sebenarnya sisa-sisa zat beracun masih ada di tubuh mereka dan membuat mereka masih kecanduan dan belum sembuh total.

Hidup mereka setelah itu kacau. Orang tua mereka mencari pengobatan dimana-mana agar mereka cepat sembuh. Suatu hari Papi Steven mengusulkan pengobatan dengan cara langsung ke tabib di tempat kelahiran Papi Steven, yaitu di negeri Cina. Tapi hanya Steven dan Arya yang berangkat, Dimas tidak ikut karena tidak di izinkan oleh papanya yang lebih memilih pengobatan di Indonesia saja.

Awalnya pengobatan berjalan lancar, Steven dan Arya terlihat lebih baik. Di hari berikutnya, mereka diajak ke daerah dekat gurun Gobi untuk melakukan meditasi. Karena banyaknya anggota, Steven dan Arya berada di mobil terpisah. Namun hanya Steven yang tiba di tempat yang dituju dengan selamat, sedang mobil yang di tumpangi Arya menghilang.

Steven sangat sedih dan kalut. Mereka sudah mencari Arya kemana-mana, tapi tetap tidak ditemukan. Segala usaha telah dikerahkan namun belum juga ada hasil. Kemudian, setelah sebulan mencari, tiba-tiba anak buah keluarga Steven menemukan tulang belulang di dekat gurun Gobi. Steven sempat mengamuk dan tidak mau terima kalau tulang belulang yang mereka temukan adalah jasad Arya. Dia tidak percaya kalau sahabat yang sudah Ia anggap saudara itu telah meninggal.

Lalu, mereka menyerahkan tulang belulang itu untuk di periksa oleh tim forensik. Setelah hasilnya keluar, Steven lega sekali karena ternyata itu bukan tulang belulang milik Arya setelah DNA-nya di periksa.

Ketika mereka sudah hampir menyerah dan keluarga Arya sempat menganggap Arya sudah meninggal, tiba-tiba setahun kemudian Arya muncul di rumahnya dengan keadaan sehat wal'afiat. Ketika itu mereka sudah berumur 19 tahun. Steven dan Dimas sudah kuliah semester awal.

"Jadi, kamu sebenarnya kemana ya' selama ini? Kita benar-benar khawatir sama kamu. Apalagi aku kan yang ngajak kamu ke sana jadi aku merasa sangat bersalah sama keluarga kamu" Ujar Steven.

"Aku sebenarnya pengen cerita tapi takutnya kalian ga percaya sama aku"

"Udahlah cerita aja, jangan buat kita jadi penasaran!" Ujar Dimas.

Arya menghela nafas berat sebelum berbicara.

" Aku sebenarnya ga tau mereka itu sengaja atau ngga untuk mencelakai aku. Tapi sebelum tiba di tempat yang kita tuju, mobil tiba-tiba mogok. Waktu itu kita berpencar sambil nunggu mobil selesai di perbaiki. Tapi aku malah nyasar dan terdampar di gurun Gobi. Aku hampir mati karena dehidrasi. Untungnya seseorang menemukan aku. Ia adalah seorang pengusaha dari Arab Saudi yang sedang berlibur. Liburannya memang tidak biasa, Ia ingin menjelajah gurun Gobi dengan menggunakan mobil jeep."

"Setelah menemukan aku dengan kondisi hampir meninggal, mereka langsung membawa aku ke rumah sakit terdekat. Aku mendapatkan perawatan selama kurang lebih seminggu, setelah itu aku dibawa ke negaranya. Ia tinggal di kota Bahrain."

"Dibawa ke Arab Saudi? Kamu dijadikan TKI ya?" Ujar Dimas.

"Ish, ga kayak gitu juga, Dims! Aku emang diajarin macam-macam, malah aku diangkat jadi anak, lalu Ia membawa aku untuk di rehabilitasi lagi agar aku bisa sembuh total. Aku memang berhutang banyak padanya, malah aku di tawarkan untuk memegang salah satu perusahaan dia karena dia ga punya anak laki-laki. Tentu saja aku menolak. Perusahaan ayahku aja aku ga mau pegang masa giliran orang lain yang nawarin aku ga mau"

Dimas dan Steven yang dari tadi mendengarkan hanya bisa bengong antara percaya atau tidak dan bingung harus menanggapi apa.

Sebenarnya ada beberapa hal yang Arya enggan ceritakan kepada kedua sahabatnya seperti walau Ia telah menolak untuk memegang kepemimpinan di perusahaan pengusaha Arab tersebut, Ia tetap mendapatkan bagian saham perusahaan sebesar lima persen. Jumlahnya mungkin terlihat sedikit, tetapi keuntungan perusahaan tersebut sangat besar jadi sebenarnya kalau mau tanpa bekerja pun Arya tetap bisa hidup santai dengan banyak uang yang Ia dapat dari pengusaha tersebut.

"Kalian dari tadi cuma dengerin sambil nganga, awas lalat masuk mulut kalian tuh... Hahaha... " Arya mencoba memecah keheningan karena setelah mendengarkan Arya kedua sahabatnya itu hanya diam sambil terlihat sedang berfikir.

"Kamu nih ya' kita dari tadi serius dengerin malah diajak bercanda, ih!" Ujar Dimas sewot.

"Ya udah yang penting kamu selamat ya' itu aja aku udah merasa bersyukur banget sama terharu, akhirnya kita bisa ngumpul lagi setelah setahun." Ucap Steven

Dimas dan Arya hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Setelah itu mereka saling berpelukan seperti teletubbies.

Setelah bertemu dan bercerita panjang lebar kepada kedua sahabatnya, Arya merasa lega. Tapi sayang, setelah sampai di rumahnya, Arya malah di marahi habis-habisan oleh ayahnya karena selama setahun tidak pernah memberi kabar kalau Ia masih hidup. Arya sudah mencoba menjelaskan kalau saat Ia terdampar di gurun Ia kehilangan handphone miliknya. Dan Ia tidak memiliki kesempatan untuk menelepon karena pengusaha yang menyelamatkan Arya keberatan dan tadinya tidak mengizinkan Arya untuk kembali ke Indonesia.

Ibu Arya mencoba melerai perseteruan antara ayah dan anak itu dan setelah itu ibunya memeluk Arya sambil menangis tersedu-sedu. Ia hanya bersyukur karena anaknya sudah pulang dengan selamat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!