***
Bab.1
.
Ana terdiam membeku di ambang pintu sebuah ruangan rawat inap di sebuah rumah sakit yang saat ini tengah dia datangi.
Dengan derai air mata membasahi wajahnya, Ana berjalan perlahan mendekati brangkar dimana tubuh suaminya terbaring dengan dipenuhi oleh alat bantu pernafasan.
Bagai dihimpit ribuan ton beban berat, dada Ana begitu sesak melihat keadaan Rey saat ini. Dia tidak menyangka jika suaminya yang selalu terlihat baik baik saja itu tiba tiba dikabarkan kritis di sebuah rumah sakit.
"Sa_sayang," Lirih Ana meraih tangan Rey yang terasa begitu dingin.
Tak ada lagi kata yang terucap dari bibir mungilnya selain kata 'sayang'. Ana benar benar shock mendapati Rey yang seperti ini.
Padahal 3 hari yang lalu pria itu pamit pergi keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Tapi nyatanya, pria itu bukan pergi ke luar kota. Melainkan ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan yang sayang nya sudah terlambat.
"Maafkan aku Ana, aku terpaksa menyembunyikan ini dari kamu. Ini semua adalah permintaan dari Rey sendiri," Ucap Claudia yang merupakan teman sekolah Ana dan kini menjadi seorang dokter ahli kanker.
"Kenapa Clau, kenapa dia membunyikan semua ini dari aku? Aku istrinya, tapi kenapa aku tidak tahu semua ini," Ucap Ana disela isak tangisnya.
"Dia hanya ingin buat kamu bahagia Ana. Dia benar benar berjuang untuk bertahan agar bisa membahagiakan kamu. Tapi sayang, kini dia kalah Ana," Lanjut Claudia dengan suara yang bergetar.
Claudia adalah saksi mata bagaimana selama ini Rey berjuang demi kesembuhan nya dari penyakit mematikan itu dan bagaimana sepak terjang Rey dalam meraih cinta Ana.
Wanita yang dia sukai sejak usia nya masih remaja. Hingga perjuangan nya yang panjang dan berat pun akhirnya membawanya pada sebuah ikatan suci pernikahan bersama dengan Ana.
Bahkan kini mereka tengah menanti kehadiran buah hati yang tengah dikandung oleh Ana. Padahal tinggal satu bulan lagi mereka menunggu bayi kembar itu lahir.
Namun ternyata takdir berkata lain. Sang ayah mengalami penurunan kesehatan hingga membuatnya harus masuk ke ruang ICU karena kondisinya yang benar benar drop.
Dan Rey pun dinyatakan kritis setelah dua hari di rawat dan kondisinya kian menurun. Hingga mau tidak mau Claudia pun melanggar janji nya dan akhirnya menghubungi pihak keluarga termasuk dengan Ana.
"Apa sudah tidak ada lagi harapan untuk nya Clau?" Tanya Ana bergetar.
"Maaf Ana, kami bahkan Rey sendiri sudah berusaha semampu kati. Kini, kita hanya bisa mengikhlaskan nya, agar dia bisa pergi dengan tenang,"
Duaarrrrr
Bagai disambar petir disiang bolong, bahkan kaki Ana semakin terasa lemas saat mendengar penjelasan dari dokter Claudia.
Beruntung, Ana masih berpegangan dengan kuat pada brangkar dimana suaminya terbaring saat ini.
"Sayang, ayo bangun. Bukankah kamu sudah janji akan menemaniku melahirkan bayi kembar kita. Ayo bangunlah," Lirih Ana semakin menggenggam erat tangan Rey yang tidak merespon sama sekali.
Bertepatan dengan itu, terdengar suara pintu yang dibuka dengan cukup keras hingga menimbulkan bunyi dentuman.
Ana yang mendengar suara dentuman antara pintu yang bertabrakan dengan tembok ruangan itu pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
Dilihat nya Revan datang dengan nafas yang masih ngos ngosan. Bahkan, dada pria itu terlihat naik turun saat memasuki ruangan dimana sang adik terbaring tidak berdaya di atas brangkar.
"Apa yang tejadi? Kenapa dengan adikku Dokter?" tanya Revan langsung menghadap ke arah dokter Claudia.
Dokter Claudia pun langsung menjelaskan kondisi Rey yang sebenarnya. Sudah sejak 3 tahun yang lalu pria itu di vonis penyakit kanker.
Awalnya semua baik baik saja sampai 6 bulan terakhir, Rey kerap melewatkan jadwal kontrol dan juga kemoterapi yang harus nya dia jalani. Hingga akhirnya membuat tubuh pria itu drop dan harus masuk ruang ICU.
Kondisi yang kian menurun membuat dokter Claudia tidak memiliki pilihan lain selain memberitahukan yang sebenarnya pada keluarga, termasuk Ana yang baru tahu akan hal ini di saat pria yang sudah menikahi nya itu dinyatakan kritis.
Semua orang tampak begitu shock dengan kabar kondisi Rey saat ini. Mama Meli bahkan sampai tidak sadar kan diri saat tahu jika sudah tidak ada lagi kesempatan untuk putra nya itu.
"Ini, sebelum kesadaran nya menghilang. Rey menitipkan ini pada saya," lanjut dokter Claudia menyerahkan sebuah surat yang Rey tulis dengan tangan nya sendiri.
Tubuh Ana dan juga Revan sama sama dibuat menegang saat Papa Reza mulai membacakan surat wasiat yang ditulis oleh Rey untuk sang istri dan juga kakak sulung nya.
Dimana pria itu meminta Revan untuk menikahi Ana dan menjadi ayah untuk kedua anak kembar nya, yang sebentar lagi akan lahir ke dunia.
*
*
Sementara dibelahan bumi yang lain nya, tampak seorang pria dewasa baru saja terbangun dari tidur nya.
Pria itu tergeragap saat mendapati dirinya berada di dalam kamar hotel. Saking kaget nya, pria itu langsung bangun dan tidak menghiraukan sekeliling nya.
"Dimana ini?" gumam nya setelah mengambil posisi duduk.
"Eeeuuuhhh,"
Deg
Pria itu tersentak kaget saat mendengar suara lenguhan seseorang di samping nya. Mata nya membulat sempurna saat mendapati seseorang tengah tertidur lelap di samping dirinya dengan tubuh yang terbungkus sempurna.
Pria itu pun kembali mengingat ingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam. Seingat nya, tadi malam dia hanya menghadiri acara makan malam kantor dan setelah itu, ah sial. Kenapa dia lupa? Gumam nya dalam hati.
Drrtttt
Drrrttt
Seketika pria itu terbangun dari lamunan nya saat sebuah dering ponsel berbunyi. Dia melihat ke arah nakas kecil yang ada disamping ranjang, dimana ponsel miliknya tersimpan.
Namun ponsel itu masih dalam ke adaan mati. Dan ternyata, ponsel yang berbunyi itu milik wanita yang masih lelap dalam tidurnya.
Pria itu masih menatap bingung pada wanita asing yang saat ini mulai bergerak saat mendengar jika ponsel miliknya berbunyi.
Dengan mata yang terpejam, si wanita bergerak meraih ponsel itu lalu menerima panggilan telpon nya tanpa menyadari tengah berada dimana dirinya saat ini.
"Clara, dimana kamu? Kenapa tidak pula?" seketika wanita itu terlihat menjauh kan ponsel dari telinga nya saat mendengar seseorang di sebrang sana tengah meneriaki nya dan menanyakan keberadaan nya.
Mendengar hal itu, si gadis itu pun langsung membuka matanya lebar lebar. Dan alangkah terkejut nya dia saat mendapati jika dia tidak tidur didalam kamar pribadi nya.
"Dimana ini?" tanya nya tanpa memperdulikan lagi orang yang masih mengoceh di ponselnya.
"Kamu sudah bangun?"
Deg
Jantung Clara seakan berhenti berdetak saat mendengar suara bariton seseorang, dan saat dia menoleh ke arah sumber suara.
Alangkah terkejutnya seorang Clara Alberto saat mendapati dirinya tengah tidur satu ranjang dengan pria asing dalam keadaan tubuh sama sama polos.
"Aaaaaaaa," teriaknya setelah kesadaran nya pulih dari rasa shock yang dia alami pagi ini.
Gadis yang bernama Clara itu pun langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya sambil memikirkan apa yang terjadi padanya tadi malam.
Mengapa dia bisa berakhir disebuah kamar hotel bersama dengan seorang pria asing yang baru pertama kali dilihat nya saat ini.
*
*****
***
5 Tahun Kemudian...
Ana masih menatap gundukan tanah dengan nama Reynaldi Adinata, di atas batu nisan yang terbuat dari batu marmer.
Ana masih tidak menyangka jika saat ini hanya gundukan tanah yang berselimutkan rumput Axonopus/gajah mini. Dengan batu nisan bertuliskan nama mendiang suaminya itulah yang hanya bisa di lihat saat merindukan sang mantan suami.
Bahkan setelah 5 tahun berlalu, Ana masih belum bisa menggantikan posisi alm.Rey di dalam hati dan hidup nya. Saking besarnya cinta Ana pada Rey, membuat ibu dari dua anak kembar itu abai bahkan terkesan tidak menganggap keberadaan suami ke duanya.
Hubungan mereka benar benar dingin dan berjarak. Meski begitu, mereka tetap bertahan dalam pernikahan itu karena kedua anak Ana dari pernikahan nya dengan Rey tidak bisa lepas dari ayah sambung nya.
Itulah mengapa Ana masih bertahan dengan pernikahan nya dengan Revan meski mereka hidup bagaikan di dua dimensi yang berbeda. Mereka sibuk dengan kehidupan mereka masing masing meski hidup satu atap.
"Aku harus bagaimana Mas? Aku lelah, aku ingin menyerah saja," keluh Ana saat kembali mengingat kehidupan rumah tangga nya bersama dengan Revan yang penuh dengan kepalsuan dan kepura puraan.
*
*
Sementara di rumah yang dulu di beli oleh Rey sebagai kado pernikahan nya bersama Ana, tampak seorang ayah tengah menenangkan putrinya yang terus menangis mencari sang mama.
"Sayang, lebih baik kamu tidur dulu ya. Biar obat nya bekerja, nanti pas kamu bangun, Mama pasti sudah pulang," bujuk nya pada putrinya yang saat ini tengah demam tinggi.
"Tapi aku mau sama Mama, Papa." lirih Riana, salah satu anak kembar yang dilahirkan oleh Ana.
"Iya, Papa tahu. Tapi Mama masih kerja sayang. Sekarang Riana sama Papa dulu ya? Nanti setelah Mama pulang baru sama Mama," bujuk nya lagi yang akhirnya berhasil.
Gadis kecil bernama Riana Pradha Adinata, yang kini berusia 5 tahun itu mendadak demam tinggi dan terpaksa di pulangkan oleh pihak sekolah.
Karena tidak ada respon dari Ana selaku wali murid. Akhirnya pihak sekolah pun menghubungi Revan yang merupakan ayah si kembar Rian Pradhana Adinata dan Riana Pradha Adinata.
Revan pun langsung segera pulang tanpa peduli lagi dengan apa yang tengah di lakukan nya saat ini.
"Zack, tolong kamu handle semua nya ya. Riana sakit, aku harus pulang sekarang," titah Revan pada asisten pribadi nya yang bernama Zacky.
Pria keturunan London - Australia itu sudah lama ikut bekerja dengan Revan. Bahkan saking setia nya, dia rela berjauhan dengan keluarganya yang tinggal di London dan ikut dengan Revan ke tanah air lima tahun yang lalu.
Bahkan pria yang awalnya kesulitan dalam berkomunikasi karena masalah bahasa itu pun kini sudah sangat mahir dalam berbahasa indonesia.
Setelah menyerahkan semua pekerjaan nya pada sang asisten, Revan pun langsung mendatangi sekolah dimana kedua anak kembar nya bersekolah untuk menjemput putrinya yang saat ini tengah demam tinggi.
Dan disini lah dia saat ini, di dalam rumah mewah yang sudah 5 tahun dia tempati. Rumah mendiang adiknya Rey yang meninggal dunia 5 tahun yang lalu.
Dan Revan terpaksa harus tinggal di sana saat harus menikahi mantan istri dar adik nya itu dan menjadi ayah sambung bagi kedua anak kembar Rey.
*
*
Revan menatap sendu wajah cantik Riana yang begitu mirip dengan mendiang adiknya, Rey. Pria itu tampak melirik jam yang ada di salah satu sudut dinding kamar itu.
"Sudah jam 20.00, kemana Ana pergi?" gumam nya dalam hati.
Setelah meyakin kan jika putrinya sudah tertidur lelap setelah seharian rewel dan susah di tenang kan. Revan pun akhirnya pergi keluar dari kamar itu.
Dan saat Revan keluar dari dalam kamar putrinya, bertepatan juga dengan Ana yang baru pulang entah dari mana.
"Baru pulang? Dari mana saja? Kenapa tidak bisa di hubungi?" cecar Revan saat mendapati istri nya baru saja pulang.
"Aku sibuk kerja, kenapa masih bertanya?" jawab Ana dengan nada dingin dan datar nya, lalu berlalu begitu saja melewati tubuh Revan.
Revan menghela nafas sepenuh dada, dia tahu jika Ana masih belum bisa menerima pernikahan yang terjadi pada mereka berdua. Dan Revan masih bisa menerima sikap Ana yang dingin dan datar padanya.
Tapi jika sudah abai terhadap kedua anak nya, tentu saja Revan akan bereaksi. Selain mereka berdua nya masih butuh kasih sayang dan perhatian dari ibu nya.
Rian dan Riana adalah satu satu nya peninggalan Rey yang harus mereka jaga dan rawat dengan baik.
"Tunggu, aku belum selesai bicara Ana," cegah Revan mencekal tangan Ana yang hendak masuk ke dalam kamar nya.
"Apalagi sih Bang? Aku lelah, aku ingin istirahat," jawab Ana menatap tidak suka pada tangan Revan yang ada di lengan nya.
"Riana demam tinggi, dari siang dia terus mencari mu tapi kamu mengabaikan semua panggilan telpon yang kami lakukan. Ok, kamu boleh benci sama aku Ana, tapi tolong. Jangan abaikan mereka, mereka masih butuh kamu. Jangan sampai kamu kehilangan untuk yang kedua kalinya baru kamu akan menyesal."
Ana tersentak kaget. Ini pertama kali nya Revan berbicara dengan nada tinggi padanya, namun yang membuat Ana semakin tercengang adalah kata kata 'kehilangan' yang baru saja di ucap kan oleh Revan.
Namun baru saja Ana ingin meminta penjelasan dengan apa yang sudah di katakan oleh suaminya itu, Revan sudah berlalu pergi meninggalkan nya dan masuk kedalam kamar putranya, Rian.
Ana yang tadi berniat masuk kedalam kamar nya pun urung dia lakukan dan kini beralih masuk ke dalam kamar putrinya, Riana.
"Sayang, kamu kenapa Nak? Maaf kan Mama, maafkan Mama," bisik Ana saat memandangi wajah pucat putri nya yang saat ini tengah tertidur lelap di ranjang nya.
Tidak ingin menggangu tidur sang anak, Ana pun keluar kembali dari kamar Riana dan berniat masuk kembali kedalam kamar nya.
Namun, langkah nya terhenti saat mendengar seseorang tengah berbicara di arah balkon rumah itu. Merasa penasaran dengan suara bariton itu, Ana melangkah perlahan mendekati balkon dan sedikit mendengar apa yang di katakan oleh Revan pada seseorang di sebrang sana yang entah itu siapa.
"Dia, tidak mungkin mewarisi penyakit itu kan Clau? Aku tidak akan sanggup jika putriku mengidap penyakit itu," tanya Revan dengan suara yang lirih.
"Baiklah, besok aku akan membawa nya ke rumah sakit. Aku harap, apa yang kita pikirkan tidak pernah terjadi. Ok, terima kasih atas informasinya Clau. Maaf aku selalu mengganggumu, ok, selamat malam. Sampai jumpa besok,"
Deg
Ana semakin dibuat terpaku saat mendengar percakapan Revan dengan seseorang yang di panggil oleh Revan dengan sebutan Clau.
"Apa itu Caludia? Untuk apa Bang Revan berkomunikasi dengan Claudia? Tadi dia menyebut putriku? apa jangan jangan itu Riana? Tidak, itu tidak mungkin. Putri ku baik baik saja, dia sehat, sangat sehat," gumam Ana dalam hati demi mengurai rasa sesak yang tiba tiba menyerangnya setelah mendengar percakapan yang dilakukan oleh Revan dengan seseorang yang Revan panggil 'Clau' itu.
*
*****
***
"Apa itu tadi Claudia?"
Deg
Revan tersentak kaget saat mendengar suara Ana setelah beberapa menit dia menutup sambungan telpon nya bersama dengan Claudia.
Revan pun akhirnya berbalik dan menatap sendu wajah cantik wanita yang sudah menjadi istrinya itu selama lima tahun, namun hubungan keduanya malah semakin jauh dengan adanya pernikahan di antara mereka.
"Kenapa diam Bang? Jawab Aku? Apa itu claudia, dan kenapa Abang menghubungi nya," cecar Ana yang tidak juga mendapat kan jawaban dari Revan.
Revan tampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya berjalan mendekati Ana lalu meraih tangan wanita itu.
"Kita bicara di kamarku, jangan disini. Riana akan mendengar nya," jawab Revan yang langsung membawa Ana masuk kedalam kamar nya.
Kamarnya? Iya, sepanjang mereka menikah. Keduanya memang tidak pernah satu kamar, namun hal itu tidak pernah di permasalahkan oleh Revan.
Revan tahu betul jika Ana tidak akan mudah melupakan suami nya yang begitu mencintai nya dengan begitu besar nya.
Selain itu, Revan juga tidak mengharapkan banyak pada hubungan nya saat ini dengan Ana. Revan tetap bertahan semata mata demi anak anak yang di titip kan oleh Rey padanya.
Selain mencoba menjalankan amanat dari mendiang adiknya, Revan melakukan itu karena Revan benar benar menyayangi kedua anak sambung yang sekaligus merupakan keponakan nya sendiri.
"Sebenar nya, apa yang terjadi? Kenapa Abang berkomunikasi dengan Claudia," tanya Ana lagi menghentikan langkah kaki nya setelah berada didalam kamar milik Revan.
Saat Ana menghentikan langkah kaki nya, langkah Revan pun otomatis ikut berhenti karena tangan mereka masih saling bertautan.
Revan kembali berbalik dan menatap wajah lelah sang istri. Tanpa aba aba, pria yang sudah menjadi suami dan ayah untuk kedua anak kembar nya itu langsung menabrak kan tubuh nya ke tubuh mungil Ana.
Revan mendekap erat tubuh Ana yang saat ini tengah menegang karena kaget. Setelah terdiam selama beberapa menit karena kaget, karena Revan tiba tiba memeluk erat tubuh nya.
Akhirnya Ana pun mulai tersadar dan mencoba melepaskan pelukan itu. Namun, semakin Ana berontak, semakin erat pula Revan memeluk tubuh nya.
"A_Abang," lirih Ana, menghentikan gerak tubuh nya saat merasakan jika ceruk leher nya terasa basah.
Yang menandakan jika pria yang sedang memeluknya saat ini tengah menangis dalam diam. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Revan saat ini.
Namun Ana tahu, jika pria yang sudah menikahi nya selama 5 tahun itu tengah menangis, yang entah karena apa.
"Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ana lagi, yang tidak lagi memberontak dan membiarkan Revan menangis sambil memeluknya.
Revan masih bergeming. Rasanya masih terlalu sesak untuk membagi beban nya saat ini. Namun, mau tidak mau, siap tidak siap, Revan harus memberitahukan apa yang selama ini di pendamnya.
"Katakan sesuatu Mas, jangan membuatku bingung," lanjut Ana saat Revan hanya diam.
Deg
Jantung Revan serasa jatuh tempat nya saat untuk pertama kali nya Ana memanggilnya dengan sebutan 'Mas', setelah mereka menikah 5 tahun yang lalu.
Revan pun mulai mengurai pelukan nya di tubuh Ana lalu mengusap wajah nya demi menghilangkan air mata yang sejak tadi sudah membasahi wajah tampan nya itu, meski usinya sudah tidak lagi muda.
"Maaf, maaf karena kamu harus melihatku seperti ini,"
"Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ana lagi setelah melihat Revan sudah cukup tenang setelah menangis di dalam pelukan nya.
"Riana Dek,"
"Riana? Kenapa dengan Riana?"
"Menurut diagnosa dokter yang memeriksanya satu bulan yang lalu, Riana di diagnosa mengidap leukimia. Itulah, kenapa aku berkomunikasi dengan Claudia, karena Caludia adalah dokter ahli kanker. Aku mengumpulkan informasi tentang leukimia dari nya,"
Duuaaarrrrr
Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Tubuh Ana kembali di buat membeku setelah mendengar jawaban dari Revan, setelah sekian menit berlalu dengan diam nya pria itu.
"Ma_maksudnya, Ri_Riana sa_sakit?" tanya Ana lagi terbata saking shock nya mendapati kabar itu.
"Belum di pastikan apa semua itu benar atau tidak. Besok aku baru mau membawanya pada Claudia agar di periksa lebih lanjut lagi. Semoga diagnosa awal, adalah sebuah kesalahan," jawab Revan sendu.
"Tidak, itu tidak mungkin. Putriku sehat, dia baik baik saja,"
"Aku juga berharap seperti itu. Semoga dokter yang dulu mendiagnosa nya benar benar melakukan kesalahan,"
Mendengar itu Ana benar benar shock. Selama ini, dia melihat jika putra dan putrinya terlihat baik baik saja dan terlihat sehat.
Ana memang tidak setiap waktu bersama dengan kedua anak kembar nya. Ana kerap menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk menghindarkan kan jadi rasa kehilangan yang teramat dalam setelah kepergian Rey lima tahun yang lalu.
Meski begitu, Ana selalu memastikan jika kedua anak kembar nya baik baik saja. Namun kenapa bisa? Kenapa bisa dia kecolongan, hingga membuat nya melewatkan jika putrinya mengidap suatu penyakit.
Melihat istrinya tampak begitu shock, Revan pun kembali memeluk tubuh mungil wanita itu. Mendapat pelukan yang cukup hangat membuat Ana pun tidak bisa lagi menahan air matanya.
Ana menangis tersedu didalam pelukan sang suami. Revan semakin mendekap erat tubuh Ana, ini adalah pelukan pertama nya setelah mereka terikat pernikahan karena Ana yang memang menjaga jarak dan membatasi diri.
Dan tentu saja, Revan memahami itu hingga pria yang kini sudah memasuki kepala 4 itu tidak merasa keberatan dan menghargai segala keputusan Ana.
"Tenang lah, Mas akan melakukan semua yang Mas bisa untuk membuat putri kita baik baik saja. Bahkan jika perlu, Mas akan menukar nyawa Mas dengan nya, agar dia bisa hidup sehat dan baik baik saja."
Deg
*
*
"Maafkan kami Bang Revan, Ana. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, putri kalian ternyata positif mengidap leukimia,"
Duuaarrrrr
Baik tubuh Ana maupun tubuh Revan sama sama di buat lemas saat dokter Claudia memberitahukan hasil pemerikasaan Riana kepada kedua orang tuanya.
Ana kembali menangis saat mengetahui jika putri nya sedang tidak baik baik saja. Revan sendiri, tidak kalah shock nya dengan Ana.
Namun pria yang saat ini sudah berstatus menjadi seorang ayah itu pun harus berusaha tegas didepan istri dan anak nya yang tengah berjuang untuk hidup nya.
"Di_dia akan baik baik saja kan Clau? Dia tidak akan meninggalkan aku kan Clau?" lirih Ana disela isak tangisnya.
Greeeppp
"Tenanglah, akan aku pastikan jika putri kita akan baik baik saja," ucap Revan menarik Ana masuk kedalam pelukan nya.
Melihat hal itu, dokter Claudia pun langsung memalingkan wajah nya. Ada seonggok daging yang terasa berdenyut ngilu melihat Revan memeluk wanita lain, meski itu adalah kekasih halal dari pria itu.
"Aku tidak mau kehilangan dia Mas, cukup satu kali aku kehilangan orang yang paling aku cintai,"
"Iya, Mas juga tahu. Mari kita kuat sama sama ya, kita berjuang sama sama untuk kesembuhan putri kita, Cup."
Deg
Hati Claudia semakin terasa sakit saat Revan memperlakukan Ana dengan begitu mesra didepan matanya. Salah, namun perasaan itu tidak bisa di cegah untuk tumbuh begitu saja di dalam hati nya.
*
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!