Bulan gadis berusia 25 tahun itu sedang berjalan di lorong kantornya, matanya masih saja fokus pada layar ponselnya ada raut wajah kesal terlukis di wajah gadis manis tersebut.
Saat sampai meja kerjanya dia yang sedang kesal pun menaruh tas kerjanya dengan kesal hingga menimbulkan bunyi berisik, teman di sebelahnya bertanya padanya.
"Kenapa? " tanya Lily temannya.
"Biasalah ada orang aneh nih" Bukan kesal dan menunjukkan ponselnya ke pada Lily.
"Ada orang yang mau ngajak ketemuan? " tanya Lily dengan lembut, Lily memang wanita dewasa dan lembut dan berfikiran dewasa dia lah tempat curhat dari Bulan selama ini, dia sudah menganggap Lily seperti kakaknya sendiri.
"Tau tuh orang nggak jelas" Bukan masih kesal hingga berbicara pun dengan sewot.
"Ya temuin ajah kali ajah jodoh" ucap Lily masih tetap lembut.
"Hah jodoh?! nggak deh itu orang pengecut kak... lihat ajah fotonya ajah nggak jelas, diminta foto aslinya dia bilang ketemuan dulu biar lebih dekat sinting kan dia, dasar pengecut" gerutunya.
Lily hanya menggeleng pelan saja mendengar gerutuan Bulan, dia tahu bulan itu sudah sering di bohongi laki-laki mangkanya dia trauma dan galak dengan lawan jenisnya.
"Tidak semua laki-laki bersalah pada mu Lan" ledek Lily dengan menyanyikan lagu dangdut.
"Ihhh kak Lily, tapi mereka semua sama laki-laki" ucap Bulan ketus.
Lily hanya tersenyum saja mendengar perkataan Bulan.
Dan setelah itu mereka pun fokus dengan pekerjaan masing-masing, hingga Bulan lupa dengan kekesalannya pagi tadi.
Dan saat jam makan siang tiba, Bulan yang seolah sengaja menyibukan diri agar tidak. memikirkan sesuatu yang tidak penting pun tetap bekerja, meski pun Lily mengajaknya makan siang bersama tapi dia tidak mau meningalkan mejanya dan tetap fokus menatap ke layar komputer nya.
Ponselnya pun dia matikan datanya agar tidak ada orang yang menghubungi nya dan mengganggunya, baik dari medsos atau pun dari nomor pribadinya.
Lily yang melihat itu langsung meninggalkan saja temannya itu di meja kerjanya, bukan karena Bulan gila kerja atau ingin menarik perhatian atasan hingga dia tidak mau beristirahat bersama teman-teman nya tapi itu semua dia lakukan, bila fikirannya sedang kacau dan Lily tahu hal itu, dan Lily juga tahu apa yang ada di fikiran Bulan saat ini.
"Kumat lagi ni anak" gumam Lily dia pu berlalu dari meja kantornya dan menuju kantin perusahaan untuk mengisi kekosongan perutnya siang ini.
Tapi tak lupa Lily juga membelikan makan kesukaan Bulan dikantin agar perut Bulan tak kosong saat bekerja.
Setelah selesai makan siang Lily kembali ke atas ke kantor dan berjalan ke mejanya, dia meletakan roti gandum di meja Bulan.
"Nih... isi perut lu" ucap Lily saat memberikan itu pada Bulan.
Bulan langsung menghentikan tangannya yang masih menari-nari di atas tuts keyboard.
Bulan melihat sebungkus roti gandum dengan pandangan kosong, dan mengelus bungkus roti tersebut matanya berkaca-kaca, Lily yang tahu apa yang ada di fikiran Bulan saat ini hanya menepuk pundak Bulan pelan.
"Kak... maksih ya... " ucap Bulan pelan.
"Ya... makan dulu baru kerja lagi" ucap Lily lembut.
Bulan pun akhirnya memakan roti gandum pemberian Lily, bahkan dia menitikan air matanya di ujung matanya namun itu langsung dihapusnya agar tak ada orang yang melihat itu.
"Keingetan lagi ya? " tanya Lily.
Bulan hanya mengangguk saja.
"Ya udah ketemuan ajah tuh sama orang yang ngajakin elu ketemuan itu, kali ajah bisa menghilangkan bayangannya dari fikiran lu" Lily memberikan saran.
Lily tahu saat ini Bulan sedang teringat kepada seseorang di masa lalunya yang sangat sulit untuk lepas dari fikiran Bulan selama ini.
Bulan terlihat berfikir dia memikirkan ucapan Lily, apa iya dirinya harus berkelana lagi menjadi petualang cinta meski gagal dan gagal lagi, dirinya sendiri pun rasanya lelah selalu gagal seperti ini.
"Capek kak... malas kalau ujung-ujungnya sama saja, sebenarnya ada apa sih sama diri gue ini ya... hiks... hiks... laki-laki pada tega amat mainin hati gue sama kaya dia, dan begonya gue meski udah di sakitin di tinggalin begitu ajah gue masih nggak lupa sama dia" ucap Bulan sedih.
"Ya setidaknya coba ajah telponan dan chatan dulu dah baru ketemuan sama orang itu, siapa tahu elu bisa lupa sama Alwi" ucap Lily lembut.
"Hehe bisa sih tapi cuma sebentar nanti kalo. orang itu pergi juga ujung-ujungnya sama masih inget dia lagi, gue juga heran kenapa sih dia nggak bisa hilang dari fikiran gue, gue di apain sih sama dia? " Bulan kesal.
"Udah sabar... mangkanya sering-sering ibadah biar nggak di ganggu jin hihi" ledek Lily.
"Tiap hari juga ibadah kak" Bulan cemberut.
Hingga akhirnya mereka pun larut kembali pada pekerjaan mereka masing-masing hingga tak terasa sore menjelang dan sudah waktunya mereka pun pulang karena waktu pulang telah tiba.
Bulan pun Bersiap-siap untuk pulang, dia mengambil tasnya dan menyalakan kembali jaringan di ponselnya.
Saat menyalakan jaringan di ponselnya begitu banyak pesan masuk dari medsosnya, ya itu dari pria misterius yang mengajak ketemuan dan berkenalan dengannya.
Boleh minta nomor ponsel mu? agar kita bisa berbicara lebih dekat.
"Apaan sih orang ini makin nggak jelas ajah" gerutu Bulan.
Lily yang melirik ponsel Bulan dan sempat membaca pesan tersebut, akhirnya mengeluarkan saran.
"Kasih ajah Lan... coba telponan dulu terus ketemuan kali ajah jodoh" Lily memberikan saran.
"Tapi ini orang nggak jelas Kak" keluh Bulan lemas.
"Mungkin setelah bertukar nomor dia akan menjadi orang yang jelas" ucap Lily meyakinkan.
Dan Bulan pun entah kenapa akhirnya memberikan nomor ponselnya kepada orang tersebut.
Dan benar saja orang tersebut langsung menghubunginya.
Bulan kebingungan untuk menerima telpon tersebut atau tidak, tapi Lily yang masih ada di samping nya berusaha meyakinkan Bulan untuk menerima telpon tersebut.
Hingga Bulan pun akhirnya menggeser tombol hijau di layar ponselnya, dan tak lupa dia menyalakan loudspeakernya agar Lily mendengar apa yang di bicarakan oleh orang tersebut.
Tapi baru Satu kata Bulan mendengar suara orang tersebut tangannya langsung bergetar bahkan ponselnya hampir saja jatuh dari tangannya.
Lily yang melihat ke anehan pada temannya langsung berusaha menenangkan Bulan bahkan saat ini dia yang memegang ponsel Bulan karena ponsel tersebut hampir saja terjatuh ke tanah.
Bulan menutup mulutnya rapat-rapat dengan sebelah tangannya, Lily kebingungan melihat reaksi temannya itu.
"Haloo assalamu'alaikum" ucap pria itu di ponselnya.
Suara pria yang serak dan dewasa terdengar di ponsel tersebut.
"Bulan.... kok diam saja" tegur pria tersebut lembut.
"Kaget ya? " ucapnya lagi.
"Alwi... " ucap Bulan pelan.
Bersambung.
"Alwi... " ucap Bulan pelan.
Lily yang mendengar nama tersebut di ucapkan oleh Bulan langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, dia sendiri pun terkejut, orang yang selama ini selalu membuat temannya ini galau bukan main hari ini menghubunginya dengan cara yang tak terduga.
Wajah Bulan masih terlihat pucat dia seolah masih tak percaya dengan kenyataan yang ada saat ini, pacar yang lima tahun lalu dia putuskan karena alasan yang tak masuk di akal, kekasih yang meninggalkan nya dengan alasan yang tidak jelas, bukan tidak jelas lagi bahkan tanpa alasan Alwi pergi begitu saja tanpa kata-kata tanpa berita dan tak mengabari dirinya selama bertahun-tahun.
Hubungan yang sangat rumit bagi keduanya yang di mulai dari sikap Alwi yang tidak jelas pada Bulan.
Bulan seolah tertarik kembali ke masa lalu, masa dimana dirinya pertama kali bertemu dengan Alwi, memory tentang Alwi tak ada yang terlupakan di ingatan Bulan meski pun memori tersebut sehalus butiran debu.
Kembali ke masa 8 tahun yang lalu.
Dimasa pertama kali mereka bertemu.
Kala waktu itu Bulan yang baru saja masuk ke sebuah SMK jurusan perkantoran, Bulan yang tidak terlalu feminim mempunyai teman sekelas yang semuanya perempuan, namun ada sebagian kelas lain, yang berjurusan lain seperti komputer dan teknik mesin yang ada anggota laki-laki nya.
Teman-teman sekelas Bulan sebagian mengagumi teman dari kelas anak teknik yang rata-rata adalah siswa laki-laki. dan diantara siswa tersebut ada Alwi yang juga banyak di gemari oleh teman sekelas Bulan, Alwi adalah kakak kelas Bulan mereka beda satu kelas saja, selain beda satu tingkat mereka juga beda jurusan.
Boleh di bilang Bulan awalnya sangat membenci Alwi karena Alwi itu sangat pendiam dan dingin pada semua siswi, dia hanya mau berbicara dengan siswa laki-laki, dan berbicara dengan siswi perempuan yang dia kenal dan hanya bicara seperlunya saja.
Awalnya Bulan tak perduli dengan Alwi yang bersikap sok keren begitu menurut Bulan tapi, saat dia menyaksikan temannya sekelas nya yang di tolak mentah-mentah oleh Alwi Bulan seolah naik pitam pada kakak kelasnya yang hitam manis tapi memang tampan itu, tapi tetap tak menggetarkan hati Bulan sama sekali.
Bagi Bulan dia tak ingin jatuh cinta sebelum dirinya lulus sekolah, karena dia tak ingin di pusingkan oleh yang namanya cinta saat remaja apa lagi saat sekolah karena bisa menggangu dirinya dalam menjalani akademi.
Srek...!
Sebuah kotak berbungkus kertas kado di buang ke tempat sampah oleh Alwi di depan siswi yang memberikannya hadiah, mata siswi tersebut terlihat berkaca-kaca saat melihat itu.
Tapi lain dengan mata Bulan matanya terbelalak saat melihat itu, hingga emosi nya pun tersulut untuk memprotes sikap kakak kelasnya yang sangat sombong itu.
"Hei... kak... sok kegantengan banget sih lu?!"sentak Bulan pada Alwi.
Alwi melihat sekilas pada Bulan kemudian dia menundukan pandangannya kembali dan menatap ke lantai, dan Alwi pun berjalan meninggalkan Bulan dan temannya itu.
" Astaghfirullah ini orang bener-bener nggak punya sopan santun ya, orang ngomong dia cuekin "Bulan kesal dan akhirnya mengejar langkah Alwi.
Bulan langsung menepuk pundak Alwi tapi tak di hiraukan oleh Alwi dan dia tetap berjalan menuju kelasnya, Bulan tak menyerah dan terus melangkah mengejar langkah Alwi dan akhirnya karena kesal dia mencengkram pundak Alwi keras dan menarik pundak Alwi agar Alwi melihat ke arah nya dan berhenti berjalan.
Dan itu berhasil Alwi berhenti dan melihat ke arah nya meski sejenak.
"Eh manusia nggak berperasaan, cowo sok ganteng, seharusnya elu tuh nggak boleh bersikap begitu sama orang yang berniat baik sama elu, itu nyakitin tahu, bukannya berterima kasih malah begitu" omel Bulan.
"Maaf bukan maksud nyakitin hati temen lu, tapi itu memang harus gue lakukan gue bukan tipe orang yang suka beramah tamah dengan lawan jenis, jadi lebih baik temen lu tahu kejelekan gue, biar dia nggak ngarep ke gue ngerti lu" ucap Alwi tegas dia berbicara tapi tak melihat kearah Bulan dia melihat kearah lain ke sisi kosong di samping Bulan.
Setelah berbicara seperti itu dengan Bulan Alwi melangkah kembali ke kelasnya, meninggal kan Bulan yang kesal. karena sikap Alwi yang sok ganteng.
Bulan berjalan mendekati temannya dan memberikan semangat pada teman sekelasnya itu, agar tidak bersedih karena ditolak oleh Alwi.
"Sudah jangan sedih elu udah tahu kan dia kaya begitu udah jangan di harapin lagi dia itu bukan laki-laki yang baik hati" ucap Bulan kesal.
Mereka pun berjalan ke kelas mereka, tanpa mereka sadari Alwi melihat punggung Bulan menjauh dari lorong kelasnya.
Alwi pun masuk kedalam kelasnya dengan fikiran yang tak bisa di mengerti oleh kawan-kawannya karena semua kawannya melihat Alwi di semprot oleh adik kelas untuk pertama kali dan itu seorang anak perempuan lagi.
"Elu baik-baik ajah Wi? " tanya teman sebangku nya yang bernama Arif.
"Iya kenapa emangnya? " tanya Alwi bingung.
"Kaga soalnya ini kan pertama kalinya elu di labrak perempuan adek kelas lagi, cinta siapa yang di tolak dia yang mencak-mencak hahaha lucu juga tuh anak" ucap Arif.
Tapi Alwi diam saja tak menanggapi ucapan Arif, dia malah membuka buku pelajaran nya, dan menatap ke arah deretan huruf dan angka yang ada di bukunya tersebut.
"Dia anak kelas perkantoran kan ya? nanti gue ajak balik bareng ah... kayanya itu anak lucu gue suka sama dia" ucap Arif mengoceh sendirian.
"Jangan sembarangan Rif... semua cewe elu bilang lucu semua cewe elu ajak jalan elu nggak takut dosa apa" ucap Alwi.
"Ck anak santri mah susah gue cuma ngajak jalan pulang doang Wi nggak ngapa-ngapain" gerutu Arif.
"Tapi lama-lama jalan ke jalan sesat, kasihan anak orang bodoh ketahuan bapaknya abis lu" oceh Alwi entah kenapa dia seolah tak rela Arif mendekati Bulan padahal ini pertama kalinya dia bertemu dan berbicara dengan Bulan dan itu bukan di momen yang indah.
"Iya Pak ustadz" ucap Arif dengan nada mengejek.
Bukan tanpa alasan Arif menjuluki Alwi pak ustadz itu karena Alwi memang sangat soleh, dan dia memang lahir dari keluarga yang agamais, bahkan Alwi tak pernah berani menatap wajah lawan jenis nya lama-lama, dan tak pernah berbicara keras pada lawan jenisnya, dia tegas tapi tidak kasar.
Berbeda dengan Bulan, Bulan terlahir dari keluarga brokenhome, ayahnya tidak menikah lagi setelah ibunya meninggal dunia di usia Bulan yang masih kecil yaitu 5tahun, ayah Bulan menitipkan Bulan kepada bibinya adik dari ayahnya, tapi bibinya tak pernah adik dengan anak-anak kakaknya selalu saja mementingkan anak kandungnya sendiri, oleh karena itu dirinya tak pernah akur dengan ayahnya karena bibinya selalu mengadukan hal-hal buruk pada ayahnya.
Namun Bulan yang sifatnya masa bodoh tak pernah mempermasalahkan itu, meski ayahnya tak pernah percaya padanya meski ayahnya selalu menyudutkan nya.
Oleh karena itu Bulan menjadi pribadi yang keras dan berani itu semua karena didikan orang tuanya yang sangat keras dan tak mau mendengarkan pendapat nya, tapi dia di paksa untuk selalu mematuhi segala perkataan dan peraturan orang tua di rumahnya, orang tuanya tak pernah bertanya apa dia menyukai atau tidak dengan peraturan tersebut, apa dia boleh melakukan segalanya seperti halnya kawan-kawan seusianya, jawabannya tidak kehidupan remaja Bulan tak semenyenangkan itu kawan dia harus berusaha keras hanya untuk mendapatkan senyuman dari ayah kandungnya dan itu pun jarang bila Bulan berprestasi barulah ayahnya tersenyum padanya tapi itu pun tak pernah lama karena ayahnya selalu di pengaruhi dan di racuni oleh adiknya sendiri agar tidak sayang pada anak kandungnya.
Miris memang tapi begitulah yang di alami Bulan.
Bersambung.
Saat jam pulang sekolah pun tiba, semua murid yang bersekolah pun menghambur keluar kelas masing-masing.
Arif berlari ke luar kelas dan bersiap menunggu Bulan di depan gerbang sekolah, dia serius ingin mendekati Bulan dan mengajaknya pulang bersama.
Arif sesekali menoleh ke arah dalam sekolah dan yang di tunggunya pun akhirnya terlihat juga Bulan berjalan bersama dengan teman sekelasnya dan terlihat mereka sedang mengobrol dan terlihat tawa menghiasi wajah mereka berdua.
Saat Bulan dan temannya tiba di depan pintu gerbang, Arif langsung mencegatnya berjalan, Bulan dan temannya terlihat bingung karena tiba-tiba di cegat oleh kakak kelas mereka.
"Hai... pulang bareng yuk" ajak Arif tanpa basa-basi lagi.
Bulan dan temannya saling bertatapan karena bingung dengan kelakuan kakak kelasnya ini yang tiba-tiba saja mengajak mereka pulang bersama.
"Kok bengong sih rumah kalian dimana kita pulang bareng yuk" ajak Arif lagi dengan tidak tahu malunya.
Bulan dan temannya hanya cengar-cengir saja.
Dan tak lama Alwi pun muncul dari belakang mereka dia melihat Arif yang merayu Bulan dan seperti nya akan di tolak oleh Bulan, Alwi pun hanya berjalan santai saja melewati mereka, tanpa berkata-kata apa pun.
Bulan yang melihat Alwi lewat bukannya melihat ke arah Arif yang mengajaknya pulang bareng tapi malah melihat kesal ke arah Alwi dia masih kesal saat mengingat bagaimana sombongnya Alwi tadi pada temannya.
"Dasar sok ganteng" gumam Bulan.
Arif terus mengajak Bulan pulang bersama, dan karena melihat Alwi yang lewat tiba-tiba Bulan langsung menolak ajakan Arif.
"Maaf kak saya biasa pulang sendirian, kakak kalau mau pulang bareng dia ajah" Bulan malah menunjuk ke arah temennya yang tadi berjalan bersamanya.
"Nit gue duluan ya... elu balik sama kakak ini ajah hehehe dah.... " Bulan meninggalkan Anita bersama Arif dan berjalan menuju halte bus dekat sekolahnya.
Saat di halte bus Bulan bertemu dengan Alwi lagi, tapi mereka hanya diam-diaman saja tak ada tegur sapa apa lagi ngobrol bareng tidak sama sekali.
Tapi saat mereka sedang menunggu bus ada seorang kakak kelas yang berhijab mendekat pada Alwi dan menegurnya.
"Hai... Wi... sendirian ajah? " tanya kakak kelas perempuan itu.
"Eh iya biasanya juga emang sendirian kan" ucap Alwi datar tapi dia menoleh ke arah siswi berhijab tersebut menatapnya saat berbicara.
Tak lama ada beberapa orang siswa dari sekolah lain yang juga menunggu bus dan baru tiba di halte tersebut, dan mereka langsung menegur Bulan.
"Bulan.... balik lu? " sapa seorang siswa laki-laki dengan santainya dan dengan gaya yang slengean bukan hanya satu siswa yang nampak nya kenal dengan Bulan tapi ke empat orang siswa dari sekolah khusus laki-laki di daerah tersebut mengenal Bulan dan mereka nampak akrab.
"Iya balik...masa gue tidur disini aneh lu pada" jawab Bulan asal dan itu berhasil mengundang tawa ke empat temannya itu.
Alwi yang melihat dan mendengar perkataan Bulan sebenarnya ingin tertawa tapi entah kenapa itu tak bisa dia lakukan.
"Eh bus gue dah dateng, dah ya... gue duluan" Bulan pamit pada ke empat temennya itu.
Bulan pun masuk kedalam bus tapi dia tak menyangka kalau Alwi dan kakak kelasnya yang berhijab itu pun menaiki bus yang sama dengan nya.
Penumpang bus siang ini sangat ramai dan padat, Bulan tak dapat kursi karena saat ada kursi kosong langsung di tempati. oleh Alwi dan Alwi memberikan kursi tersebut pada kakan kelas yang berhijab tersebut.
Ooo dia sukanya sama cewe berjilbab ternyata.
Batin Bulan saat melihat perlakuan lembut dan perhatian Alwi pada kakak kelasnya.
Sementara Bulan berdiri tak jauh dari posisi Alwi berdiri, tak lama ada yang turun dan kursi penumpang pun kosong, Alwi mencolek baju Bulan memberi tahu kan kalau ada kursi kosong, dan itu membuat Bulan terkejut.
"Eh... Terima kasih" ucap Bulan sopan.
Ternyata anak ini ada sopan santunnya juga, gue kira bar-bar banget.
Batin Alwi yang tanpa dia sadari kalau dia memperhatikan Bulan.
Dan saat bus bejalan sudah jauh dari tempat pemberhentian terakhir, Kira-kira sudah tiga kilometer Alwi turun dari bus yang berhenti di pemberhentian berikutnya, Bulan melihat Alwi turun.
"Ternyata dia turun disini, dekat disini kah rumahanya? " gumam Bulan.
"Ish... apaan sih Bulan ngapain juga elu merhatiin si sombong itu" gerutunya sendirian.
Tapi dia tadi nggak sombong dia kasih gue kursi kosong ini, bisa ajah kan dia tadi langsung dudukin ini kursi tanpa kasih ke gue, aaarggghhh apaan sih kenapa gue jadi mikirin cowo sombong itu.
Bulan jadi berdebat sendiri dengan hatinya.
Keesokan harinya.
Pukul 06.50 menit.
Pintu. gerbang sekolah sudah ingin ditutup karena semua siswa dan siswi sekolah tersebut seharusnya sudah berada di sekolah pukul 06.45 menit. tapi seorang siswi berlarian ke arah gerbang sekolah yang sudah di tutup.
"Pak... buka dong gerbangnya saya baru telat sedikit kok dah ditutup saja sih? " pinta Bulan dengan nafas ngos-ngosan.
"Maaf nggak bisa neng sudah peraturan nya begitu besok-besok datang lebih pagi ya" ucap satpam yang menjaga.
"Besok datang lebih pagi jangan kesiangan" celetuk seseorang dari belakang tubuh pak satpam.
Wajah Bulan terlihat kesal saat tahu siapa yang berbicara di belakang satpam tersebut.
"Alwi elu yang tugas piket OSIS hari ini ya? tolong dong gue ada ulangan hari ini tolong dong biarin gue masuk" pinta Bulan dengan tidak sopannya dia memanggil Alwi dengan sebutan nama saja tanpa memandang dia adalah kakak kelasnya.
Hingga membuat Alwi semakin kesal padanya.dan akhirnya mengabaikan permintaan Bulan padahal dirinya ingin membiarkan Bulan masuk tapi karena Bulan tidak sopan padanya maka fikiran nya pun akhirnya berubah.
Bulan yang melihat kelakuan Alwi yang menyebalkan dan sok ganteng dan sok berkuasa akhirnya merasa tertantang oleh Alwi.
Gue bakalan buktiin sama elu gue tetep bisa masuk tanpa gerbang dasar cowo sombong.
Batin Bulan geram.
Bulan akhirnya berlari ke arah belakang sekolah, bel masuk kelas belum berdering jadi dia masih bisa punya kesempatan masuk ke kelas nya sebelum guru datang.
Bulan memanjat pohon yang menempel di tembok sekolah dan dia berhasil masuk dari sana, dia melompat ke tanah hingga rok seragam abu-abunya kotor terkena debu tanah yang kering.
Dia hanya menepuk-nepuk debu tersebut dan berlari ke arah kelasnya, saat dia berlari ke arah kelasnya mengejar waktu bel berdering, Tiba-tiba dia berpapasan dengan Alwi lagi di lorong kelas.
"Bagaimana elu bisa? " Alwi bingung.
"Heheh gue kan ninja jadi gue bisa tembus tembok you Know" ledek Bulan sambil berlalu dari hadapan Alwi.
"Hei.... tunggu elu terlambat dan harus dapat hukuman" Alwi langsung mencegat Bulan berjalan ke kelasnya dengan membentangkan kedua tangannya di hadapan Bulan.
"Ck udah mau masuk kelas udah deh jangan ngajak main aneh lu" ucap Bulan dengan menyebalkan.
Tanpa Alwi sadari beberapa siswa dan siswi memperhatikan ke anehan sikapnya pada Bulan, biasanya Alwi tak. pernah mau berurusan lama-lama dengan murid perempuan apa lagi sampe mencegat seperti itu, mereka berdua tak sadar jadi tontonan menarik bagi semua murid yang menyaksikan itu semua.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!