NovelToon NovelToon

My Possessive Boyfriend

MPB•AWAL DARI SEGALANYA

...WARNING! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KATA KASAAR! HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!...

...Tinggalkan jejak untuk penulis ya, baik itu vote, like, komen atau klik subscribe biar dapat notifikasi kalau update chapter terbaru, dukungan kalian adalah penyemangat untuk penulis🤗...

...GAK SUKA?! TINGGAL SKIP!...

...*****...

...Calix Keiran Ragaswara...

...Hazel Caliandra Marcena....

...*****...

"Hai Adek manis? sendiri aja nih? Ikut Om yuk, kami akan memberikan lolipop enak untuk Adek."

Hazel bergetar ketakutan setengah mati melihat dua Preman bertubuh besar dan tinggi seperti raksasa di dunia nyata menurutnya, yang menghadangnya tiba-tiba, langkahnya perlahan-lahan mundur sebelum Hazel segera berbalik hendak berlari.

Nasib buruk memang sedang mendatangi Hazel, Abangnya tidak bisa menjemput karena ada kelas di kampus, begitu pula dengan Papanya, yang mengabarkan ada rapat dadakan sesama Karyawan ditempat kerjanya.

Baru saja dia hendak memesan ojek melalui gojek, dia sudah dihampiri oleh dua berandalan yang terlihat menyeramkan. Sekarang dia sedang dalam bahaya.

Belum lagi ketika salah satu komplotan Preman yang memiliki tato menarik tas ransel yang disandang oleh Hazel hingga sang empu tertarik kembali dan tidak dapat melarikan diri.

"Dijamin lolipop-nya berkualitas Dek, jauh lebih berkualitas dari banyaknya lolipop didunia ini, sebagai bonus kami pada juga akan mentransfer susu kental manis secara gratis untuk Adek, dan bisa menciptakan nyawa baru diperut Adek."

"Lepasin gue!!" Pekiknya. Pandangan Hazel kacau, dengan linglung dia celingukan ke segala arah yang sepi tidak ada seorang pun. "Tolong!!" Jeritnya sekali lagi.

"Patuh Adek, maka kami akan main lembut, dijamin Adek bakal puas."

Berandal itu menarik sebelah tangan Hazel yang memberontak sekuat tenaga, tangannya di cekal. Hazel menghentakkan cengkraman, tidak berefek sama sekali.

"Tolong!!" Tidak gentar Hazel berteriak meminta pertolongan. Naas sekali, tempat ini marak menjadi kawasan jajahan para Preman karena lokasinya yang terbilang sepi, jarang orang-orang lewat di daerah ini.

"Come on ikut kami, kami akan memberikan kenikmatan duniawi untuk Adek cantik."

Tubuh Hazel di tarik, terseret entah ke mana tujuan. Wajah Hazel pias karena takut, panik, kalut di saat yang bersamaan. "Gak, gua gak mau ikut kalian! Perut kalian buncit-buncit! Sudah hitam, jelek lagi. Binatang pun gak bakal selera dengan kalian!" 

Hazel tidak menyerah melakukan perlawanan agar bisa lolos, tidak peduli yang jadi korban adalah tangannya yang sudah memerah. "Dasar Om-om genit! Lepasin gua sialan!"

Lalu tiba-tiba saja tubuh salah seorang Preman yang menyeret Hazel terdorong kedepan mendapat tendangan kaki dari belakangnya. "Siapa yang berani-beraninya menendang ku hah?!!" Marahnya.

Rahangnya mengeras melihat si Pelaku yang baru saja menendang punggungnya seenak jidat.

Laki-laki yang tidak lagi mengenakan baju seragam hanya kaos hitam polos di lengkapi celana abu-abu yang melekat, head band terpasang di kepala.

Rambut yang terlihat sedikit gondrong dan acak-acak-kan, jangan lupakan dengan tindikan di telinganya.

Terlihat menyeramkan, tapi memiliki pesona tersendiri dengan ketampanannya. Hazel tentu kenal, cowok paling famous di sekolahnya. Si tukang biang onar.

Calix Keiran Ragaswara.

Calix meregangkan leher dan bahu, menyunggingkan senyum miring, "Kebetulan sekali, gue sudah lama gak baku hantam. Lumayanlah meluangkan waktu buat meladeni banci seperti kalian, hitung-hitung sebagai olahraga siang."

"Berani-beraninya kau mengatakan kami banci?!"

"Berani hanya dengan perempuan, apa namanya kalau bukan banci?"

"B*ngsat!!" Karena sudah tersulut emosi, preman yang berambut sebahu pun akhirnya ikut andil.

Calix gesit menghindar kala pukulan hendak mengenai, si penyerang lengah dengan gerakan Calix yang menggasak kaki lawannya hingga jatuh tersungkur.

Yang lain juga hendak menyerang. Insting Calix begitu tajam hingga lagi-lagi dia menangkis beralih menggenggam kepalan tangan sang lawan dan memutarnya, terjadi retakan di tulang pergelangan tangan sang lawan yang meringis kesakitan.

Lutut Calix mendarat berkali-kali di perut yang menekukkan tubuh lawannya yang mengerang kesakitan, untuk selanjutnya Calix memelintir tangannya dan mendorong orangnya hingga berakhir jatuh mengenaskan ke tanah.

Hazel yang menyaksikan, shock seketika dengan kaki melemas bagaikan jeli. Tangannya membekap mulut tidak percaya dengan apa yang dia tangkap dengan kedua mata kepalanya sendiri.

Pukulan dan tendangan dari Calix yang unggul dari dua penjahat yang jauh lebih besar.

Tidak butuh waktu lama untuk Calix mengalahkan dua preman itu, bahkan telah kalah telak.

Mereka memilih untuk kabur dengan membawa wajah babak belur jalan tertatih-tatih dari pada harus mati di tangan Calix yang begitu hebat di bidang seni bela diri.

"What the fu*ck you men!" Teriak Calix mengacungkan jari tengah untuk kedua Preman yang sudah memunggunginya. Kala sosok mereka makin jauh.

Dia sontak menoleh ke arah Hazel yang masih diam tak bergeming, Calix menghampirinya sambil menyugar rambutnya kebelakang, "Are you ok?"

"Eum?" Hazel mendongak menatap lelaki yang tinggi semampai di hadapannya, "G-gue gak apa-apa berkat lo. Makasih yah Calix, kalo gak ada lo, mungkin gue udah di lecehkan sama dua preman tadi."

"Hmm," Dengan tangan terselip disaku celana, sebelah pipi Calix mengembung memain-mainkan lidahnya dalam mulut, menunduk mengamati gadis yang hanya sedadanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Lagi lagi sudut bibirnya tertarik sebelah saat tertera sebuah ide tengil dalam otaknya, 'Cewek ini kalo dilihat baik-baik, oke juga kalo dijadikan mainan.' batinnya masih dengan senyum penuh makna.

Lantas satu tangannya menggapai pinggang ramping Hazel, dia tarik kearahnya hingga tubuh mereka merapat sama satu lain. Iris matanya turun menuju name tag di seragam bagian kanan. "Gue gak mau terima kasih hanya melalui kata-kata, Hazel."

"T-terus? Lo mau apa?" Hazel tidak tahu lagi bagaimana mendeskripsikan hatinya karena tindakan Calix tiba-tiba ini. Antara takut, panik, gugup tercampur aduk. Dia meneguk saliva susah payah.

Terlebih wajah Calix makin lama semakin dekat, mengikis jarak di antara paras mereka, ujung roknya sudah kusut akibat dia remas, tepat satu centi lagi hidung mereka akan bersentuhan kemudian Calix berkata, "Be mine."

Cup!

Saat itu Hazel lupa untuk bernapas merasakan sensasi benda bertekstur kenyal terpadu hangat menyentuh bibirnya hanya sekilas, namun mampu membuat tubuhnya membeku dengan otak ngeblank.

Netranya membola lebar, bahkan sudah lima detik waktu berjalan Calix menjauhkan diri, Hazel masih juga tidak berkutik.

"Sekarang lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue atau gue jadi pacar elo." Pungkas Calix tegas. Hazel melongo tidak percaya menatap jari telunjuk Calix yang terakhir kali mengarah pas pada dirinya.

OMG!! Mimpi apa semalam dia hingga detik ini dia ditembak oleh cowok paling populer di sekolahnya?!

*****

-Start publish 14 juli 2023.

MPB•ABANG LUCKNUT!

..."Andai hari itu tidak ada, mungkin kenangan indah kebersamaan kita, tak akan terangkai."...

...-Hazel...

...*****...

Duduk bersandar di kepala ranjang, Wajahnya terlihat tirus, tahi lalat disudut bibir menjadi poin utama pada parasnya, lelaki itu berpaling kesamping, menuju jendela transparan yang menyuguhkan langsung langit siang berwarna biru cerah berkombinasi dengan awan-awan putih.

Tubuh kekarnya yang dulu telah direnggut oleh penyakit yang dideritanya, tidak ada lagi fisik yang kuat, yang ada hanyalah fisik yang ringkih, bibirnya terlihat pucat pasi dan keropos.

Pakaiannya berwarna biru muda, tanpa dijelaskan lebih detail, sudah dapat ditebak pakaian yang dia kenakan adalah pakaian khas apa. Dia ingin keluar dari sini, tapi dia harus sembuh dulu, dia tidak ingin berjumpa dengan pujaan hatinya dalam keadaan dirinya yang rapuh.

"Gue pengen menemui kalian.." gumamnya lirih. Pandangan nanar nya menunduk, jatuh pada lembaran foto cetak menampilkan seorang Gadis muda bersama dengan anak kecil.

"Kak Atur, makan dulu. Lo belum makan dari pagi kan? Pokoknya kali ini lo harus makan sampe habis, awas aja kalo enggak, gue gak mau ngurus lo lagi, gue udah bela-belain keluar cari makanan kesukaan lo. "

Pintu ruangan berwarna serba putih itu terbuka menghadirkan seorang lelaki lain ditemani ocehan khasnya, dia melangkah kearah dirinya. "Rega, menurut lo, apakah gue masih ada harapan untuk sembuh?" tanyanya tidak nyambung.

"Kenapa gak bisa?" Diletakannya cup berisikan bubur ayam diatas nakas. Dia melirik laki-laki yang sedang duduk bersandar di brangkar rumah sakit.

"Soalnya penyakit yang gue derita, mustahil banget untuk bisa di sembuhkan."

"Elah, lo pesimis banget jadi orang. Lagian, bagus dong kalo lo metong, gue gak perlu berbagi hak warisan."

Senyum tipis tersungging di bibirnya, ucapannya terkesan pedas, tapi terlepas dari itu dia tahu, bahwa orang laknat ini yang paling peduli dan sayang padanya. Pandangannya menerawang lurus.

"Kira-kira apakah gue masih bisa bertahan sampai di hari yang mana gue bisa bertemu dengan mereka dan mengatakan satu kata yang paling ingin gue katakan pada dia. Maaf, gue pengen minta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan besar gue.."

"Kalo lo mau panjang umur, lo harus makan. Kesembuhan lo juga butuh tenaga biar semangat berjuang." Dia duduk di kursi yang ada ditepi ranjang dengan mengaduk-ngaduk bubur ayam ditangannya.

"Rega, lo bisa berjanji?"

"Janji apa?" Tatapannya terpatri pada sebuah iris netra yang kelihatan redup.

"Kalo misalnya gue gak bisa bertahan sampai saat itu, wakili gue untuk menyampaikan permintaan maaf."

...*****...

Dari tadi benda pipi itu telah berbunyi banyak kali. Bukan, bunyi itu bukanlah alarm buat membangunkan Hazel. Tapi nada dering yang mengusik mimpi indahnya.

Masih dalam keadaan setengah sadar Hazel meraba-raba permukaan kasur disekitarnya meraih handphone-nya yang tidak kunjung berhenti mengeluarkan suara, matanya menyipit begitu disorot oleh cahaya radiasi ponsel.

"Hallo? ini jam berapa lo nelepon?! tahu waktu gak sih?!" Hazel meletakkan benda itu ke telinganya. Dengan muka bantal dia berpaling kearah jam yang terpajang sempurna di bagian dinding kamarnya, menunjukkan pukul empat! Perlu digaris bawahi pukul empat woy! ini masih dini hari. Dasar manusia jahanam!

Padahal semalam baru habis sleep call hingga dia baru tertidur larut malam. Hazel mendadak menyumpah serapahi Calix dalam hati. "Bangun woy! temani gue, gak bisa tidur ini." Dari seberang sana suara bariton yang super nyebelin terdengar.

"Lo yang gak bisa tidur, kok lapor sama gue?! emang gue obat penenang?!"

"Gue baru habis ngegame."

"Emang gue nanya?!" Sumpah deh, jika lelaki dibalik telepon ini ada didekatnya, Hazel ingin menghantamkan balok kayu di kepalanya biar gegar otak sekalian. Bisa-bisanya menganggu tidur nyenyak nya hanya masalah sepele seperti ini.

"Ck, jangan lupa nanti pagi gue jemput." Ah, iya, Hazel baru ingat, besok pagi Calix sudah berjanji akan menjemputnya. Hazel sebenarnya kurang setuju, mengingat jika keluarganya mungkin akan menolak keras jika dia menjalin hubungan dengan lelaki.

Tapi--Calix tidak bisa diatur! dia itu cowok batu! keinginannya tidak bisa diganggu gugat! Ngomong-ngomong, sudah berapa lama hari jadian dadakannya dengan Calix ya? kira-kira berapa minggu? Entahlah, Hazel malas mengingat-ingatnya.

"Iya, ish! di depan gang asal. Awas lo jemput dirumah, gue tak hih!"

"Lah? biasanya kan cewek-cewek maunya dijemput langsung dirumah. Lo malah mau dijemput depan gang." Keanehan Hazel benar-benar unik. Beda dari cewek-cewek pada umumnya. Makanya, Calix tertarik menjadikannya mainan semata. Mainan, catat!

Hazel berdecak kesal, "Kalo ketahuan sama Mama dan Papa gue pacaran, nanti dimarahin. Udahan ya? gue mau turu."

"Mau turu atau mau sleep call sama cowok lain?!"

"Heh bapak lo sama cowok! cowok gue beda dimensi mana bisa sleep call-an. Udahlah, gue mau otw bobo lagi. Bye!"

Tut..tut..tut..

Layar ponsel Calix menghitam, dia menatapnya tidak percaya, besok-besok dia akan membawa ponsel ini ke tempat service untuk diperbaiki, pasalnya seumur-umur baru kali ini Perempuan yang menutup panggilan darinya lebih dahulu, biasanya selalu dari dia yang menolak panggilan yang masuk.

"Siapa?" tanya Candra sang sohib, dengan muka-muka yang super kusut karena baru terjaga dari alam mimpinya diusik oleh suara Calix. Disampingnya lagi ada seseorang yang lain yaitu Farel yang tengah tertidur pulas.

Sekarang mereka sedang berada di apartemen Calix, dimana ada Calix maka disana juga ada mereka, sebut saja mereka sebagai trio HB (Handsome boy).

"Biasa, mainan. Gak penting ck." Calix dongkol memikirkan kekasih sementaranya, kalau sudah bosan palingan akan dia campakkan.

"Gwak pwentwing gwimwanwa, bwulwan bwelwum bwergwanwi swurwya swudwa nwelpwon.." Gumam Candra tidak jelas, suaranya teredam dibalik bantal, dia telah mengubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap.

"Argh! sudahlah, tuh cewek memang paling bisa bikin gue stres! mending gue tidur!" Calix mengacak-ngacak rambutnya gusar sebelum ikut merebahkan tubuhnya, menyusul kedua kawannya yang kini sudah terlelap.

...*****...

Jayden--Abang Hazel duduk dimeja pantry menunggu Sang Ibu yang sedang berkutat dimeja dapur membuat sarapan pagi untuk mereka. "Jay? Adek mu mana? belum bangun?" tanya Ghea--Mama dari Hazel dan Jayden.

Jayden mengangkat bahunya tak tahu, "Gak tahu Mah, tadi Jay lihat pintu kamarnya masih tutup."

"Huh! tuh anak! kebiasaan kebo! bangunin gih!" Titahnya disambut oleh delikan ogah dari Jayden.

"Ogah aku! bangunin dia itu ibaratkan bangunin mayat hidup! gak bakal bangun hanya sekali teriakan bahkan menggunakan toa sekalipun!"

"Pake caramu yang biasa aja. Buruan! bisa telat nanti Adek mu kalau banguninnya ditunda-tunda." Desak Ghea tak sabaran.

Mau tidak mau Jayden dengan berat hati mengangkat bokong lalu bangkit dengan kasar. "Kalo patah punggungnya jangan salahin Jay ya!" Jayden menaiki struktur undakan tangga menuju keatas.

Sesampainya didepan kamar Hazel, Jayden menggunakan cara paling aesthetic yaitu menendang daun pintu kamar milik Adik cantiknya hingga terbuka lebar-lebar, untung saja pintu itu benda mati, jika tidak, mungkin saja dia sudah mengajak Jayden berperang. "Woy Hazel bangun!!! Lo gak mau berangkat sekolah?!"

"Ish bentar Bang! lima menit deh!" Racau Hazel masih setengah tidur, dia menendang udara sekali.

Jayden melangkah kearah jendela dan menyingkap tirai jendela membiarkan cahaya mentari pagi masuk kedalam kamar Hazel, berharap dengan begitu mungkin tidur Adiknya sedikit terusik.

"Lima menit lo itu tujuh purnama!! cepetan bangun! lo yang gak bangun, gue yang bakal kena omel Mama gara-gara gak berhasil bangunin elo!" Jayden kemudian menyibak selimut yang menutupi setengah dari tubuh Adiknya.

"Lima menit lagi, beneran." Oke, jurus andalan akan digunakan oleh Jayden.

Bugh!

Detik berikutnya, punggung Hazel menghantam kuat lantai karena ditarik oleh Jayden hingga tubuh mungilnya jatuh. Sudahlah! encok lah sudah pinggangnya!

Hazel bangun sambil memegangi punggungnya yang terasa akan patah.

"Ssshhh, dasar Abang durjana huaaa! punggung gue sakit Bang!! kalo patah, transplantasi tulang punggung lo!"

Hazel merengek, dia menangis sambil mengadu sakit merasakan punggungnya yang seakan remuk redam.

"Salah sendiri molor mulu kerjaan! sekarang pergi ke kamar mandi, cuci muka, sikat gigi lalu siap-siap ke sekolah!"

"Ish iya-iya!" Tidak ketinggalan dengan misuh-misuhnya Hazel bangkit, dengan memegangi belakang punggungnya dia berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi.

"Jayden kampret!" Teriaknya lantang sebelum membanting kuat pintu kamar mandi.

"Hazel kampret!" Balas sang empu tidak mau kalah.

*****

MPB•JEMPUT DEPAN GANG

"Mah, Isa sama Tante kapan pulangnya?" tanya Hazel saat bergabung bersama keluarganya dimeja makan.

Perasaan baru satu hari tidak berjumpa, Hazel sudah rindu berat dengan sepupunya yang dia sebut sebagai Isa. Rumahnya berseberangan dengan rumah Hazel, yang artinya mereka bertetangga.

"Belum tahu. Kata Zayna, paling lambat mungkin mereka menghabiskan sampai seminggu berlibur di Bali."

Hazel meraih selembar roti tawar yang telah tersedia di atas meja lalu menyungut sendu. "Lama banget, Hazel sudah kangen sama Isa.."

"Lebay!" Cibir Jayden disambut delikan sensi dari Hazel.

"Biar hih!"

Ting!

Ting!

Ting!

Dentingan notifikasi bertubi-tubi yang berasal dari ponsel Hazel mewarnai prosesi sarapan pagi mereka. Mereka memusatkan atensi kearah Hazel.

"Buset tuh notif kekeuh bener." Celetuk Jayden sesudah menggigit sehelai roti tawar yang dilapisi oleh selai kacang. Sekedar informasi, jika Jayden ini salah satu mahasiswa di universitas Jakarta.

Hazel memilih mengambil ponselnya di dalam saku, membaca pesan-pesan yang terkirim tertera jelas dilayar.

...🐷...

Dimana?!

Balas anjirr!!

Tuhkan, lo lagi bareng cowok?!

Katanya mau berangkat bareng!

Gue udah ada didepan gang nih.

Hazel men.d.esah kesal, masih pagi-pagi saja dia sudah diteror oleh pesan-pesan tidak berfaedah dari Calix. Awal berpacaran dengannya, Calix tak terlalu mengekangnya, tapi makin kesini entah mengapa tuh cowok semakin meresahkan.

Bunyi decitan kaki kursi yang bergesekan langsung dengan ubin lantai terdengar saat Hazel menggeser kursi agar memberikan ruang untuk dia bangkit dari duduknya.

"Mah, Pah, Hazel pamit, mau berangkat sekolah."

"Loh? udah mau berangkat? sarapan kamu belum habis loh." Ujar Ferdi--Ayah dari Hazel. Baru segigit kelihatannya tadi roti yang disantap oleh Putrinya.

"Hazel sarapan di sekolah aja."

"Yasudah, Papa ambil kunci mobil, biar Papa yang anta--" Ferdi yang hendak berdiri dari duduknya itu diurungkan oleh sergahan Hazel.

"Gak perlu Pah! Hazel mau berangkat bareng--" Tatapan Hazel bergelirya mencari nama yang tepat untuk dijadikan tumbalnya saat ini, Jayden memicingkan mata curiga, tumben-tumben Adiknya ini mandiri, biasanya selalu merengek minta diantar jemput.

Sedangkan Hazel, hanya satu nama yang langsung tertera dalam otaknya. "Kyra! iya Kyra!! kami sudah janjian bakal naik bus sama-sama, dia sudah tunggu Hazel di halte."

"Huacimmm!!! kok hidung gue tiba-tiba gatel banget ya?" Di lain sisi, Kyra mengucek-ngucek hidungnya yang ibarat digelitik serbuk sari, batang hidungnya terlihat memerah.

"Kayaknya ada yang gunain nama gue buat suatu yang buruk." Monolognya tepat sasaran, sebelum akhirnya menyambar tasnya lalu turun kebawah bergabung bersama keluarganya yang sedang ada dimeja makan.

"Oh gitu? yaudah. Hati-hati dijalan.." Pesan Ghea tiba-tiba disergap oleh rasa cemas.

"Iya..Hazel pamit ya Mah? Pah?"

Sebagai bentuk pamitan, Hazel tidak lupa menyalami satu persatu tangan kedua orang tuanya sebelum pergi. Ciuman di terima pada masing-masing satu pipi Ghea dan Ferdi tak ayal juga ikut menyertai.

"Abang gak di cium juga nih?!"

Plak!

Bukan ciuman yang mendarat, tapi telapak tangan kecil Adiknya, malah cukup keras lagi. "Ba*bi ngepet makan permen, what the fu*ck you men!" Teriaknya mengacungkan jari tengah tinggi-tinggi untuk Hazel yang sudah memunggungi mereka.

"Makan tempe rasa ironmen, what the fu*ck you too men!" Sambil berjalan hendak keluar pintu, Hazel menyempatkan berbalik lalu menjulurkan lidahnya, lengkap dengan menarik pinggir matanya untuk meledek Kakaknya.

Tuk!

Centong kembali menimpuk dahinya. Dengan bibir mengerucut beberapa centi Jayden mengusap-ngusap dahinya yang berdenyut. Habis tamparan, ditimpuk oleh centong yang pelaku tersangkanya adalah Mamanya sendiri, nasib-nasib..

"Mama ada masalah apa sih sama Jay?! kelakuan Mama itu sudah termasuk kekerasan dalam rumah tangga tahu gak?! Jay bawa ke pengadilan baru tahu rasa!"

"Mulut bau jigong mu itu perlu di rica-rica! hanya membawa dampak negatif dengan Adek mu!" Dumel Ghea menghunuskan kilat maut. Jika di komik-komik mungkin sudah ada gambaran api-api di dua sisi Mamanya. Dan mampu membuat Jayden langsung mati kutu.

"Ssst! kalau nyawamu ingin selamat, kuncinya, mengalah dan segera tutup mulutmu!" Desis Ferdi memperingatkan Jayden dengan gestur meresleting bibir. Bukannya apa, dia sudah belajar dari pengalaman. Bisa-bisa ruangan ini pun bisa hancur hanya gara-gara amarah Istrinya.

"I-iya Mah..gak bakal ada yang ke dua kalinya." Jayden menyengir memamerkan deretan gigi putihnya, mengacungkan dua jari membentuk V sebagai bentuk perdamaian untuk Mamanya.

...*****...

Kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu tertutup, Hazel meraba-raba udara, bahkan berkali-kali dia tidak sengaja menabrak tiang listrik yang ada di kompleks perumahan warga.

"Eh Neng Hazel, ngapain atuh tutup mata kaya gitu? bahaya.." Tegur Pak Jamal--Abang tukang bakso yang pagi-siang-malam mampir berdagang di area kompleks sini. Hazel termasuk pelanggan tetap nya.

"Husssttt! diam Mang! Hazel gak boleh ketahuan!" Hazel masih terus meneruskan langkahnya dengan kedua netra terpejam, mengabaikan Pak Jamal yang menatapnya aneh.

Dengan caranya demikian hingga wujudnya dapat ditangkap oleh indera penglihatan Calix yang sedang menunggunya didepan gang dengan motor sportnya. Lelaki itu mengangkat satu alisnya heran.

'Tuh cewek kenapa dah? jalan sambil merem gitu. Gue doain dia kesandung batu biar nyium aspal." Calix terkikik geli dalam hati mendoakan yang tidak baik untuk Kekasihnya.

Langkah demi langkah semakin mendekatinya, doa Calix memang manjur, tubuh Hazel terhuyung, kakinya menyandung sebuah batu yang cukup besar.

Untung Calix yang tidak jauh lagi dari jangkauannya sigap menahan dahinya menggunakan telapak tangan besarnya pas di dahi Hazel. Jika tidak, bisa dijamin dia sudah mencium aspal.

"Aduh! nih batu kenapa ada disini sih?!" Omelnya malah menyalahkan batu yang tidak bersalah. Hazel menegakan tubuhnya lalu menyalurkan emosinya pada benda mati, dia menendangnya jauh-jauh.

"Lo-nya yang salah ngapain batunya yang disalahin? ngapain juga jalan pake merem segala?" Seraya meraih helm cadangannya, Calix geleng-geleng tak habis pikir.

"Sengaja biar gue gak ketahuan sama keluarga gue dijemput sama cowok depan gang."

"Hah? gimana-gimana?" Itu caranya Hazel yang aneh atau kapasitas otaknya yang rendah hingga tidak mengerti?

"Kan kalo gue merem, gelap. Jadi gak bakal ada yang lihat."

Tuk!

Jemari Calix menyentil gemas dahi Hazel. Benar-benar deh! ingin dia banting nih cewek saking arghhh!! saking begonya! "Itu lo doang yang gak lihat! bukan orang lain, o'on!"

Langkah selanjutnya Calix memasang helm ke kepala Hazel yang sedang memasang wajah tertekuk sambil menggerutu dongkol akibat sentilan maut yang berpotensi menimbulkan benjolan dia terima dari Calix.

Suara nyaring knalpot kendaraan Calix terdengar mendengung begitu dia menghidupkan mesin motornya. "Naik, buruan! nunggu apa lagi lo?!" Desaknya tidak sabaran saat melihat Hazel tak kunjung naik keatas motornya.

"Itu loh--gue belum pernah naik motor segede dan setinggi ini--kaki gue kira-kira sampe gak yah?"

Calix berdecak malas kemudian kembali mematikan mesin motor, Gadis ini hanya membuang-buang waktu! namun terlepas dari itu, Calix tetap turun tangan. "Salahin tuh kenapa kaki lo pendek amat!" Cetusnya.

"Calix, lo mau ngapain?!" Hazel setengah memekik saat Calix tanpa aba-aba mengangkat tubuh mungilnya dengan enteng membantunya untuk naik keatas motornya.

"Sudah bereskan?" Mudah saja, Calix kembali menunggangi motornya lalu menancap gas meninggalkan tempat bersama Hazel dibelakangnya.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!