Hujan begitu deras mengguyur kota Jakarta dengan gaduh dan berisik. Rasa rindu meraup habis seisi kota dengan perasaan masing-masing. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih sibuk di malam hari dengan rutinitas tanpa henti.
Jam sekarang menunjukan pukul 9 malam, mobil Andre melaju dengan cepat diatas genangan air.
“Hati-hati Mas, aku takut.” Ujar Anita mengingatkan pria 27 tahun disampingnya itu, sembari mengelus pelan wajah putrinya yang masih tertidur pulas.
Aluna sekarang baru berusia 5 tahun, wajahnya cantik dengan rambut hitam dan kulit putih bersih.
Anita menatap lekat putri semata wayangnya itu yang kini begitu manis dengan mengenakan gaun putih dilengkapi jaket spongebob kesukaannya.
Saat diingatkan Andre malah membanting setir menepi di area Landak baru, wajahnya nampak mendung, jelas sekali rasa cemas bersarang disana.
Andre seketika menarik nafas panjang lalu mengenggam tangan Anita begitu kuat. Menandakan ia akan selalu menjaga Anita dan Aluna putrinya.
“Maaf sayang tapi kita harus buru-buru sekarang jangan sampai anak buah Dahlia menemukan kita. ”
Anita hanya bisa mengangguk setuju, pertanda dia akan menyerahkan sepenuh nyawanya pada keputusan apapun dari laki-laki yang dia cintai.
Dua Jam Lalu di Restorant Grand Mole
Keluarga kecil sedang menikmati makan malam dengan tenang dan sesekali tawa menghiasi wajah mereka. Namun, Andre merasa sosok lain sedang mengawasi mereka dari kejauhan.
Tiba-tiba vibrasi hp Andre menandakan ada Whatsapp masuk yang ternyata dari nomor tidak dikenal, dia mengirimkan foto Dahlia memberikan segepok uang kepada beberapa preman.
Andre menyimpulkan bahwa mereka orang jahat terbukti dari foto salah satu pria yang disakunya terdapat pistol. Pesan ini berhasil merenggut fokus Andre. Namun ia berusaha tetep tenang dan berusaha hangat kepada kedua perempuan manis di hadapannya tersebut.
Setelah menikmati makan malam yang begitu mewah, mereka pun hendak pulang, sampai akhirnya di perjalan pulang. Andre menyadari lewat kaca spion mobilnya mereka sedang di ikuti oleh sekelompok orang. Hingga akhirnya terjadilah bencana diawal cerita.
Kembali ke suasana genting sekarang
“Jadi kita akan kemana sekarang Mas. ” tanya Anita memastikan, yang berhasil mengecoh fikiran Andre.
“Haa iya sayang, kita akan ke kota terpencil untuk bersembunyi sementara, sebab Dahlia pasti tidak berfikir kita akan sampai di daerah tersebut karena aku yang trauma dengan laut." Jawab Andre menenangkan.
Baru saja Andre menghidupkan mesin mobilnya, sekelompok orang bermotor telah mengelilingi mobil keluarga tersebut, orang-orang itu memakai masker dan jas hujan hitam.
Mereka sepertinya adalah geng motor sebab bisa di lihat dari motor mereka yang samua semua Rx King.
Salah satu dari mereka lalu turun menggedor-gedor kaca mobil. Terlihat tiga diantaranya memegang balok kayu cukup besar. Alea langsung terbangun dan menggosok pelan matanya dengan lugu.
Tanpa aba-aba Andre langsung melajukan mobilnya secepat yang ia bisa. Orang-orang tersebut pun mengikuti Ramli tidak kalah cepat.
Hingga sampailah mereka di sebuah jalan menuju daerah wisata berada daerah terpencil yang cukup terkenal.
Namun di malam hari jalanan ini tidak lain hanya Kawasan hutan belantara. Orang-orang tersebut telah semakin dekat dan berhasil memukul kaca mobil.
Anita hanya bisa menundukkan tubuhnya untuk melindungi Aluna, sedangkan Andre masih berusaha keras dibalik setirnya meskipun tangannya kini sudah penuh beling kaca mobil.
Sampai akhirnya geng motor tersebut berhasil mencegat mobil Andre lalu menarik paksa Andre keluar mobil, begitupun Anita dan Aluna.
“Apa mau kalian ha? Uang?" Saya bisa ngasih lebih buat kalian dari pada Dahlia. Pria yang memakai masker tengkorak langsung menghujam wajah Andre dengan satu pukulan.
Sedangkan Anita dan Aluna menangis dengan keras, berteriak minta tolong. Mereka hanya bisa tertawa.
“Hei percuma, tidak akan ada yang mendengar suara kalian."
"Hahahahah." tawa mereka serentak yang bersamaan tersebut berhasil memecah keheningan malam.
Lalu Tiga dari geng motor itu, terus-terusan memukuli Andre. Sedangkan dua lainnya menyeret tubuh Anita ke mobil. Tidak heran kecantikan Anita berhasil menggoyahkan iman geng motor beranggotakan 5 orang tersebut.
Anita lalu dibawa ke dalam mobil dan Andre tidak tau apa yang terjadi didalam sana. Sesaat kemudian mereka keluar dengan wajah puas sembari mengacungkan jempol kearah Andre.
Tidak ada rasa bersalah sama sekali dari wajah mereka, hanya ada senyum licik dan tawa keras.
Kemarahan Andre memuncak ia mencoba melawan dengan menendang kaki salah satu preman, namun naas belum juga menendang dia telah lebih dulu dihantam pukulan di perutnya.
Sedangkan disisi lain Anita juga berusaha bangkit, tubuhnya masih sangat nyeri. Lalu merangkak perlahan kearah Andre yang sekarang sudah babak belur tidak karuan.
“Mas Andre, tidak apa-apa?” tangis Anita pecah begitu saja. Di tengah gerimis malam, ia mencoba memangku kepala ramli, yang ternyata darah segar telah memenuhi tangan Anita.
Andre hanya bisa tersenyum tipis, menandakan ia tidak apa-apa. Sejurus kemudian ia menanyakan keberaan Aluna sebab dari tadi Ramli terus-terusan di pukuli. Jadi tidak bisa melihat sekitar lagi. Mendengar percakapan mereka, terlihat para geng motor itu juga terlihat panik. Mampus bisa dimarahi boss kita ini. Ujar salah satu preman yang paling tinggi.
Mereka pun berpencar sedangkan Anita terus-terusan menangis bingung harus berbuat apa. Andre hanya nampak lesu sama halnya dengan Anita, ia juga bingung harus berbuat apa, karena tubuhnya sangat sakit tak mampu berdiri. Ditambah dua orang preman yang tidak jauh dari mereka.
“Kenapa mbak Dahlia begitu tega melakukan semua ini kepada kita, kenapa mas?” Suara Anita menahan gejolak amarah, cemas, dan kesedihan di dadanya. Andre hanya diam tak mampu berkata-kata.
Mau bagaimana pun Dahlia masih istri sahnya, wanita lembut yang ia nikahi selama 17 tahun itulah yang telah melakukan semua ini kepada mereka. Tapi dia merasa aneh karena tidak melihat air mata setetes pun yang lolos ke pipi Anita sedangkan dia sedari tadi histeris.
Tiga preman pun kembali ke sisi mereka, dan nampak dari kejauhan pria bertubuh kurus membopong tubuh Aluna yang sudah tidak sadarkan diri.
Wajahnya pucat dengan luka goresan di wajahnya. Aluna tidak apa-apa, ujar preman kurus itu kearah Anita dengan takut, dia langsung memberikan jepit rambut Aluna yang patah dengan sopan kepada Anita. Ramli sekilas menangkap tatapan aneh di balik mata Anita.
Andre yang sedari tadi sudah tidak berdaya, hanya melihat kejadian itu dengan heran. Ia pun lantas menaruh curiga kepada perempuan yang dia cintai 5 tahun belakangan ini. Sebab bagaimana bisa preman itu menaruh rasa hormat kepada Anita.
Andre masih dibuat linglung dengan perasaanya sendiri, sampai akhirnya karena kekurangan darah ia pun pingsan tak berdaya.
Rasa kebas di kepala membangunkan Andre, sekarang dia berada di dalam ruangan penuh obat-obatan, dengan selang infus di tangannya, dan perban yang melilit kepalanya.
Dia mencoba melihat sekeliling, tidak ia temukan keberadaan Anita maupun Aluna dalam ruangan tersebut. Andre mencoba meraih tombol merah di sisi ranjang, hingga berhasil menandakan ke perawat bahwa pasien membutuhkan bantuan.
Jelang beberapa saat, perawat dengan tergopoh-gopoh datang ke sisi Andre.
"Akhirnya bapak sadar juga" Ujar perawat dengan tulisan Riska di papan pengenalnya. "Sudah berapa lama saya disini sus?"
"Bapak sudah koma selama kurang lebih dua minggu pak. "
Jawaban Riska membuat perasaan Andre terguncang, dia tidak menyangka sudah terbaring disini sekian lama.
Terakhir ia ingat hanya melihat preman yang menyerangnya menggendong Aluna kearahnya. Selebihnya ia sudah tidak ingat apapun lagi.
"Lalu, bagaimana keadaan istri dan anak saya sus?"
"Anak bapak baru saja pulang bersama istri bapak. Sedangkan perempuan yang menolong bapak pasca dalam kecelakaan mobil sedang kritis di UGD, gadis itu terluka parah".
"Suster bilang tadi, istri saya?"
"Iya istri bapak" jelas suster
Apa yang sebenarnya terjadi.
Andre masih bingung dengan semua yang telah menimpa ia saat ini. Lamunan Andre di hentikan oleh pertanyaan dari Riska.
"Bapak membutuhkan apa? biar saya sediakan,
sebelum istri bapak pergi dia sudah berpesan untuk menjaga bapak disini dengan baik. "
"Dahlia?" Tanyaku
"Bukan pak, tapi ibu Anita. "
Aku semakin bingung di buatnya. Tatapan suster Riska juga nampak bingung, bagaimana mungkin seseorang menyebut nama lain sebagai istrinya.
Pastilah dia bertanya-tanya sendiri dalam benaknya.
"Bukankah yang kritis bersama ku itu Anita?" Ujar Andre ingin memastikan.
"Bukan pak, tapi seorang gadis muda yang bernama Naya."
"Haaa, Naya Anastasya?" Tanya Andre dengan wajah cemas.
"Iya pak, itu nama gadis yang menolong bapak."
"Dia siapanya bapak?" tanya Riska sembari menambahkan obat kedalam infus."
"Naya Anastasya itu adik ipar saya sus" jawab Andre dengan suata bergetar.
"Jika sudah tidak ada, saya akan kembali nanti pak, bersama dokter untuk memeriksa keadaan bapak lebih lanjut, silahkan istirahat dulu." Suster Riska pun berlalu di balik pintu setelah berpamitan singkat.
Teka-teki menari di kepala Andre tentang bagaimana bisa Naya bersamanya di malam penyerangan geng motor tersebut, kemana geng motor itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi malam itu setelah dia pingsan.
Hal ini berhasil membuat Andre menanggung beban fikiran ekstra dan memilih untuk tidur saja untuk menenangkan fikirannya saat ini.
Beberapa jam kemudian, terdengar samar suara dari balik pintu.
"Ayah" teriak seorang gadis mungil yang tidak lain adalah Aluna. Suara panggilan gadis kecil ini membangunkan Andre.
Belum sempat Andre menjawab, Aluna telah berhambur ke pelukan ayahnya itu dengan setengah terisak.
"Aluna udah lama nunggu ayah bangun."
"Iya sayang, nih ayah udah bangun." sembari mengelus kepala putrinya itu.
Anita pun turut masuk keruangan, setelah sempat mengurus administrasi.
"Mas, udah enakan badannya?" Ujar Anita.
"Iya anita, ini udah mendingan.
Anita hanya bisa menatap lurus ke arah Andre sebab tidak biasanya dia memanggil dia dengan namanya. Biasanya sayang. Namun Anita hanya diam, dan tersenyum tipis.
"Syukurlah jika demikian Mas."
Andre sekarang menyimpan kecurigaan cukup besar terhadap Anita, sehingga dia mulai mengacuhkannya.
"Ayah kok pulang duluan, saat kita makan malam dulu?" Tanya Aluna yang masih berada dalam pelukan ayahnya itu. Wajah polos Aluna berhasil membuat Andre syok.
"Kenapa mas? Kok kaget gitu mukanya."
"Kami heran loh mas, mas tiba-tiba buru-buru pergi, kita pulangnya terpaksa naik taksi" huuu gerutu Anita mengingat moment itu.
"Bukannya kita bareng-bareng ya nit, terus di kejar geng motor, aku luka parah, dan akhirnya pingsan, kamu juga yang mangku kepala aku ketika berdarah, Aluna juga pingsan malam itu di Wisata melati, masa kamu lupa sih nit. " Sambung Andre dengan nada kecewa.
"Kata dokter, Skizofrenia kamu kambuh Mas. Halusinasi yang berlebihan kamu waktu itu, yang menarik kamu melajukan mobil dengan kecepatan penuh ditengah hujan, untung saja Naya melihat kamu dan mengikuti mu dari belakang."
"Ketika di poros Wisata melati Naya menemukanmu terbaring dengan penuh luka Mas. Ia akhirnya membawamu pulang, tapi sayang sekali, kalian kecelakaan di simpang jalan karena jalanan yang licin dan lampu jalan yang mati." cerita Anita sembari menarik nafas panjang.
Andre masih berusaha mencerna penjelasan Anita. Masuk akal juga, mungkin aku yang terlalu berhalusinasi karena mengingat terus kejadian Dahlia mengancamku hari itu. Bisik kecil hati Andre.
"Mas, malam itu ingat tidak mas berhalusinasi tentang apa? Kenapa sampai jauh ke Wisata melati berkendara sedangkan hujan begitu lebat, aku sampai panik setengah mati."
"Mas berhalusinasi kok sampai separah itu sih, bikin aku takut terus kalau gini. Pokoknya setelah luka mas sembuh, mas harus segera ke berobat lagi ke dokter David, supaya ga terjadi hal-hal kayak gini lagi ya." Keluh Anita sembari menatap lekat lelaki yang sangat ingin ia nikahi itu.
Namun terhalang restu dari Dahlia yang masih berstatus sebagai istri sah Andre.
"Iya sayang, aku akan mengatur jadwal lagi dengan dokter David setelah keluar dari rumah sakit" tutur Andre, yang saat ini suasana hatinya sudah kembali hangat kepada Anita, karena menyadari dia yang salah menilai.
"Bagaimana kondisi Naya sayang?" Tanya Andre karena ingin mengetahui keadaan adik iparnya yang masih berstatus siswa menengah atas itu.
Mau bagaimana pun Naya adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa Andre di malam tragedi halusinasi di Wisata melati sebelumnya.
Anita hanya menghela nafas panjang, senyumnya yang sedari tadi mengembang kini berubah sinis, mendengar kekhawatiran Andre pada adik iparnya itu.
Jelas sekali dari Raut wajahnya betapa ia tidak menyukai Naya. Tepatnya keluarga Dahlia.
"Sayang?"
"Anita hanya bisa terpaksa menjawab dengan malas, dia sudah melewati masa kritis mas, hanya saja belum sadarkan diri. "
"Semoga ia lekas membaik, harap Andre."
"Kabulkan doa ayah ya tuhan" gubris Aluna yang sedari tadi sibuk dengan ponsel ditangannya.
Anita hanya nampak diam dan tidak menanggapi mereka berdua.
Disisi lain, Andre sangat ingin melihat keadaan Naya, tapi takut akan menganggu kenyamanan Anita yang saat ini ada di sisinya.
"Nanti sajalah aku jenguk Naya, kalau Anita sudah pulang. " Kalau minta di antarkan oleh nya sudah pasti akan ditolak bahkan aku akan dilarang menemui Naya.
Andre sudah cukup hafal dengan tabiat Anita yang cukup tegas dan keras kepala, namun dibalik itu semua Andre mengetahui sisi lain Anita yaitu dia perempuan yang sangat perhatian dan pandai memasak, hal inilah yang membuat Andre terpikat olehnya sampai rela meninggalkan Dahlia yang tengah hamil besar.
Benar saja, begitu kuat pesona Anita di mata Andre. Baginya Anita adalah satu-satunya perempuan yang paling nyaman sebagai rumah. Bukan siapapun apalagi Dahlia.
Dua hari kemudian, Andre sudah di izinkan pulang oleh dokter, ia pun dengan ditemani oleh Anita dan Aluna dia sampai di apartemen miliknya.
"Mas, aku keluar dulu untuk membeli makan siang ya" ujar Anita sembari meraih kunci mobil.
"Maaa, mau ikut" kejar Aluna.
"Hati-hati di jalan ya sayang" tegur Andre
Tak sempat menjawab, Anita dan Aluna telah hilang di balik pintu.
Selepas keduanya pergi, Andre mencoba berkeliling sampai akhirnya mata nya tertuju pada kamar Aluna yang setengah terbuka. Ia berniat menutupnya kembali.
Namun, baru saja Andre meraih gagang pintu, sorot matanya langsung tertuju kepada benda putih diatas meja rias kecil berwarna kuning milik Aluna, Disana ada penjepit rambut patah dan noda merah disampingnya, seperti darah yang sudah mengering.
Andre langsung ingat jepitan rambut patah milik Aluna yang diberikan oleh preman kepada Anita, dimalam insiden menimpanya terjadi.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Andre kembali menaruh curiga kepada istrinya.
"Ya Tuhan apa yang sebenarnya terjadi" sembari memegang kepalanya yang saat ini di buat pusing karena fikirannya sendiri. Andre kemudian merasakan semua di sekitarnya menjadi gelap.
Setelah satu jam kemudian, Anita dan Aluna telah kembali kerumah.
"Mas, kamu di mana?" Anita mulai gusar karena tak menemukan lelaki yang ia cintai itu dimanapun.
"Ayah, ayah dimana" Aluna ikut mencari
Setelah mencari ke berbagai sudut, akhirnya Aluna melihat ayahnya terkapar di kamarnya.
"Maaa, ayah disini" teriak Aluna
Anita langsung berlari kecil ke sumber suara Aluna.
"Mas, mas bangun mas" suara serak Anita menggoyang-goyangkan tubuh Andre namun tetap tidak ada respon apapun darinya.
Dengan tenaga seadanya dan bantuan dari Aluna, Anita berhasil membaringkan tubuh Andre diatas kasur. Sembari itu, Anita langsung memberikan minyak kayu putih ke area hidung Andre, harap-harap ia bisa segera bangun dari pingsannya.
Aluna terus menggenggam tangan ayahnya itu, penuh cemas. Nampak jelas raut wajah yang mendung dari wajah mungilnya.
Anita langsung melihat jepit rambut Aluna yang saat ini berada di lantai, dia hanya menyeringai kecil lalu menyimpannya dengan hati-hati.
Andre pun akhirnya berangsur mendapatkan kesadarannya kembali. Tidak ada Aluna ataupun Anita disampingnya, ia hanya melihat jepit rambut yang tidak patah ataupun noda darah tidak ada disana.
Andre hanya bisa menghela nafas dengan sedikit linglung. Otaknya terpaksa kelelahan karena terlalu banyak beban disana. Ia akhirnya ingat belum sempat menjenguk Naya karena Anita yang tidak pernah beranjak dari sisinya.
Ia mengacak rambutnya kesal, sebab ia bingung entah halusinasi lagi yang ia alami atau sebenarnya kenyataan. Semuanya nampak begitu berantakan untuk di jawab.
Andre menyeret kakinya dengan berat kearah meja makan, nampak Anita tersenyum ringan. "Akhirnya mas bangun juga" tutur Anita.
"Aku memangnya kenapa tadi sayang?" Tanya Andre heran.
"Kamu tadi bilang mau tidur sayang, sebelum aku ke pasar" tambah Anita dengan sedikit anggukan oleh Aluna.
Situasi ini benar-benar menambah cemas bagi Andre, bagaimana tidak ia ingat betul ia merasakan pusing yang teramat di kepalanya, lalu tidak sadarkan diri.
Mengapa Anita tega membohonginya, bahkan Aluna gadis kecil
ini juga pandai berbohong. Lantas, siapa yang sebenarnya berbohong disini?.
Andre menatap lekat ke arah Anita, ekspresi wajahnya begitu tenang, tidak ada ketakutan ataupun keraguan disana, ia bahkan tersenyum gemes saat melihat Aluna menggaruk punggungnya tapi tangan kecilnya tidak mampu menggapainya.
Andre lalu berkata pelan "sayang, aku ingin ke kantor mengecek keadaan disana."
"Memangnya kamu sudah enakan badannya mas? aku ga mau loh ya, mas sampai kelelahan terus pusingnya kambuh lagi."
"Aku udah baik-baik saja kok sayang, kamu ga perlu khawatir. "
"Aku temani ya mas ke kantornya. "
"Ga perlu sayang, aku juga sudah hubungi Riki untuk mengantarku ke kantor" kata Andre meyakinkan.
Riki adalah asisten pribadi Andre di kantor, ia sangat sigap dan merupakan pekerja yang sangat handal, olehnya Andre selalu mengandalkan dia dalam banyak situasi, termasuk mengurus perusahaan ketika Andre sedang sibuk.
Makanan sudah siap dengan sempurna diatas meja, Anita memasak cumi balado kesukaan Andre, tumis cah kangkung, lele goreng, dan sup ayam.
"Mas, makan dulu yuk" Anita segera mengambilkan piring dan nasi di hadapan lelaki yang sangat ingin ia nikahi itu.
"Terima kasih sayang, ujar Andre dengan senyuman hangat.
"Aluna mau makan apa, sayang"?.
"Mau sup ma, ambilin" rengek Aluna.
Melihat kelembutan Anita, Andre menjadi sangat bahagia dihatinya, sebab dulu Anita hanya akan menyuruh Aluna mengurus dirinya sendiri. Tapi sekarang Anita nampak berdeba, sepertinya dia ingin menjadi ibu yang baik Sekarang, terka Andre.
"Andre mengambil cumi balado ke piringnya, tak lupa juga tumis kangkung yang begitu menggoda nafsu makan di hadapannya."
Baru saja satu gigitan mendarat ke dalam mulutnya, ia langsung mengingat Dahlia, benar masakan ini persis masakan yang biasa di masak Dahlia untuknya. Andre tidak mungkin salah, sebab sudah 17 tahun Dahlia memasak cumi balado setiap akhir pekan, sesuai permintaan Andre tentunya.
"Ada apa mas, kok berenti makannya, ga enak ya masakan aku?" Ujar Anita.
"Enak kok sayang, kamu belajar dimana?"
"Belajar di Youtube saja sayang, kan kamu pernah minta aku belajar masak."
"Aku mungkin yang terlalu paranoid dan memikirkan Dahlia" gerutu Andre.
Bagaimana pun Dahlia tetaplah cinta pertamanya. Dia tidak akan sanggup dengan mudah melupakan semua hal tentang Dahlia.
"Makan yang banyak ya sayang."
Senyum cerah mengambang di wajah Anita. Andre pun tidak banyak tanya lagi dan langsung melahap habis makanannya.
Setelah selesai makan, Anita segera bergegas ke kamar Andre, entah apa yang ia lakukan.
"Mas, air hangatnya sudah siap ya, pakaian untuk ke kantor juga sudah aku siapkan, nanti kalau ada apa-apa panggil saja."
Andre menatap Anita dengan kagum, ia
ternyata begitu memahaminya, ia pun bergegas bangkit dan mengecup dahi Anita dengan lembut.
"Aku mandi dulu ya sayang."
Anita pun hanya mengangguk pelan
Setelah mandi dan siap-siap, terdengar ketukan pintu dari luar, ternyata Riki sudah sampai.
"Tunggu saya ambil tas dulu ya Riki."
"Baik pak."
Aluna langsung berlari kecil kearah Riki, kak Riki teriak Aluna. Sejak kapan Aluna mengenal Riki, kapan mereka salin kenal. Fikir Andre menelisik.
"Ohh Riki sudah sampai ya" ujar Anita.
"Kalian sudah kenal sama Riki ya, baru saja aku mau kenalin."
"Iyalah mas, masa ga kenal, orang Riki tiap hari datang pas mas masih di rumah sakit. "
Andre tertegun sejenak, lalu refleks memukul bahu Riki dengan keras.
"Ternyata kamu perhatian juga yah, hahaha".
Riki hanya tertunduk malu, dan mengusap bahunya pelan.
Keraguan Andre pun berangsur-angsur hilang, karena merasa dia yang terlalu paranoid dengan semua hal di sekitarnya.
"Ya sudah kita berangkat sekarang ya, aku pamit dulu sayang" sembari meraih pipi Anita dan Aluna.
Anita hanya tersenyum dan Aluna nampak berlari kecil kembali kedalam kamar.
"Silahkan pak" Riki mempersilahkan Andre masuk lebih dulu ke dalam lift, dan menekan tombol untuknya.
Apartemen Andre memang berada di lantai 7, apartemen ini ia siapkan saat berselingkuh dengan Anita, agar tidak di ketahui oleh siapapun apalagi Dahlia.
5 menit kemudian, mereka sampai di depan dan Riki dengan sigap membukakan pintu untuk bossnya tersebut.
"Kita ke rumah sakit Dua Tujuh dulu ya" ujar Andre.
"Baik pak" Riki tidak banyak tanya, hanya menuruti perintah bossnya tersebut.
Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit, mereka akhirnya sampai di depan rumah sakit megah ditengah kota tersebut.
"Kamu tunggu disini saja."
"Baik pak."
Andre segera berjalan menyusuri koridor, hingga akhirnya sampai di depan ruang VIP nomor 24, ia pun segera masuk.
Andre menemukan gadis 17 tahun itu dengan selang oksigen di hidung nya, lukanya cukup parah sampai membekas di wajahnya. Walaupun terluka sekalipun tidak mengurangi kecantikannya.
Andre pun merasa kasihan dan mengutuk dirinya sendiri, andaikan bukan karena dia, pasti Naya tidak akan terluka separah ini.
Andre lalu coba menghubungi Dahlia untuk mengabarkan keadaan adiknya. Tapi nomor Dahlia tidak dapat di hubungi, begitupun nomor telfon rumah.
Andre pun merasa khawatir dengan keadaan Dahlia sekarang, bagaimana pun Dahlia saat ini sedang mengandung anaknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!