NovelToon NovelToon

Little Lion

Liony Sadewa

Hai teman-teman, kali ini author ingin menceritakan kisah seorang remaja perempuan bernama lengkap Liony Sadewa. Nama Liony terinspirasi dari lion atau singa. Sedangkan Sadewa merupakan nama Ayah Liony. Pak Sadewa berharap anak tunggalnya kelak menjadi Putri yang berani, tangguh, dan kuat seperti singa.

Pak Sadewa dan Istrinya, Ibu Merry, mendidik putri semata wayangnya dari kecil dengan sangat disiplin sehingga Liony atau yang biasa mereka panggil dengan nama Lily menjadi anak yang selalu taat dengan peraturan. Dari kecil Lily sangat tertib, penurut, tidak pernah terlambat, dan selalu mendapatkan nilai yang bagus khususnya di mata pelajaran yang paling horor untuk anak seusianya, misalnya matematika.

Namun, sekeras apapun Lily berusaha Ia tidak pernah mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya. Selalu ada siswa lain yang lebih unggul daripadanya. Meskipun begitu Ia tak pernah keluar dari peringkat lima besar. Itu terjadi karena Lily hanya bisa mendapatkan nilai terbaik di mata pelajaran yang sudah dilabeli kata sulit. Makin sulit maka makin besar perjuangannya untuk belajar dan disitulah Ia bisa mendapatkan yang terbaik. Aneh memang tapi itulah Lily di sekolahnya.

Tak jarang lily pun diikutsertakan

dalam kegiatan olimpiade tingkat provinsi dan nasional mewakili sekolahnya. Semua prestasi Lily tentu diperoleh berkat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Lily selalu terlihat sempurna di mata orang lain namun baginya Sang Ibu tidak pernah merasa puas bahkan selalu mencari letak kesalahan dirinya. Sebenarnya Ibu Merry melakukan itu semua agar Lily mau berusaha lebih keras. Seperti saat Lily mendapatkan nilai 85 di mata pelajaran matematika.

”Nilai apa ini matematika 85? Gimana mau diterima di Universitas XX kalau dapat nilai segini? Kamu tahu disitu itu tempatnya orang pinter, nilai kayak begini nggak akan bisa keterima di kampus itu!” Kritik pedas Ibu Merry yang membuat Lily diam dan tertunduk lesu.

Bu Merry memang cukup strict terhadap Lily. Ia tidak ingin Lily sampai membuat kesalahan yang berdampak buruk bagi kehidupannya, seperti Mario kakak Bu Merry yang akhirnya meregang nyawa karena salah pergaulan sewaktu masih berada di bangku SMA. Luka Bu Merry itu membuatnya menuntut semua hal tentang Lily harus bisa dibanggakan tanpa memperhatikan kehidupan sosial sang putri. Menurut Ibunya, Lily sudah cukup berteman dengan teman di sekolahnya karena mereka sudah saling kenal sejak taman kanak-kanak dan mereka juga menghabiskan waktu cukup lama di sekolah setiap hari. Walaupun strict sebenarnya tujuan Bu Merry baik, Ia tidak ingin Lily direndahkan oleh orang lain dan terjerat pergaulan bebas.

Kali ini author akan mulai bercerita tentang kisah Lily yang baru saja memasuki kelas 12 di salah satu SMA swasta terbaik di kotanya. Ya, itu artinya tahun depan Lily akan segera berkuliah. Dan pasti, kampus impian Lily adalah kampus nomor satu di negeri ini, yaitu Universitas XX.

Kedua orang tuanya sangat mendukung Lily untuk dapat diterima di Universitas tersebut. Sampai-sampai Lily diberikan guru bimbingan belajar secara privat yang terbaik di kota dan harus les setiap hari sepulang sekolah. Bagi Lily, dia bahagia jika bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuanya dan yang pasti Ia tidak ingin memberikan celah bagi Ibunya untuk mengkritiknya lagi.

Pak Rama adalah salah satu guru bimbel favorit Lily karena beliau sangat membantu Lily meraih nilai yang rata-rata hampir sempurna di mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia. Setiap selesai ujian tak jarang Pak Rama memberikan sebungkus coklat apabila Lily berhasil meraih nilai sempurna. Itu juga yang membuat Lily serius belajar saat bimbingan dengan Pak Rama. Selain menjadi guru beliau juga menjadi teman bercerita karena Lily terlalu sibuk belajar dan tidak memiliki teman untuk bercerita. Jadi Pak Rama cukup kenal tentang Lily dan keluarganya.

Melihat Lily yang cerdas namun tidak memiliki kehidupan sosial Pak Rama berinisiatif untuk menawarkan Lily pindah bimbingan belajar di tempat bimbel miliknya. Disana Lily bisa bertemu banyak teman baru dari luar sekolah sehingga bisa lebih membuka mata Lily terhadap apa yang akan dihadapinya kedepannya. Lily pun setuju dan berharap Ibu Merry bisa menyetujui ide Pak Rama tersebut.

”Bu Merry, anak Ibu ini kan sudah kelas 12 dan dia harus sering mengikuti Try Out minimal tingkat kota supaya bisa mengukur kemampuannya sama saingannya di luar sana. Apa nggak mau ikut bimbel di tempat Saya aja Bu? Ada lebih dari seribu siswa yang sudah daftar jadi Lily pasti bisa dapat gambaran gimana peringkat dia diantara ribuan siswa kelas 12 di kota ini.” Pak Rama membuka pembicaraan dengan Bu Merry ketika sesi bimbel sudah selesai.

”Tapi Pak Rama, saya pengennya dia les privat aja biar fokus belajarnya, kalau di tempat bapak pasti ramai nanti dia nggak fokus.”

“Ibu tenang aja, di tempat saya ada kelas khusus untuk anak-anak pinter yang isinya cuma sepuluh orang, pasti belajarnya bisa kondusif. Kalau untuk Try Out dari semua kelas akan digabungkan di satu aula. Tapi harus tes dulu ya bu untuk kelas khusus ini, saya sih yakin Lily bisa masuk. Selain belajar matematika, fisika, kimia saya juga punya guru yang ahli di pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, biologi, dan guru-guru untuk siswa IPS barangkali nanti Lily berminat ambil tes IPC. Untuk Try Out sebenernya bisa dari rumah bu, tapi secara mental pasti beda kalau dia langsung berhadapan dengan ribuan peserta Try Out itu.”

Bu Merry dengan antusias mendengarkan perkataan Pak Rama dan tertarik dengan penawaran Pak Rama.

”Kalau gitu, apa Lily bisa tes besok pak? Kalau Lily bisa masuk ke kelas khusus itu sepertinya lebih baik Lily bimbel di tempat bapak aja.”

Lily yang sedari tadi menguping obrolan Pak Rama dan Ibunya sangat senang akhirnya Ia bisa punya kesempatan untuk mendapatkan teman baru. Itu karena di sekolahnya hanya ada satu kelas untuk angkatannya dan jumlah siswanya tidak lebih dari dua puluh orang. Itu pun teman sekelasnya tidak banyak berubah dari Ia masih TK.

Setelah Pak Rama meninggalkan rumahnya, Lily mencoba beberapa latihan soal supaya bisa diterima di kelas khusus di tempat bimbel Pak Rama. Bu Merry yang melihat putrinya semakin rajin belajar pun semakin bangga walaupun tidak diungkapkan.

“Besok pulang sekolah kamu tes di tempat bimbel Pak Rama ya Ly.” Ucap Bu Merry ketika Lily sedang belajar.

”Tes apa bu? Emang Pak Rama nggak bisa ngajar kesini?” Tanya Lily yang berpura-pura tidak tahu.

“Pokoknya besok Kamu harus lolos tes untuk masuk kelas khusus di tempat Bimbel Pak Rama.” Ucap Bu Merry sambil menjelaskan seperti yang Pak Rama jelaskan tadi.

Lily hanya menjawab “Oh..” padahal di dalam hatinya dia sudah mengetahui semua rencana ini.

Setelah Ibunya meninggalkan ruang belajarnya, Ia masih terus belajar hingga larut malam.

Log in

Dari semalam Liony berjuang keras belajar agar bisa merebut kursi kelas khusus di tempat bimbingan belajar Pak Rama. Di sekolah pun, Ia mencuri-curi belajar di mata pelajaran yang membosankan baginya. Jam istirahat pun Ia tak meninggalkan tempat duduknya. Makan sambil belajar seperti akan segera mengikuti ujian masuk universitas.

Pulang sekolah Lily yang dijemput Ibunya pun langsung bergegas menuju sebuah ruko tempat Bimbel Pak Rama. Guru Privat itu memiliki tempat bimbingan belajar terkenal di kotanya sehingga banyak siswa SMA seumuran Lily mendaftar kesana. Itulah kenapa Bu Merry meminta Pak Rama secara khusus untuk mengajar putrinya secara privat di rumah. Meskipun tarif bimbel Pak Rama tidak murah Bu Merry dan suaminya tidak keberatan asal putrinya bisa mendapatkan nilai yang bagus.

Lily yang sudah mempersiapkan diri pun berusaha menenangkan diri agar tidak panik. Membayangkan kalau Ia akan melaksanakan olimpiade matematika.

“Tenang.. tenang.. Aku pasti bisa mendapatkan satu bangku di kelas khusus itu. Lagian Pak Rama juga nggak mungkin ngasih Aku harapan kalau dia nggak yakin aku bisa masuk kelas itu.” Gumam Lily dalam hati sambil menunggu ruang yang sedang dipersiapkan untuk Lily melaksanakan tes.

“Mbak, sudah berapa orang yang diterima di kelas khusus ini?” Tanya Bu Merry dengan penasaran kepada resepsionis tempat bimbel Pak Rama.

“Saat ini baru satu anak bu yang sudah lulus tes, banyak yang nggak lolos tapi mereka tetap ambil kelas reguler.” Resepsionis tersebut menjelaskan.

“Kira-kira bisa tahu hasilnya lulus atau nggak kapan Mbak?” Tanya Bu Merry lagi.

“Nanti setelah tes bisa ditunggu aja bu sekitar lima belas menit atau kalau Ibu mau pulang dulu bisa Kami informasikan melalui telepon.”

Seseorang datang memberitahukan resepsionis bahwa tempat tesnya sudah siap dan itu artinya Lily akan segera memulai tesnya. Lily pun diajak menuju ruang kosong di lantai tiga untuk mengerjakan satu paket soal berjumlah tiga puluh soal dengan batas waktu pengerjaan satu jam.

Lily pun bergegas mengerjakan soal-soal itu supaya Ia bisa lebih cepat selesai. Dan benar saja, Lily benar-benar merasa soal-soal itu tidak terlalu sulit. Ia hanya memerlukan waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan semuanya. Ia pun turun ke lobby melihat Ibunya yang masih mengobrol dengan resepsionis lalu menyerahkan lembar soal beserta jawaban yang baru saja Ia kerjakan.

“Wah.. cepet banget dek, tunggu dulu ya Aku mau kasih ini ke petugas pemeriksa. Maksimal lima belas menit hasilnya keluar.” Resepsionis wanita itu pun meninggalkan mereka sebentar.

“Gimana Ly? Bisa ngerjainnya tadi?” Tanya Bu Merry.

“Ada sedikit sih Bu yang Aku nggak bisa dan kurang yakin jadi Aku skip daripada kelamaan.” Jawab Lily dengan jujur.

Tiba-tiba sekitar sepuluh menit menunggu, seseorang yang mereka kenal menghampiri mereka dan menyampaikan sesuatu ke Lily serta Ibunya.

“Selamat Lily, kamu keterima di kelas khusus dengan nilai 90.” Seseorang yang tidak lain adalah Pak Rama itu mengulurkan tangannya ke Lily dengan sangat bangga.

Bu Merry pun tersenyum mendengarkan apa yang dibicarakan Pak Rama dan mengobrol singkat dengan beliau. Setelah itu, Bu Merry segera mengurus administrasi di tempat bimbel itu. Ketika semua sudah selesai, Bu Merry dan Lily pun pamit pulang.

***

Di jalan pulang, Lily pun membuka perbincangan dengan Ibunya.

“Jadi mulai besok Pak Rama nggak ke rumah lagi Bu? Aku lesnya di tempat bimbel dia?” Tanya Lily kepada Ibunya.

“Iya, Ibu udah ngobrol sama Mbak Maya resepsionis yang tadi Kamu bisa belajar kapan aja kamu mau disana sampai malam. Hari Minggu juga tetap bisa bimbel karena ada guru yang piket.”

“Wah bener-bener dipaksa kerja rodi nih aku sama Ibu.” Gumam Lily

“Terus kapan aku mulai belajar disana bu?” Tanya Lily.

“Sebenernya hari senin kemarin udah mulai ly tapi karena baru masuk kamu bisa ikut kelasnya mulai besok. Jadi pulang sekolah langsung Ibu antar kesana.”

***

Keesokan harinya, pulang sekolah Bu Merry langsung menjemput dan mengantar Lily ke tempat bimbel. Setelah mengantarkan Lily, Bu Merry langsung pulang. Di tempat bimbel sudah ada seorang anak laki-laki yang sibuk memegang handphone menunggu jam kelasnya dimulai. Mbak Maya yang melihat Kami berdua menunggu kelas dimulai pun memperkenalkan Kami.

”Kenalan dulu dong, kalian berdua sekelas loh.”

“Lily dari SMA XY” Ucap Lily sambil mengulurkan tangan

”Messi dari SMA XZ” balas Messi

”Serius nama Kamu Messi? Kayak pemain bola dong ya.” Lily mencoba sok akrab walaupun garing, membuat Messi tertawa.

“Oiya kamu di SMA XZ kenal sama Rani nggak? Dulu dia sampai SMP sekelas sama Aku di XY.”

Lily menanyakan kepada Messi soal sahabatnya yang bernama Rani yang sekarang bersekolah di SMA XZ. Rani adalah sahabat Lily dari TK, mereka selalu satu kelas sampai SMP dan cukup sefrekuensi dengan Lily. Meski tidak terlalu cerdas seperti Lily tapi mereka sangat dekat setiap mendapat tugas kelompok mereka selalu mengerjakannya bersama. Sayangnya setelah Bundanya Rani meninggal pasca kelulusan SMP, Ayahnya memindahkan Rani untuk sekolah di dekat rumahnya saja di SMA XZ. Sekolah itu tidak kalah bagus dari sekolah Lily tapi jumlah siswanya cukup banyak.

“Rani yang mana ya? Kalau Maharani Citra aku sekelas tapi nggak begitu akrab.”

“Nah iya itu. Wah titip salam ya buat dia. Udah lama banget nggak ketemu sejak lulus SMP.”

Messi membalas dengan senyuman.

Tak lama Pak Ade datang dan mengajak kedua anak muridnya itu masuk kelas. Pak Ade adalah guru pelajaran Kimia, usianya sekitar 30 tahun, suaranya agak lembut seperti perempuan dan gerakannya yang gemulai membuat Lily dan Messi saling bertatapan dan tersenyum menunjuk Pak Ade dari belakang. Namun ada raut aneh pada senyum Messi yang membuat Lily bertanya-tanya.

Kelas bimbel dimulai dengan perkenalan diri masing-masing. Setelah memperkenalkan diri Pak Ade menjelaskan syarat untuk di kelasnya.

“Saya punya satu syarat sebelum memulai kelas Saya. Pokoknya Saya mau di kelas Saya semua rame, tidak ada yang boleh diam. Kalau mau diam aja mending nggak usah ikut kelas. Tapiii… ramenya bukan ngobrol sendiri ya, kalau ada yang nggak ngerti harus cepat ditanyakan dan kalau saya tahu semua harus cepet-cepetan menjawab.”

Pak Ade guru yang cukup unik tapi beliau tidak menunjukkan gelagat yang berniat menggoda siswa laki-lakinya, membuat Messi tampak lebih tenang dari sebelumnya. Messi dan Lily cukup aktif di kelas membuat sesi bimbel terasa lebih singkat. Pak Ade yang telah selesai mengajar pun meninggalkan ruangan.

“Kamu kenapa tadi pas mau masuk kok kayak gitu liat Pak Ade?” Tanya Lily penasaran.

“Sumpah takut banget Aku tadi kupikir bapaknya belok, soalnya Aku pernah hampir dicium banci. Masih trauma kalau lihat yang kayak begitu.” Ucap Messi pelan karena takut terdengar dari luar.

Lily yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak. Gaya Pak Ade memang terlihat seperti perempuan tapi beliau mengajar kami dengan sangat baik. Beliau memang ahli di mata pelajaran kimia, kalau tidak mana mungkin Pak Rama mau merekrutnya.

“Ngomong-ngomong tes kemarin dapet nilai berapa?” Messi penasaran karena selama kelas berlangsung Lily dapat mengerjakan setiap soal dengan cepat sehingga memacunya untuk berpikir lebih cepat.

“Emang kamu dapet berapa?” Tanya Lily balik

“Hoki banget aku ngepas di 80, salah satu soal lagi aja nggak bisa masuk di kelas khusus ini.”

“Oh iya standar nilainya 80? Aku malah baru tahu.”

“Iya soalnya yang masuk di kelas ini dapat jaminan masuk top ten university. Kalau nggak keterima uang bimbel balik 100%. Jadi Kamu dapat berapa?” Messi penasaran.

”Wahh.. Aku baru tahu malahan. Aku dapat 90.”

Messi bergidik ngeri dengan nilai Lily yang cukup tinggi. Setelah membereskan buku dan alat tulis mereka turun ke lobby bersama menuju arah pulang. Tiba-tiba satu dari anak laki-laki yang sedang berkumpul menyadari keberadaan Messi dan menghampiri Kami, lebih tepatnya Messi.

Pertemuan pertama

“Wah.. Ada Bang Messi..” Ucap anak laki-laki jangkung yang tingginya melebihi teman sebayanya sambil melakukan adegan salam tos persahabatan dengan Messi.

Kemudian dia melihat Lily dengan senyumnya yang lebar sambil mengulurkan tangannya.

“Rayyan.. Temen satu kelas Messi di sekolah.”

“Aku Lily” Balas Lily yang jantungnya berdegup kencang melihat Rayyan ditambah dengan bonus senyumannya yang begitu manis.

Setelah berkenalan dengan Rayyan, Ia mengenalkanku juga dengan dua temannya yang lain Dito dan Caesa yang sedang menonton video Tiktok sambil menunggu hasil tes masuk kelas khusus. Messi yang mau langsung pulang pun mengurungkan niatnya karena ingin menunggu hasil tes ketiga temannya. Sedangkan Lily mau tidak mau ikut menunggu hasil tes mereka keluar karena Ia baru mengabari Bu Merry untuk dijemput ketika kelasnya sudah selesai.

Hasil tes pun diinformasikan oleh Mbak Maya. Dito mendapatkan nilai 80, Caesa 82, dan Rayyan 92. Lily makin terpesona dengan Rayyan karena bisa mendapatkan nilai yang lebih tinggi darinya. Rayyan yang sudah dinyatakan diterima di kelas khusus itu pun meminta nomor ponsel Lily karena kini mereka akan menjadi teman satu kelas.

Tak lama kemudian, jemputan Lily sampai. Mobil Bu Merry sudah berada di depan ruko membuat Lily langsung berpamitan dengan ke empat teman barunya dan juga Mbak Maya. Lily pulang sambil tersenyum dan dengan jantung masih berdegup kencang.

Sementara di lobby,

“Wah parah kamu Ray, padahal baru juga mau Aku deketin. Malah udah Kamu pepet duluan.” Ucap Messi kepada Rayyan sambil memastikan dua orang temannya lagi tidak mendengar.

“Belum tentu juga kan dia mau sama Aku. Kita lihat aja dia lebih suka ke aku atau kamu. Santai aja lagi bro kalau jodoh nggak akan kemana. Yang penting apapun hasilnya nanti kita tetep bestfriend” Balas Rayyan

Di saat yang bersamaan di mobil Bu Merry.

“Gimana tadi Ly bimbelnya?”

“Lumayan bu cara ngajarnya nggak kalah dari Pak Rama tapi gurunya yang tadi agak melambai, temen aku aja sampai takut pas mau masuk kelas .” Lily terkekeh.

“Yang penting ilmunya dan niat kamu belajar supaya bisa keterima di Universitas XX. Setiap hari Ibu akan antar Kamu kesana untuk belajar.”

“Tapi bu, kan jadwal bimbelnya cuma senin, rabu, dan jumat?”

“Belajar nggak harus mengikuti jadwal itu kan? Kemarin Pak Rama dan Mbak Maya juga sudah bilang ke Ibu kalau semua siswanya bisa belajar setiap hari disana kok.”

“Ibuu…”

***

Seperti biasa setiap malam Lily selalu mengerjakan PR dan dilanjutkan dengan belajar. Ia terus belajar karena hari Sabtu ada Try Out pertama di tempat bimbelnya. Tentu Bu Merry akan marah besar jika mengetahui putrinya berada di urutan bawah.

Tiba-tiba ponsel Lily bergetar.

“Hai ini Rayyan, maaf mengganggu waktu kamu. Boleh lusa aku pinjam catatan kamu di tempat bimbel? Soalnya Aku nggak mau pinjam punya Messi, tulisannya nggak kebaca.”

Membuat Lily senyum-senyum sendiri mendapatkan pesan dari orang yang dikagumi itu. Tiba-tiba Ia mendengar suara pintu dibuka Lily segera menyembunyikan ponselnya, mengubah raut wajahnya, dan kembali memegang buku dan alat tulis secepat kilat.

“Ly, masih belajar?” Tanya Bu Merry.

Lily hanya mengangguk.

“Bapak sudah pulang, ayo makan malam dulu.”

Malam itu sama seperti biasanya Lily beserta keluarganya makan malam. Lily sangat senang ketika waktu makan malam tiba karena bisa berkumpul lengkap sekeluarga dan bisa meninggalkan buku-bukunya walau hanya sebentar. Setelah makan malam Pak Sadewa ngobrol dengan Lily seperti biasa.

“Jadi kamu sudah mutusin mau ambil jurusan apa di universitas XX ly?” Tanya Pak Sadewa.

“Belum nih pak, apa aja deh yang penting bisa keterima disana. Semua jurusannya udah diakui jempol.” Ucap Lily bersemangat sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“Yang penting kamu semangat terus belajarnya supaya bisa keterima disana.”

Begitulah Pak Sadewa selalu memperingatkan putrinya. Namun perbincangan mereka langsung terhenti oleh sebuah deheman, jurus jitu Bu Merry saat orang-orang tidak ada yang membantunya membereskan bekas makan mereka. Lily yang langsung peka pun bergegas berdiri, menggulung lengannya untuk mencuci piring. Meskipun keluarga Pak Sadewa tergolong berkecukupan namun mereka tidak memiliki Asisten Rumah Tangga, itu adalah bagian dari cara mendidik anaknya supaya tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Selesai merapikan ruang makan dan dapur, Lily kembali ke ruang belajarnya, Ia teringat dengan pesan Rayyan tadi, Ia pun membalasnya.

“Besok pulang sekolah Aku pengen belajar tambahan, ikut aja nanti kamu bisa salin catatanku. Ajak yang lain sekalian ya biar rame.” Lily membalas pesan Rayyan kemudian melanjutkan belajarnya kembali.

Setelah mulai mengantuk, Lily menghentikan aktivitas belajarnya dan langsung beristirahat supaya tetap segar di sekolah keesokan harinya. Ia yang sudah lelah pun mengabaikan ponselnya yang bergetar.

***

Bangun tidur Lily pun mengecek ponselnya sebentar, membaca pesan yang Ia terima semalam waktu Ia tidur. Ternyata Ia menerima pesan dari Rayyan.

“Oke nanti Aku coba ajak yang lain ly, makasih ya..”

“Oh iya, kamu belum ngantuk? Lagi ngapain?”

Lily terkekeh membaca pesan dari Rayyan kemudian Ia melanjutkan kegiatannya seperti biasa, membereskan kamar, sarapan, mandi, lalu berangkat ke sekolah. Hari ini Lily tampak lebih bersemangat dari hari biasanya karena Lily merasa mendapatkan sinyal-sinyal balasan dari perasaan yang masih belum terlalu dimengertinya.

***

Jam istirahat sekolah pun tiba. Julia yang duduk di bangku sebelah Lily pun mengajak Lily ke kantin.

“Kantin yuk ly, laper nih.”

“Mau! Tunggu bentar dong beresin ini dulu.” Lily merapikan buku-buku yang telah selesai dibacanya.

Selesai membereskan buku-buku itu mereka pun bergegas ke kantin memesan makanan favorit mereka Siomay Pak Dadang.

“Perasaan buku yang kamu bawa nambah banyak aja ly, persiapan masuk universitas ya?”

“Iya jul, sekarang aku nggak bimbel privat lagi jadi sekalian aku bawa aja bukunya nanti pulang sekolah mau lanjut bimbel di luar.”

“Ohya? Bimbel dimana sekarang Ly? Mau juga dong, Aku pengen mempersiapkan diri juga.”

“Masih sama Pak Rama kok Jul tapi sekarang di rukonya, lebih komplit gurunya.”

Lily pun menjelaskan mengenai bimbingan belajar yang diikutinya itu. Tentang tes untuk masuk kelas khusus itu, serta garansi untuk diterima di top ten university. Julia yang mendengarkannya pun langsung tertarik dan berencana mendaftar sepulang sekolah nanti.

“Yuk jul, nanti langsung ikut belajar bareng sama aku, aku udah janjian sama anak-anak SMA XZ.”

“Semoga mama bisa anter aku hari ini yaa. Aku pengen banget masuk fakultas kedokteran, apalagi kalau bisa keterima di top ten.” Seru Julia.

“Pesanannya neng-neng geulis.” Sapa Pak Dadang sambil meletakkan dua piring siomay di meja.

Okay, sambil Lily dan Julia menyantap nikmatnya siomay Pak Dadang sekarang Kita akan memperkenalkan sosok Julia secara singkat. Julia kebetulan baru masuk di sekolah XY sejak awal SMA. Dia berwajah oriental, cantik, langsing, berkulit putih, cerdas, dan ramah. Beberapa siswa di kelas menyukainya namun Ia hanya menganggap semuanya hanya sebagai teman. Julia ingin seseorang yang menjadi pacarnya adalah orang yang lebih dewasa darinya sehingga bisa memanjakan dia.

Di sekolah ini Julia paling dekat dengan Lily karena Lily banyak membantunya. Mulai dari memperkenalkan sekolah hingga membantunya belajar. Walaupun cerdas Julia kadang sedikit lola (loading lama) dalam memahami suatu materi jadi Ia harus meminta Lily mengajarkannya kembali.

Lily dan Julia itu saling membantu, kalau mereka dipasangkan pasti bisa menjadi duo maut. Itu karena Lily unggul di pelajaran matematika, fisika, dan kimia. Sedangkan Julia unggul di pelajaran biologi, bahasa indonesia, bahasa inggris, dan bahasa mandarin apabila dibutuhkan untuk ujian penerimaan universitas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!