NovelToon NovelToon

Menikahi Sang Mantan

Kejadian memalukan

"Byuuurrrr" tiba tiba saja Adinda menyiramkan segelas jus stroberi ke kepala seorang pria dari belakang yang sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik nan berpenampilan modis.

Pria itu dan wanita dihadapannya segera bangkit dengan wajah yang sangat terkejut, Pria itu menoleh kebelakang.Seketika suasana kafe menjadi riuh, mereka menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung di ruangan itu.

"Adinda? Apa apaan kamu?" Ucapnya dengan nada penuh penekanan dan mata yang membelalak kesal.

Adinda menyilangkan kedua tangannya di dada "Apa? Kamu marah?" Jawabnya dengan wajah yang datar.

"Siapa wanita gila itu sayang?" ucap wanita yang diduga adalah selingkuhan dari Mahesa, kekasih Adinda.

"Ahhh, dia..dia cuma penguntit sayang" Jawab Mahesa kepada Caren. "Hei sudah kubilang berhenti mengejarku, aku sudah memiliki kekasih, apa apaan ini, pergi atau ku lapor kepolisi" Bentaknya sembari tangannya menunjuk nunjuk wajah Adinda.

"Apa kau bilang? aku? Penguntit? Berani beraninya kau" ucap tegas dinda. "Hei mba, asal kau tahu ya kamu itu cuma selingkuhan, kami sudah menjalin hubungan selama satu tahun"

"Apa?" Caren menoleh ke arah Mahesa dengan raut wajah kesal.

"Dia bohong sayang, wanita ini gila, kau percaya padaku kan?" ujar Mahesa dengan gugup.

"Baiklah, aku tak mau banyak bicara juga disini" Adinda mengambil ponsel di tasnya, lalu ia menunjukkan foto foto kebersamaan mereka berdua.

Setelah melihat foto foto itu Caren segera menampar pipi Mahesa kemudian menyiramnya dengan jus wortel di hadapannya "Byuurrrr" "Dasar laki laki sialan" Caren pun segera beranjak pergi dari tempat itu.

"Sayang.. Tunggu sayang, dengarkan penjelasanku dulu" Teriak Mahesa seraya mengikuti Caren.

Adinda berjalan mendekati karyawan kafe dan memberikan uang tip kepadanya "Maaf ya lantainya jadi kotor"

"Tidak apa apa Kak" ucap karyawan laki laki itu dengan wajah iba kepada Dinda, dia pun menolak uang tipnya namun Dinda bersikeras memberikannya karena merasa bersalah.

Adinda kembali duduk di kursinya, disana sahabatnya yang bernama Anya sudah meringis seraya memberikan dua jempol untuknya "Bagus sekali Din, kamu keren, kukira kamu bakalan syok dan nangis kejer melihat pacarmu selingkuh di depan mata seperti di dalam sinetron"

Adinda menatap wajah sahabatnya dalam dalam, tanpa sadar ia mengeluarkan airmatanya "Dasar Hesa sialan, dia bilang sedang menyiapkan lamaran pernikahan karena akhir akhir ini dia selalu sibuk" isaknya pelan, meskipun Adinda berusaha terlihat tegar di hadapan Kekasih dan selingkuhannya nyatanya dia hanyalah seorang manusia biasa, diusianya yang sudah 30 tahun ia hanya berharap akan hubungan serius yang akan melangkah ke jenjang pernikahan, janji yang pernah diucapkan kekasihnya hanya tinggal janji yang tak lagi memiliki arti.

Anya menatap sahabatnya dengan iba, ia mengelus pelan punggung tangan adinda untuk menenangkannya "Hmmm, mana mungkin kamu baik baik saja, aku yang paling tahu dibalik sikap tegasmu kamu ini kan sangat cengeng dan baperan, Ini pasti berat buatmu, kau harus tabah, lebih baik kau tau sekarang sebelum kalian menikah, bagaimana kalau kau tau dia selingkuh setelah kau menikah dengannya?"

Adinda membasuh air matanya dan menegakkan kepalanya "Apa maksudmu ini adalah berkah? Bukan musibah any? Tetap saja aku kesal marah dan sedih"

"Hehe aku tahu, intinya kau beruntung karena kau tahu lebih cepat, ambil hikmahnya saja oke?"

"Ya, kau memng benar any, aku yakin akan cepat membereskan perasaanku"

Anya menoleh ke jam di pergelangan tangannya "Ya, harus seperti itu, Sudah waktunya aku jemput Bara di playgroup, kamu bisa pulang sendiri kan? Sudah sudah jangan bersedih, masih banyak laki laki baik diluar sana"

"Ya, kamu pergilah jemput putramu jangan menghawatirkan aku"

Anyapun bangun dari duduknya "Oke deh, aku pergi ya.. Dah"

Adinda pun segera bangun lalu berjalan keluar dari kafe "Benar benar hari libur terburuk, percuma hari ini aku menutup butik" gumamnya seraya berjalan.

Adinda Maharani adalah wanita cantik berambut hitam panjang berusia tiga puluh tahun, seorang yatim piatu sejak ia berusia 20 tahun karena orang tuanya meninggal dalam kecelakaan dalam waktu bersamaan, ia memiliki seorang kakak laki laki yang telah lama meninggalkannya sendirian sehingga ia tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan hanya mengandalkan dirinya sendiri.

Adinda adalah seorang desainer gaun yang belum lama membuka butiknya sendiri setelah perjuangannya yang gigih dan melelahkan, cita citanya adalah membuat gaun untuk pernikahannya sendiri,lalu membangun sebuah keluarga yang harmonis dan hidup stabil bersama orang yang dicintai dan mencintainya.

Adinda turun dari motor metic putih kesayangannya di depan 'Maha Boutique' miliknya, butik kecil yang terletak di deretan ruko seberang Mall elit di Jakarta. Mulai dari desain gaun dan pengerjaannya ia kerjakan sendiri bersama satu orang karyawan sekaligus sepupunya yang bernama Lina.

Saat Adinda hendak membuka gembok yang terpasang di pintunya mobil hitam yang dikenalnya berhenti di depan butik.

Mahesa keluar dari mobilnya dengan raut wajah dipenuhi dengan amarah, ia mendekati adinda dengan terburu buru.

"Mau apa lagi datang kesini?" ucap Adinda dengan sinis.

Mahesa menarik lengan Dinda dengan kasar "Dasar wanita sial, puas kamu menghancurkan hubunganku dengan Caren? Gara gara kamu aku kehilangan kesempatan untuk naik jabatan dikantor dan bisa bisa aku kehilangan pekerjaanku" Teriaknya.

Adinda berusaha melepaskan cengkeraman Mahesa "Lepas! Lepas brengsek! Aku baru tahu selama ini aku menyesal karena telah mencintai laki laki sampah sepertimu dengan sepenuh hati, hahhh benar benar sampah menjijikkan!"

"Apa kamu bilang? Asal kau tahu kau itu wanita paling membosankan dan sok suci, aku sangat muak denganmu dan tak tahan berada di dekatmu, berhubungan denganmu tak ada untungnya bagiku!!" Cacinya dengan keras, mata Mahesa serasa akan segera keluar dari tempatnya.

"Apah??Sampah! Kamu cuma laki laki sampah! Kamu cuma sampah yang tak bisa didaur ulang!!" Adinda semakin kesal hingga gemetar.

Plakkkk.. Mahesa menampar pipi Dinda hingga ia jatuh terpental kelantai, Dinda memegangi pipinya yang kesakitan seraya menatap laki laki yang menamparnya dengan raut wajah sangat murka.

Disaat itu juga dua orang pria dan wanita memperhatikan perkelahian itu di dalam sebuah mobil mewah yang baru saja tiba.

Adinda bangkit kembali "Dasar pria sialan berani beraninya kamu menamparku" Dinda mengusap ujung bibirnya,ia melihat darah di tangannya sehingga kemarahannya semakin memuncak "Hiyaaaaaa..." Dinda berlari kearah Mahesa kemudia ia meneendang ******** pria itu dengan sekuat tenaga.

"Aaarrgggghh" Mahesa berteriak kesakitan memegangi bagian depan celananya "Dasar wanita gila, awas kau!!" Mahesa pergi dengan terburu buru sembari menahan kesakitannya.

Adinda menatap Mahesa yang kabur seperti seorang pencundang yang kalah, akhirnya perasaan dinda menjadi sedikit lega, ia menghela nafas panjang "Hahhh, aku benar benar tak percaya kemarin bahkan tadi pagi aku masih mencintai bedebah seperti itu, benar benar memalukan"

Tak lama seseorang di dalam mobil keluar, Dinda pikir tak ada orang yang melihat perkelahian memalukannya tadi, ia baru menyadari bahwa dirinya baru saja dijadikan tontonan oleh seseorang, bahkan wanita yang baru saja turun dari mobil itu terlihat masih tertawa meski ia menutupi bibirnya dengan tangan.

Adinda segera berbalik badan "Ahh masa bodoh lah" ia mengacuhkan diri dari pandangan orang lain, yang jelas perasaannya saat ini sangat kacau dan ingin segera menenangkan diri.

Begitu ia berhasil membuka pintunya seseorang menyentuh bahunya "Permisi, kami ingin melihat lihat gaun pengantin jadi" ucap seorang wanita.

Adinda berbalik badan lagi, ternyata wanita yang baru saja menonton pertunjukkannya adalah seorang clien yang datang ingin melihat lihat gaunnya, tentu saja itu adalah hal yang bagus untuknya mengingat Butiknya masih tergolong baru dan belum memiliki nama, ia tak bisa melewatkan kesempatan itu meskipun perasaannya tengah kacau.

Adinda segera memasang wajah ramah, ia tersenyum kepada cliennya. "Haloo Nona, silahkan melihat lihat setelah saya membuka rolingdornya"

"Ahh, saya tidak sadar ternyata butiknya tutup"

"Tidak tidak, saya baru saja ingin membukanya" timpal adinda terburu buru.

"Apa anda yakin?" Wanita berambut sebahu yang terlihat seperti seorang konglomerat itu seakan meledeknya mengingat ia melihat jelas perkelahian adinda dengan seorang pria.

"Tentu" jawab tegas Dinda tanpa menghiraukan pandangan wanita dihadapannya.

"Baiklah, saya akan memanggil calon suami saya dahulu di dalam mobil"

"Baik"

Bersambung.

Mohon dukungannya dengan like subcribe hadian, terimakasih banyak🙏💙

Pertemuan Kembali

"Tuk tuk tuk, Ar kau harus turun" ucap Mikayla sembari mengetuk jendela kaca mobil di samping Arash.

Arash pun membuka sebagian jendelanya "Bukannya ada butik yang lebih bagus daripada tempat ini?" ucapnya dengan nada ketus.

"Heyy, kau tak boleh menilai sesuatu hal dari luarnya saja, ayolah" Bujuknya.

"Hahhh, terserah kau sajalah" Arash pun akhirnya terpaksa turun dari mobilnya, mereka berdua masuk ke dalam butik yang sudah sepenuhnya di buka oleh Adinda.

Adinda pun telah bersiap menyambut kedua clien calon pengantin itu, Dinda membukakan pintu seraya tersenyum menunjukkan keramahannya "Silahkan Tuan dan Nona, silahkan ikuti saya, saya akan memandu kalian untuk melihat lih--" ucapan Dinda seketika berhenti setelah melirik ke arah Pria disamping wanita yang tampak ceria itu, Adinda pun tertegun ketika mereka berdua bertemu pandang, bagaimana bisa dari luasnya kota jakarta ia harus bertemu seseorang yang sangat ingin dihindarinya lebih dari siapapun, terlebih kususnya mengapa harus hari ini.

Tiba tiba Dinda terdiam menatap Arash beberapa saat "Haloo? Anda bilang mau menunjukkan gaun jadi? Mengapa anda menatap calon suami saya seperti itu? Apa anda mengenalnya?" ucap Mikayla seraya tangannya melambai lambai di depan wajah Dinda.

Dinda pun segera menyadarkan dirinya

Sadarlah diriku..aku sedang bekerja aku sedang bekerja, pura pura tak mengenalnya adalah jalan ninjaku, ayo fokus.

"Maaf Nona, bukan apa apa, mari ikuti saya ke ruangan sebelah" Mikayla pun mengangguk seraya tersenyum setelah melirik reaksi Arash yang tampak bungkam dan tak nyaman, pria itu terus saja menatap ke arah lain.

"Silahkan dilihat lihat, kami hanya punya stok gaun jadi beberapa saja, namun kami berencana terus menambah untuk kedepannya" ucap Dinda sembari berjalan.

Mikayla tampak melihat lihat dengn seksama, memperhatikan satu persatu gaun yang terpasang di manekin "Apa tak ada gaun lain?"

"Apa anda ingin memesan terlebih dahulu? Kami akan segera menyiapkan model dan bahan kain yang anda inginkan" jawab dinda.

"Tidak tidak, waktunya terlalu mendadak untuk membuat gaun" Mikayla pun berjalan keujung ruangan, ia menuju ke satu manekin dengan gaun pengantin yang ditutupi tirai tipis. "Mengapa kau tak menunjukkan yang satu ini?" ucapnya setelah membuka tirai penutupnya.

"Ahhh.. Itu--" ucapannya terhenti ketika mengingat tujuan gaun itu dibuat, itu adalah gaun impiannya yang ia buat sendiri dengan sepenuh hati, namun kini hanya tersisa perasaan ngilu di dadanya ketika melihat gaun itu. "Anda bisa memilikinya jika cocok" Dinda merasa lebih baik jika gaun itu segera pergi dari tempatnya setelah menghasilkan uang.

"Benarkah? Tapi sepertinya ini sudah ada yang memiliki"

"Sebelumnya ada tapi orang itu batal menikah, jadi anda bisa memilikinya, dan sepertinya ukurannya tidak banyak yang berubah"

"Bagus, aku menyukainya, aku mau yang itu, bagaimana menurutmu Al?" ucapnya seraya menatap pria yang berdiri disampingnya dalam diam.

"Terserah kau saja" ucapnya dengn suara datar, Mikayla hanya tersenyum.

"Saya akan mencobanya sekarang, dimana ruang gantinya?"

"Disebelah kanan ruangan ini, mari saya antar dan bantu mencocokkan ukuran"

Setelah sampai di depan ruang ganti mereka Terhenti "Saya bisa memakainya sendiri, saya akan memanggil anda jika kesulitan, bisakah anda memilihkan setelan jas untuk calon suami saya? Kami sudah kehabisan waktu"

Adinda mengangguk "Baiklah" Adinda berjalan dengan gontai.

"Hahh.. Benar benar hari yang melelahkan, Arraasshh.. mengapa konglomerat generasi ketiga sepertimu datang ke butikku? Apa aku harus bersyukur karena sebentar lagi desainku akan dipakai oleh orang orang kalangan elit? Tentu aku harus bersyukur atas itu, tapi.. Hahh sudahlah." gumamnya sembari berjalan.

"Ayo kita putus, aku harus belajar keluar negri dan takkan memiliki waktu menghubungimu, aku pun sudah cukup bermain main denganmu, terimakasih atas waktumu selama ini" Itu adalah ucapan terakhirnya kepada adinda sepuluh tahun yang lalu, Arash, pria itu pergi begitu saja setelah mengucapkan hal yang begitu menyakiti perasaan Adinda.

Sembari berjalan Adinda terus teringat hal hal yang telah lama ia lupakan, hanya dengan melihat wajah pria itu memori memori yang telah ia kubur dalam dalam di lubuk hatinya dengan susah payah akhirnya kembali kepermukaan dengan begitu mudahnya dan membuatnya kembali merasakan sakit.

Arash masih berada di ruangan gaun ketika Dinda sampai disana, ia terlihat sedang duduk di sofa sembari melihat lihat katalog gaun dan setelan jas.

Mari pasang ekspresi senyum bisnis.

Adinda menghampirinya "Apa anda sudah menentukan jas yang pas dengan gaun calon istri anda Tuan? Jika belum mari saya antar ke ruangan sebelah kiri"

Arash pun bangun "Tunjukkan jalannya" ucapnya dengan nada yang dingin. Adinda merasa kini suara pria itu terdengar lebih rendah dari saat itu.

Adinda membuka satu ruangan berisi beberapa setelan jas pengantin "Silahkan melihat lihat" ucap Dinda singkat.

"Berikan satu yang serasi dengan gaun mempelai wanita"

"Baik"

Adinda pun mulai memilah satu persatu kemudian menunjukkan kepada Arash namun pria itu hanya terus menggeleng hingga membuat Adinda kesal.

"Jika tidak ada yang sesuai selera anda silahkan cari saja di tempat lain" ucapnya dengan ketus.

"Hahhh.. Buang buang waktu saja, seharusnya tak usah datang ketempat ini, hahhh" gumamnya yang masih bisa terdengar jelas di telinga Adinda.

Adinda pun segera berbalik badan dan hendak pergi meninggalkannya, ia tak ingin menghiraukan ucapan yang melukai hatinya.

"Mau kemana?" tanyanya sehingga membuat langkah dinda terhenti.

"Pergilah dan cari setelan jas di tempat yang sesuai dengan reputasi dan selera anda Tuan" ucapnya tanpa berbalik badan.

Arash pun bngun dari duduknya kemudian menghampiri Adinda yang membelakanginya "Jangan salah sangka, aku tak bermaksud merendahkan tempat ini"

"Saya mengerti, saya permisi mau membantu fitting mempelai wanita" ucap Dinda lalu ia pergi begitu saja.

Apa aku sudah menyinggungnya? Dia masih sama seperti dulu, mudah tersinggung. Entah mengapa rasanya sayang aku tak bisa menahannya bersamaku disini, ternyata aku sudah benar benar gila, mengapa kami harus bertemu lagi dengan cara seperti ini? .

Setelah berhasil mencocokkan gaun dan ukuran, mereka berdua pergi meninggalkan butik, Arash dan Mikayla masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu.

"Apa tujuanmu membawaku ke tempat itu? Jujur sajalah" ucap Arash sembari fokus mengemudi.

"Entahlah, menurutmu aku sengaja? Bagaimana mungkin Ar?"

"Apa menurutmu aku masih belum mengenalmu? Kau bisa menipu semua orang kecuali diriku yang sudah mengenalmu dari kecil, apa menurutmu kau masih bisa menghindari perjodohan yang sudah diatur sejak kita masih berada dalam kandungan? Perjodohan konyol oleh para kakek tua itu?"

"Apa kita benar benar tak bisa menghindari pernikahan ini Ar? Hahh.. Bagaima mungkin aku menikah denganmu, aku tak pernah menganggapmu sebagai seorang pria, bagiku kamu hanyalah anak menyebalkan yang selalu tak mau kalah dariku"

"Apa aku benar benar seburuk itu dimatamu Kay? Apa kau pikir aku benar benar ingin menikah denganmu karena menyukaimu?"

"Ya ya ya, sudahlah jangan membuatku kesal"

"Percaya padaku, mari menikah saja dan kemudian bercerai setelah kita memenuhi wasiat terakhir kakek kita, bicaralah baik baik dengan kekasihmu, dia pasti mengerti"

"Orang yang jomblo tak akan pernah bisa mengerti!" jawabnya kesal.

Bersambung.

Arash Esfandiar Hutama

Arash memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah megah keluarga Mikayla yang tepat berseberangan dengan rumah keluarga Arash yang berada di komplek perumahan elit di jakarta.

Mikayla melangkah turun dari mobil kemudian ia menutup pintu mobil dengan membantingnya dengan keras sampai Arash pun kaget dibuatnya.

“Kay” panggil Arash yang telah turun dari mobilnya masih mencoba membujuk Mikayla namun wanita itu hanya terus berjalan masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan panggilan calon suaminya itu.

“Hahhhh..terserahlah, mau tak mau kau pun harus tetap menikah denganku sekeras apapun kau menolaknya” gumam Arash sembari masuk kembali ke dalam mobilnya, ia pun lekas menjalankan mobilnya berputar arah menuju ke kediamannya.

Arash Esfandiar Hutama adalah pria berusia 30 tahun keturunan indonesia korea, ia lahir dari Ibu orang indonesia dan Ayah yang berasal dari negeri gingseng namun telah menetap di Indonesia sejak menikahi Ibu Arash.

Arash adalah cucu dari mendiang Darius Hutama, orang yang telah berhasil  mendirikan kerajaan bisnis dibidang

perhotelan dan vendor pernikahan beserta serangkaian yang berhubungan dengan

itu. Hutama’s Hotel adalah hotel bintang lima yang lebih dikenal dengan hotel

mewah yang biasa digunakan sebagai tempat diselenggarakannya acara acara besar

dalam negri dan biasa digunakan sebagai tempat favorite para selebritas dan

tokoh tokoh besar menggelar acara pernikahan yang super mewah.

Sejak 30 tahun terakhir Hutama’s Hotel memiliki reputasi yang kian meningkat meskipun telah berganti kepempinan, kini kursi ceo dimiliki oleh Mariana Hutama yang adalah putri tunggal Darius yaitu Ibu kandung dari Arash,kini Hutama’s Hotel telah

memiliki beberapa cabang di setiap kota kota besar di indonesia. Mariana menjabat sebagai Ceo sejak ayahnya mengalami cedera dibagian kepala karena sebuah kecelakaan mobil yang juga menewaskan suaminya dalam waktu yang bersamaan.

Arash memarkir mobilnya begitu sampai di rumahnya, ketika ia melewati ruang tamu ia melihat Ibunya sedang berbincang dengan orang tua Mikayla, begitu melihat kedatangan Arash, Mariana pun memanggilnya.

“Arash” ucap Mariana melambaikan tangannya menyuruh putranya menghampirinya.

Arash pun mendekat, ia disambut oleh senyuman kedua orang tua Mikayla yang terlihat bahagia.

"Halo tante dan Om" Arash menyapa dengan sopan.

"Aduh, kamu kaku sekali sih, panggil Mama dan Papa ya sebentar lagi kan kamu menikah dengan Kay" ucap Luna, Ibu Mikayla, suaminya hanya mengangguk tersenyum setuju dengan ucapan istrinya itu.

Arash hanya tersenyum "Bagaimana dengan gaun? Apa bisa dapat gaun bagus dalam waktu sesingkat itu?" tanya Mariana.

"Tentu saja, anda tak perlu kawatir Ma, kalau begitu saya permisi dulu karena masih banyak yang harus di urus"

"Kau bisa menyuruh bawahanmu, kau tak perlu mengurus pernikahanmu sendiri"

"Tidak apa Ma, aku lebih suka mengurusnya sendiri karena itu juga bagian dari pekerjaanku selama ini"

"Yah, terserah kau saja, yang penting kau harus menjaga kesehatanmu,pergilan" Arash pun pergi keluar rumah lagi, ia mengurungkan niatnya untuk beristirahat seperti rencananya pulang kerumah, tanpa sadar ia pun sebenarnya merasa tertekan dengan pernikahan yang didasari karena perjodohan itu meskipun ia tak ingin terlalu memikirkannya.

🍁🍁🍁

Seminggu kemudian.

Pagi itu Adinda berjalan keluar dari butiknya dengan menyeret sebuah koper besar bersama dengan sepupunya Lina.

"Kak, semoga sukses, ini adalah kesempatan langka, kakak harus bisa menunjukkan betapa kerennya gaun pengantin rancangan kakak kepada para orang orang kelas atas disana, jangan lesu begitu kak, bersemangatlah" ucap Lina dengan semangat.

Dinda pun tersenyum lebar, ia harus segera menghapus hal hal yang dikawatirkannya, ia pun berfikiran sama dengan Lina, ini adalah kesempatan yang harus ia pergunakan dengan sebaik mungkin "Baiklah, aku akan menunjukkan usaha terbaikku, lalu bersiaplah untuk kedepannya kita akan sangat sibuk" ucapnya dengan senyuman optimis.

"Pastinya kak, ohh taksinya sudah datang" Lina menunjuk mobil silver yang baru sampai di belakang Dinda.

"Iya, aku pergi dulu ya Lin, doakan aku agar tak membuat kesalahan"

Lina menggenggam tangan Dinda "Tentu Kak, aku yakin Kakak bisa" Dinda pun mengangguk dengan penuh keyakinan.

Setelah kurang lebih setengah jam akhirnya Dinda sampai di tempat tujuan, ia turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu masuk Hutama's Hotel, didalam sana terlihat pegawai tampak sangat sibuk berlalu lalang menyiapkan acara pernikahan pemilik hotel berikutnya, kemudian Dinda pun masuk ke dalam lift lalu turun di lantai 3 ruang pengantin berada.

Tok tok, ia mengetuk kamar bertuliskan nomor 309 itu, tak lama seorang wanita penata rambut dan makeup keluar membukakkan pintu, Dinda menyapanya sekilas yang terlihat keluar dengan terburu buru, kemudian ia masuk dan menyapa calon mempelai wanita yang sedang duduk di depan cermin, untuk seorang calon pengantin baru wajah Mikayla terlihat sangat lesu meskipun telah dirias dengan sangat cantik, namun Dinda tetap berfikir positif, mungkin saja dia tegang, ia berfikir harus lebih memberikan pelayanan yang lebih baik bagi clien nya.

"Anda baik baik saja Nona Mikayla? Anda pasti merasa tegang, saya akan membuat anda tetap nyaman meski gaun ini sedikit berat" ucap dinda sembari mulai memasangkan gaun pengantin pada Mikayla, namun Mikayla hanya terdiam seolah pikirannya tak berada di tempat itu.

Tiba tiba saja Mikayla menatap Dinda dengan cukup intens "Siapa namamu?"

"Nama saya Adinda, apa saya belum memperkenalkan diri?"

"Kau kenal Arash kan?"

"Apah? Ten tentu saja saya mengenal clien saya Nona, Tuan Arash kan calon suami anda" jawabnya dengan sedikit gugup.

"Aku tahu kalian pernah berpacaran cukup lama"

"Apa yang anda maksud?"

"Jujurlah, aku takkan marah"

"Itu memang benar, tapi kami sudah berpisah lebih dari 10 tahun, kami tak memiliki hubungan apapun sekarang"

"Benarkah?"

"Tentu saja anda tak perlu kawatir"

"Apa kau tak lagi memiliki perasaan untuknya? Sama sekali?" Wanita itu terus menatap tajam Adinda tanpa berkedip membuat dinda merasa tertekan.

"Ten tentu saja, sama sekali tak ada, mana mungkin saya masih menyukainya, sedikitpun saya tak memiliki perasaan seperti itu" ucapnya dengan terburu buru, ia menyangkal dengan sekuat tenaga.

"Pengelakan yang kuat sama saja dengan pengakuan kan?" gumam Mikayla.

"Apa anda bilang?"

"Tidak tidak"

"Pokoknya tidak ada yang perlu anda kawatirkan, kalian akan segera menjadi sepasang suami istri, saya yakin Tuan Arash mencintai anda sebabnya anda menikah dengannya, anda tak perlu meragukan seseorang yang tulus mencintai anda dan anda cintai, percayalah pada pilihan anda Nona" ucapnya menenangkan Mikayla sembari menatap cliennya ke arah cermin.

"Begitu menurutmu?"

"Iya, baiklah, tugas saya sudah selesai, sekarang anda harus menata rambut dan bersiap diruang tunggu"

"Dinda, bisakah tolong panggilkan dia? Penata rambut? Tadi dia bilang mau ke toilet di lantai 1"

"Tentu"

Dinda pun segera turun dan mencari penata rambut di dalam toilet wanita, namun disana tak terlihat siapapun dan pintu toilet pun semuanya terbuka lebar.

Dinda melihat ponsel di genggamannya, jam sudah menunjukkan pukul 8 sedangkan acaranya dimulai jam 9, tak banyak waktu tersisa, ia pun berjalan keluar dari toilet dan mengelilingi sekitaran toilet namun tak kunjung melihatnya, ia pun memutuskan kembali ke kamar mempelai wanita setelah berputar kurang lebih 15 menit.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!