NovelToon NovelToon

UNBREAKABLE RIDE

PROLOG

"Julia!"

Seketika debaran jantung Julia menjadi sangat cepat dan kuat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Julia!" Suara berat yang memanggil namanya itu terdengar lebih dekat. Julia beranjak dari kursi dan bersembunyi di bawah ranjangnya.

"Julia, di mana kamu nak?" tanya orang itu, suaranya terdengar semakin dekat. Julia menahan nafasnya.

"Sreeett!" Tiba-tiba tirai yang menjadi pintu untuk kamar Julia itu terbuka, seorang pria paruh baya masuk ke dalam kamar Julia dengan langkah gontainya.

"Putri kesayangan bapak ada di mana?" tanya pria tua berumur 50 tahunan itu. Julia menutupi mulutnya dengan kedua tangan, di dalam hatinya ia berharap pria itu tidak menemukannya.

"Putri bapak sedang belajar?" tanya pria itu lagi sambil membolak-balik buku pelajaran milik Julia yang sedang Julia pelajari sebelumnya.

"Kamu tidak perlu belajar terlalu keras, Julia!" ucap pria itu.

"Bapak akan berikan semua yang kamu mau!" lanjutnya. Air mata Julia mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Kamu cukup jadi putri bapak yang baik dan melayani bapak seperti mendiang ibumu melayani bapak dulu!" tambah pria itu. Tangis Julia nyaris pecah, dadanya pun terasa sangat sesak akibat debaran jantungnya yang semakin kuat.

"Sreeettt!!"

Tiba-tiba ada yang menangkap kedua kaki Julia dan menarik tubuhnya hingga keluar dari bawah ranjangnya.

"Tidak, pak! Julia tidak mau!" jerit Julia. Tangis yang sedari tadi ditahannya akhirnya pecah. Julia menangis dengan keras sambil meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari pria tua yang merupakan ayah tirinya, yang bernama pak Iwan.

Pak Iwan menahan tubuh Julia yang terus meronta dengan tubuh kekarnya, ia memposisikan tubuhnya itu di atas tubuh Julia.

"Sudah, pak! Julia tidak mau melakukannya!" rengek Julia di sela-sela tangisnya. Bukannya melepaskan putri tirinya itu, pak Iwan justru tersenyum senang melihat putrinya yang meronta-ronta dalam dekapannya, ia mendekatkan mulutnya dengan telinga Julia.

"Semakin kamu meronta, bapak semakin bergairah, nak!" ucap pak Iwan dengan suara berbisik. Ucapannya itu berhasil membuat seluruh tubuh Julia lemas dan merasa sangat ketakutan. Air mata Julia semakin deras mengalir.

Pak Iwan menjadikan putri dari mendiang istri keduanya itu sebagai pelampiasan nafsu bejatnya. Ini bukan pertama kalinya, ia sudah melakukan pelecehan seksual kepada Julia beberapa kali sejak ibu kandung Julia meninggal, hingga membuat Julia trauma dan sangat ketakutan kepadanya.

"Sedikit lagi, nak!" ucap pak Iwan dengan suara mendesah. Mata Julia berkeliling menyusuri setiap sudut ruang kecil yang menjadi kamarnya selama ini, lalu matanya tertuju pada suatu benda yang berada di salah satu sudut kamarnya. Julia memanfaatkan momen ayah tirinya yang hampir mencapai klimaksnya itu untuk menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit hingga akhirnya tangannya mampu meraih benda itu.

"Kamu mau apa, Julia? Aah! Bapak akan memberikannya aah! untukmu!" ucap pak Iwan di sela-sela perlakuan jahatnya pada Julia. Julia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan.

"Julia hanya mau terbebas dari bapak dan kak Denis!" tegas Julia.

"PRAAANG!!" Julia memukulkan botol kaca bekas tempat minuman beralkohol milik pak Iwan ke kepala ayah tirinya itu dengan sangat keras hingga botol itupun pecah menjadi beberapa bagian. Seketika darah mengucur deras dari kepala pria berumur 50 tahunan itu.

"Ka.. kamu!" Pak Iwan terlihat sangat marah, ia hendak memukul Julia, tapi kepalanya terasa sangat sakit bahkan sakitnya hingga membuat ia tidak sanggup berdiri.

Julia mendorong tubuh besar ayah tirinya itu dengan sekuat tenaga, ia merapikan kembali pakaian yang dikenakannya yang sebelumnya dilucuti oleh pak Iwan. Dengan cepat Julia mengemasi beberapa barangnya lalu keluar dari kamar. Julia membasuh wajah dan tangannya yang kotor karena darah yang mengucur dari kepala pak Iwan, setelah bersih, Julia segera pergi sebelum ayah tirinya itu berhasil bangkit atau kakak tiri yang sama bejatnya dengan pak Iwan itu kembali ke rumah.

...

Andro berjalan cepat masuk ke ruang kerja ayahnya, ia terlihat sangat terburu-buru, dan begitu ia masuk ke dalam ruang kerja mewah itu, ia tercengang dengan apa yang sedang berlangsung di dalamnya.

"Hei putra kebanggaanku , kemarilah!" panggil tuan Agustian, ayah kandung Andro.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Andro. Ia tidak menyangka kalau kedua orang tuanya serta kakaknya terlihat sedang merayakan sesuatu yang tidak sewajarnya bagi Andro.

"Sini sayang, bergabunglah bersama kami!" ajak nyonya Miranda, ibu kandung Andro. Andro masih terdiam di tempatnya.

"Apa yang sedang kalian rayakan?" tanya Andro lagi. Ia bukan tidak mengerti apa yang sedang dirayakan oleh keluarganya itu, tapi pertanyaan itu hanyalah ungkapan kalau seharusnya keluarganya tidak bertindak seperti itu.

"Apa kamu tidak bahagia dengan keberhasilan papa mencapai puncak jabatan?" tanya Arya, kakak kandung Andro. Andro menatap tajam ke arah Arya.

"Sedikit demi sedikit kita akan menjadi pemimpin untuk perusahaan terbesar di negeri ini!" seru Arya bangga.

"Kalian bangga dengan semua hal itu?" ucap Andro balik bertanya. Pertanyaan Andro itu membuat keluarganya terdiam terpaku.

"Kalian sedang berbuat kejahatan atas keluarga kalian sendiri!" tegur Andro.

"Kak Kovu dan kedua orang tuanya itu keluarga kita juga, selama ini mereka selalu memperlakukan kita dengan sangat baik, tapi begini balasan kalian?!" protes Andro.

"Kak Kovu sekarang sedang dalam keadaan koma dan kedua orang tuanya baru saja meninggal, tapi kalian malah sibuk mencuri aset miliknya sedikit demi sedikit!" tambahnya.

"Tidak ada kata 'keluarga' dalam sebuah bisnis, anak kecil!" ledek Arya. Arya menghela nafasnya dengan kasar. Andro kembali menatap kakaknya itu dengan tatapan tajam.

"Kamu tenanglah dulu, sayang!" ucap nyonya Miranda menenangkan putra bungsunya yang terlihat mulai terbawa emosi. Nyonya Miranda mengusap dada Andro dengan lembut.

"Kami tidak mengambil semua ini secara paksa, sayang!" ungkap nyonya Miranda.

"Istri dari Kovu sendiri yang menyerahkanya kepada kami! Kamu lihat di meja itu, ada surat pemindahan aset yang ditandatangani langsung oleh istri Kovu sendiri!" terangnya. Andro tersentak.

"Kak Kovu sudah menikah?" tanyanya kaget. Nyonya Miranda menganggukkan kepalanya.

"Kapan dia menikah?" tanya Andro penasaran.

"Apa kekasihnya sudah kembali dari perjalanan dinasnya?" lanjutnya. Nyonya Miranda menggelengkan kepalanya.

"Minggu lalu mama menikahkan Kovu dengan wanita yang sebenarnya dia cintai!" ungkap nyonya Miranda. Sekali lagi, Andro terkejut mendengar ucapan nyonya Miranda itu. Ia menangkap firasat buruk dari ucapan ibu kandungnya itu.

Tuan Agustian berjalan perlahan menghampiri putranya yang paling cerdas, ia merangkulnya.

"Papa akan menjalankan perusahaan ini dengan baik dan kamu yang akan papa jadikan penerus papa!" ucap tuan Agustian dengan suara berbisik.

"Papa sudah menyekolahkanmu setinggi-tingginya, bahkan sampai ke luar negeri untuk mempersiapkan semuanya ini!" ungkap tuan Agustian. Andro menatap kedua mata ayah kandungnya itu dengan seksama.

"Papa sangat berharap padamu, Andro!" ucap tuan Agustian. Andro menghela nafasnya perlahan.

"Aku tidak menyangka kalau kehidupan yang kujalani harus seperti ini." ucapnya pelan. Seluruh mata tertuju pada Andro.

"Kalau seandainya aku tahu dari awal, aku tidak akan mau melakukan ini semua!" ungkap Andro.

"Aku tidak akan belajar dengan giat dan menjadi lulusan terbaik!" tambahnya.

"Andro!" tegur nyonya Miranda. Andro memandangi wajah ibunya itu sejenak.

"Sejujurnya, aku juga tidak begitu menyukai bisnis. Aku lulus dengan nilai terbaik hanya untuk membuat kalian bangga." ungkap Andro. Andro menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat.

"Baiklah!" ucapnya.

"Sepertinya aku memang tidak cocok bekerja di dunia bisnis!" lanjut Andro.

"Andro!" Kali ini tuan Agustian yang menegur Andro, ia terlihat tidak setuju dengan pernyataan putra bungsunya itu.

"Maafkan aku, tapi sepertinya aku memang bukan bagian dari kalian!" ucap Andro.

"Aku akan segera menyerahkan surat pengunduran diri!" lanjutnya.

"Apa-apaan kamu, Andro?!" seru tuan Agustian marah.

"Saya permisi dulu!" pamit Andro. Andro membalikkan tubuhnya dan hendak meninggalkan ruangan itu, tapi tiba-tiba tuan Agustian berseru:

"Kalau kamu keluar dari perusahaan ini, kamu bukan lagi keluarga kami!" Semua yang berada dalam ruangan itu terkejut mendengar ucapan tuan Agustian.

"Kalau kamu bukan keluarga kami lagi, kamu tidak berhak tinggal di rumah kami!" tambahnya.

"Papa!" tegur nyonya Miranda. Andro membalikkan tubuhnya menghadap tuan Agustian, sejenak ia hanya memandangi ayah kandungnya itu dari kejauhan, tapi perlahan sebuah senyuman getir mengembang di bibirnya.

"Baiklah! Aku akan mengemasi barang-barangku dengan cepat!" ucapnya.

"Saya permisi dahulu!" pamit Andro sambil membungkukkan badannya lalu keluar dari ruangan itu.

...

BAB 1

"Sreek!"

Andro menyalakan korek apinya dan mulai menyulut rokoknya. Perlahan-lahan ia menghisap rokoknya itu dan menghembuskan asapnya ke langit malam yang terlihat sangat cerah. Dengan tangannya, Andro menghapus keringat di keningnya.

"Hash!" Andro mengerang pelan karena merasakan perih di bibirnya yang terluka setelah ia berkelahi dengan gerombolan genk motor.

Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapan Andro. Andro mengangkat kepalanya dan menatap orang itu yang ternyata adalah seorang wanita. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam sebotol air mineral ke arah Andro. Andro tidak mengerti apa maksud wanita itu menyodorkan air mineral itu padanya.

"Ini, ambilah!" ucap wanita itu lembut. Sejenak Andro hanya terdiam sambil memandangi botol air mineral itu.

"Minumlah!" ucap wanita itu lagi. Andro meraih botol air mineral itu sambil mengalihkan pandangan ke wajah wanita yang memberikannya. Perlahan sebuah senyuman lembut merekah di bibir wanita bertubuh kurus itu. Sesaat Andro terpaku melihat senyuman yang terlihat berbeda di matanya, entah mengapa senyuman itu terlihat sangat manis bagi Andro, tapi sedetik kemudian Andro tersadar dan segera mengalihkan pandangannya.

Andro meneguk air yang ada di dalam botol itu perlahan-lahan, ia memang sedang merasa haus sehingga dalam sekejap air dalam botol itu habis diteguknya.

"JULIA!!" Tiba-tiba saja seseorang berteriak ke arah Andro dan wanita yang memberikan air mineral itu.

"Ya!!" Wanita yang berdiri di hadapan Andro menyahut panggilan itu. Ternyata Julia adalah namanya.

"Sedang apa kau di situ? Cepat kemari!" seru wanita paruh baya yang berteriak tadi.

"Aku pergi dulu, ya!" pamit Julia pada Andro. Andro tidak merespon ucapan wanita berambut lurus itu, ia hanya memandanginya.

"Ah iya!" Julia menghentikan langkahnya sebelum ia berjarak lebih jauh lagi dari Andro. Ia berbalik ke arah Andro berada.

"Rokok itu tidak baik untuk kesehatanmu!" ucapnya tiba-tiba. Andro tersentak.

"Sebaiknya kamu berhenti merokok!" lanjutnya. Wanita itu kembali memberikan senyuman manisnya untuk Andro, dan lagi-lagi senyuman itu berhasil membuat Andro terpaku. Julia membalikan badannya dan berlalu dari hadapan Andro. Andro terus memperhatikan Julia, wanita itu sempat berbincang sejenak dengan wanita paruh baya yang memanggilnya tadi, lalu tak lama kemudian mereka masuk ke dalam restoran.

"Cih! Ceria sekali dia, hidupnya pasti sangat bahagia!" gumam Andro pelan.

...

"And, rokok!" tawar Tian sambil menyodorkan sekotak rokok kehadapan Andro. Tanpa berpikir panjang, Andro segera menyambar kotak rokok itu, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari dalamnya dan membakar ujung rokok itu. Andro memandangi rokok yang berada di tangan kanannya itu, ia seperti menyadari kalau ia melupakan sebuah pesan tentang rokok. Andro berusaha mengingatnya tapi sampai beberapa menit ia tetap tidak berhasil mengingatnya, akhirnya ia memutuskan untuk menghisap perlahan rokoknya itu.

"Uhuk! Uhuk!" Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Andro terbatuk karena menelan asap rokok yang dihisapnya itu.

"Hei!" tegur Tian yang terkejut dengan suara batuk Andro.

"Kenapa lo, And?" tanya Dexter. Andro yang masih terbatuk-batuk hanya bisa menjawab pertanyaan Dexter itu dengan menggelengkan kepalanya. Dexter menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Andro, tanpa basa basi lagi Andro langsung menyambar botol air minum itu dan meneguk air di dalamnya perlahan-lahan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, bayangan tentang wanita yang memberikannya air mineral beberapa hari yang lalu muncul di benaknya.

"Sebaiknya kamu berhenti merokok! Rokok itu tidak baik untuk kesehatanmu!" Pesan dari wanita berambut lurus bernama Julia itu kembali menggema di telinganya.

"Sial!" umpat Andro pelan. Andro mematikan rokoknya lalu melemparnya ke dalam kotak sampah.

"Kenapa And? Lo berhenti merokok?" tanya Tian yang sedari tadi memperhatikan sikap pimpinan genk motornya itu. Andro hanya menggeleng pelan.

Tian mengeluarkan beberapa bungkus rokok yang masih baru dan tersegel, ia memberikannya kepada Dexter dan beberapa anggota genk motor lainnya. Andro terkejut melihat hal itu.

"Dari mana lo dapat rokok sebanyak itu?" tanyanya penasaran.

"Pemilik toko kelontong di ujung jalan sana memberikannya secara cuma-cuma." jawab Tian. Andro menatap curiga.

"Gue ga minta, orang tua itu yang memberikannya!" terang Tian. Andro memukul kepala Tian dengan tangannya.

"Sudah gue bilang jangan mencuri dari orang yang untuk bertahan hidup saja susah!" seru Andro, ia terlihat kesal.

"Kalau lo mau mencuri, curilah dari orang yang menjalankan usahanya dengan jahat!" tambahnya. Andro segera menyalakan motornya lalu melaju dengan kencang.

Andro menghentikan laju motornya tepat di depan toko kelontong yang diceritakan Tian tadi.

"Permisi!" sapanya ketika berada di hadapan wanita tua yang berada di dalam toko kelontong itu.

"Ya?" sahut wanita berumur sekitar 60 tahunan itu. Ia terlihat sedikit takut ketika melihat Andro menghampirinya.

"Ada apa, nak?" tanya wanita yang sepertinya dialah pemilik warung itu.

"Maaf ibu, saya mau bertanya." ucap Andro pelan.

"Apa temen-teman saya mengambil rokok di sini?" tanyanya. Wanita tua itu terdiam sejenak, ia terlihat seperti sedang mengingat-ingat.

"Saya tidak tahu yang mana temanmu, nak!" ucap wanita itu akhirnya.

"Emm.. Apa tadi ada yang meminta rokok di sini tanpa membayarnya?" Andro memperjelas pertanyaannya.

"Aah! Ada banyak yang mengambil rokok di sini tanpa membayarnya, nak!" ungkap wanita tua itu. Andro terdiam sejenak, matanya memandangi kedua mata wanita tua yang berdiri di hadapannya itu.

"Berapa totalnya, saya akan membayar semuanya, bu!" ucap Andro. Wanita berambut putih itu terkejut mendengar ucapan Andro.

"Hitung saja semuanya, bu! Saya akan membayarkannya!" lanjut Andro.

"Hari ini mungkin sekitar 8 bungkus yang sudah diambil tanpa di bayar." ucap wanita pemilik toko kelontong itu. Andro merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompetnya, lalu dari dalam dompet ia mengeluarkan 10 lembar uang seratus ribuan. Andro menyerahkannya kepada wanita tua itu, wanita tua itu terkejut.

"Ini terlalu banyak, nak!" serunya.

"Simpan saja bu, siapa tahu mereka akan mengambil rokok tanpa membayar lagi." ucap Andro. Wanita tua itu menatap Andro dengan seksama.

"Saya minta sebungkus lagi, bu!" pinta Andro. Wanita tua itu memberikan sebungkus rokok kepada Andro. Dengan cepat Andro membuka bungkus rokok itu dan mengeluarkan sebatang rokok, membakar ujungnya, lalu menghisapnya perlahan-lahan, kali ini Andro benar-benar menikmati rokoknya.

"JULIA! JULIA!!" Tiba-tiba saja pemilik toko kelontong itu berteriak memanggil nama seseorang yang tidak asing di telinga Andro. Andro menoleh ke arah orang yang dituju oleh pemilik toko kelontong itu. Andro tersentak, ternyata 'Julia' yang dipanggil oleh wanita tua itu adalah 'Julia' yang dikenalnya.

"JULIA! SINI NAK!" panggil wanita tua itu lagi. Wanita berambut lurus yang sebelumnya berada di sebrang toko kini berlari menghampiri toko kelontong itu dan berdiri tepat di hadapan pemilik toko, di samping Andro. Andro menundukkan kepalanya agar wanita bernama Julia itu tidak mengenalinya.

"Obat pesananmu sudah datang, nak!" ucap pemilik toko kelontong.

"Oh ya?! Cepat juga ya bu!" sahut Julia, ia terlihat senang mendengar kabar itu.

"Bukankah itu obat untuk luka bakar?" tanya wanita tua itu sambil menyodorkan sebuah kotak berisi obat krim untuk luka bakar. Julia menganggukkan kepalanya.

"Kamu terluka lagi?" tanya wanita tua itu lagi. Julia tertawa kecil. Andro memperhatikan interaksi di antara keduanya, Julia memang tertawa, tapi wanita tua pemilik toko kelontong itu menampakkan ekspresi wajah serius. Andro bingung.

"Kakakmu datang lagi?" tanya wanita tua itu. Lagi-lagi sambil tersenyum Julia menganggukkan kepalanya.

"Tinggallah di sini, nak! Kami akan melindungimu!" pinta pemilik toko kelontong itu. Masih sambil tersenyum Julia menggelengkan kepalanya. Andro merasa ada yang aneh dengan Julia.

"Di mana pun aku tinggal, dia akan selalu bisa menemukanku, bu!" ucap Julia dengan suara yang sangat lembut.

"Kalau dia menemukanku, dia akan membuat kekacauan di sini." lanjutnya. Suaranya memang terdengar sangat lembut, tapi suaranya itu bergetar seperti sedang menahan tangis. Julia tersenyum lembut pada pemilik toko kelontong itu.

"Ibu tenang saja, kalau aku belum melarikan diri lagi, itu berarti aku masih bisa menghadapinya!" ucap Julia dengan nada bercanda. Lagi-lagi Julia tersenyum, tapi kali ini senyuman itu terlihat menyedihkan bagi Andro.

...

BAB 2

"Kalau dia menemukanku, dia akan membuat kekacauan di sini." lanjutnya. Suaranya memang terdengar sangat lembut, tapi suaranya itu bergetar seperti sedang menahan tangis. Julia tersenyum lembut pada pemilik toko kelontong itu.

"Ibu tenang saja, kalau aku belum melarikan diri lagi, itu berarti aku masih bisa menghadapinya!" ucap Julia dengan nada bercanda. Lagi-lagi Julia tersenyum, tapi kali ini senyuman itu terlihat menyedihkan bagi Andro.

"Wanita aneh!" ucap Andro dalam hati. Andro kembali menghisap rokoknya itu dengan mata yang masih tertuju pada Julia, tapi tiba-tiba saja Julia menoleh ke arah Andro, dan pandangan mata mereka saling bertemu. Seketika itu, Andro kembali teringat kalau Julia tidak menyukainya merokok, ia menahan mulutnya agar asap rokok tidak keluar.

"Kamu..." gumam Julia pelan, ia terlihat seperti sedang mengingat-ingat.

"Aku sepertinya pernah melihatmu!" ucap Julia, ia memperhatikan wajah Andro dengan seksama, tatapannya membuat Andro salah tingkah.

"Ah!" Julia sepertinya berhasil mengingat Andro.

"Kamu yang..." Belum sempat Julia menyelesaikan ucapannya, Andro sudah menganggukkan kepala. Julia memperhatikan Andro yang bertingkah aneh karena sedang menahan asap rokok di mulutnya.

"Kamu kenapa?" tanya Julia. Andro menggelengkan kepalanya. Meskipun Andro sudah merespon pertanyaan Julia tapi Julia masih merasa sangat penasaran.

"Kamu merokok?" terka Julia. Dengan cepat Andro menggelengkan kepalanya, tapi ia sudah tidak bisa menahan asap rokok di dalam mulutnya lagi. Sebagian asap rokok keluar dari celah-celah mulut Andro dan sebagian lagi menerobos ke dalam tenggorokan Andro, yang akhirnya menyebabkan Andro tersedak dan terbatuk-batuk.

"Itulah akibatnya kalau berbohong!" ledek Julia. Ia memukul-mukul punggung Andro dengan hati-hati, Julia tidak menyadari kalau sikapnya itu malah membuat Andro semakin salah tingkah.

"Merokok itu tidak baik untuk kesehatanmu!" ucap Julia lembut. Andro hanya menganggukkan kepalanya di sela-sela batuknya.

Tak lama kemudian wanita tua pemilik toko kelontong membawakan Andro segelas air minum, Andro segera meneguknya hingga tak bersisa, akhirnya batuknya mereda.

"Sudah hampir waktunya kamu masuk kerja, Julia!" ucap pemilik toko kelontong mengingatkan Julia. Julia langsung melirik jam di tangannya.

"Ah iya! Aku pergi dulu, bu!" pamit Julia.

"Nyawaku terancam kalau sampai aku telat sampai di sana!" tambahnya.

"Aku pergi dulu ya!" pamit Julia pada Andro. Andro menganggukkan kepalanya, tapi baru selangkah, Julia sudah membalikkan tubuhnya lagi menghadap Andro.

"Kita sudah 2 kali bertemu, tapi aku belum mengetahui namamu!" ucapnya. Andro tersentak.

"Namaku Julia, siapa namamu?" tanya Julia sambil menyodorkan tangannya ke hadapan Andro. Andro terlihat ragu-ragu, tapi akhirnya ia menjabat tangan Julia.

"Namaku Andro!" ucapnya memperkenalkan diri. Julia tersenyum ramah kepada Andro, lalu ia kembali pamit dan kali ini ia benar-benar berlalu dari hadapan Andro.

Wanita tua pemilik toko kelontong sedari tadi memperhatikan interaksi antara Andro dan Julia.

"Kamu anggota genk motor kan?!" terka wanita tua itu tiba-tiba. Andro tersentak. Ia tidak menjawab pertanyaan dari wanita tua itu, ia takut kalau wanita itu akan menilainya buruk. Wanita tua itu memperhatikan Andro dengan seksama.

"Kamu biasa berkelahi dengan pemuda lain kan?!" ucap wanita tua itu lagi. Andro hanya diam sambil menatap wanita tua itu.

"Kamu sepertinya anak baik!" lanjut pemilik toko kelontong itu. Andro terkejut mendengar ucapan wanita tua itu.

"Bisakah kamu melindungi Julia?" pinta wanita tua itu. Andro tidak mengerti harus merespon ucapan wanita tua itu bagaimana, hidupnya saja sudah rumit, bagaimana bisa dia melindungi orang lain.

"Kakak tirinya sangat jahat, kalau seperti itu terus lama-lama gadis itu akan mati!" ungkap wanita tua itu. Andro menghela nafasnya perlahan.

"Maaf bu, saya tidak suka mencampuri masalah orang lain!" sahut Andro. Wanita tua itu langsung terdiam.

...

Malam ini langit terlihat sangat cerah, udara pun tidak terlalu dingin. Andro dan kawanan genk motornya berkeliling jalanan. Ketika berada di perempatan jalan, di saat mereka semua sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, tiba-tiba pandangan mata Andro menangkap sebuah sosok di kejauhan yang tidak asing untuknya, yaitu Julia. Julia tampak berjalan dengan cepat dan tergesa-gesa lalu ia masuk ke dalam sebuah rumah tua. Andro hanya berpikir kalau Julia baru saja pulang dari pekerjaannya, tapi tak lama kemudian seorang pria berjalan cepat ke rumah tua yang sama dengan Julia tadi. Pria itu terlihat memukul-mukulkan tangannya ke pintu rumah tua itu.

"And, jalan!" tegur Vino. Andro tersentak, ternyata lampu lalu lintas berwarna hijau sudah menyala.

"Kalian jalanlah lebih dulu, gue ada perlu sebentar!" ucap Andro. Kawanan genk motor Andro kembali melaju dan meninggalkan Andro sendiri di perempatan jalan itu. Andro kembali memperhatikan pria yang masih saja memukul-mukul pintu rumah tua tempat Julia masuk sebelumnya.

"Apa pria itu kakaknya?" gumam Andro pelan. Andro tersentak, tiba-tiba seseorang membukakan pintu dan akhirnya pria itu bisa masuk ke dalam. Andro masih terpaku memperhatikan pintu rumah tua itu walaupun objek yang diamatinya sudah tidak ada.

"Apa itu kakak tirinya?" tanya Andro dalam hati. Andro tampak melamun sejenak, tapi kemudian ia kembali tersadar.

"Jangan suka mencampuri urusan orang lain, Andro!" gumamnya pelan memperingatkan dirinya sendiri. Andro kembali menyalakan mesin motornya.

...

"JULIA! BUKA!" seru Denis dari balik pintu. Jantung Julia berdebar dengan sangat kencang, seketika tubuhnya bergetar mendengar suara kakak tirinya itu.

"Aku tahu kamu ada di dalam! Buka pintunya atau aku akan membuat kekacauan di sini?!" ancam Denis. Julia berjalan perlahan ke arah pintu, ia terlihat bimbang tapi akhirnya ia membukakan pintu untuk Denis. Dengan cepat Denis menerobos masuk ke dalam rumah sewa Julia dan menutup pintu rumah itu rapat-rapat. Jantung Julia berdebar dengan sangat kencang dan kuat hingga terasa seperti nyaris meledak.

"Aku minta uang!" seru Denis to the point.

"Aku baru saja memberikanmu uang beberapa hari yang lalu!" tukas Julia.

"Uang itu sudah habis!" ucap Denis.

"Aku tidak punya uang lagi!" ungkap Julia.

"Makanya, sudah kubilang jangan bekerja sebagai pelayan! Pergunakan tubuhmu itu, kamu akan mendapatkan lebih banyak uang!" seru Denis kesal, ia mendorong tubuh Julia hingga Julia tersungkur di sofa.

"Berhentilah berjudi!" seru Julia, ia kesal dengan perlakuan kasar Denis padahal ia sudah memberikannya uang yang cukup banyak pada kakak tirinya itu beberapa hari yang lalu. Denis menatap Julia dengan tatapan tajam.

"Kalau aku tidak berjudi, bagaimana aku bisa menyalurkan hasratku?" tanya Denis. Julia terdiam, dadanya terasa sangat sesak, ia menangkap firasat buruk.

"Katakan, Julia!" desak Denis sambil berjalan pelan mendekati Julia. Julia yang ketakutan, beranjak dari sofa dan berusaha menjaga jarak dari kakak tirinya itu, tapi sikapnya itu malah memancing amarah Denis. Denis mengambil kursi kayu milik Julia lalu melemparkannya ke dinding dengan sangat keras hingga kursi itu hancur menjadi beberapa bagian.

"KATAKAN JULIA!!" teriak Denis. Julia yang ketakutan mendengar suara kakak tirinya itu langsung menutupi kedua telinganya dengan tangan, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Apa aku bisa menyalurkan hasratku dengan tubuhmu?" goda Denis. Denis tertawa keras.

"Berhenti menggangguku! BERHENTILAH MENGUSIK HIDUPKU, BRENGSEK!!" jerit Julia. Air matanya mulai mengalir.

Denis melompat dan menangkap Julia yang sedari tadi menjaga jarak dengannya. Julia histeris karena tidak bisa menghindari 'terkaman' kakak tirinya yang buas itu.

"Aku sangat menyukai tubuhmu, adikku tersayang!" bisik Denis.

"Lepas! LEPASKAN AKU BRENGSEK!" teriak Julia, ia meronta sekuat tenaganya agar terlepas dari Denis, tapi tenaga Denis jauh lebih kuat dari tenaganya. Denis mengangkat tubuh kurus Julia lalu membawanya mendekati meja. Denis memaksa tubuh Julia untuk membungkuk ke arah meja. Julia terus mencoba untuk berontak walaupun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Denis. Denis memaksa kepala Julia menempel di meja dengan tangan kirinya, sementara itu tangan kanannya mulai bergerilya di tubuh Julia.

"BERHENTI MELAKUKAN ITU! LEPASKAN AKU!" jerit Julia lagi, tangis Julia pecah. Bukannya menghentikan tindakan bejatnya itu, Denis malah semakin bersemangat melakukannya. Denis menurunkan celana serta dalaman yang Julia pakai, ia mulai bersikap di luar batas, ia memaksa Julia untuk melayani nafsu bejatnya, tapi ketika nyaris menjadi 'santapan' Denis, tiba-tiba saja pintu rumah sewa Julia berbunyi, seseorang mengetuk pintu rumah tua itu dari luar.

"Tok! Tok! Tok!"

...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!