NovelToon NovelToon

One Step Closer

1

Wulan Sari 26 tahun, gadis cantik dengan keahlian membuat beragam macam kue yang enak. Dulu ketika ia masih kecil ibunya sering membuat kue yang lezat, karena kenangan ibunya laah ia bertekat untuk mengenang ibunya dengan membuka toko kue.

Kehidupan Wulan sama seperti gadis seusianya yang tengah produktif dan aktif dalam berbagai kegiatan positif untuk mengembangkan usahanya. Tapi ia kehilangan sosok ayah, karena setelah ibunya meninggal ketika wulan berusia 12 tahun ayahnya menikah lagi dan ia hidup bagai anak yang tak diperhatikan dan kurang kasih sayang.

Sebenarnya Wulan gadis yang pintar, terbukti ia lulus seleksi ujian masuk universitas kedokteran UI dengan nilai terbaik, tapi sayang ibu tirinya melarang wulan untuk melanjutkan kuliah karena ia takut uang kuliah wulan akan membebani keuangan keluarga. Dengan berat wulan melepas cita-cita dokternya. Karena kekecewaannya itu, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan mandiri diusia yang masih baru tamat SMA, dan dengan meminta sedikit uang kepada ayahnya ia pergi meninggalkan rumah yang tak menerima kehadirannya sebagai keluarga.

Lima tahun berlalu, hasil dari kerja kerasnya kini ia berhasil memiliki sebuah toko kue yang cukup terkenal di daerahnya. Pelangan silih berganti memesan cake dengan bermacam rasa dan ukuran. Walau sederhana toko itu juga menjadi rumah wulan tinggal selama beberapa tahun.

"Andai ibu masih ada, mungkin ibu senang melihat aku sekarang mengikuti jejak ibu yang hobi membuat kue dan kini berhasil membuka toko kue sederhana" lirih wulan memandangi ruang tokonya yang dikunjungi beberapa pelanggan.

-----------------------------------------------------------------------

Evan Sandres 39 tahun duda tampan yang berprofesi sebagai dokter kandungan dan memiliki dua anak kembar perempuan bernama "Safa dan Marwah".

Lima tahun yang lalu ia harus bercerai dengan istrinya.

Dan kini ia merawat kedua anak kembarnya dengan mencoba mencari sosok ibu penganti untuk keduanya.

🍃🍃🍃

Pagi itu seperti biasa jam 9 pagi gerai toko kue Dr. Dessert dibuka, Wulan mencoba menghirup udara pagi yang sudah tidak pagi lagi. Sembari tersenyum kepada tukang bersih-bersih kota dan beberapa tukang parkir yang silih berganti kerja di halaman depan tokonya.

Datang seorang wanita dengan semangat menyapa wulan.

"pagi Wulan" ucapnya penuh senyum.

"Eh, pagi Mbak Nita, tumben cepet nie hari, oza udah diantar kesekolah??" jawab Wulan

"Mbak gak antar, tapi bapaknya yang antar jadi mbak bisa langsung kesini" ujar Mbak Nita yang merupakan salah satu pegawai toko terlama yang berkerja bersama Wulan, dan Wulan sudah menganggap Mbak Nita sebangai kakak angkatnya.

"Syukur deh, pagi ini kita harus susun kue untuk acara kantor pemkot 300box, " ujar Wulan.

"Oke, si wiwit mana?? belum datang juga??, " tanya Mbak Nita kepada Wulan.

"Yaa gitu deh Mbak" ujar Wulan seraya masuk kedalam toko mengikuti Mbak Nita yang langsung bergegas ke dapur pembuatan kue, tapi ia terlebih dahulu ke restroom untuk menganti baju dengan atribut seragam toko.

"Kamu tuh terlalu baik sama dia, makanya dia jadi ngangap sepele tanggung jawab, coba ditelfon aja karena kita gak keburu kalo cuma berdua, " ujar Mbak Nita sedikit kesal.

"Iyya Mbak, " ucap Wulan seraya mengambil handphone dari balik saku celemeknya.

"Oia Mbak, kita ikut Gestival kuliner tahun ini gak?? kalo iya kita harus daftar segera karena Wulan dengar Festival kali ini juga mengundang fendor luar negri untuk ikut membuka lapak kuliner"

"Hmm, kalo Mbak boleh saran kita gak usah ikut aja yaa?? karena kita masih belum cukup pegawai..yaa tapi balik lagi kalo kamu sanggup Mbak ikut aja, " jawab Mbak Nita memberi saran.

"Iyya juga yaa Mbak, kayaknya memang tahun ini kita absen aja ya, tunggu dapat karyawan yang pas baru bisa ikut tahun depannya lagi" jawab Wulan yang sebegitu nyamannya berbagi pendapat dengan Mbak Nita sehingga mereka benar-benar paham kondisi satu sama lain.

Tiba-tiba Wulan merasa sakit di perutnya. Ia menunduk sesaat dengan mencoba berpegang pada estalase kue. Mbak Nita yang melihat itu berusaha meraih tangan Wulan.

"Kamu sakit lagi??" tanya Mbak Nita cemas.

Wulan tak menjawab, karena sakitnya menyita kekuatannya. Berlahan Wulan berjalan menuju kursi panjang didekat estalasi, ia berusaha untuk duduk seraya menahan sakit perutnya.

"Sebaiknya kamu coba periksa kedokter, sudah hampir sebulan ini kamu sakit perut trus, " cemas Mbak Nita.

Wulan hanya mengangguk saja mengiyakan perkataan Mbak Nita. Memang sudah hampir sebulan ini sakit diperutnya sering terjadi. Butuh waktu sejam, atau kadang lebih hingga sakit itu reda.

"Kamu tuh jangan diet trus, kamu udah langsing banget, kasian tubuh kamu kalo diet terus" ucap Mbak Nita.

"Iyya Mbak" jawab Wulan pelan.

Wulan berpikir lebih baik setelah beres 300box kue untuk pemkot ia akan pergi kedokter untuk memeriksakan sakit diperutnya.

🍃🍃🍃

Setelah mengantar 300 box kue Pemkot, Wulan memutar haluan mobilnya ke arah rumah sakit ke Pertamedika. Dengan berlahan ia memasuki perkarangan parkir rumah sakit dan menemukan lahan kosong untuk parkir mobilnya.

Wulan turun dengan hati gelisah, setelah ibu meninggal baru kali ini menginjakkan kaki ke rumah sakit lagi, hatinya terus was-was dan gelisah. Ketika masuk kedalam rumah sakit Wulan berjalan menuju reseptionis pendaftaran pasien.

"Nama??" tanya Pegawai rumah sakit.

"Wulansari" jawab Wulan.

"Umur??" tanya Pegawai Rumah Sakit.

"26 tahun" jawab Wulan cepat.

"Alamat dan no telfon?" Pegawai Rumah Sakit.

"Jln. Tentara Pelajar no. X ruko Dr. Dessert, no hp 0821 xxxx xxxx" jawab Wulan cepat.

"Waah Mbak kerja di toko kue dr. Dessert yaa?? Saya pecinta kue disana Mbak, soalnya enak-enak." jelas Pegawai Rumah Sakit yang berbinar-binar.

"Makasih Mbak, kapan-kapan datang lagi Mbak sudah ada menu cake baru di toko." ujarnya Wulan senang

"Ah iyya Mbak, waah kalo gitu tar coba Saya kesana yaa moga cakenya masih ada, oh iya Mbak ini kan mau periksa ke Dokter Umum, Saya tunjuk Dokter Evi aja yaa, ini enak banget dokternya ramah" jelasnya cepat pada Wulan.

"Oh iya baik Mbak, terima kasih" balas Wulan.

"Ini kartunya dan ini antrian no 4 ya Mbak, silahkan keruangan Dokter Evi diLantai 2 sebelah kiri lift yaa, semoga cepat sembuh Mbak"ucap Pegawai Rumah Sakit ramah.

"Baik Mbak, terima kasih" ujar Wulan yang bangun seraya berjalan menuju lift rumah sakit. Sapaan ramah tadi membuatnya sedikit lega sehingga tak terlalu gugup.

Langkah kaki Wulan berjalan mencari ruang Dokter Evi. Dan ruangan yang dicari pun ketemu, terlihat ada dua pasien menunggu disana. Wulan duduk dekat ibu-ibu yang membawa seorang anak usia remaja yang tertunduk lesu.

Wulan berusaha mengalihkan perhatiannya dengan meraih handphone dan ia membuka laman artikel tentang program UKM, dan beberapa kali melihat capture resep cake terbaru dari laman instagaram.

Tanpa disadari no antrian Wulan dipanggil untuk masuk kedalam ruangan Dokter Evi. Terihat ruangan yang nyaman dan hangat sapaan dokter yang ramah, seakan sakitnya hilang seketika.

"Permisi dokter" ujar Wulan sopan.

"Baik Mbak Wulan, silahkan duduk??" jawab dr. Evi yang membalas dengan senyum,

Wulan pun masuk dan berjalan meraih kursi didepan meja kerja dr. Evi.

"baik, mbak Wulan ada keluhan apa??"

"Hmm, ini dokter kurang lebih 1 bulan ini perut saya sakit sampai ke pinggang" jelas Wulan.

"Hmm, baik lainnya??" seraya dr. Evi menulis dikertas pasien.

"Tidak ada Dokter" jawab Wulan cepat.

"Oke kita periksa dulu yaa, silahkan Mbak naik kasur pemeriksaan, Suster tolong Mbak Wulan di cek" ujar dr. Evi seraya memanggil Suster yang stanby di ruangnya.

Wulan mengikuti arahan Suster tersebut untuk berbaring dan ia mulai di periksa tekanan darah dan suhu tubuh. Ketika dr. Evi sampai pada sisi ranjang pasien, ia datang dengan telah terpasang Stetoskop di kedua telinganya, dan mengarahkan Wulan untuk menarik nafas dan membuangnya.

Setelah dirasa cukup dr. Evi memegang perut Wulan dan memeriksa dengan seksama.

"Oke.." ucap dr. Evi seraya menyudahi pemeriksaannya. Dan Wulan pun bangun, turun dan kini ia duduk kembali di kursi depan meja kerja dr. Evi yang tengah menulis sesuatu dilembar kertas pasien

"Sus berapa tadi darah mbak wulan??" tanya dr. Evi pada Suster.

"90/80 dokter" jawab Suster singkat.

"Oke baik, hmm..Mbak Wulan haidnya teratur gak??" tanya dr. Evi.

Wulan agak risih ketika ditanya hal seperti itu, tapi dengan ragu-ragu iya menjawab pertanyaan dr. Evi.

"Gak dokter, saya haid bisa dihitung jari, setahun kadang cuma dua kali apa tiga kali begitu dokter" jelas Wulan pelan.

Dr. Evi sedikit terkejut

"Jadi kamu jarang haid yaa?? sudah lama??" tanya dr. Evi serius.

"Sudah dokter mungkin sekitar 4 tahun belakangan ini saya jarang haid," jelas Wulan.

Seketika dr. Evi seperti berpikir dan ia menulis lagi dikertas pasien.

"Hhmm, Mbak Wulan saya rujuk kedokter kandungan yaa sama dr. Evan, sebentar saya telfon Perawat adminnya" seketika dr. Evi meraih gagang telfon dan mulai berbicara dengan nyaris berbisik.

Wulan yang sedari tadi cemas bertambah gundah, sebenarnya apa yang telah terjadi pada dirinya.

"oke baik" ucap dr. Evi menyudahi telfon itu. Dan kembali ia menatap Wulan yang terlihat cemas.

"hmm, dr. Evan sudah keluar, jadi Mbak besok datang lagi langsung ke ruang dr. Evan untuk segera diperiksa yaa, " terang dr. Evi pada Wulan.

Wulan terpaku

"Dokter, saya kenapa??" ucapnya cemas seraya menatap dr. Evi yang lagi-lagi menulis dikertas pasien.

"Hhmm, saya gak bisa mendianogsis pasti Mbak, tapi sepertinya sakit mbak ini disebabkan karena haid Mbak tidak lancar, dan untuk mengetahui lebih pasti hal itu Mbak harus ketemu dr. Evan dia Spesialis kandungan yang terbaik di rumah sakit ini" ujar dr. Evi ramah dan mencoba menenangkan Wulan. Wulan seakan paham ia pun menuruti saran dr. Evi.

"Baik dokter, besok saya kembali untuk bertemu dr. Evan" ujarnya seraya bangun dan keluar dari ruangan dr. Evi.

2

Malam harinya wulan tak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya terus dihantui dengan pernyataan dr. Evi bahwa sakitnya ini harus di rujuk ke dokter kandungan. Dengan sedikit berat ia bangun dan turun dari lantai dua menuju dapur.

"Dari pada gak bisa tidur mending buat kue resep baru Brunt Cheese Cake" ujarnya sendiri.

"Oke, hmm kayaknya bahan lengkap" ujarnya seraya melihat resep dari layar handphonenya. Ia pun mulai dengan memakai atribut membuat kue celemek dan topi. Setelah siap ia bersegera mengambil bahan-bahan di gudang bahan yang terdapat 2 Kulkas kaca menyimpan berbagai macam bahan untuk pembuatan cake.

Sesaat pikiran Wulan teralihkan dengan membuat cake baru. Ia sibuk menimbang dan memixer bahan-bahan itu dengan antusias. Hampir tiga jam berlalu dan cake itu pun jadi dengan aroma wangi butter anchor yang semerbak. Wulan merasa puas dengan hasil yang di dapat, dan ketika iya memotong cake itu ada rasa takjub karena kelembutan cake tersebut, ia mencoba satu suap cake tersebut dan ia terkejut dengan rasanya yang sungguh lezat.

Sesaat wulan tersadar dan melihat jam nyaris sudah jam 1 pagi, ia buru-buru membereskan peralatan cake dan menyusun semua cake itu kedalam kotak slide yang akan ia jual besok.

Karena lelah ia merebahkan tubuh dengan berat dan ia pun tertidur dengan lelap.

🍃🍃🍃

Paginya Wulan bangun seperti biasa, karena tubuhnya sudah terbiasa bangun lebih awal. Jadi setelat apa pun ia tidur pasti di jam yang sama ia akan bangun.

Tapi kali ini ia bangun dengan sakit kepala, entah karena lelah entah karena pikiran sakitnya.

Jam 9 pagi toko telah dibuka dengan Mbak Nita yang datang cepat seperti kemarin. Namun sepagi ini seorang pria datang untuk bertemu wulan.

Mbak Nita dengan segera memanggil Wulan yang masih berada dirumah atasnya.

"Wulan, Mas Rendi datang tuh!!" serunya berdiri di pintu masuk rumah atas, dan mencoba untuk masuk kedalam melihat Wulan seraya melihat sekeliling ruangan yang tak menemukan pemiliknya.

Namun ia melihat Wulan baru keluar dari kamar mandi.

"Mbak, ada apa??"

"Itu, Mas Rendi datang"

"Oh, oke Mbak" ucap Wulan ikut turun bersama dengan Mbak Nita.

Dan wulan turun dengan berlahan, dan melihat ke arah depan, terlihat Mas Rendi seperti biasa selalu menawan.

"Mas, tumben pagi-pagi, ada apa?? pesanan yang waktu itu kurang yaa??" ujar Wulan mencoba menebak.

"Ah bukan, ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu"

"Oh, soal apa??" ujar Wulan serius.

"Bisa kita bicara ditempat yang nyaman ??" ujarnya menatap serius ke arah Wulan.

Wulan sedikit terkesima dengan tatapan mas Rendi. Mas Rendi selama ini menjadi rekan bisnisnya semenjak pertemuan beberapa tahun lalu disebuah Even Wedding Festival yang diikutin dari berbagai macam fendor Wedding terkenal. Dan mas Rendi sendiri pemilik fendor Wedding yang cukup terkenal di daerahnya bahkan jasanya telah di kenal dikalangan kelas atas.

"Mbak Nita,?? Wulan pergi sebentar yaa, titip toko".

"Oke" balas Mbak Nita.

Namun ketika Wulan akan melangkah keluar mengikuti Mas Rendi, dua sosok anak kecil masuk dengan riang menyapa.

"Tante Wulan," sapa meraka kompak dengan senyum mengembang.

Wulan terkejut sesaat.

"Eh, kalian tumben pagi-pagi datang, mau beli apa??, " ucap Wulan menyapa ramah kepada dua pelanggan kecilnya.

"Kita mau beli cake ultah tante" ujar anak perempuan pertama dengan senang.

"Waah siapa yang ulang tahun??, " ucapnya antusias sehingga sedikit mengacuhkan Mas Rendi yang menunggu Wulan.

"Kita, Tante, tapi masih lama, cuma kita mau kasih liat papa dulu cakenya yang mana," ujar anak perempuan kedua.

Seketika Wulan tertawa ringan, betapa mengemaskan kedua anak kembar ini.

"Oke baik, kalian mau cake gimana??"

Dan segera keduanya berlari ke estlase kaca yang dingin itu seraya melihat-lihat dengan serius. Dan menjatuh pilihan pada omre cake yang terliat cantik.

"Baik, sebentar yaa Tante bungkus cantik untuk kalian, Mas sebentar ya, " ujarnya senang seraya mengambil cake tersebut dan membungkusnya dalam kota cake dan ditambah dengan pita pink senanda warna ombre cakenya.

Keduanya menunggu dengan antusias dan terlihat seorang pria paruh baya datang mendekat.

"Sudah ketemu Non kuenya?? tuan tadi telfon, "ucap seorang pria paruh baya kepada kedua anak perempuan itu.

"Tunggu yaa Pak Didi, sedikit lagi, " ujar anak perempuan kedua.

"Pak Didi, tolong bayarin yaa?" ucap anak perempuan pertama dengan riang.

Pak Didi sedikit bengong maksudnya bayar apa. Dan ketika Wulan datang dengan kotak cake, Pak Didi baru tau bahwa yang dimaksud bayar adalah untuk beli cake ini.

"Oke ini sudah siaaap !!, " ujar Wulan.

Kedua anak perempuan itu bersorak senang.

"Maaf, Mbak, ini berapa?" tanya Pak Didi.

"300 ribu Pak, tolong bayar dikasir ya Pak, " ujar Wulan ramah.

"Makasih, Tante Wulan, " ucap anak perempuan pertama.

"Dadaaah, Tante!! " sambung anak perempuan kedua.

"Dadaaaah!! semoga suka yaa cantik !!," ujar Wulan melambaikan tangan kepada dua gadis kecil itu.

"Maaf ya Mas, jadi lama, ayo kita jalan" ajaknya.

Mas Rendi mengiyakan ajakan Wulan dan bersegera membantu membuka pintu kaca toko. Dan melangkah menuju mobil CR-V silver yang terparkir didepan toko dr. Dessert .

Didalam perjalan Mas Rendi dan Wulan terdiam, hening menghinggapi ke duanya. Hanya suara penyiar radio yang sedari tadi mengoceh tak henti dengan pembahasan yang garing.

Tak jauh berselang mobil itu memasuki sebuah cafe moderen "Cafe Sepetak". Dan Wulan turun dengan sembari melihat sekeliling cafe.

"Yuk !! " ajak Mas Rendi.

Wulan yang tersadar dan mengikuti Mas Rendi untuk masuk kedalam cafe.

Mereka berjalan menuju meja dipinggir kaca besar dengan view menghadap ke jalan.

3

Ketika akan memesan menu, terlihat teman Mas Rendi menghampiri dengan senang.

"Rendi??" suara seorang pria menyapa.

"Eh, Elo Wan,!! Wulan kenalin ini temen Mas, dia pemilik cafe ini"

Dengan tangan terulur keduanya.

"Wulan"

"Irwan, yuk Ren gw tinggal dulu, selamat menikmati mbak," ucap pria itu ramah.

"Oh iya, sorry gw gak datang dipernikahan lo yaa, selamat sekali lagi !!"

"Ah, iyya gak papa, makasih, lo juga buruan !!" ucap pria itu seraya tertawa ringan dan berlalu meninggalkan sahabatnya.

Terlihat Mas Rendi jadi kikuk melihat Wulan. Wulan hanya tersenyum singkat dan beralih melihat sekitaran.

"Mas, ada hal apa??" tanya Wulan.

Mas Rendi terdiam sesaat. Ia melihat Wulan dengan dalam.

"Mas suka sama kamu, !! kamu pasti tau itu"

Seketika Wulan terpaku, tangan Wulan gugup mendengar pernyataan Mas Rendi, kesekian kali.

"Mau sampai kapan kamu mengabaikan perasaan mas??" ucapnya berat.

Wulan hanya terdiam.

"Satu bulan lagi Ibu Mas akan datang, beliau ingin bertemu dengan kamu, dan jika Mas gak juga bawa kamu bertemu sama Ibu Mas, Mas akan dijodohkan dengan perempuan lagi pilihan keluarga mas".

Wulan berpikir sejenak agak lama, lebih tepatnya pikiran Wulan sedang kacau karena mendengar kabar ini dari Mas Rendi. Sebenarnya ia sangat menyukai Mas Rendi, tapi ia takut untuk masuk kedalam keluarga Mas Rendi, Wulan tau diri bahwa ia bukan gadis yang akan disukai oleh Ibu Mas Rendi. Selain tak berpendidikan tinggi, ia juga tak memiliki keluarga yang harmonis.

Mas Rendi meraih tangan Wulan dengan lembut.

"Mas udah pernah ketemu dengan Ayah kamu, sekarang waktunya kamu untuk ketemu dengan keluarga mas"

Wulan hanya bisa tersenyum kecut, apa ia akan sanggup bertemu dengan Ibu Mas Rendi. Hati Wulan berdegup tak karuan karena Mas Rendi mengenggap tangannya dengan lembut.

"Hhmmm..., baiklah Mas" ucap Wulan lembut.

🍃🍃🍃

Wulan kembali ke tokonya dengan pikiran yang tak karuan. Wajahnya lesu sepulang dari pergi dengan Mas Rendi.

"Tumben lesu??, biasanya kalo udah ketemu Mas Rendi kamu bisa berseri berhari-hari, " celetuk Mbak Nita.

"Ikh, Mbak ini, " ujarnya menghindar dari Mbak Nita dan masuk kedalam dapur pembuat roti. Setiap kali hatinya gundah Wulan lebih memilih untuk membuat kue demi menghilangkan pikiran berat.

Mbak Nita menghampiri Wulan yang sedikit cemas dengan Wulan.

"Kamu kenapa??, " tanya Mbak Nita.

Wulan berhenti sesaat di depan timbangan bahan. Dan menghadap Mbak Nita dengan sedih.

"Mas Rendi minta Wulan untuk ketemu orang tuanya Mbak"

"Waah, bagus donk, Mas Rendi memang dari dulu serius suka sama kamu.., tapi kenapa kamu sedih??" tanya Mbak Nita kembali.

"Wulan bimbang Mbak, lebih tepatnya takut ngehadapi keluarga Mas Rendi, Mbak tau kan keluarga Mas Rendi itu keluarga terpandang, " jela Wulan.

"Hhmmm.., iyya Mbak ngerti kamu takut gak diterima oleh keluarga Mas Rendi kan??"

"Iyya kan??, Mbak aja mikir gitu, "ucapnya lesu.

"Eh, tapi belum tentu semua benar, kali aja keluarga Mas Rendi beda, gak berpikir seperti apa yang kamu fikirkan, udah pikir positif aja semoga keluarga Mas Rendi bisa nerima kamu, " ucap Mbak Nita.

"Hhmm..., semoga yaa Mbak, " ujarnya lesu.

Kembali Wulan berkutat dengan adonan kuenya, kali ini ia akan membuat cake chocolet spartak, simpel tapi cukup nyelemit, sengaja ia melilih resep yang agak menguras kosentrasi agar pikirannya teralihkan.

Waktu berlalu begitu saja, tanpa Wulan sadari ia melupakan janji untuk kembali kerumah sakit.

"Ya Tuhan,!!! kenapa bisa jadi pelupa begini," pekiknya untuk diri sendiri.

Tapi perasaannya kali ini lebih berat karena kepikiran soal mas rendi sedari tadi.

"Baiklah besok pagi, Wulan akan kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter kandungan," gumamnya dalam hati.

Sore itu pengunjung sangat ramai, silih berganti pengunjung mendatangi toko Wulan. Wulan dengan senang hati menyambut dan membantu para pembeli untuk memilihkan kue yang diinginkan.

Wulan hanya memiliki tiga karyawan toko, untuk mengurangi beban karyawannya, ia tidak segan-segan turun langsung dalam mengurus tokonya.

Mbak Nita menghampiri Wulan berlahan dimeja kasir.

"Wulan, minggu depan kita dapat pesanan 250 box brownis kukus"

"250 box brownis kukus??" ucap wulan terkaget. Ia tidak menyangka akan ada orang yang mau memesan brownis kukus sebanyak 250 box, karena harganya juga tak murah.

"baiklah, Wulan telfon toko bahan dulu yaa biar stok bahan kue kita aman".

Mbak Nita mengacungkan jempolnya pada Wulan, lalu kembali fokus menyambut pada pelanggan yang baru datang.

🍃🍃🍃

Malam harinya setelah toko tutup Wulan merebahkan diri di kasurnya, dan menatap langit-lagit kamarnya. Ia menarik nafas yang dalam untuk memebuhi oksigen didalam kepalanya.

Kembali wulan berhayal.

"Andai Ibu masih ada, pasti tidak akan sebimbang ini menerima Mas Rendi, " pikirnya dalam hati.

"Mas Rendi," ucapnya sedih.

Dan malam pun kian pekat, Wulan tertidur dengan lelapnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!