NovelToon NovelToon

Sarang Cinta Sang Mantan

Awal Cerita

Neyla yang usianya 35 tahun tengah dikhawatirkan dengan kondisi anaknya yang sering kambuh secara tiba-tiba. Neyla kelimpungan karena terkadang anaknya harus bolak balik ke rumah sakit untuk dilakukan penangan soal penyakitnya. Lebih lagi dengan kondisi keuangan yang semakin menipis, membuatnya seperti orang frustrasi.

Bahkan, Neyla begitu setres ketika dirinya harus kekurangan uang. Lebih lagi dirinya harus menyembunyikan pekerjaannya dari sang suami dan ibunya, juga anaknya yang berusia 15 tahun menderita lupus.

Dengan nekad dan terpaksa harus bertahan dengan kebohongan, Neyla tetap bekerja menjadi wanita kupu-kupu malam.

"Kamu mau pergi kemana, Ney?" tanya sang suami memergoki istrinya yang sudah berpakaian rapi.

"Aku ada shif malam. Sepertinya aku pulang pagi. Kalau Viro dan Mama mencari aku, bilang aja kalau aku sudah berangkat kerja," ucap Neyla dengan terpaksa berbohong kepada suaminya sendiri.

"Memangnya kamu gak libur? ini kan, malam minggu."

"Aku dapat telepon dari Bos, dan aku harus segera datang!" jawab Neyla beralasan.

"Aku antar kamu ya,"

"Enggak perlu. Aku bisa naik ojek. Lebih baik kamu jaga Viro, takutnya nanti nyari kamu. Ya udah ya, aku berangkat," jawab Neyla yang langsung pamit pergi.

Sampainya di tempat club yang sudah dijadikan tempat kerjanya untuk menerima pelanggan, Neyla sudah datang dan siap untuk mendapatkan uang seperti biasanya.

'Maafkan Mama ya, Vir. Mama terpaksa melakukan semua ini demi kamu, agar kamu sembuh dan bisa diobati,' batin Neyla yang tidak mempunyai pilihan lain.

Di sudut ruangan, Neyla cukup lama duduk sendirian, dan posisinya dapat ditangkap oleh pemilik Club, yakni Mami Vira.

"Neyla, kamu sudah datang rupanya. Mami kira gak mau datang," ucap Mami Vira.

"Aku butuh uang, Mam." Kata Neyla dengan lesu.

"Tenang saja, Mami sudah menyiapkan pelanggan yang sangat spesial untuk kamu. Bayarannya gede, resiko juga gede, gimana, kamu mau, 'kan?"

"Resikonya gede, memangnya resiko yang gimana, Mam?" tanya Neyla penasaran.

"Mami ada pelanggan dadakan tadi, dan semua sudah ada jobnya masing-masing. Makanya Mami langsung menghubungi kamu, dan memberi tawaran sama kamu. Gimana, kamu mau?"

Neyla mengangguk.

"Kamu harus memuaskan pelanggan kamu yang satu ini. Kalau pelanggan mu puas, maka kamu akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Tapi, kalau pelanggan kamu kecewa, cuma dapat dua puluh persennya saja. Itupun kita bagi dua." Kata Mami Vira menjelaskan.

"Dua puluh persen dibagi dua, Mam?" tanya Neyla kembali memastikan.

Mami Vira mengangguk.

"Benar. Cuma dua puluh persen, lalu kita bagi dua kalau kamu sampai gagal memuaskan pelanggan. Gimana jawaban kamu, apakah mau menerimanya?"

Neyla yang mendapat pertanyaan dari Mami Vira, ia mencoba untuk berpikir lagi. Takut gagal, itu sudah pasti.

"Makanya itu, kamu harus bekerja keras. Kalau kamu mau, malam ini waktunya kamu melayani pelanggan, gimana? mau atau tidak? namanya juga mencoba, apa salahnya, iya 'kan?"

Neyla berpikir sejenak untuk menerima tawaran dari Mami Vira. Setelah dipikir dengan matang, Neyla menyetujuinya. Kesepakatan pun telah diterima. Kini saatnya Neyla untuk bersiap-siap melayani pelanggan.

Didalam kamar hotel, tepatnya tidak jauh dari club, letaknya bersebelahan. Jika ingin memesan dengan tempat yang lebih leluasa, hotel lah tempatnya. Neyla sudah siap untuk melayani pelanggan dengan lelaki yang siap membayarnya dengan mahal.

Dengan pencahayaan yang tidak begitu terang, sulit untuk melihat dengan jelas satu sama lainnya sesuai kesepakatan.

Neyla yang sudah siap melayani, tidak menunggu lama akhirnya pintu kamar hotel dibuka, pun langsung dikunci oleh lelaki yang siap dilayani oleh Neyla. Pawakan seseorang yang baru saja masuk kamar hotel, membuat detak jantungnya tidak karuan.

Perlahan, Neyla menyambutnya dengan hangat, kedua tangannya saja tidak berhenti untuk melakukan tugasnya sebagai mana melayani pelanggan.

Seketika, lelaki yang menjadi pelanggan Neyla seperti mendapat arus sengatan listrik dari ujung jari jemarinya hingga menjulur di bagian anggota tubuh yang lainnya seolah ada yang berbeda.

Semakin lama semakin panas permainannya, sosok Neyla memperlakukan Zavan dengan lembut dan penuh gairah. Bahkan, semakin menggebu dan ingin menuntutnya lebih dan lebih ke hal yang sensitif. Bahkan, Zavan sendiri tidak menyadarinya karena sudah terhanyut dari nafsunya yang semakin memuncak hingga pada dititik akhir dari pelepasannya sampai keduanya terkulai lemas dan tidur dalam balutan selimut dengan tubuh yang sama polosnya.

Tanpa disadari ketika bangun tidur, Neyla dikejutkan dengan penampakan yang tidak begitu asing dalam ingatannya. Tubuh Neyla mendadak gemetaran saat mengetahui lelaki yang sudah ia layani dalam semalaman.

"Zavan." Gumamnya seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan jelas.

Neyla yang sudah dihantui dengan perasaan takut, ia langsung bergegas memunguti pakaiannya dan segera ia kenakan. Kemudian, Neyla segera pergi dari hotel tersebut agar tidak ketahuan oleh mantan kekasihnya.

Setelah Neyla pergi dari kamar hotel, Zavan terbangun dari tidurnya. Seketika, kaget karena tidak mendapati perempuan yang sudah melayaninya didalam ruangan kamar hotel.

Zavan menjadi penasaran dan akhirnya meminta sama orang kepercayaannya untuk mencari keberadaannya. Sekalian menjemput paksa.

Dilain tempat, Neyla yang baru saja pulang ke rumah, pikirannya campur aduk. Ingatannya kembali saat melihat sosok Zavan di kamar hotel. Suaminya memanggilnya saja, pun tidak menyahut.

"Neyla. Ney. Neyla!"

Satu kali, dua kali, masih saja tidak menyahut. Dengan terpaksa, suaminya memanggilnya terdengar membentak saat merasa geram kepada istrinya yang sama sekali tidak merespon ketika dipanggil.

"Iya. Ada apa, ada apa memangilku?" tanya Neyla dengan gugup, pikirannya masih pada Zavan.

"Kamu kenapa? dari tadi aku memanggil kamu. Tapi, kamu tetap saja tidak menyahut. Kamu sedang tidak ada masalah, 'kan?" tanya sang suami.

"Em- gak ada. Aku cuma ngantuk aja. Soalnya semalam itu, kerjaan aku padat banget. Juga, banyak acara sesama klien. Oh ya, gimana dengan Viro, baik-baik saja, 'kan?"

"Sudah aku bilang, tinggalkan pekerjaan kamu itu. Kalau hanya menjadi beban berat buat kamu, kasihan kesehatan kamu. Untuk pengobatan Viro, kita lakukan semampunya. Sudahlah, sana segera mandi, biar badan kamu enakan." Ucap sang suami, Neyla hanya mengangguk, dan dirinya masih belum bisa untuk bicara. Takutnya akan salah menjawab pertanyaan dari suaminya.

Lebih lagi pikirannya sedang tidak karuan, tentu saja harus berhati-hati ketika berbicara dengan suami, juga anak maupun ibunya.

Neyla yang baru saja melepas pakaiannya, kembali teringat dengan kejadian panas dalam satu malam bersama mantan kekasihnya dulu. Sungguh, pertemuan yang tida disangka, dan seperti mimpi belaka.

"Ada apa dengan pertemuan yang semalam? kenapa aku bertemu lagi dengannya? susah payah aku mencoba untuk melupakan dirinya, justru sekarang aku dipertemukan lagi." Gumamnya didepan cermin sambil mengingat saat Zavan mengatakan kata-kata manis pada dirinya.

Penasaran

Zavan yang benar-benar penasaran dan ingin mengetahui wanita yang sudah melayaninya, tidak menunggu lama, alamat yang diberikan oleh Mami Vira, pun sudah berada di tangan orang kepercayaannya. Tentu saja, Zavan harus membayarnya lagi sebagai upah memberi petunjuk.

Neyla yang baru saja keluar dari rumah, tiba-tiba ada seseorang yang menculik dirinya saat sedang jalan kaki untuk pergi entah kemana, dan kedua orang tersebut langsung membawanya ke rumah Zavan. Neyla sama sekali tidak bisa memberontak, lantaran tenaganya yang lemah, dan tidak mampu untuk melawan. Bahkan, mulutnya saja tengah disumpal dengan kain.

"Ini, Tuan. Ini orangnya yang Tuan inginkan," ucap orang kepercayaannya.

Neyla sendiri memilih menunduk, dan sama sekali tidak mendongak. Karena penasaran, Zavan mendekatinya, dan mengangkat dagunya.

Alangkah terkejutnya saat melihat perempuan yang ada di hadapannya, yang tidak lain adalah mantan kekasihnya dimasa lalu.

"Kamu!"

Zavan langsung membuang napasnya dengan kasar. Pertemuan yang tidak pernah disangkakannya, kini telah dipertemukan kembali setelah beberapa lamanya.

Saat itu juga, Zavan langsung memeluk erat tubuh Neyla. Sedangkan Neyla sendiri terasa sesak untuk bernapas karena ulah Zavan yang sudah menghambat pernapasannya efek mendapat pelukan yang begitu erat.

Neyla sendiri merasa heran dengan sikap Zavan. Bukannya marah atau meluapkan kekesalannya, justru Zavan sama sekali tidak menunjukkan kemarahannya soal masalah yang pernah ada dimasa lalunya.

"Lepaskan! lepaskan aku, napas ku sesak, tau!" bentak Neyla yang kesulitan untuk bernapas.

Zavan yang menyadari jika dirinya tengah memeluk erat tubuh Neyla hingga sulit untuk bernapas, langsung melepaskannya. Kemudian, Zavan menatap lekat wajah Neyla yang masih terlihat cantik, sama seperti dulu. Hanya usia yang tak lagi muda.

"Neyla, aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu menghilang setelah menikah? apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? apa kamu sudah melupakan aku?" tanya Zavan yang memberondong banyak pertanyaan.

Neyla masih diam. Dirinya bingung harus menjawabnya apa. Ingatannya pun kembali dimasa lalunya, masa-masa saat menjalin hubungan asmara dengan Zavan.

"Kenapa kamu diam, Ney? apa kamu sudah lupa denganku?" tanya Zavan kembali.

Lagi-lagi Neyla diam, namun arah pandangannya masih menatap wajah Zavan yang masih terlihat tampan, meski usianya sudah hampir empat puluh tahun.

'Benarkah yang dia katakan tadi? Zavan masih merindukan ku? apakah tandanya masih mencintaiku? Dia gak lagi bercanda, 'kan?' batin Neyla bertanya-tanya mengenai ucapan yang dilontarkan oleh Zavan.

Tanpa ragu, Zavan meraih tangan miliknya Neyla. Kemudian, ia memeluknya lagi, hanya saja tidak begitu erat. Neyla sendiri seperti hilang akal, dan justru membalas pelukan dari Zavan.

"Neyla, aku sangat merindukanmu. Sudah sekian lama aku mencari keberadaan kamu, tapi aku tidak mendapatkannya. Kini, akhirnya kita dipertemukan lagi, Ney." Kata Zavan sambil mengusap punggung miliknya Neyla.

Dengan pelan, Neyla melepaskan pelukannya. Kemudian, keduanya saling menatap satu sama lain.

"Aku masih punya suami, dan juga anak. Maaf, aku harus pulang. Lupakan kejadian yang semalam, anggap saja kalau kita tidak pernah bertemu. Aku malu, malu jika bertemu denganmu. Aku sudah pernah menyakiti kamu, dan aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Neyla yang tidak ingin masalah bertambah besar.

Seketika, Zavan langsung menyambar tangan miliknya Neyla, dan menariknya hingga membentur dada bidangnya hingga jatuh ke pelukan Zavan.

"Aku sudah memaafkan kamu. Juga, aku tidak mempermasalahkan kamu yang sudah menikah. Namun, perasaan ku tidak bisa bohong, kalau aku masih mencintaimu. Aku tidak peduli dengan status mu yang sudah menikah, aku hanya butuh bertemu denganmu ketika aku merindukanmu, NeY." Kata Zavan sambil memeluk Neyla.

"Aku harus pulang, ada anakku yang sedang menungguku. Aku mohon, izinkan aku pulang," ucap Neyla yang teringat jika dirinya pamit untuk membeli sesuatu untuk anaknya.

Zavan melepaskan pelukannya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan sesuatu untukmu."

"Sesuatu, apa itu?" tanya Neyla penasaran.

"Tunggu saja, aku akan mengambilkannya untukmu," jawab Zavan, dan pergi untuk mengambil sesuatu untuk Neyla.

Setelah diambil, Zavan kembali mendekati Neyla.

"Ini ada ponsel dariku, kamu pakai ini. Agar kita bisa berkomunikasi dengan lancar, kamu mau menerimanya 'kan?"

Zavan sambil menyodorkan sebuah ponsel yang cukup mahal harganya.

Neyla sendiri merasa enggan untuk menerimanya. Takut, itu sudah pasti.

"Tidak usah. Ponselku masih bagus, dan masih layak pakai. Berikan saja nomor ponselmu, nanti aku yang akan menghubungi kamu duluan," jwab Neyla beralasan, lantaran tidak ingin menambah masalah, pikirnya.

"Aku tidak hafal dengan nomor ponselku. Jadi, terima saja. Kamu bisa beralasan kalau ponsel kamu rusak," ucap Zavan yang justru memberi saran kepada Neyla.

Karena takut Zavan marah dan menahan dirinya, Neyla tidak mempunyai pilihan lain selain menerima ponsel pemberian dari mantan kekasihnya dulu.

"Baik. Aku terima pemberian darimu. Sebelumnya aku ucapkan banyak terima kasih. Juga, sekalian aku mau pamit, aku takut jika anakku mencari ku. Soalnya aku tadi pamitnya beli susu segar, takutnya membuat anakku menunggu lama," jawab Neyla dengan terpaksa menerima pemberian dari Zavan.

Zavan tersenyum kepada Neyla.

"Biar supirku yang akan mengantarkan kamu. Sekalian, mengajakmu belanja kebutuhan anakmu. Anggap saja kalau aku memberi bonus yang semalam, oke!" ucap Zavan dengan senyumnya yang terlihat menggoda.

Neyla terasa tersentak dengan ucapan dari Zavan. Ia menyadari jika dirinya tidak lain seorang wanita penghibur, dan seperti wanita murahan.

"Mulai hari ini, kamu harus berhenti dari pekerjaan mu. Aku tidak lagi mengizinkan mu melayani laki-laki lain di luaran sana. Cukup layani aku, dan aku akan memberikan semuanya padamu. Jika kamu menolak, jangan salahkan aku, jika aku akan membongkar pekerjaan kamu di hadapan keluarga mu, terutama anak dan suamimu."

Neyla langsung melotot mendengar ancaman dari Zavan. Sungguh, semua di luar dugaannya. Namun, dirinya merasa ada benarnya jika terlibat dengan satu orang daripada harus terlibat dengan banyaknya lelaki yang menjadi pelanggannya. Tetapi semua itu tidak mudah, pikirnya.

Neyla masih diam, dirinya bingung harus menjawabnya apa. Lebih lagi si Zavan memberinya ancaman, tentu saja tidak mudah baginya jika harus menolak.

"Kenapa diam? apa kamu tidak mau menerima tawaran dariku?" tanya Zavan kembali.

"Aku minta maaf. Aku gak bisa menerima tawaran darimu. Aku mau berhenti dari pekerjaan ku. Maaf. Jangan paksa aku untuk menjadi pelanggan mu. Aku akan menyudahi pekerjaan ku yang hina ini. Aku akan mencari pekerjaan lain, dan tidak akan merepotkan mu," jawab Neyla yang akhirnya memilih untuk menolak dengan cara memberi alasan yang masuk akal, pikirnya.

"Baiklah, jika kamu menolak tawaran dariku. Tapi ingat satu hal, sampai ketahuan kalau kamu menerima pelanggan selain diriku, maka kamu akan menerima akibatnya. Jadi, pikirkan baik-baik. Kalau kamu membutuhkan uang besar, hubungi aku. Terserah itu ponsel, mau kamu pakai atau tidak, yang jelas itu ponsel kamu gunakan untuk menghubungi ku. Nomor teleponku sudah ada didalamnya, dan sangat mudah untuk kamu cari," ucap Zavan dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Neyla sendirian.

Kemudian, dua orang suruhan Zavan datang untuk mengantarkan Neyla belanja dan pulang.

Tidak ada pilihan

Neyla yang tidak mempunyai cara lain, akhirnya pulangnya diantar oleh dua orang suruhan dari Zavan.

Selama perjalanan, Neyla terus kepikiran kondisi anaknya yang kapan saja bisa kambuh dalam sewaktu-waktu. Lebih lagi dengan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan. Mengandalkan penghasilan dari suami yang hanya menjadi karyawan biasa, hanya mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bahkan, untuk membayar pengobatan saja tidak cukup.

Saat itu juga, Neyla baru menyadari jika ponselnya dimatikan sejak keluar dari rumah. Takut ada pesan masuk dari suaminya, ataupun ada panggilan masuk, cepat-cepat untuk menyalakan ponselnya.

Setelah layar kunci dibuka, Neyla mendapat pesan masuk dari suaminya perihal menanyakan kemana perginya. Juga, tengah mengabarkan bahwa anaknya sudah dilarikan ke rumah sakit.

Neyla yang khawatir dengan kondisi anaknya, pun langsung shock.

"Viro! Viro anakku. Viro."

"Nona, Nona kenapa? ada apa dengan Nona?" tanya anak buahnya Zavan saat melihat Neyla tengah panik.

"Tolong, tolong antar saya ke rumah sakit sekarang juga, cepetan."

"Tapi Non, kita sudah sampai di mini market,"

"Saya tidak butuh belanja. Saya hanya untuk pergi ke rumah sakit, keselamatan anak saya jauh lebih penting dari pada sekedar belanja. Cepat! antar saya ke rumah sakit." Neyla yang sudah panik memikirkan kondisi anaknya yang sudah berada di rumah sakit, tidak mau membuang-buang waktunya.

"Baik, Nona," ucapnya, dan segera menuju rumah sakit yang ditunjukkan oleh Neyla.

Dengan kecepatan tinggi sesuai yang diminta Neyla, akhirnya sampai juga di rumah sakit. Dengan larinya yang cukup kencang, Neyla sampai di ruang rawat putranya.

"Dimana Viro? dimana dia? Viro, dimana Viro?" tanya Neyla dengan khawatir.

"Viro sedang ditangani dokter, kita tunggu saja disini, Nak!" jawab ibunya menegaskan, sedangkan suaminya tengah duduk sambil memijat pelipisnya.

Neyla yang melihatnya, pun langsung mendekati suaminya.

"Kamu itu ya! bukannya cari uang kek, apa kek, sibuk kek, ini cuma duduk aja. Aku tuh udah gak punya uang, Mas. Viro butuh biaya, bukan hanya perhatian saja." Bentak Neyla yang sudah hilang kendali karena emosinya.

Naren sebagai suaminya, pun langsung bangkit dari posisi duduknya.

"Kamu bilang apa tadi? cuma duduk aja katamu, gak mau sibuk, ha! kamu pikir, aku itu gak kerja, cuma duduk dan gak berusaha, gitu. Nama baikku itu sudah hancur, sulit untukku mencari pekerjaan. Seharusnya kamu paham soal itu."

Naren yang sudah terpancing emosinya, dirinya tidak kalah kerasnya ketika menjawab ucapan dari Neyla istrinya.

"Sudah! hentikan marahnya. Kalian tidak perlu berdebat, Viro butuh kalian. Soal biaya, rumah bisa dijual. Sekarang yang terpenting kesembuhan Viro, bukan tempat tinggal." Bentak ibunya yang akhirnya ikut bicara.

Neyla maupun Naren, pun sama-sama diam. Keduanya tidak menjawab.

"Sekarang dokter udah keluar, cepat kalian temui." Perintah ibunya Neyla.

Naren dan Neyla segera menemui dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya Naren.

"Keadaan pasien lumayan butuh penangan yang maksimal. Kondisinya lemah, sepertinya pasien minum obat kelebihan dosis, apakah orang tua tidak salah memberi resep minum obatnya? untung saja segera ditangani, pasien masih selamat."

"Saya kurang tahu, Dok. Tadi saya menemukan kondisi anak saya kejang, mulutnya berbusa. Mungkin saja iya, Dok. Tapi, perasaan saya sudah benar memberinya obat sesuai dengan resep dokter. Jangan-jangan-"

Naren langsung terhenti dari ucapannya.

"Jangan-jangan kenapa, Mas?" tanya Neyla penasaran.

"Tidak. Ini hanya firasat ku saja. Anak kecil berusia lima belas tahun, mana mungkin kepikiran untuk bunuh diri. Tidak, ini hanya pikiran burukku saja," jawab Naren sambil menunduk.

"Seharusnya kamu awasi anakmu saat aku gak ada di rumah, Mas. Kamu itu ya, selalu saja lalai kalau aku suruh jagain Viro," ucap Neyla dengan amarahnya.

"Sudahlah, kalian jangan bertengkar. Tidak baik kalian terus berdebat. Lebih baik kita pikirkan jalan keluarnya, yaitu biaya pengobatan untuk Viro. Surat tanah ada di kamar Mama, ada didalam lemari baju. Kamu bisa ambil, dan bisa dijadikan jaminan untuk pinjam uang di bank. Kalau masih kurang, kita jual. Kita bisa ngontrak untuk tinggal." Timpal ibunya ikut bicara, dan memberi saran kepada Neyla.

"Viro, aku mau lihat Viro. Aku ingin mengetahui keadaannya Viro," ucap Neyla dan bergegas masuk dan melihat kondisi anaknya yang tengah berbaring lemas di atas ranjang pasien.

Ditatapnya Viro yang dibantu oleh oksigen untuk bernapas, sungguh tersayat hatinya ketika melihat kondisi putranya yang sangat memprihatinkan kondisinya. Neyla menangis, dan mengusap pipinya, lalu mencium pipinya. Setelah itu, Neyla keluar untuk mencari cara agar mendapatkan uang.

"Aku pulang dulu ya, Ma. Aku mau cari uang. Jika aku tidak mendapatkan uang, aku akan jual rumah, atau gak, akan aku jadikan jaminan pinjam uang di bank," ucap Neyla pamit pergi.

Sedangkan Naren, dia menemani putranya di rumah sakit bersama ibu mertua. Karena takutnya si Viro kenapa-napa, Naren tetap berjaga di rumah sakit.

Neyla yang sudah berada di rumah, ia mengambil surat tanah didalam lemari. Namun, tiba-tiba ia teringat dengan tawaran yang diberikan oleh Zavan, yakni menjadi pelayannya.

"Daripada aku harus menjual rumah, lebih baik aku menerima tawaran dari Zavan. Kalau sampai rumah ini dijual, kasihan Mama. Takutnya nanti gak punya tempat tinggal. Baiklah, aku terpaksa menerima tawaran dari Zavan," gumamnya yang tiba-tiba teringat pada Zavan yang memberinya tawaran.

Tidak menunggu lama, Neyla segera menghubungi Zavan, dan melakukan pertemuan di rumahnya.

"Aku datang, dan aku akan menerima tawaran darimu, yaitu sesuai yang kamu inginkan terhadap diriku!" ucap Neyla yang sudah berada di hadapannya.

Zavan tersenyum mendengarnya.

"Apakah kamu yakin dengan keputusan kamu ini? nanti gak tahunya kamu hanya mengkhianati. Karena dulu saja, kamu mengkhianati hubungan kita. Apa lagi ini, hanya sebatas timbal balik."

"Silakan lakukan apa yang kamu suka, jika aku melanggar sesuatu yang kamu larang," ucapnya yang tidak ada lagi pilihan.

"Baiklah. Malam ini kamu layani aku dengan sebaik mungkin. Maka, aku akan melakukan apapun yang kamu mau," pinta Zavan sesuai yang diinginkannya.

Neyla yang tidak mempunyai pilihan lain, akhirnya mengiyakan. Saat itu juga, Neyla langsung mendapatkan uang tunai sesuai yang diinginkannya. Setelah mendapatkan uang, Neyla segera kembali ke rumah sakit untuk membayar tagihan biaya pengobatan anaknya.

Sampainya di rumah sakit, Neyla membuka tasnya, dan menyodorkan uang sekitar tiga puluh juta kepada suaminya.

"Ini, aku sudah mendapatkan pinjaman dari Bosku. Jika uangnya kurang, kamu bilang saja denganku. Nanti aku pinjam lagi," ucap Neyla saat menyodorkan uang sebesar tiga puluh juta kepada suaminya.

"Kenapa gak kamu pinjam saja di bank, Ney?" tanya ibunya.

"Enggak bisa, Ma. Nanti takutnya hutangnya membengkak, dan rumah kita di sita. Terus, kita mau tinggal dimana? Mama gak perlu khawatir, karena aku pinjam ke bos, gak ada bunganya, jadi aman. Setidaknya kita mempunyai tempat tinggal," jawab Neyla mencoba untuk meyakinkan ibunya, maupun suaminya sendiri.

"Syukur lah, kamu mempunyai bos baik. Kamu jangan mengecewakan bos kamu, harus kerja dengan baik."

Dengan terpaksa, Neyla harus berbohong di depan ibunya, dan juga suaminya.

"Ma, Mas, malam nanti aku tinggal dulu, ya. Jaga Viro. Aku ada kerjaan di rumah bos. Hitung hitung aku ada kerjaan tambahan. Ya aku tahu, malam ini libur kerja, tapi aku minta tidak ada libur. Supaya meringankan hutang ku pada bos, itu aja sih," ucap Neyla berbohong, dan penuh alasan.

"Kamu hati-hati ya, kalau kerja. Soal Viro, biar Mama sama Naren." Kata sang ibu, Neyla mengangguk.

"Aku akan berusaha mencari kerjaan tambahan untuk pengobatan Viro." Timpal Naren, sedangkan Neyla tidak menanggapinya, dan memilih duduk di dekat putranya yang belum sadarkan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!