NovelToon NovelToon

Yes I'M Acha

01. Yes I'm Acha

...H E L L O  !👋...

...~ H A P P Y  R E A D I N G ~...

...***...

Di dalam kisah buku novel berjudul, 'Blossom'. Si pemeran utama wanita dikenal sebagai sosok yang galak, ketus, dan selalu bersikap teliti dalam artian, perfectionist. Selain pemeran utama wanita, ada juga pemeran utama pria yang dikenal ramah, murah senyum, dan juga baik hati.

Kisah keduanya semakin terasa lengkap dengan adanya perbedaan sifat yang mereka miliki untuk saling mengisi kekosongan satu sama lain. Kisah itu tak akan terasa manis kalau tidak ada pihak antagonis dan penengah. Dimana peran si antagonis yang akan selalu menyulut emosi.

Selain suka mencari masalah, si antagonis juga suka mencari perhatian. Tapi entah kenapa, Acha menyukai sosok antagonis itu. Mungkin karena kebanyakan membaca cerita fantasi beralur transmigrasi, Acha jadi mengkhayal seakan-akan dirinya menjadi si antagonis lalu merombak habis seluruh alur yang sudah tertata.

Saat kelopak matanya terpejam lalu kembali terbuka, keajaiban tiba-tiba menghampiri dirinya. Acha terbangun ditempat yang sangat asing tapi sepertinya, Acha mengenal tempat dimana dirinya berada sekarang. Dengan teliti, Acha menatap sekelilingnya lalu terhenti pada sebuah bingkai foto.

Sepertinya, Acha mengenali siapa dua orang di foto itu. Dari perbekalan ingatan nya, lelaki yang tengah merangkul si perempuan itu memiliki ciri-ciri yang mirip dengan ciri-ciri yang pernah dirinya baca. Tapi dirinya baca di buku mana tentang ciri-ciri dua orang itu?

"Mata kehijauan dengan rambut coklat sedikit gelap, rahang tegas, kulit putih sedikit gelap, bibir tebal warna merah cherry, tatto di bagian lengan—tunggu! Tatto? What?!"

Acha meneguk kasar ludahnya seraya bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju meja belajar dimana foto itu berada. Dengan tangan sedikit gemetar, Acha meraih bingkai foto itu lalu memperhatikan lebih jelas tentang kedua manusia yang tengah tersenyum ceria dari balik kertas foto itu.

"Gue gak mungkin salah, dia... Dia bukannya pemeran utama cerita Blossom? Siapa namanya, emm si— ah, si Maxime. Terus disampingnya, si... Siapa ya namanya? Kalo gak salah, ciri-ciri dia itu pernah dimunculkan di beberapa bab tapi gue lupa di bab berapa."

Tanpa sadar, Acha menjitak kening nya sendiri. "Bangun Acha! Mimpi lo terlalu nyata, bisa-bisa gue mager bangun lagi nih." Gerutu nya sambil terus memukul keningnya.

"Cukup! Otak mungil gue bisa semakin ciut kalo dipukul terus," Racau nya sambil menaruh kembali bingkai foto itu keatas tempatnya yang semula.

Merasa belum puas dengan mimpi nya yang terasa nyata ini, Acha pun kembali mengitari sebuah kamar yang sangat mewah dan luas itu sampai langkah nya terhenti saat dirinya melihat sebuah buku catatan yang ada dilantai.

Tanpa pikir panjang, Acha duduk lesehan dilantai lalu mengambil buku itu. "Ini kan mimpi gue, berarti semuanya punya gue. Sip lah, gak usah pake izin-izinan kalo gitu." Gumam Acha seraya membuka buku catatan itu.

Dilembar pertama, Acha kembali melihat tentang foto dua anak manusia yang terlihat tengah tersenyum bahagia menatap kearah kamera. "Aku dan Kakak ku," Ucap Acha sambil membaca sebuah tulisan dibawah foto itu.

Isinya tertulis,

...Nama aku, Mildreda Acchariya Dizon dan Kakak ku namanya, Maxime Valentino Dizon. Umur ku sekarang 10 tahun dan Kakak ku 12 tahun, kami hanya berbeda 2 tahun, hehe....

...Mild sayang banget sama Kakak Maxi! Pokoknya Kakak Max segalanya buat Mil!!...

Tanpa sadar, Acha menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman tipis. Ah, kenapa dirinya malah merasa iri? Iri karena dirinya terlahir sebagai anak tunggal yang selalu kesepian karena tak memiliki Adik ataupun Kakak.

Di lembar kedua, tulisan tangan itu mulai terlihat semakin rapi dan juga indah. Isinya,

...Dear, hari ini....

...Saat disekolah tadi, aku melihatnya tertawa bersama teman-teman nya lalu aku ikut tertawa karena ikut merasa bahagia. Awal-awal, semuanya berjalan biasa saja sampai tibalah waktu yang aku benci....

...Dia memiliki kekasih yang menjadi prioritas nya, lalu dia melupakan aku. Aku tidak mau dilupakan, aku mau dia terus mengingatku. ...

...Dia, Kakak ku. Maxime....

Kening Acha mengernyit bingung, kalau dilihat dari tahun yang tertera, berarti si Mildreda ini pertama menulis saat umur 10 tahun lalu kembali menulis diumur seusia anak SMP akhir. Cukup lama juga ya buku ini menganggur tanpa tulisan dari pena.

Saat hendak membuka lembar selanjutnya, Acha dibuat tersentak kaget saat pintu kamarnya dibuka tiba-tiba. Acha menolehkan kepalanya lalu mengernyit menatap bingung seorang wanita paruh baya berpakaian selayaknya pelayan.

"Selamat pagi, Nona muda. Sekarang waktunya untuk anda minum obat," Ucap pelayan itu seraya berjalan mendekat lalu membantu Acha berdiri seakan-akan Acha tak bisa berjalan.

Bibir Acha masih terkunci rapat bahkan dirinya tetap diam saat pelayan itu menyodorkan sebuah piring kecil berisi obat yang lumayan banyak. Kening pelayan itu berkerut pertanda bingung saat anak majikan nya belum juga meminum obat yang dia sodorkan.

"Nona? Nona, anda mendengar saya?"

Acha terkesiap seraya tersenyum canggung, "Maaf. Aku terlalu sibuk melamun," Ucap Acha seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Pelayan itu terlihat terkejut saat Acha menjawab ucapannya, "Nona astaga akhirnya Nona mau kembali berbicara."

Kedua kelopak mata Acha mengerjap-ngerjap, "Hah?"

Kapan mulut bawel gue mau vakum dari kegiatan yang berinisial ngomong. Aneh nih, batin Acha terheran-heran.

"Nona tunggu sebentar, biar saya telepon Dokter Lee untuk segera datang kesini." Ucap pelayan itu dengan nada girang nya lalu berlari pergi yang katanya ingin menelpon seseorang.

Selepas kepergian pelayan itu, Acha kembali dibuat terheran-heran karena dirinya merasa, ini seperti bukan mimpi. Mana mungkin mimpi terasa seperti benar-benar terjadi nyata, bahkan Acha merasa ini bukanlah mimpi. Tunggu—

"Bukan mimpi? Terus gue di mana?!" Pekik Acha yang refleks langsung terlonjak berdiri.

Bertepatan juga dengan pelayan itu yang datang, mata pelayan itu memelotot kaget saat melihat anak majikan nya yang kini berdiri bahkan meloncat-loncat tidak jelas. "Nona... Sejak kapan Nona bisa kembali berjalan?"

Mendadak, gerakan meloncat Acha terhenti dan langsung menoleh kearah pelayan itu. "Hah?"

Ini kenapa Acha merasa seperti dirinya mendadak jadi bego? Acha tahu kok, otak nya memang sangat mungil dan sulit menampung sesuatu yang berat juga menyusahkan. Tapi kan, dirinya tidak bego hanya sedikit bodoh saja.

"Nona, ini benar-benar keajaiban dari Tuhan yang sangat istimewa! Anda akhirnya bisa bicara kembali dan juga bisa berjalan." Ucap pelayan itu dengan berderai air mata.

"Apaan sih maksudnya? Bisa bicara? Gue emang bisa ngomong anjir! Jalan? Jangankan jalan, kayang aja gue bisa!"

...***...

02. Yes I'm Acha

...H E L L O !👋...

...~ H A P P Y R E A D I N G ~...

...***...

Di akte kelahirannya, tertulis nama Acha Basilia Eldora. Anak tunggal kaya raya yang sedang sibuk mencari jati dirinya, jangan kan jati diri, otak nya saja masih dirinya cari sampai sekarang. Kadang nih ya, Acha suka bingung sama mereka yang selalu dipuja-puja sama guru.

Sebenarnya, apa sih kelebihan mereka? Bentuk otak mereka sama Acha kan sama, terus kenapa kapasitas nya berbeda?! Acha itu ngak bego kok, cuma agak telat aja kalau mikir, dan telatnya itu bisa sampai berabad-abad. Ngak deng, canda.

Selain terlahir sebagai anak tunggal kaya raya yang banyak tidak pintar nya, Acha juga terlahir sebagai sosok yang bar-bar dan juga asal ceplos anaknya. Suka gak mikir Acha tuh kalau mau bicara, buka mulut terus aja nyerocos tanpa henti. Ya, namanya juga Acha jadi jangan kaget kalau sifatnya diluar dugaan.

Terlahir sebagai anak dari keluarga kaya raya bukan berarti hidup Acha akan senantiasa bahagia, karena kenyataan nya tidak demikian. Meski sifat nya yang bar-bar dan tidak tahu malu, bukan berarti Acha punya banyak teman karena dirinya sulit berteman dengan orang di sekelilingnya.

Acha memang bar-bar dan asal ceplos, dan karena sifatnya itu juga yang membuat banyak siswa-siswi ingin berteman dengan nya. Namun sayang, seorang Acha selalu membuat benteng tak kasat mata saat ada orang yang berniat mendekatinya walau pun hanya untuk berteman.

Bukan bermaksud sombong, Acha hanya tidak mau kembali di kecewakan lalu ditinggalkan. Acha itu tipe sahabat yang sangat possessive dalam artian, Acha tidak suka saat sahabat nya berinteraksi berlebihan dengan orang lain hingga tanpa sadar melupakan dirinya. Maka dari itu, Acha enggan berteman walau dia seperti semut yang suka berkonvoi.

Sebagai anak tunggal, tentu Acha selalu merasa kesepian ditambah lagi dengan kedua orang tua nya yang gila kerja. Ayah nya seorang pengusaha tambang emas dan Ibu nya seorang desainer terkenal yang karya nya sudah digunakan para artis juga mereka yang dari kalangan atas.

Novel. Ya, hanya satu benda itu yang selalu menemani saat-saat Acha merasa sepi dalam kesendirian nya. Setiap pulang sekolah, Acha hanya akan mengurung diri di perpustakaan pribadi nya. Perpustakaan yang berisi ribuan buku novel dari berbagai genre.

Tapi Acha lebih menyukai tema perpindahan jiwa akhir-akhir ini, entah kenapa, Acha ingin mengalami hal satu itu. Dimana dirinya bisa merasakan keluarga yang harmonis penuh kasih sayang meski harus di raga orang lain.

Bahkan Acha rela menjadi anak dari keluarga miskin yang mungkin Ayah nya hanya seorang supir dan Ibu nya hanya seorang Ibu rumah tangga tapi keluarga nya harmonis penuh canda tawa. Acha tak masalah kalau dirinya menjadi serba kekurangan asalkan ada keluarga yang menjadi acuan nya untuk terus hidup.

Sampai akhirnya, Acha benar-benar mengalami hal satu itu. Terdengar sangat mustahil tapi Acha sudah merasakan nya, dan sekarang ini lah Acha berada di tempat barunya. Apa mungkin, ini beneran dunia novel? Kalau begitu, setiap novel yang dibuat penulis akan menjadi dunia nyata bagi para pemerannya, masa iya?

"Bi, bisa tolong jelaskan tentang di—maksudnya tentang aku." Ucap Acha seraya menatap pelayan yang memperkenalkan diri sebagai, Bibi Jang.

Bibi Jang tersenyum lembut, awalnya dia merasa kaget saat Nona muda nya mau berbicara dan bahkan bisa kembali berdiri. Bahkan saat Dokter Lee datang tadi, dan memberi tahu nya kalau ternyata, seluruh penyakit yang Nona muda nya derita mendadak sembuh bahkan tak ada lagi gejala yang terdeteksi.

Mengangguk pelan, lantas Bibi Jang mulai berucap. "Nama Nona itu Mildreda Acchariya Dizon, anak bungsu dari Tuan Dizon dan Almarhum Nyonya Micha. Setahun lalu, Nona mengalami kecelakaan bersama dengan Nyonya Micha dan karena kecelakaan itu juga Nyonya Micha harus meninggalkan dunia ini. Nona juga memiliki seorang Kakak bernama Maxime Valentino Dizon."

"O-oke, makasih untuk penjelasannya Bi. Bibi bisa pergi sekarang," Ucap Acha yang langsung dipatuhi oleh Bibi Jang.

Selepas kepergian Bibi Jang, Acha kembali menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. "Lelucon yang sangat lucu! Gue berharap bisa transmigrasi ke raga si antagonis tapi kenapa malah ke raga Adik dari pemeran utama pria? Ah sialan!"

Dalam novel Blossom, si antagonis yang biasa dipanggil Rhaline. Seorang anak dari pengusaha sukses yang selalu dimanja dan semua keinginan nya pasti akan dikabulkan. Karena hal itu juga yang membuat Rhaline menjadi antagonis hanya agar bisa memiliki Maxime, si pemeran utama pria.

Meski terkenal arogan dan kejam, tetap saja Acha lebih memilih menjadi Rhaline alasan nya tentu karena Rhaline memiliki keluarga lengkap yang sangat menyayangi nya. Karena hampir seluruh pemeran di novel Blossom, menjelaskan kalau hanya Rhaline yang keluarga nya harmonis.

Namun sayang, diakhir cerita Blossom. Keluarga Rhaline yang tak bersalah harus gugur karena kebodohan Rhaline, hal itu juga yang membuat Acha ingin menjadi Rhaline hanya agar bisa mengubah nasib miris keluarga Rhaline dikemudian hari. Tapi ternyata, takdir sedang tidak berpihak pada Acha.

Dirinya malah bertransmigrasi ke raga Adik kandung dari Maxime yaitu Mildreda Acchariya Dizon, seorang gadis cacat berusia 16 tahun. Awalnya memang cacat, tapi setelah jiwa Acha menempati raga Mildreda, maka kecacatan itu langsung musnah tanpa sisa. Tentu karena jiwa Acha yang sehat walafiat.

Didalam novel, kisah Mildreda tidak terlalu dijelaskan tapi ada bagian tentang kecelakaan yang dialami Mildreda. Kejadian kecelakaan itu termasuk kedalam konflik pertama dalam cerita. Konflik dimana berpihak pada sosok Maxime yang merasa terpuruk atas kecelakaan itu lalu ada si pemeran utama wanita yang setia menemani.

Seingat Acha, kecelakaan itu terjadi saat Mildreda dan Micha hendak pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan. Di perjalanan, mobil yang Micha kendarai tiba-tiba di tabrak dari belakang. Dalam novel, kecelakaan dibuat karena si pengemudi mobil yang menabrak keduanya dalam keadaan rem blong hingga tak sempat mengendalikan karena terlalu panik.

Karena kecelakaan itu, Micha harus gugur sedangkan Mildreda mengalami luka sangat parah. Kedua kaki nya dinyatakan lumpuh permanen yang membuat nya tak bisa berjalan kembali. Lalu psikis nya juga terkena dampak. Mildreda begitu trauma akan kejadian yang menimpa nya, sampai Mildreda tak pernah mau berbicara pada siapa pun.

Setelah kejadian itu, di novel tertulis kalau Mildreda tinggal terpisah di Korea Selatan. Itu semua atas usul seseorang, dan karena Mildreda yang ketakutan jika harus membuka suara, akhirnya dirinya hanya bisa pasrah. Jadi disini lah Mildreda hidup dalam kesepian yang hanya ditemani oleh Bibi Jang dan Dokter Lee.

"But, not bad sih. Hidup sebagai Mildreda? Oh tentu tidak. Mari nikmati kehidupan baru ini sebagai Acha, si gadis bar-bar yang penuh kejutan. Bukankah lucu kalau gue tiba-tiba muncul dalam keadaan berbeda?"

"Meski di raga yang gak pernah gue duga sebelumnya nya, bukan berarti gue gak jadi merombak alur karena semua itu akan tetap terjadi. OKEE WORLD! MARI BUAT SEJARAH BARU SEBAGAI ACHA BUKAN MILDREDA!"

"Senangnya hidup di dunia baru," Gumam Acha sebelum akhirnya memilih tidur karena cape juga berpikir.

...***...

03. Yes I'm Acha

...H E L L O !👋...

...~ H A P P Y R E A D I N G ~...

...***...

Di dalam kamar mandi, Acha baru saja selesai membersihkan dirinya yang hampir dua jam menghabiskan waktu dengan memanjakan raga barunya ini. Masih dengan bathrobe yang menutup tubuhnya, Acha berdiri didepan sebuah cermin besar.

Jari-jari tangannya yang keriput karena terlalu lama terkena air itu mulai terangkat lalu mengusap pelan setiap inci wajah barunya yang bisa dibilang sangat cantik. Kulit seputih kapas yang begitu lembut, mata bulat dengan netra coklat gelap hampir menyerupai hitam, lalu bulu mata lentik yang menambah kesan sempurna di bagian mata.

Tak hanya bulu mata, karena alis nya pun terbentuk indah dengan warna yang tebal alami, juga bibir merah cherry yang kecil, dan terakhir, pipi nya yang terdapat rona merah muda alami. Ah, kenapa wajah barunya ini lebih terkesan imut? Menggemaskan sekali wajah Adik nya Maxime.

"Setidaknya, nih muka tetep perfect." Gumam Acha seraya tersenyum senang sebelum akhirnya dia memilih untuk masuk ke walk in closet, dingin ey lama-lama tidak pakai baju.

Di walk in closet, Acha dibuat tercengang tak percaya dengan mata sedikit memelotot. Apa zaman sekarang masih ada anak seumuran nya yang tidak suka berbelanja? Oh god! Kenapa lemari kaca sebesar itu, tidak ada isinya?!

Yang Acha tahu, keluarga Maxime itu kaya raya yang hartanya gak bakalan habis sampai tujuh turunan, delapan tikungan, sembilan tanjakan, dan sepuluh perempatan. Tapi kenapa, Mildreda, yang notabene nya Adik Maxime, tidak memiliki pakaian di dalam walk in closet nya?

Terus setiap harinya, Mildreda gak mandi terus gak ganti baju gitu? Oh astaga, membayangkan nya saja Acha sudah bergidik ngeri. Dengan wajah masam, Acha memilih keluar kamar karena dia tak mau mati konyol hanya karena kedinginan tak punya baju. Bicara tentang mati, bagaimana nasib raga asli nya ya kira-kira?

Apa di kehidupan sebelumnya, seorang gadis cantik bernama Acha sudah meninggal? Tapi kok bisa? Seingat Acha, sebelum dia terbangun disini, Acha hanya tidur dikamar nya seperti biasa. Apa rumah nya kebakaran seperti cerita di novel yang pernah dirinya baca. Atau...

Jangan-jangan, dirinya meninggal karena dibunuh saat tidur. Jelas Acha ingat tentang salah satu cerita transmigrasi yang pemilik raganya meninggal karena ditusuk saat tidur. Ah, masa bodo lah dengan raga nya di kehidupan lalu karena di kehidupan baru, Acha sudah memiliki semuanya.

"Nona?"

Lamunan Acha mendadak buyar saat Dokter Lee menahan lengan nya, refleks Acha menunduk saat merasa satu kaki nya tidak menapak. Mata nya seketika membulat saat kaki nya berada diambang tangga dimana dirinya bisa saja terjatuh. Acha bergidik dan segera memundurkan langkah nya dengan cepat.

"Oh god! Makasih Dokter Lee, kalau sampe seorang Acha jatuh, oh no! Oh no! Oh no no no!" Acha menggeleng dramatis dengan wajah melas nya.

Sedangkan Dokter Lee yang melihat tingkah aneh anak majikan nya hanya bisa geleng-geleng kepala, lalu tatapan nya tanpa sengaja melihat bathrobe yang masih melekat ditubuh Acha. "Nona, anda mau kemana hanya dengan memakai itu?"

Mengikuti kemana arah pandang mata Dokter Lee mengarah, yang ternyata mengarah ke tubuhnya, mata Acha kembali memelotot lalu menyilangkan kedua tangan nya didepan dada. "HEH! Dokter Lee mesum banget sih?!" Pekik Acha seraya menatap horor pada Dokter Lee.

Kening Dokter Lee berkerut pertanda bingung, "Mesum? Saya hanya bertanya, Nona. Nona mau kemana hanya dengan memakai kimono?"

Acha meneguk air liurnya dengan kasar, "Emm itu a-anu. Dokter bisa pinjemin saya baju ngak? Saya miskin terus gak punya baju," bisik Acha dengan pipi nya yang semakin merona karena malu.

Semalu-maluinnya Acha, bukan berarti dia tak punya urat malu. Dirinya juga pernah merasa malu apalagi sekarang. Yang tadi nya marah-marah dengan mata memelotot hampir keluar terus mendadak ciut karena ingin meminjam baju Dokter tampan satu itu.

"Miskin? Sejak kapan Tuan Dizon bangkrut?" Guman Dokter Lee namun tak urung dia mengangguk dan berjalan lebih dulu lalu diikuti Acha dibelakang nya.

Sesampainya dikamar Dokter Lee, btw, Dokter Lee memang tinggal di mansion itu karena dirinya harus siap siaga selama 24 jam kalau sewaktu-waktu penyakit Mildreda kambuh tapi sekarang, sepertinya dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi. Anak majikan nya saja sudah sehat dan segar bugar seperti itu.

"Nona, saya hanya ada ini yang mungkin bisa Nona pakai. Tak apa kan? Soalnya saya juga tidak punya baju perempuan," Ucap Dokter Lee.

Wajah tampan lelaki itu terlihat tak enak sembari menyodorkan sebuah kemeja yang berbahan tebal agar tak tembus pandang saat Acha pakai. Tanpa berkata apapun, Acha mengangguk dan mengambil baju kemeja itu. Karena suhu badan nya yang semakin terasa dingin, Acha pun memilih memakai baju di kamar mandi dalam kamar Dokter Lee.

Setelah memakai baju kemeja yang Dokter Lee pinjamkan, Acha terkikik geli melihat tubuh nya sendiri yang tertutup sebatas paha. Ih kenapa raga barunya semakin terlihat menggemaskan? Acha yang perempuan saja tak pernah bosan dengan pesona Mildreda lalu bagaimana dengan para lelaki.

Raut wajah Acha mendadak suram saat dia mengingat sesuatu, dirinya ingin keluar kamar mandi dan meminjam langsung pada Bibi Jang tapi rasa percaya dirinya mendadak merosot. Dengan wajah memerah seperti kepiting rebus, Acha menyembulkan kepalanya disela pintu kamar mandi dan untungnya masih ada Dokter Lee yang sedang duduk di tepi ranjang.

"Pssstt, Dokter." Acha menyengir malu saat Dokter Lee menoleh kearahnya lalu menaikan satu alisnya.

"Iya, ada apa?" Tanya Dokter Lee seraya bangkit dari duduknya.

Acha terlihat salah tingkah saat Dokter Lee mendekat, "Itu aduh gimana ya bilang nya."

"Bilang aja," Ucap Dokter Lee seraya memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana.

Dengan wajah yang semakin memerah, Acha menggaruk tengkuk nya yang tak gatal sama sekali. "Boleh pinjem cd?" Cicit Acha yang langsung menunduk setelahnya.

Kini bukan hanya wajah Acha yang memerah, tapi Dokter Lee juga yang bahkan telinga nya ikut memerah. Dokter Lee membasahi bibir bawahnya seraya meringis pelan, ini kenapa dirinya jadi ikut salah tingkah? Oh astaga, mana mungkin dia memiliki cd baru dan makin tidak mungkin kalau cd yang pernah dia pakai terus dipinjamkan ke Acha.

"Ekhem, s-saya pergi keluar sebentar untuk meminta Bibi Jang membeli kebutuhan anda. Saya harap anda mau tetap menunggu di kamar ini, oh ya, jangan keluar kamar selagi saya belum datang." Ucap Dokter Lee saat kesadaran otak nya mulai kembali.

Tanpa mengangkat kepalanya, Acha mengangguk. "T-tapi Acha mau ke kamar Acha aja," Lirih Acha dengan wajah yang semakin memerah karena malu.

"Jangan! Eh maksudnya, anda harus tetap disini dulu sampai saya datang kembali. Diluar banyak bodyguard yang sedang patroli, b-bukan kah anda tidak memakai ekhem dalaman? Jadi lebih baik menunggu disini," Jelas Dokter Lee panjang lebar.

Wajah Acha semakin memerah mendengar kata 'dalaman' namun tak urung dirinya mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar mandi sambil menutup pintu dengan keras. Dokter Lee terkekeh pelan seraya berlalu untuk meminta tolong pada Bibi Jang.

Tidak mungkin kan kalau dirinya yang membeli keperluan Acha, mau ditaruh dimana harga dirinya kalau dia memasuki tempat khusus menjual kain penutup aset seorang perempuan?

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!