NovelToon NovelToon

Djiwa

1. Celaka.

"Jalan jongkok untuk tamtama dan Bintara baru..!! Tangan di atas kepala..!!! Termasuk kalian.. para perwira pelatih dan penanggung jawab Diklat, ikut tradisi..!!" Perintah Kapten Banda.

"Siap..!!"

"Siaap..!!" Jawab letnan Beno.

"Heeehh Bemo.. kamu dengar atau tidak."

"Saya Beno Kapten." Protes Bang Beno.

"Masa bodoh..!! Cepat jalan..!!" Bentak Kapten Banda.

"Dasar Banda hujan liur sama tebah sombong amat lu." Gerutu Bang Beno.

"Diam Beeen..!!" Ucap geram Bang Drajat karena sahabatnya itu sudah terlampau sering membuat celaka.

ccttss.. ccttss..

Seutas rotan mendarat di punggung Bang Drajat dan Bang Beno. Bang Drajat hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa sakit di punggung.

"Lanjut jalan..!! Jangan ngobrol, ini bukan pasar..!!"

...

"B*d***h, mulutmu itu memang harus di isolasi. Karena kau terlalu banyak bicara, akhirnya kita harus ikut membersihkan kamar mandi barak tamtama." Kini Bang Drajat balik menggerutu menyalahkan Bang Beno.

"Alaaahh.. hanya menyikat kamar mandi saja apa salahnya?"

"Eeehh Bemo, aturan kalau lu memang kerja mah nggak apa-apa. Nah lu diam aja, sudah mirip foto model lu." Protes Bang Drajat.

"Gue jagain lu bro, siapa tau lu terpeleset." Ada saja jawab Bang Beno yang membuat Bang Drajat berang.

Bang Drajat membanting ember yang di pegangnya kemudian keluar dari kamar mandi barak. Hatinya terus mengumpat kesal karena memang tubuhnya sudah lelah dengan tradisi penyambutan anggota baru hari ini. Saat itu, ada hasrat diri ingin buang air kecil dan ia pun masuk ke kamar mandi lain.

Dari jauh ada seorang gadis berlari kecil dengan ceria, ia membawa peralatan mandi sambil membuka beberapa kancing bajunya dan langsung menerobos masuk ke dalam kamar mandi.

"Eeeeeeeeeehh.." Bang Drajat panik dan bingung karena urusannya belum selesai.

"Aaaaaaaaaaaaaaa..." Teriak gadis itu memekakkan telinga.

"Astagaaa, jangan teriak di kamar mandi...!!!!" Tegur Bang Drajat. "Balik badan..!!" Bang Drajat terpaksa terburu-buru menyelesaikan hajatnya. "Setaan, kenapa sikap sempurna di saat yang tidak tepat??" Gumamnya lirih.

"Pak pelatih ya??? Kenapa ada di kamar mandi perempuan." Tanya gadis itu.

"Kata siapa kamar mandi ini untuk perempuan. Disini kawasan laki-laki dan anggota Diklat bela negara mu hanya numpang. Lagipula kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?? Kamu bisa baca atau tidak, pintu kamar mandi ini sedang di perbaiki." Bentak Bang Drajat menutupi rasa canggungnya melihat belahan dada seorang gadis yang tanpa sadar membangkitkan gairah prianya.

Gadis itu menoleh ke sisi pintu dan mencoba membuka pintu kamar mandi tersebut. Benar saja, pintu tersebut tidak bisa di buka. "Bagaimana donk ini???" Tanya gadis itu dengan panik.

Bang Drajat terpaksa segera mengambil HTnya untuk menghubungi rekannya karena ponselnya tertinggal di meja pelatih.

"Jaguar memanggil, tolong kirim orang untuk memperbaiki pintu kamar mandi barak B. Saya terjebak bersama seorang anggota Diklat, perempuan. Tolong segera ya..!!" Ucapnya sambil melirik nama gadis itu pada kalung nametag.

"Kijang monitor. Kenapa bisa sampai terjebak? Matamu nggak bisa baca? Sengaja atau sengaja?" Ledek Bang Beno.

Geram sekali Bang Drajat mendengarnya, pasalnya gara-gara seorang gadis kecil dirinya akan ikut terkena masalah.

"Masalah itu nanti saja, bukan saatnya membahas hal itu disini..!!" Kata Bang Drajat merasa tidak enak apalagi dirinya hanya berdua saja dengan seorang gadis.

:

"Pelatih lihat apa? Jangan ngintip Disha."

"Nggak, saya nggak suka bocah." Jawab Bang Drajat.

"Sama, Disha juga nggak suka om-om." Balas Disha dengan polosnya.

Bang Drajat memalingkan wajahnya karena gadis itu tak kunjung sadar juga dengan penampilannya yang ala kadarnya, tentu saja sejak tadi dirinya juga terganggu.

"Kalian bisa atau tidak???" Bang Drajat menegur anggotanya, sudah lebih dari setengah jam tapi pintu tersebut belum bisa terbuka, udara di dalam kamar mandi pun semakin pengap.

"Sabar lah brooo.. pintu kamar mandi ini memang rusak. Alatnya juga masih di belikan." Jawab Bang Beno dari luar pintu kamar mandi.

"Inilah akibat kecerobohanmu, kita berdua terjebak di dalam kamar mandi." Bang Drajat kembali menegur Disha.

Disha tidak terima dengan tuduhan Bang Drajat. "Pelatih yang tidak menutup pintunya rapat, pelatih juga buang air kecil sembarangan. Apa maksudnya? Mau pamer corong botol??" Ledek Disha.

"Wooooo.. semprul. Corong botol ini bisa buat tangkimu ambroll.." gertak Bang Drajat membuat Disha langsung terdiam.

Udara semakin lama semakin panas, Bang Drajat mengibaskan kaosnya yang mulai basah sedangkan pakaian Disha sudah menjiplak siluet bentuk tubuhnya.

"Pelatih, Disha nggak kuat panasnya..!!" Disha terhuyung sampai memegang lengan Bang Drajat.

"Astagaa Dishaaa.. aduuhh piye iki anake uwong." Gumamnya tapi kemudian Disha bersandar pada dada bidangnya, lebih tepatnya menumpukan tubuh padanya.

Bang Drajat gugup sampai mengangkat tangannya karena kini tubuh mereka berdua saling berhimpitan dan hanya berbatas pakaian Disha saja. "Dishaaa.. kamu bisa dengar suara saya?" Tanya Bang Drajat. "Dishaaa..!!!" Bang Drajat mengulangnya lagi tapi Disha merosot dan ia sigap menangkapnya.

Bang Drajat tak melepaskan paras cantik Disha dari pandangannya.

'Subhanallah.. ayuneee gustiii..'

Desir darah Bang Drajat meluap dan berdebar mengetuk relung hati yang paling dalam.

"Drajaaatt.. bagaimana keadaan Disha? Namanya Disha khan?" Tanya Bang Beno.

"Pingsan Ben."

"Aduuuhh Tuhaaann.. jangan sampai ada apa-apa Jat, infonya dia putri purnawirawan panglima. Putri bungsu Pak Rojaz. Adiknya Bang Katon."

Bang Drajat menepuk dahinya. "Mati aku.."

.

.

.

.

2. Celaka ( 2 ).

"Awaaas..!! Semua minggir..!!" Situasi semakin tidak kondusif dan Bang Drajat memilih menendang pintu kamar mandi barak.

**braaaakk**..

Tepat saat itu Bang Katon datang dan melihat adik bungsunya dalam pelukan pria lain dan itu adalah juniornya sendiri.

"Apa-apaan kamu Jat." Bang Katon menghampiri mengambil alih adik bungsunya dari dekapan Bang Drajat. Rasa geramnya menjulang tinggi karena melihat Bang Drajat tidak mengenakan kaosnya.

"Siap salah Abang." Bang Drajat tidak banyak bicara tapi ia segera menyampirkan kaosnya untuk menutupi tubuh Disha dan Bang Katon tak lagi bersitegang dengan Bang Drajat.

:

Bang Beno tak hentinya mengoceh tentang pintu yang semakin rusak akibat tendangan Bang Drajat tapi tidak Bang Drajat yang lebih banyak terdiam dan merokok di ujung barisan kamar mandi barak.

"Ijin Dan, ini air minumnya." Kata salah seorang anggota.

"Terima kasih. Kamu tolong bicara sama mereka untuk melepas pintunya, jangan di pasang lagi. Bingkai pintunya juga sudah usang, takut ada yang terjebak lagi.

"Siap Danton, akan saya sampaikan."

~

"Waduuuuhh.. sudah terpasang pintunya." Protes Bang Beno tak terima hasil kerjanya di tolak littingnya sendiri.

"Pintunya rusak Ben, sudah miring.. bingkainya lapuk......." Belum selesai Bang Drajat bicara, bingkai tersebut ambruk dan roboh melewati tubuh Bang Beno.

braaaakk..

"Hyaaaaaa.. Ya Tuhan.. untung saja." Bang Beno berteriak mengusap dadanya saking kagetnya.

"Kenapa tidak pas, aku berharap bingkai itu menimpamu." Gumam Bang Drajat dengan santainya.

//

"Alhamdulillah.." Bang Katon mengusap wajahnya melihat adiknya sadar dari pingsannya.

Team kesehatan sampai panik mendapat dua ancaman dari Kapten Katon juga Lettu ( junior ) Drajat. Lettu Drajat Djiwa Pasopati terus saja menghubungi team kesehatan hingga membuat kewalahan.

"Angkat..!! Loud speaker..!!" Perintah Bang Katon.

Anggota team mengangkat panggilan telepon sesuai perintah Bang Katon. "Ijin Dan.. arahan?" Seorang anggota kesehatan menjawab panggilan telepon dari Bang Drajat.

"Lama sekali. Apa saja kerja kalian??? Bagaimana keadaan Disha?" Tanya Bang Drajat di seberang sana.

"Siap salah Danton, kami masih memeriksa keadaan pasien."

"Iyaaaa.. sekarang bagaimana?? Jangan bertele-tele..!!!!" Bentak Bang Drajat.

"Ijin, baru saja sadar."

"Baru sadar???? Sesaknya bagaimana?? Apa ada masalah lain??? Kalau memberi keterangan jangan hanya sepotong..!!!" Omel Bang Drajat masih dengan nada tinggi.

"Heeh Letnan, jangan hanya berani teriak saja kamu disana..!! Temui saya di ruang kesehatan kalau mau tau keadaan Disha. Ngomel terus, nanti putus urat lehermu..!!" Tegur Bang Katon.

"Siap Abang..!!" Jawab Bang Drajat menurunkan nada suaranya.

:

"Kamu ada urusan dengan saya atau dengan Disha?" Tegur Bang Katon karena sedari tadi ekor mata Bang Drajat hanya melirik Disha saja.

"Siap.. dengan Abang." Jawab Bang Drajat. "Saya minta maaf atas kejadian hari ini dan saya kesini untuk menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi antara saya dan Disha.

"Om Drajat buka baju Bang. Disha sampai takut." Kata Disha mengadu.

"Sebentar Bang, tadi di dalam kamar mandi gerah sekali, fentilasi udara juga sangat minim." Sambar Bang Drajat panik mendengar pengaduan adik bungsu Bang Katon. Bang Drajat semakin panik apalagi Disha sudah merengek manja di lengan Abangnya.

"Disha takut benar lho Bang."

Sorot mata Bang Katon langsung menatap Bang Drajat. "Apa niatmu menakuti adik saya?? Beraninya kamu menindas wanita lemah." Bang Katon memeluk Disha.

Tak ada yang menyadari bahwa adik Kapten Katon menjulur meledek Bang Drajat.

"Siap salah Abang." Jawab Bang Drajat pasrah tapi sungguh hatinya geram di kerjai bocah tengil macam Disha. Tatapan matanya mengisyaratkan bahwa nanti ia akan membalasnya habis-habisan.

"Kamu Drajat, saya perintahkan wajib menjaga Disha. Kalau ada apa-apa lagi sama Disha.. kamu sampai ada apa-apa sama Disha.. saya pastikan kamu jadi lele..!!"

"Siaap Bang."

...

Pukul empat sore para anggota Diklat berjalan menuju rute yang telah di tentukan.

"Lebarkan langkah kalian..!! Ini bukan ajang pencarian bakat putri solo." Perintah Bang Drajat selaku penanggung jawab Diklat. "Kamu Disha.. cepat sedikit jalannya."

"Aawwhh.." tiba-tiba Disha duduk dan merintih kesakitan. "Kaki Disha keseleo..!!"

"Nggak usah bohong..!! Buaya nggak bisa di kadalin..!!" Bang Drajat tau betul gadis kecil itu sedang mengerjai dirinya.

Disha yang kesal segera kembali berdiri dan berjalan tak jauh dari Bang Drajat. Saat ini posisinya adalah pimpinan regu karena dirinya sudah tamat dari sekolah dan kini hanya menyiapkan anggota baru untuk kelangsungan grup bela diri dan kegiatan sosial di sekolahnya.

"Untuk seluruhnya, perhatikan langkah kalian. Tanah dalam kondisi licin. Di sisi kanan kalian ada jurang. Harap waspada..!!" Kata Bang Drajat memberikan arahannya.

"Aaaaaa..!!!" Baru beberapa langkah Disha berjalan, kakinya terperosok ke sisi kanan kemudian meluncur masuk ke dalam jurang.

"Dishaaa..!!!" Tangan Bang Drajat berusaha menggapainya tapi tak sempat lagi. Secepatnya Bang Drajat turun dan bisa menggapai Disha yang tersangkut pada sebatang ranting dan menariknya ke pelukan. Karena terlalu panik, Bang Drajat salah meletakan pijakan kaki. Sadar situasinya sedang dalam bahaya, Bang Drajat merapatkan pelukannya dan melindungi kepala Disha, keduanya pun meluncur dan berguling hingga ke dasar jurang.

Jddgg..

"Aaahh.." pekik Disha saat mendarat dengan sempurna. "Sakiit..!! Disha nggak pura-pura lagi Om."

'Lailaha Illallah' Bang Drajat membuka matanya dengan sempurna. Usai memercing entah merasakan bagian tubuh mana yang terasa tidak nyaman.

"Mana yang sakit?" Meskipun tubuhnya juga terasa sakit, tapi Bang Drajat tidak lantas membiarkan Disha merintih kesakitan.

"Kaki sama punggung Disha sakit Om."

Bang Drajat cukup syok melihat tangannya bernoda darah. "Boleh saya lihat dimana lukamu?"

"Di paha Om, tadi tergores ranting." Jawab Disha.

"Pahaaaa??"

Disha mengangguk. "Disini..!!" Tunjuk Disha.

"Aduuuhh.." Bang Drajat memejamkan mata mulai resah.

.

.

.

.

3. Sedikit pencerahan.

"Eeeghhh.."

Suara rintih kecil Disha begitu terngiang di telinga Bang Drajat. Ia sedikit menyobek bagian celana Disha agar lebih leluasa menangani luka di paha Bang Drajat menutupi luka Disha dengan syal tanda pelatih penanggung jawab di lengannya.

Sekuatnya Disha mencoba untuk berdiri tapi punggungnya yang terluka membuatnya sulit untuk bergerak.

"Tinggalkan Disha saja Om. Disha nggak kuat berdiri." Kata Disha pasrah dan kembali duduk di atas tumpukan ranting.

"Saya akan mengangkatmu sampai ke atas."

"Nggak usah, Disha berat." Tolak Disha.

Beberapa orang sudah mulai turun untuk membantu Bang Drajat dan Disha yang terperosok ke dalam jurang.

"Kamu dengar, seberat apapun.. yang namanya team pasti akan membantu satu sama lain."

"Disha benar-benar nggak kuat jalan lagi Om."

Bang Drajat menatap mata Disha dengan lekat. "Ada saya. Saya akan menjagamu, apapun yang terjadi." Jawab Bang Drajat.

Tak lama para anggota tiba dan membantu Bang Drajat.

"Saya sendiri yang akan menangani Disha, kalian cukup bantu saya beri jalan..!!" Perintahnya.

:

Sore hari tiba, Bang Drajat membuka tenda untuk dirinya sendiri dan di dalamnya ia merawat Disha yang masih mengerang kesakitan. Seluruh luka di tubuh Disha sudah teratasi dan Disha sudah menelan pil pereda nyeri.

"Istirahatlah.. saya akan berjaga di luar." Bang Drajat menarik sleeping bag miliknya agar Disha bisa tidur nyenyak.

"Oom.."

"Dalem." Jawab Bang Drajat menanggapi.

"Terima kasih." Ucap Disha.

"Sama-sama."

...

Bang Drajat usai melaksanakan sholat Maghrib, ia kembali ke tendanya lalu duduk sambari memutar lengannya yang sedikit terkilir.

Tak banyak bicara Bang Beno langsung membantu sahabatnya itu. "Bang Katon baru saja memintamu untuk menjaga adiknya tapi malah adiknya terperosok ke dalam jurang."

"Nanti aku sendiri yang akan berurusan dengan Bang Katon." Jawab Bang Drajat kemudian mengambil rokoknya. "Aaawwhh.. lara Ben..!!" Rintih Bang Drajat saat Bang Beno memijat lengannya.

"Jelas wae lara, dislocasi ini tempurung lenganmu. Seharusnya di gantung sehari atau dua hari." Kata Bang Beno.

"Pantas sakit."

"Sini aku bantu..!!" Bang Beno bersiap mengambil posisi tapi Bang Drajat belum sepenuhnya siap.

"Sebentar, nyerinya masih terasa."

"Kalau nggak cepat di kembalikan pada posisinya ya akan semakin sakit Jat." Bentak Bang Beno yang masih memiliki perhatian pada sahabatnya. "Cepat Jat..!!"

Bang Drajat pun mengambil sarungnya lalu menggigitnya kuat dan Bang Beno segera membenahi tulang Bang Drajat yang bergeser. Terdengar suara Bang Drajat yang menjerit sambil menggigit sarungnya.

"Wes.. sudah selesai nih. Lagiaan, kamu nggak perhitungan sekali mau bantu Disha. Nggak ingat nyawamu juga. Kamu itu takut sama Abangnya apa memang naksir sama Disha sih?"

"Nggak ada dalam kamusku takut sama manusia." Jawab Bang Drajat.

Bang Beno terkikik mendengarnya. "Oohh berarti naksir nih ceritanya??? Ratna mau di kemanakan?"

Bang Drajat terdiam, wajahnya datar saja. Tak ada yang tau isi hati manusia kecuali dirinya sendiri beserta Tuhannya.

Teringat akan Ratna, ia melirik ponselnya. Sudah ada puluhan pesan singkat dan ratusan panggilan tak terjawab. Selama ini Ratna selalu posesif, di setiap harinya ada saja kecemburuan tak beralasan juga tuduhan tak berarah. Sudah berulang kali dirinya mengatakan, jangan terlalu banyak berprasangka yang akan merusak sebuah hubungan namun Ratna tetap tidak bisa berpositif thinking padanya.

Suara rintihan Disha dari dalam tenda cukup membuat lamunannya buyar.

"Disha bro, aku balik ke tenda dulu. Selamat menjaga kesayangan Abangmu, si Katon yang menyebalkan itu." Ledek Bang Beno.

~

Bang Drajat meniup teh panas yang di buatkan Bang Drajat khusus untuk Disha.

"Sejak kapan Drajat jadi kalem sama perempuan, sama Ratna saja di setiap harinya selalu ribut dan ribut. Capek sendiri aku lihatnya. Drajat sangat kaku dan Ratna wanita yang amat sangat pencemburu, tidak tau tempat, pemarah juga asal menuduh." Kata Bang Beno yang masih saja memperhatikan setiap tingkah Bang Drajat di tenda seberang sana.

"Pria akan tunduk dengan sendirinya jika sudah menemukan wanita yang tepat. Mungkin baru kali ini Bang Pit merasa nyaman berdekatan dengan wanitanya." Seorang junior Bang Beno menimpali.

"Kamu punya pacar?" Tanya Bang Drajat tiba-tiba dan pertanyaan itu membuat Bang Beno dan juniornya ternganga.

"Punya Om." Jawab Disha.

"Teman sekolah?"

"Teman sekolah punya, anggota juga punya." Disha menjelaskan.

"Banyak amat, jadi perempuan tuh yang setia." Tegur Bang Drajat.

"Kenapa pandangan seseorang jadi buruk saat wanita punya banyak lelaki sedangkan laki-laki terkadang juga banyak wanitanya?" Disha balik bertanya.

"Mata dunia memandang, laki-laki lebih memiliki kuasa dengan tenaganya tapi dunia lupa bahwa tenaga dan mentalnya akan retak, runtuh tak bersisa karena ada patahan tulang rusuknya. Jika pria tersebut sadar akan tujuan hidupnya, dia tidak akan mengorek tulang rusuk yang lain karena tulang rusuknya sudah dekat dengan hatinya. Sedangkan wanita, dia yang terserak sedang terlupa bahwa dirinya yang patah belum menemukan tempat yang semestinya.. Usaikan berkelana.. sembunyikan diri..!! Karena wanita letaknya di dalam dada laki-laki jadi harus kembali pada fitrahnya.. hamil, melahirkan dan menyusui. Apa pantas seorang wanita bermartabat urakan dengan banyak pria??"

Disha berkedip mendengar ucapan Bang Drajat yang panjang lebar, mungkin saat ini pikirannya pun belum menjangkau hingga kesana.

"Kalau untuk pria.. sejatinya di ciptakan untuk pemimpin dan pencari nafkah untuk keluarga. Jika pria sadar dan memiliki rasa malu, sebenarnya tidak ada kata perselingkuhan ataupun mendua. Mana bisa pimpinan hatinya plin plan, mental tidak stabil........."

"Tapi banyak yang begitu Oomm..!!" Protes Disha.

"Memang benar, manusia di bekali akal dan pikiran. Saya pun mengakui, saya juga masih seperti itu.. lihat yang cantik, tertarik ingin memiliki. Di goda sedikit mudah terpancing.. tapi kembali lagi to Dis.. kita punya akal dan pikiran maka imbangi dengan imanmu, meskipun tidak tebal.. tapi punya pertahanan diri."

"Waaaaahh.. Disha jadi jatuh cinta sama Om Drajat." Kata Disha dengan mata berbinar.

"Oya?? Nikah sama Om Ajat mau nggak?" Tanya Bang Drajat.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!