NovelToon NovelToon

Anak Tunggal Kaya Raya

Eps.1

Sekelompok bapak-bapak yang sedang ronda malam tengah berjalan terburu-buru sembaring menggelandang dua orang remaja laki-laki perempuan bersama mereka. Salah seorang remaja perempuan terus saja berusaha melepas diri hingga akhir ia di biarkan berjalan sendiri.

Sekelompok atau keenam bapak-bapak ini membawa kedua remaja ini ke balai desa. Di sana kedua di paksa duduk di sana untuk menunggu seseorang untuk mengadili keduanya yang telah berbuat hal tidak senonoh.

Iya, kedua kepergok hanya berdua saja di gang sepi yang gelap minim cahaya.

Alin yang belum mau duduk,"Aku tidak melakukan apapun sama dia, tadi kami cuma...",penjelasan yang belum terselesaikan."....Kalau sudah berbuat mana mungkin mau mengaku".

"Sudah nikahkan saja",timpal warga yang lain.

Tidak terima dengan tuduhan yang tidak pernah Alin lakukan,"Eh pak yang bener saja?Saya tidak mau menikah dengan dia, sekolah saya gimana pak?Seenaknya saja nikahin anak orang, bapak punya otak enggak??Mikir dong lihat kita itu...",menyadari Alin sudah kehilangan kendali Jefri mencoba untuk menenangkan Alin. Namun ia justru kena tampol oleh Alin kuat.

Pakk....,"Diam lu anjing, karena lu ini!!Pokoknya gue tidak mau nikah sama lu. Dan mana ponsel gue!!!",minta Alin sedikit membentak menjulurkan tangannya.

Jefri yang jadi badmood karena tamparan yang baru saja ia terima. Segera merogoh kantung celana dan memberikan ponsel itu pada Alin.

Alin langsung menerima dan menukar ponsel yang ia bawa dengan Jefri.

"Loh itu sampek tuker-tukeran ponsel, sudah tidak bisa ngelak lagi nikahkan saja",semprot bapak-bapak yang sama.

Merasa kesal terus di desak alhasil Alin semakin marah dan ngomel-ngomel pada bapak ini. Bapak-bapak yang lain berusaha melerai, Jefri yang awalnya engga untuk ikut campur lagi dengan terpaksa harus ikut turun tangan membantu melerai keributan ini.

Bapak kepala desa akhirnya tiba yang membuat keributan ini akhirnya sedikit mereda. Beliau meminta kedua remaja ini untuk menghubungi kedua orang tuanya masing-masing.

Di saat itulah keduanya yaitu Alin dan bapak yang cari ribut tadi di pisahkan. Itu di lakukan agar keduanya tidak adu duwel lagi. Bagi perempuan seperti Alin yang kecil-kecil ternyata memiliki nyali yang cukup menakutkan. Dengan berani Alin semenjak tadi menentang bapak-bapak yang menghakimi kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

Sesaat kemudian setelah Jefri dan Alin menghubungi orang tua masing-masing. Tidak butuh waktu lama untuk orang tua mereka berdua untuk datang ke balai desa ini.

"Alin",suara seorang wanita dewasa yang panik terburu-buru mendekati Alin. Di saat sudah dekat wanita ini justru mencubit lingkar perut Alin,"Anak Mama!!Apa yang telah kamu lakukan?".

Menyeringai menahan sakit,"Aaaduh, aduh, aduh Ma, namamu ini tidak berbuat apa-apa Ma",jelas Alin berharap mamanya segera menyudahi mencubit lingkar perut nya.

Belum juga pertengkaran ini selesai,"Anak nakal buat ulah apa lagi kau?",suara berat seorang pria berjas rapi yang baru datang menggema.

Pria berjas itu terlihat sangat marah sekali menatap Jefri kesal. Namun sebelum berdebat itu berangsur-angsur panjang. Pak kepala desa langsung menengahi. Dan memberikan penjelasan pelan-pelan.

"Papa kenapa baru datang?",ucap Alin pada ayahnya yang baru datang.

"Han",ujar Papa Alin yang mengabaikan keberadaan nya.

"Hendri Sahabat ku", menyambut kedatangan papa Alin dengan ramah.

Bahkan keduanya sampai berpelukan,"Makin sukses kau",ujar Hendri.

"What papa ku",batin Alin bingung dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Setelah drama selesai keduanya pun duduk berjajar. Mendengarkan sesama apa yang sedang bapak kepala desa ini katakan. Ada suatu tuduhan yang sama Alin kembali ***** tapi dengan etika karena ada kedua orang tua nya.

"Alinonar",ucap Hendri bernada tegas membuat Alin terdiam.

Di sisi lain,"Kau sudah tau harus apa Jefri?",tanya Han pada putra nya."Ayah tidak suka dengan lelaki pecundang".

"Aku setuju-setuju saja, karena sudah terlanjur terjadi",pasrah Jefri menatap Alin yang sangat tidak terima dengan kepuasan Jefri.

Berusaha membela diri lagi,"Tapi Pa aku tidak melakukan apapun dengan dia Papa. Dan bagaimana dengan sekolah ku nanti, aku tidak mau putus sekolah".

"Papa tau kan aku punya cita-cita Pa, dan mewujudkannya membuatkan pendidikan tinggi",tutur kata Alin membujuk Papanya.

"Dapat kamu menyetujui satu keinginan besar putri ku ini?",minta Hendri pada Jefri.

"Tentu bisa Om, toh om pasti mengenal saya",kata Jefri melirik sekilas Alin."Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya om".

"Hemm....Om harap kamu tidak sekeras kepala ayah mu. Karena putri ku adalah seorang perempuan yang sangat keras kepala",

"Tenang saja om, kalau itu saya bisa mengendalikan nya",kata Jefri enteng bernada tenang di susul tersenyum sengit pada Alin.

Memegangi lengan suami nya,"Papa serius?".

"Iya ma, karena sebenarnya Jefri laki-laki yang mau papa jodohkan dengan Alin",suatu perkataan Hendri yang membuat Alin terkejut bukan main.

"Jadi dia anak nya",timpal mama Alin.

"Seharusnya kita melakukan setelah putri mu lulus sekolah Hen. Apakah tidak papa kalau menikah mereka berdua sekarang?",tanya Han yang seperti berada di pihak Alin.

Semangat,"Setuju itu om",

Bernada tenang,"Tuhan sudah memberikan tanda Han",timpal Hendri."Mereka berdua sudah di takdir bersama".

"Tidak, tidak, akan ku habisi kau!!",Pikir geram Alin menatap tajam membunuh Jefri yang bersikap tetap tenang. Seakan-akan Jefri emang sudah tau tentang perjodohan ini.

Setelah mendapatkan persetujuan keputusan kedua bela pihak keluarga. Di malam itu juga di balai desa ini Jefri dan Alin langsung di nikahkan oleh wali pak kepala desa secara agama.

Selesai dengan resepsi keduanya duduk berdampingan di depan kantor pak kepala desa. Menunggu orang tua masing-masing yang masih ada di dalam kantor mengurus sesuatu.

"Anjing lu!!",bentak Alin melotot melihat lelaki di depannya."Aaaa pusing gue. Bagaimana kalau taman-taman di sekolah tau?",frustasi mengacak-acak surai rambut panjang nya kesal.

Melirik dari sudut mata,"Gila lu?", semprot Jefri.

"Rambut lu seperti orang gila o'on",ejek Jefri."Lagian siapa juga yang mau ngajak ketemuan di tempat seperti itu, semua itu kan ide lu",perjelas Jefri yang duduk sembaring menyilangkan tangan di kursi plastik di aula balai desa.

"Lu juga kenapa setuju-setuju saja be**go!?",kesal Alin.

"Gue hanya meringankan beban lu be**go, kan jarak rumah lu sama tempat ketemu tadi tidak terlalu jauh",

"Tetap saja lu...".

"Bilang gue yang salah lagi!Habis lu!Diam!!",Jefri yang tiba-tiba bernada tegas membuat Alin terdiam tak berkutik.

Akhirnya permasalahan panjang di hari itu telah usai. Keluarga besar ini akhirnya pergi meninggalkan balai desa. Saat Alin mau ikut masuk ke dalam mobil orang tuanya. Mama Alin justru menghentikan tangannya,"Kamu harus ikut suami mu Al",kata mama Alin sembaring melihat ke arah lain.

Yang ternyata di sana sudah ada Jefri dan ayah nya sedang menunggu Alin yang salah masuk mobil.

Melihat kedua orang tua nya berganti meminta belas kasihan untuk membiarkan ikut dengan mereka saja."Besok kamu akan pulang Alin. Hanya untuk malam ini saja kamu harus mulai ikut keluarga suamimu",tutur kata Hendri mendekati Alin.

Hendri memeluk putri erat,"Jangan takut putri ayah yang kuat!Tidak akan ada satu orangpun yang bisa menyakiti kamu",yakinkan Alin.

Setelah menyudahi pelukannya, ia menghapus air mata Alin dan membiarkan Alin pergi bersama keluarga suami nya.

Di sana Han menyambut Alin dengan hangat,"Tenang saja kamu juga putri saya, jika Jefri menyakiti mu bilang saja ke saya".

"Untuk malam ini kalian tinggal di rumah papa",

"Tunggu!Om, maksud ku ayah tidak satu rumah dengan Jefri?",panik terkejut kaget Alin tidak bisa berpikir lagi.

Han menggeleng ringan,"Tidak, yasudah nanti...ayah jelaskan di perjalanan. Kamu naik mobil saya jangan naik motor dingin".

"Cik",umpat pelan Jefri segera menyalakan mesin motor.

Dalam perjalanan Han mengatakan apa yang seharusnya ia katakan pada Alin. Sampai akhir obrolan kedua harus berakhir karena tanpa terasa mobil telah sampai di halaman depan rumah besar mewah modern.

"Jef langsung ajak Alin istirahat jangan mengganggu nya biarkan dia istirahat",wanti-wanti Han pada Jefri yang sama sekali tidak memperdulikan.

Jefri berlalu pergi begitu saja meninggalkan Alin yang baru mengikuti saat mendapatkan aba-aba dari Han yang menyuruhnya mengikuti Jefri.

Jefri menaiki tangga rumah hingga sampai di lorong lantai atas, ia berjalan sebentar sebelum berhenti di depan pintu kayu salah satu kamar.

Ia melangkah masuk ke dalam kamar yang gelap gulita di ikuti oleh Alin. Di dalam kamar Jefri hanya menyalahkan lampu tidur remang-remang saja.

Menghentikan langkah kaki dan berbalik badan menghadap Alin,"Lu tidur saja kalau mau tidur",

"Kita tidur satu ranjang?",

"Menurut lu?Gue tidak mau tidur di sova",ucap Jefri melihat lawan bicara."Emang kenapa lu takut?".

Membalas tatapan lawan bicara nya,"Tidak",

"Yaudah tidur gihh",Jefri sebelum berlalu pergi meninggalkan Alin masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai keluar dari kamar mandi. Jefri melihat Alin masih terjaga duduk di atas tempat tidur, ia segera beranjak bangun saat ia berjalan mendekat tempat tidur. Alin berjalan terburu-buru pergi masuk ke dalam kamar mandi.

Sesaat kemudian ia baru keluar kembali dan duduk di tempat yang sama mengabaikan kehadiran Jefri yang sama-sama masih terjaga seperti dirinya.

Ia yang baru saja merebahkan tubuhnya berkata,"Tidur bego!Besok lu harus pergi ke rumah nyokap bokap lu",kata Jefri pada Alin.

"Hemm",Alin menurut saja ikut tidur membelakangi Jefri.

Jam terus berputar hingga menujuk pukul satu malam. Jefri yang terbangun dari tidurnya bergerak mengubah posisi tidurnya. Saat itulah ia baru tahu kalau Alin belum tidur. Jefri bisa tau walaupun saat itu Alin tidur membelakangi dirinya dari cahaya ponsel yang masih Alin mainkan.

Menepuk pelan bahu Alin."Astaga!!",ujar syok kaget Alin di barengi memutar posisi tidur langsung menghadap Jefri dengan sedikit terbangun.

Masih tetap stay di tempat nya,"Lu kenapa?".

"Gue kaget anjing!Gitu aja masih nayak".Alin yang baru merebahkan tubuhnya kembali menghadap langit-langit kamar."Astaga serem banget tadi hantunya",batin Alin yang meloncat-loncat setelah melihat hantu di film horor yang baru saja ia lihat. Maka dari itu saat Jefri menepuk bahunya Alin benar-benar syok.

"Lu kenapa belum tidur?Lu habis lihat apa?",tanya Jefri yang belum mendapatkan respon balasan dari Alin."Drakor",tebak Jefri.

"Horor, sudahlah gue mau tidur berisik lu",Alin kembali tidur membelakangi Jefri. Namun kali ini dengan menyelimuti sekujur tubuh yang hanya memperlihatkan surai rambut nya saja.

Sejam, dua jam, Alin masih belum bisa tidur. Sialnya itu karena ia terbayang-bayang dengan hantu-hantu film horor tadi. Biasa jika seperti ini Alin selalu pergi ke kamar orang tua nya atau adiknya hanya untuk sekedar menumpang tidur. Tapi sekarang, apa yang harus ia lakukan.

Alin bermaksud mengubah posisi tidurnya menghadap Jefri yang Alin pikir mungkin sudah kembali tidur. Walaupun sebenarnya saat berbalik badan mengubah posisi tidur. Alin langsung bertatap dengan Jefri yang masih terjaga melihat lurus ke arahnya.

"Lu kenapa bego?Lu gerak kayak belatung raksasa. Ranjang gue bergoyang",Jefri masih dengan tatapan dan raut wajah datar nya.

"Sorry-sorry, gue akan tidur sekarang",Alin menurut mukanya dengan selimut, dengan harapan bisa tidur.

Namun tetap tidak bisa, setiap baru memejamkan mata. Alin selalu melihat bayangan hantu dari sudut matanya, serem. Hingga tanpa terasa semua tangan tergerak menarik nya dan merangkul pinggang nya.

Terdengar bisikan lirih,"Tidur!!Gue ogah bergadang karena lu",suara serak berat Jefri yang terdengar emang sudah sangat-sangat lelah dan ingin tidur tapi tidak bisa karena dirinya.

Eps.2

Keesokan paginya atau kurang lebih keesokan siangnya. Alin baru menggeliat bangun dari tidur nya. Saat itu Alin baru menyadari kalau saat ini ia sedang tidak tidur berbantalkan bantal tadi malam. Tapi, apa iya?Ini naik turun.

Suara guntur dari tempat kepalanya tertidur pun terdengar gruwukk...gewrukk.....Alin langsung terbangun duduk melihat seseorang lelaki yang masih terpejam tidur di depan nya."Perut sudah bunyi masih kuat tidur nyenyak, gila emang",pikir Alin.

"Lu bicara apa O'on?",Jefri beranjak bangun untuk duduk dari tempat tidurnya."Gue tidak bisa bangun karena lu tindih tubuh gue",suara berat khas orang bangun tidur yang kesal.

Jefri lekas beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi secepat ke dalam kamar mandi. Ia pergi masih dengan perasaan marah.

'Salah gue apa?',pikir Alin beranjak dari tempat duduknya. Untuk berjalan mendekati gorden, Alin membuka gorden tebal yang menutupi kamar ini membuat, ia baru menyadari kalau surah siang hari bolong.

Matahari sudah bersinar sangat terang panas juga terik, tapi tetap terasa sejuk karena ia masih ada di ruangan ber AC.'Sudah siang gini enaknya ngapain...Biasa kalau sedang bolos sekolah gini gue main game sehari depan komputer adek gue sampek meletus....hahhh meletus',pikir Alin melihat keluar pintu kaca sembaring tersenyum sumringah mengingat keseharian tidak berguna.

Berubah memayungkan bibir nya,'Umm...tapi sekarang status gue.....',pikir Alin yang di susul dengan suara,"Aaaaa....kenapa masa muda ku seperti ini??",ujarnya tanpa ia sadari sudah di dengar jelas oleh Jefri yang sudah siaga berdiri di belakang tidak terlalu jauh dari nya.

"Lu gila?",semprot Jefri spontan mendapatkan tatapan tajam dan sinis pada Alin. Namun yang di tatap biasa saja, karena muka Alin tidak cocok jadi ekspresi wajah antagonis."Cepat mandi, lu bisa pakai pakaian SD gue".

"O'on lu, mana muat",semprot Alin marah.

"Ukuran tubuh ku seukuran dengan tubuh gue waktu SD".

"Mana ada anak SD segedhe gue..... enggak ada otak".

"Lu di bilangin ngeyel terus!!",marah Jefri."Nurut be**go sama suami".

Membuang muka jijik,"Wekk....suami?Gue tidak akan pernah dan tidak akan pernah, tidak akan anggap lu suami gue....setelah beberapa bulan kita cerai",marah tetap di depan Jefri yang hanya berjarak beberapa meter.

Mendorong kening Alin,"Pernikahan bukan mainan boneka tol***ol",ucap Jefri sikat cuek sebelum berlalu pergi meninggalkan kamar tidak luma menutup pintu kamar nya kembali membiarkan Alin sendirian.

Jeovano Alinonar Agathis

Remaja perempuan ini hanya bisa terdiam terpaku melihat kepergian Jefri meninggalkan kamarnya. Dengan raut wajah datar seakan-akan ia memilih untuk mengalah dari pada melanjutkan perdebatan dengannya.

Remaja perempuan ini adalah Alin. Anak sulung dari dua bersaudara. Alin memiliki seorang adik laki-laki bersama Jeovano Aliam Ferdinand. Sebagai seorang anak sulung tentu Alin memiliki watak keras seorang anak sulung. Iya bisa kalian tebak, jika Alin adalah perempuan tegas, kuat, pemberani, dan yang paling tidak boleh di tinggal dari sifat anak sulung, keras kepala.

Papa Alin bernama Hendri Ferdinand seorang pengusaha, dan mama Alin bernama Selvia Ferdinand matan guru TK.

Tidak perlu di jelaskan lebih dalam lagi, karena di lihat dari profil keluarga nya. Alin adalah seorang anak perempuan yang besar di keluarga Cemara yang harmonis.

Next....

Hingga pada suatu seketika Alin tiba-tiba terlibat suatu peristiwa yang membuatnya sampai harus menikah paksa di hari itu juga dengan seseorang lelaki yang belum ia kenal sama sekali.

Sepulangnya dari sekolah Alin tidak langsung pulang ke rumah. Ia dan dua sahabat berjalan-jalan terlebih dahulu menyusuri Kota sebelum pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku novel. Mereka bertiga juga mampir ke toko alat-alat musik dlll, untuk membeli kaset musik.

Saat dalam perjalanan pulang itulah Alin yang terlalu sibuk dengan ponselnya karena terus saja menerima panggilan telepon dari papa nya membuat ia tidak fokus melihat ke depan tempat berjalan kaki.

Hingga ia baru mematikan layar ponsel itulah Alin langsung bertubrukan dengan seorang lelaki yang berlawanan arah dengan nya. Laki-laki itu terburu-buru sekali pergi, ia juga sempat m ngambil dua ponsel mereka berdua yang jatuh sebelum berlalu pergi,"Sorry",katanya singkat.

Salah seorang teman Alin yang melihat nya berkata,"Makanya Alin kalau jalan jangan main ponsel, sudah sini kamu jalan di tengah saja",menggeser posisi tempat Alin berdiri.

Sepulangnya Alin langsung mandi bebersih diri dan tidur tanpa makan terlebih dahulu sampai menjelang malam hari. Di keesokan harinya. Alin baru bangun dan baru menyalah layar ponsel yang ia biarkan tergeletak semalaman tidak berguna.

"Elohh!Kenapa hp gue bisa tidak bersandi?Sandi nya mana?",ujar Alin belum memahami situasi.

Sampai tiba-tiba panggilan telfon masuk ke dalam ponsel yang ia genggam. Dari siapa?Dari nomer telpon nya sendiri. Alin tau karena ia hafal betul nomer telpon miliknya.

Tersambung.

*Hallo", terdengar suara sapaan suara laki-laki di seberang sana.

*Ponsel lu ketukar dengan ponsel gue",kata lelaki ini di seberang sana sekali lagi.

Baru ingat tentang kejadian tabrakan kemarin.

"Bisa ketemuan sekarang?",tanya Alin langsung tode poin.

*Gue tidak bisa sekarang, gue bisanya nanti malam...Gue masih ada kegiatan sampai nanti sore".

"Terus?Ponsel gue gimana?Gue harus pakai ponsel lu seharian gitu?",

*Iya, sorry. Kegiatan gue jauh lebih penting".

"Hemm....".

*Nanti gue telfon lagi, Bye..."

"Nam...", tutttuuuttt.... panggil sudah di akhir sepihak oleh seseorang di seberang sana.

Melihat layar ponsel ini lagi,"Astaga pantes sejak semalam ponsel gue damai sekali",kata Alin baru menyadari keadaan jagal tetang ponselnya semalaman yang terdiam anteng, kalau biasa centang centung, hanya bisa tenang jika paket data di matikan.

Alin juga menyadari satu, kalau pantas saja ponsel nya ketukar dengan laki-laki misterius itu. Toh ponsel milik sama persis dengan milik lelaki misterius itu. Tidak pakai casing, warna hitam, merek sama, pelindung layar yang sama, memiliki satu goresan menjalar panjang di tengah layar.

Walaupun sangat heran, bagaimana bisa. Alin yang tidak mau ambil pusing memilih lekas beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap-siap mandi dan turun ke lain satu rumah.

Singkat cerita malam harinya Alin kembali mendapatkan panggilan telfon yang nomer yang sama.

"Temui gue di tempat itu saja, aku tunggu cepat!",minta Alin memaksa di susul mematikan panggilan telepon ini sepihak.

Alin terburu-buru mengambil jaket nya sebelum akhirnya berlalu pergi keluar kamar.

Jeffri Abdi Kurniawan

Jeffri atau biasa di tulis atau di panggil Jefri. Anak Tunggal dari keluarga Abdi, keluarga yang cukup memiliki pengaruh besar untuk negara nya.

Tapi sayangnya Jefri ataupun keluarga tidak perduli. Keluarga Jefri lebih suka untuk menutup rapat kehidupan nya dari media umum, menjaga privasi keluarga dengan baik. Sehingga hanya beberapa orang tertentu saja yang mengenal Jefri sebagai anak miliarder. Sementara yang lain menganggap Jefri sebagai lelaki remaja biasa.

Di tambah lagi Jefri juga tipikal orang tertutup, ia tidak terlalu suka menceritakan kehidupan pribadi terutama tentang keluarga kepada sembarang orang. Sehingga jadi tidak heran jika banyak dari mereka yang menganggap Jefri anak dari keluarga orang kayak biasa.

Teman-teman atau sahabat dekat Jefri hampir semua tidak pernah tau kediaman asli rumah Jefri yang seperti mansion istana mewah. 98% dari mereka hanya tau kediaman rumah apartemen sederhana Jefri saja.

Jefri adalah remaja berandalan yang jarang pulang ke rumah. Walaupun ia sebenarnya banyak memiliki kegiatan ekstrakurikuler di sekolah nya. Ia adalah anak Voli dan silat. Juga ketua regu PMR, membuat semakin jarang ada di rumah karena sibuk dengan acara perkemahan atau lain nya.

Walaupun begitu Jefri tetaplah remaja pada umumnya, ia cuek dan memiliki privasi kuat. Tapi di setiap daerah ia pasti di kenali.

Next.....

Jefri terlibat dengan suatu masalah yang harus ia selesaikan secepatnya. Ia mengemudi motor nya dengan kecepatan sedang menerabas dingin angin malam, juga gelapnya jalanan yang saat ini tengah ia lewati.

Hingga akhir tibalah ia di suatu tempat di sampaikan bangun besar yang entah bangunan apa. Jefri menghentikan motor tepat di samping seorang perempuan yang tengah berdiri sendirian di sana.

"Lu sendirian dari tadi?",tanya Jefri pada remaja perempuan berjaket hitam abu-abu tertutup ini.

"Iya, rumah gue di gang tadi lurus terus lurus jauh sih,"Beralih menatap Jefri kesal."Lu lama be**go".

"...",beranjak turun dari atas motor nya bermaksud untuk menghargai lawan bicara nya.

Jefri justru membuat kesalahan terbesar, ia kakinya tanpa sengaja tersandung sesuatu yang membuat nya langsung terjungkal tepat bersamaan dengan remaja perempuan ini.

Cekatan Jefri langsung memutar balikkan tubuhnya untuk berganti menjadi kasur pelindung untuk perempuan ini yang kemungkinan besar bisa tertindih tubuhnya.

Brugkkk.....,"Aasstt...", rintihan Jefri yang kepala membentur langsung tanah. Syukurlah saat itu ia jatuh di tanah cuma aspal beda mungkin cerita nya.

"Aduh..", memegangi kepala yang membentur tubuh Jefri kuat.

"Kau tid....".

Cahaya lampu senter yang tiba-tiba menyinari mereka membuat kedua reflek melihat ke arah cahaya itu datang.

"Ada remaja mesum pak",

"Astagfirullah...".

Jefri langsung reflek bangun, ia juga cekatan membantu Alin perempuan yang saat ini bersamanya untuk bangun juga.

Bapak-bapak yang melihat mereka berdua langsung berjalan menghampiri, tanpa mengintrogasi mereka langsung di gelandang ke balai desa.

Alin yang meras tidak melakukan apapun terus saja membantah tuduhan bapak-bapak ini, begitu juga Jefri. Tapi tidak satupun dari mereka yang mendengar Jefri ataupun Alin. Hal itu membuat Alin semakin marah hingga di balai desa pun Alin hampir bentrok dengan salah satu bapak-bapak yang terus saja memfitnah nya yang tidak-tidak.

Akan tetapi walaupun keduanya tidak bersalah. Jefri dan Alin tetap di nikahan saat orang tua masing-masing dari mereka berdua menyetujui nya tepat di hari dan malam itu juga di balai desa.

Alin sama sekali tidak bisa membantah ataupun menolak karena papa dan Jefri sama sekali tidak menolak keputusan ini, bahkan mama Alin sangat mendukung.

Karena kesalahan yang tidak pernah Jefri dan Alin lakukan itulah, kini keduanya resmi menikah tanpa seorangpun mengetahui tentang pernikahan mereka berdua. Agar keduanya tetap bisa bersekolah tenang.

Eps.3

Selepas makan Jefri langsung tancap gas mengendarai mobil nya pergi mengantar Alin ke rumah orang tua nya.

Saat itu Han sudah tidak ada di rumah. Han sudah berangkat ke kantor, ia hanya menitipkan bingkisan ke art rumah untuk di berikan kepada Alin dan orang tuanya nanti.

Karena jarak rumah Jefri dan Alin terbilang cukup jauh. Dengan terpaksa setelah 1 jam mengendarai mobil. Jefri baru sampai di kediaman rumah Alin. Ia memarkir mobil di halaman depan rumah Alin yang cukup luas.

Alin beranjak turun lebih dulu setelah menyadari mobil sudah terparkir dengan benar. Yang baru di susul oleh Jefri.'Tidak ku sangka ayah masih memiliki sahabat kalangan menengah',pikir Jefri memilih rumah sederhana di depan.

Jefri sedikit terkejut, di kala ia dan ayah tidak pernah akur. Apa hubungannya?Jefri pikir ayah yang keras kepala dan kaya raya itu tidak akan pernah memiliki teman. Jefri berpikir demikian karena ayah nya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dari pada santai di rumah. Jadi besar kemungkinan ayahnya tidak memiliki teman satu pun.

Tapi dugaan nya salah. Ayahnya memiliki teman, dan terkejut temannya adalah seseorang dari kelas menengah.

"Woy!", panggil Alin yang sudah berdiri di belakang jok mobil."Ini gimana bukanya, tidak ada pegangan untuk menarik nya".

'Be**go!',Jefri berjalan mendekati Alin. Ia sedikit membungkuk badannya di depan jok mobil sembaring menjulurkan tangannya di depan lambang mobil. Di saat itulah lampu menyala sekilas dari logo itu dan di susul dengan jok mobil yang terbuka sendiri tanpa ribet.

Sembaring ngedumel Alin mengambil barang bawaan nya,'Mobil seperti tai gini di pakai, cih ruwet sekali idup orang kaya, buang-buang uang',setelah nya ia nyelonong pergi begitu saja meninggalkan Jefri. Yang terpaku mendengar ngedumel nya Alin yang cukup keras tanpa takut sedikit dengan nya tersinggung.

Jefri mengambil beberapa bingkisan besar yang masih di tinggalkan di jok mobil untuk ia bawa menyusul Alin yang sudah pergi duluan.

Melihat ke datang kakaknya,"Loh Pa kenapa kakak masih di rumah?",ujar Liam adik laki-laki Alin yang baru saja akan duduk di kursi dekat meja makan.

Alin menyalami papa nya dan mama nya sebelum akhirnya menyikat kepala adiknya,"Alin",tegur Hendri."Dia adik mu Alin".

Bergeser tempat duduk di samping mama nya,"Bukan Pa, dia psikopat",timpal Liam menghindari serangan Alin dengan berlindung di dekat mama nya.

"Sini ikut gabung Jefri",ajak Mama Aliyah pada Jefri yang baru terlihat di ambang pintu masuk ruang makan.

Jefri mengangguk ringan, ia berjalan masuk. Tidak lupa ia memberikan bingkisan pemberian ayahnya untuk orang tua Alin setelah ia menyalami punggung tangan keduanya.

Ia di sambut sangat hangat kehadiran nya oleh keluarga Alin. Tapi karena ia dan Alin sudah makan di rumah. Sehingga saat sampai Jefri hanya bisa duduk menemani Hendri dan Liam makan sembaring menikmati secangkir kopi hitam yang mama Aliyah buatkan.

Sementara Alin pergi ke kamar nya bersama Mamanya untuk mengemasi barang-barang yang akan ia bawa nanti.

Alin yang masih merasa sedih harus secepat ini meninggalkan rumah dan kedua orang tua nya hanya bisa terduduk termenung di sandaran bahu Mamanya.

Sementara mama Aliyah yang merasakan bahunya yang mulai basah,"Putri mama bisa nangis juga",canda mama Aliyah.

Tapi tidak mendapatkan respon apapun dari Alin yang teramat benar-benar berat dan sedih harus pergi secepat ini meninggalkan kediaman rumah dan keluarga nya.

Mama Aliyah membenarkan posisi duduk Alin yang kini membuat Alin menghadap dirinya. Mama Aliyah menghapus bui bening yang membasahi pipi putrinya,"Kamu bisa kapanpun ke sini kalau rindu dengan mama ataupun papa",tutur kata Aliyah.

"Sudah jangan nangis, katanya tidak bisa nangis kenapa sekarang nangis seperti ini",ledek Mama Aliyah sembaring mengelus lembut surai rambut Alin yang saat ini sudah tidur berbantalkan paha mamanya.

Next.....

"Jefri",Mama Aliyah memanggil mertuanya.

Jefri menghentikan langkah kaki yang hendak menaiki tangga, berbalik badan menghadap mertuanya yang tengah berjalan mendekati nya.

"Kamu sibuk hari ini?",

Menggeleng ringan,"Tidak bu",

"Kalau tidak sibuk kalian berdua pulang nanti malam-malam saja. Soalnya Alin....", menjeda nada bicara.

Jefri tersenyum kecil,"Iya biarkan Bu, saya juga seneng ada di sini. Ayah Alin sama Ibu baik sekali, saya seneng".

Berpaling melihat ke sisi ruangan rumah,"Ibu sepertinya juga sangat akrab dengan bunda saya",iya, Jefri melihat pigura tidak terlalu besar yang di letakan di atas meja. Pigura yang menunjuk foto bahagia Mama Aliyah dan Almarhum Bunda Jefri.

Mama Aliyah tersenyum kecil,"Bunda kamu orang baik Nak Jefri,"Menghapus bui bening yang hendak keluar. Mama Aliyah meraih tangan Jefri dengan kedua tangannya."Ibu titip Alin. Putri ibu masih gadis remaja, jadi ibu harap kamu bisa mengerti dengan sikap kekanak-kanakan nya".

"Alin sangat pemberani tapi aslinya Alin hanya gadis cengeng yang kalau sudah nangis seperti anak kecil",di barengi candaan dan senyuman hangat.

Mendengar itu Jefri hanya membalas dengan anggukan kepala ringan. Mama Aliyah berlalu pergi setelah menyelesaikan obrolan nya dengan Jefri. Sementara Jefri kembali melanjutkan perjalanan untuk pergi ke kamar Alin.

Di sana ia langsung merebahkan tubuh di samping Alin yang masih tertidur pulas. Hingga ia memejamkan kedua kelopak matanya menyusul Alin ke dalam alam mimpi.

Singkat cerita sore hari pun tiba, tapi keduanya belum juga bangun. Alin masih tidur pulas bahkan sampai merangkul pinggang Jefri yang sama-sama masih tertidur pulas.

Hingga suara panggilan telfon dari ponsel Alin lah yang baru membangunkan Jefri dari tidurnya. Sayup-sayup Jefri merambah-rabah meja dekat tempat tidur untuk mencari benda yang mengeluarkan suara berisik itu.

Setelah dapat dengan sebagian mata yang masih terpejam Jefri mengangkat panggilan telepon itu.

"Halo",

*Loh!! Cowok!Gue salah nomer be***go?".

"Eh!Bener ini nomer nya Alin bang**sat!".

"Tapi suara cowok be***go yang gue dengar".

"Masak sih! Sini-sini ponselnya",

Terjadi perdebatan di seberang sana yang masih dapat di dengar jelas oleh Jefri yang saat ini sudah duduk menunggu balasan dari entah siapa di seberang sana.

*Al",panggil suara perempuan berbeda dari di awal.

"Alin tidur",

"Gue ingat Alin kan punya adik cowok mungkin ini suara adiknya",ujar perempuan ini dengan seseorang di seberang sana yang masih sama, masih bisa Jefri dengar dengan baik.

"Aduh!Biasa aja be**go, jangan dorong-dorong kepala orang",marah perempuan ini.

"Gila lu!Adik Alin kan masih SMP kelas satu!",

"Terus?".

"Masak iya anak SMP kelas satu suaranya sudah berat kayak gitu",

"Bener juga sih!",

"WADUH ALIN DI CULIK",panik keduanya bersamaan bernada tinggi. Sampai Jefri menjauhkan ponsel dari daun telinga nya.

"Di culik apa. Alin sedang tidur sekarang, dia capek",kata Jefri masih bernada suara berat nang serak khas orang bangun tidur.

"Kalian temannya?".

*Yang ini siapa nya?".

"Gue musuhnya, nanti kalau dia sudah bangun gue kasih tau".

Tutttuuuttt...... panggil telfon di akhir sepihak oleh Jefri di seberang sini.

Jefri meletakkan kembali ponsel itu pada tempat nya semula, ia berpaling ke belakang melihat Alin yang benar-benar masih tidur seperti orang meninggal.'Dia tidur atau mati?',

Selepas bebersih diri. Jefri yang masih melihat Alin tidur pun dengan terpaksa harus membangunkan paksa. Hari sudah malam dan ia harus segera kembali ke apartemen.

Menggoyang-goyangkan bahu Alin,"Al, Al, Alin, bangun Al kita harus segera pulang".

"Al, Alin, bangun Al".

"Alin akan bangun besok pagi Nak",suara Hendri yang membuat Jefri langsung berpaling melihat ke arah pintu masuk kamar."Maaf tidak ketuk pintu dulu".

"Alin kalau sudah tidur emang gini, apalagi kalau habis nangis, susah sekali dibangunin",jelas Hendri."Kamu besok sekolah?",

"Iya yah, hari terakhir sekolah banyak pelajaran yang harus saya kebut untuk persiapan daftar ke universitas",kata Jefri menjelaskan.

Hendri manggut-manggut mengerti,"Kamu gendongan saja Alin. Barang-barang Alin biar Liam yang bawakan",

Sama seperti yang Hendri katakan Jefri mengendong Alin yang benar-benar tidak bangun masuk ke dalam mobil. Dan ia pergi dari kediaman rumah mertuanya dengan keadaan Alin yang masih tidur. Sehingga tidak ada drama kesedihan perpisahan sama sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!