NovelToon NovelToon

Suami Kejam Aleta

Pengantin Pengganti

"Tapi kenapa harus Leta, Ma ?" wajah cantik yang merona itu seketika berubah pucat.

"Lalu siapa lagi ? Mama ? Jangan ngaco kamu, Aleta !!!" Sentak Rose, mamanya.

"Tinggal kamu anak mama. Tinggal kamu harapan kami satu-satunya. Dan hanya kamu yang bisa membuat nama keluarga kita tidak menjadi bahan gunjingan orang-orang di luar sana." Lanjut Rose berusaha menekan Aleta.

***

Hari itu adalah hari yang paling di nanti-nantikan oleh Sagara Putra Wilantara, atau biasa di kenal dengan Saga.

Pasalnya, hari ini tepat di tanggal cantik 22-02-22, dia akan segera meresmikan hubungannya dengan sang kekasih, Liora.

Saga dan Liora sudah saling mengenal sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Namun saat itu Saga belum punya keberanian untuk menyatakan cintanya kepada Liora.

Ditambah lagi dengan papanya, yang selalu mewanti-wanti dirinya untuk tidak memikirkan wanita dulu. Dia harus fokus pada pelajarannya, dia harus berhasil, karena dia adalah pewaris tunggal semua harta milik keluarga Wilantara.

...

Para tamu undangan yang rata-rata adalah rekan bisnis keluarga Wilantara sudah berkumpul untuk menyaksikan peneguhan ikatan cinta sang pewaris tunggal.

Di ruang ganti, semua sedang panik karena sang mempelai wanita tiba-tiba hilang dari kamarnya.

Dia hanya meninggalkan secarik kertas bertuliskan, "Maafkan aku Saga !!! Aku tidak pantas menjadi istrimu !!!"

Kertas putih itu seketika remuk tak berbentuk di tangan Saga.

Marah, kecewa, malu, sudah pasti.

Tinggal beberapa jam lagi, dan sekarang dengan siapa dia akan menikah ?

Tubuh Saga mematung memandang jauh dari balik jendela kaca di kamar Liora yang terbuka.

"Kenapa kamu melakukan ini, Liora ?" Gumamnya dengan mata yang berubah penuh kebencian.

"Saga !!! Kenapa Liora kabur ??? Apa kalian bertengkar ?" Tanya Emma, sang mama.

Laki-laki itu tidak menjawab. Bahkan seperti tidak merasakan adanya sang mama di sampingnya.

"Saga !!!" panggil Emma lagi sedikit menaikan suaranya.

"Entahlah, Ma !" jawabnya singkat.

"Kenapa jawabanmu seperti itu ? Pernikahan bukan suatu permainan, Saga ! Lihat di depan sana sudah banyak tamu-tamu kita. Lalu jika pernikahan ini batal, apa yang harus papa dan mama katakan pada mereka ?" Emma mulai tidak bisa mengontrol perasaannya.

"Ini benar-benar memalukan, Saga !!! Mama tidak akan sanggup mendengar omongan-omongan orang di luar sana." Lanjutnya.

Sementara itu, Rose bersama suaminya Albert, yang sedang berbaur dengan para tamu undangan, mendapat kabar jika anak mereka yang akan menjadi pengantin wanita di pesta itu, menghilang entah kemana.

Dengan segera mereka pun masuk ke dalam untuk memastikan.

Mereka memasuki kamar yang di pakai Liora untuk persiapan pernikahan.

Di dalam hanya ada Saga yang masih pada posisinya, dan juga Emma.

"Saga, dimana Liora ?" Tanya Rose.

"Harusnya kami bertanya, dimana anak kalian ??? Bisa-bisanya dia ingin mempermalukan keluarga Wilantara dengan cara seperti ini !!!" Emma tidak bisa lagi menahan emosi saat kedua orang tua Liora datang.

"Maaf, Mbak Emma... tapi kami juga tidak tahu kenapa Liora sampai nekad melarikan diri seperti ini." Ucap Rose dengan rasa bersalah.

"Maaf ? Apa kalian pikir dengan kata maaf, semuanya akan selesai ? Nama baik keluarga kami di pertaruhkan disini !!!" ucap Emma.

Sejenak Rose berpikir, apa yang bisa dia lakukan untuk meredam kemarahan keluarga Wilantara atas aksi Liora ini.

"Mbak Emma, saya masih punya anak gadis satu lagi. Bagaimana kalau dia saja yang menggantikan Liora untuk menikah dengan Saga ?" Ide gila itu tiba-tiba keluar dari mulut Rose.

Membuat semua yang berada di ruangan itu kaget, kecuali Saga.

"Mama !!! Apa maksud mama ?" Albert menarik tangan Rose sambil berbisik.

"Mama sudah gila ? Aleta itu sudah punya kekasih !!" Ucap Albert mengingatkan.

"Masih kekasih kan, pa. Belum jadi suami. Hanya ini jalan satu-satunya agar tidak ada yang akan merasa di permalukan disini. Anak kita yang membuat masalah, maka harus kita juga yang mencari solusi untuk masalah ini. Dan solusinya hanya satu, Aleta menggantikan Liora !!!" Jelas Rose.

"Iya. Tapi, Ma..."

"Ssttt, tidak ada tapi-tapian papa !!! Ini urgent !!! Kita tidak punya waktu lagi untuk memikirkan cara lain." ucapnya kembali menemui Emma.

Emma masih setia berdiri di samping Saga.

"Mbak, saya akan segera kembali membawa Aleta, anak kedua kami yang akan menggantikan Liora." ucap Rose dan segera meninggalkan kamar itu di ikuti suaminya.

Emma menyentuh tangan Saga dengan lembut.

"Bagaimana menurutmu, Nak ?" Tanya Emma.

"Lakukan saja yang menurut kalian baik." Jawabnya tanpa memandang wajah sang mama.

...

Rose membawa Aleta ke tempat yang sunyi, hanya ada mereka berdua disitu.

"Ada apa sih, Ma ?" Tanya Aleta yang bingung dengan sikap mamanya yang terkesan sedang terburu-buru.

"Leta, kamu harus menolong mama dan papa !" ucapnya memegang kedua lengan Aleta.

"Maksud mama ? Aleta tidak paham maksud mama. Menolong... menolong apa ?" Tanya Aleta semakin bingung.

"Kakakmu, Liora melarikan diri !!!"

"Apa ???" Sontak saja Aleta terkejut.

"Maka dari itu, kamu harus menolong mama dan papa kali ini saja ! Gantikan Liora, dan menikahlah dengan Saga !!!"

Ucapan Rose kali ini lebih membuatnya terkejut dari pada kabar tentang Liora yang melarikan diri.

Ingin berucap namun bibirnya keluh.

"Kali ini saja kamu buktikan baktimu kepada papa dan mama !" ucap Rose lagi.

"Tapi kenapa harus Leta, Ma ?" wajah cantik yang merona itu seketika berubah pucat. Suaranya bergetar menahan rasa yang berkecamuk dalam dada.

"Lalu siapa lagi ? Mama ? Jangan ngaco kamu, Aleta !!!" Sentak Rose, mamanya.

Sepertinya wanita itu sudah mulai kehilangan kesabarannya untuk membujuk Aleta secara baik-baik.

"Tinggal kamu anak mama. Tinggal kamu harapan kami satu-satunya. Dan hanya kamu yang bisa membuat nama keluarga kita tidak menjadi bahan gunjingan orang-orang di luar sana." Lanjut Rose berusaha menekan Aleta.

Tanpa menunggu jawaban dari Aleta, Rose langsung menarik tangannya dan segera membawanya ke kamar Liora.

"Mbak, ini putri saya. Namanya Aleta !" Ucap Rose mengenalkan Aleta pada Emma.

Emma menyisir penampilan Aleta dari atas sampai bawah. Membuat Aleta tidak nyaman. Dia menundukkan kepalanya tidak ingin saling tatap dengan orang yang sedang memperhatikan dirinya.

"Baiklah ! Saya akan memanggil MUA untuk merias Aleta. Kalau bisa, jangan tinggalkan dia sendiri. Saya tidak mau dia juga ikut-ikutan melarikan diri seperti kakaknya." Ucap Emma.

"Baik Mbak. Saya yang akan menemaninya disini." Jawab Rose.

"Ayo Saga ! Biarkan dia bersiap dulu." Ajak Emma dan mereka segera keluar dari kamar itu.

Albert dari tadi hanya berdiri di depan pintu tanpa berniat untuk masuk.

Begitu Saga dan sang mama keluar, barulah Albert masuk menemui istri dan anaknya.

"Leta..." Panggil Albert.

Aleta menoleh dan segera memeluk Albert.

Dalam pelukan Albert, dia mulai terisak dalam diam. Namun Albert sangat tahu jika Aleta sedang menangis.

"Maafkan papa, Nak !!"

...****************...

Malam pertama ?

Aleta duduk di depan meja rias.

Di hadapannya ada seorang MUA yang sedang merias wajahnya yang sesekali basah dengan bulir air mata yang jatuh tanpa permisi, membuat MUA itu harus bekerja lebih keras lagi agar hasilnya tidak mengecewakan.

"Mbak, jangan menangis terus... kalau begini tidak akan selesai." Ucap MUA itu dengan hati-hati.

MUA itu pun tahu kondisi hati sang calon pengantin. Tapi bagaimanapun juga, dia di bayar untuk merias pengantin ini, dan harus selesai sebelum acaranya di mulai.

"Hidup terkadang memang kejam, mbak. Tapi yakinkanlah hati mbak, jika ini sudah menjadi jalan yang di haruskan Tuhan buat mbak. Setidaknya dengan begitu, perlahan mbak akan bisa menerima dengan ikhlas dan menjalani dengan syukur." Lanjut sang MUA.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Aleta. Seakan dia sedang berperan sebagai gadis bisu sekarang.

...

Dengan gaun putih yang terlihat sangat mewah dan elegan, gadis 21 tahun itu di sambut tepuk tangan dan decak kagum dari para tamu yang hadir.

Ya, karena memang Aleta memiliki paras yang cantik. Pembawaannya yang kalem pun membuat siapapun yang melihat wajahnya merasa teduh.

Di tambah dengan postur tubuh yang sangat mendukung, membuat Aleta terlihat sebagai pasangan yang sempurna bagi Sagara.

Namun di saat semua orang tengah mengagumi sang pengantin wanita, tidak dengan Saga.

Bahkan melihat wajah Aleta pun dia enggan.

Raut wajah pria itu terlihat sangat datar tanpa ekspresi.

[Ya Tuhan, inikah lelaki yang Engkau inginkan menjadi pasangan hidupku ? Lelaki yang begitu dingin dan angkuh ?]

Aleta bercerita dalam hati. Menangisi nasibnya. Nasib yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

[Aku bahkan tidak mengenal dirinya. Lalu, bagaimana dengan Edgar ? Bagaimana aku harus menjelaskan semua ini padanya ? Tuhan... bolehkan aku menolak ini semua ?]

[Kak Liora, kakak dimana ? Tolong kembali kak !!! Tolong jangan buat Leta terjebak dalam pernikahan ini.]

Ingin rasanya berteriak, namun perkataan sang mama masih terus terngiang di telinga.

Mungkin sudah saatnya dia membalas semua kebaikan Albert dan Rose. Karena jika bukan karena mereka, Aleta tidak tahu bagaimana dia akan tumbuh dewasa setelah kematian kedua orang tuanya saat dia masih kecil.

Karena rasa hutang Budi itulah Aleta tidak bisa menolak permintaan Rose untuk menggantikan Liora, menjadi pengantin bagi pria bernama Sagara, saat ini.

***

Berbeda dengan Aleta, Sagara sepertinya tidak terlalu memusingkan dengan siapa dia menikah.

Mungkin karena sudah terlalu kecewa.

Wanita yang sangat dia cintai, meninggalkannya di hari pernikahan mereka.

Hari yang sudah lama mereka nantikan bersama.

Saga masih ingat betul, saat Liora berjanji untuk selalu berada di sampingnya apapun yang terjadi.

Namun sekarang, dia malah pergi entah kemana, dengan siapa, dan dengan alasan apa.

***

Acara pemberkatan dan resepsi di sebuah taman vila milik keluarga Wilantara akhirnya berjalan dengan lancar.

"Baiklah Saga, Aleta, kami harus kembali malam ini juga. Kalian nikmatilah malam pertama kalian." Ucap Emma pamit.

"Iya Leta, mama dan papa juga harus kembali malam ini. Lagi pula, kami tidak ingin menggangu kalian." Rose juga ikut pamit.

"Nak Saga, sekali lagi papa minta maaf. Tapi sekarang sudah ada Aleta. Papa harap kalian bisa saling menerima. Belajarlah untuk saling mengenal terlebih dahulu. Papa titip putri papa padamu." Albert tiba-tiba angkat suara.

"Iya, Pa." jawabnya singkat.

Ingin rasanya dia juga ikut pergi dari sana, namun apa daya.

Aleta hanya bisa memandangi kepergian orang tuanya dengan mata berkaca dan pikiran yang melayang-layang entah kemana.

Kini hanya tinggal mereka berdua di villa besar itu.

Sikap Saga begitu dingin, membuat Aleta tidak berani bahkan hanya menatapnya saja.

Saga segera kembali ke kamar, sementara Aleta masih diam mematung tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Kenapa masih berdiri disana ? Cepat masuk !!!" Teriak Saga saat laki-laki itu sudah berada di depan pintu kamar pengantin mereka.

Dengan ragu Aleta melangkahkan kakinya mengikuti perintah sang suami.

[Kenapa dia memintaku untuk masuk ke dalam kamar itu ? Bukankah itu adalah kamar pengantin ? Apakah dia menginginkan malam pertama kita ?] Tak henti Aleta bertanya dalam hati.

Aleta tiba di depan pintu, dan Saga masih berdiri disana.

"Masuk !!!" Perintah Saga.

Aleta pun masuk di ikuti Saga di belakangnya.

Braakkk....

Aleta terperanjat saat mendengar suara pintu yang di banting dengan sangat kuat.

"Ma-maaf... tapi jika kamu tidak menginginkan aku ada disini, aku bisa tidur di luar saja." Ucap Aleta menahan ketakutannya.

"Tidur di luar ? Kau ini istri atau apa, hah ?!" Sentak Saga membuat tubuh Aleta kaku.

"Dan dengarkan perkataan ku !!! Kau harus memanggilku dengan sebutan, Tuan !!!"

Saga menarik tangan Aleta dengan kasar lalu mendorong tubuh kecil itu hingga jatuh di atas ranjang yang di penuhi bunga mawar merah, kesukaan Liora.

Tubuh kekar Saga mengungkung dirinya.

Aleta semakin ketakutan dibuatnya. Tubuhnya bergetar, bibirnya pun keluh.

"Apa yang kau harapkan dari pernikahan ini ?" Saga berbisik di telinga Aleta.

Namun Aleta tak menjawab. Dia masih sangat ketakutan. Raut wajah Saga jelas mencerminkan kemarahan yang teramat sangat, membuatnya tak berani menatap wajah garang itu.

"Jawab aku !!! Dasar wanita sialan !!!" Teriak Saga menarik rambut bergelombang Aleta hingga wajahnya mendongak.

"A-apa salahku padamu ? Ke-kenapa kamu memperlakukan ku seperti ini ?" Aleta terisak dan memberanikan diri.

"Sudah ku katakan, panggil aku tuan !!!" Sentaknya membuatnya Aleta menutup kedua matanya ketakutan.

"Ba-baik, tuan. Maafkan saya..."

Pria di hadapannya itu tertawa dengan keras.

Dia melepaskan Aleta lalu berdiri memunggungi nya.

"Jika kamu bertanya salahmu apa, salahmu adalah menjadi adik dari Liora !!!" ucap Saga dengan penuh penekanan.

Deg!

[Laki-laki ini pasti sangat kecewa dan sakit hati dengan perbuatan kak Liora yang meninggalkannya di hari pernikahan mereka. Tapi, kenapa harus aku yang menanggungnya ? Kenapa harus aku yang menerima pembalasan dari laki-laki ini ?] Batin Aleta menangis.

"Berhenti menangis !!! Aku tidak sudi melihat air mata wanita !!! Semuanya palsu !!!" Sentak Saga.

Aleta menghapus air mata di pipinya dengan kedua tangannya dengan cepat. Namun lagi-lagi air mata itu turun tanpa permisi. Ia tidak mau membuat pria itu semakin marah. Dengan sedikit gugup, Aleta terus menyeka air matanya saat Saga mulai mendekatinya lagi.

"Ganti pakaianmu dan segeralah tidur !!! Tidak usah menungguku karena aku tidak akan pernah menyentuhmu !!! Jadi jangan pernah mengharapkan itu !!!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Aleta di dalam kamar besar itu.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup kembali, tubuh Aleta langsung ambruk begitu saja di atas lantai marmer yang dingin.

Kakinya serasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk menopang tubuhnya.

"Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Dan aku juga berharap kamu tidak akan pernah menyentuhku, sampai hari dimana pernikahan ini berakhir.

Tapi apakah bisa ? Apakah aku bisa bercerai darinya ?"

...****************...

Mama & Papa mertua

Aleta terbangun. Dia menatap langit-langit kamar.

"Hhh... Ternyata ini benar terjadi. Aku pikir pernikahan itu hanya mimpi." Gumamnya pelan.

Aleta melihat ke sampingnya, tidak ada Saga disana. Dia pasti tidak tidur di kamar ini.

Jam masih menunjukkan pukul lima pagi.

"Oke, Aleta !!! Kamu wanita ! Kamu harus siap menghadapi hari ini !!! Semangat !!!"

Aleta turun dari ranjang, mengikat rambut bergelombang nya, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kurang lebih lima belas menit, Aleta keluar dari kamar.

Sejauh mata memandang di sekeliling villa, tidak nampak sosok Saga disana.

"Dimana dia ?" Gumam Aleta sambil terus melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Mungkin dia tidur di kamar lain." Lanjutnya.

Aleta membuka kulkas, melihat apa yang ada di dalam kulkas untuk sarapan nya dengan sang suami.

Ya, Aleta sadar sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Dan sudah menjadi kewajibannya untuk melayani semua kebutuhan suaminya. Meskipun sikap suaminya terkesan kasar, tapi Aleta mencoba untuk bisa menerima semuanya.

Siapa tahu dengan ketabahannya, suaminya perlahan bisa menerima dirinya dan memperlakukannya layaknya seorang istri.

Kurang lebih setengah jam Aleta berkutat di dapur, dia pun selesai membuat sarapan seadanya menggunakan bahan yang ada.

Setelah itu ia kembali lagi ke kamar.

Begitu masuk, dia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

"Itu pasti tuan Saga. Baiklah, aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang istri dengan baik, meskipun dia tidak akan pernah menganggap ku sebagai istri. Setidaknya aku tidak berdosa." Gumamnya sambil menyiapkan pakaian ganti untuk Saga.

Aleta mengambil kaos berwarna putih dengan celana jeans berwarna gelap, juga pakaian dalam Saga.

Ia meletakkannya di atas ranjang, lalu keluar lagi dari kamar itu.

Dia tidak ingin melihat Saga yang belum berpakaian.

Aleta menunggu di luar sampai Saga keluar dari kamar dengan keadaan rapi.

Sebuah senyum tergambar di wajah Aleta saat melihat Saga memakai pakaian yang ia siapkan.

"Tuan, saya sudah siapkan sarapan untuk anda." Ucapnya.

"Baguslah jika kau tahu kewajiban mu !" sahut Saga datar dan langsung berlalu.

Aleta pun berjalan menyusul Saga ke meja makan.

Dengan segera Aleta mengambil piring dan menyendokkan nasi goreng buatannya lalu menaruh kembali piring itu di depan Saga.

"Hanya ini yang bisa kau buat, hah ?!" Saga menatap nasi goreng di depannya.

"Iya tuan, karena disini hanya ada bahan untuk membuat nasi goreng." Jawab Aleta menundukkan kepalanya.

Dengan kasar Saga mendorong piring berisi nasi goreng itu menjauh darinya, hingga tumpah.

Aleta kaget melihat itu, namun tidak berani untuk protes.

"Aku tidak berselera dengan masakan mu !!!" ucap Saga berdiri dari tempat duduknya.

"Bersiaplah !!! Kita pulang sekarang !!!" Perintah Saga.

"Pu-pulang , tuan ?" Tanya Aleta.

"Tidak usah banyak tanya !!! Lakukan saja perintah ku !!! Cepat, sana !!!" Hardiknya dengan tatapan elang seakan siap memangsa Aleta.

"Ba-baik tuan..." Aleta segera bangkit dari duduknya dan sedikit berlari menuju kamar.

"Lima menit !!!" Teriak Saga membuat Aleta semakin melajukan kakinya.

Dia harus sudah selesai dalam waktu lima menit, karena jika tidak, itu akan memancing emosi sang suami.

***

Mobil Saga tiba di sebuah rumah mewah.

Aleta sedikit menganga melihat sekeliling rumah itu.

"Turun !!!" Titah Saga.

"Baik, tuan." Jawabnya dan langsung turun dari mobil.

Saga berjalan lebih dulu, di ikuti Aleta di belakangnya.

"Kalian sudah kembali ?" Sambut Emma memeluk tubuh kekar putranya.

Sementara Aleta, ia ingin menyalami mama mertuanya tapi dia ragu. Dia takut jika nanti di sangka lancang.

Emma yang melihat Aleta hanya diam saja pun angkat suara.

"Aleta, kamu tidak menyalami mama mertua mu ini ?" Tanya Emma.

"Eh, i-iya..." Ucap Aleta terbata dan langsung meraih tangan Emma dan mencium punggung tangan yang masih terasa sangat halus itu.

"Apa kalian sudah sarapan ?" Tanya Emma.

"Belum." Jawab Saga singkat.

"Lho, kamu tidak menyiapkan sarapan untuk suami mu, Aleta ?" Tanya Emma.

"Jangan menyuruhnya memasak untukku, Ma ! Aku tidak berselera dengan masakannya !" sahut Saga, sementara Aleta hanya diam tertunduk tidak tahu harus berkata apa.

"Hhh... baiklah. Sarapan disini saja. Kebetulan mama dan papa juga baru mau sarapan. Ayo, kalian gabung saja." Ajak Emma.

Saga langsung berjalan meninggalkan Emma dan juga Aleta.

Melihat kepergian Saga, Aleta hanya bisa bernafas panjang.

Emma mendekati menantunya itu.

"Kamu harus sabar menghadapi suami mu. Sikapnya memang terkesan dingin. Apalagi dengan kejadian kemarin. Dia sangat kecewa dengan kakakmu. Mama tidak terlalu yakin jika dia akan bersikap baik padamu. Tapi mama harap kamu bisa membuat Saga berubah." ucap Emma menepuk pundak Aleta.

"I-iya Tante..." Jawabnya ragu.

"Tante ? Kamu menantuku sekarang, panggil aku mama, seperti Saga memanggilku." Ucap Emma membuat sebuah senyuman kecil terbentuk di wajah Aleta.

"Ta-tapi... aku takut Tante." Jawab Aleta gugup.

Emma mengerutkan keningnya.

"Takut kenapa ?" Tanyanya.

"Aku takut tuan Saga marah karena aku lancang memanggil Tante dengan sebutan yang sama dengan yang tuan Saga panggil terhadap Tante." Jelas Aleta.

"Tuan ?" sekali lagi Emma bertanya.

"Iya, itu perintah Tante. Aku tidak mungkin melawan perintah tuan Saga karena aku juga sadar posisiku hanya sebagai istri pengganti." Jawabnya.

"Ya... memang lebih baik kamu menuruti semua perkataannya sekarang. Karena dia sedang tidak baik-baik saja." ucap Emma mengerti.

"Ya sudah, ayo masuk dan ikut sarapan." Ajak Emma di angguki oleh Aleta dan mereka pun masuk.

Di meja makan sudah ada Saga dan papanya, Alex.

Emma membawa Aleta ke tempat duduk di samping Saga dan memberinya kode untuk duduk.

"Selamat pagi, Om." Sapa Aleta kepada papa mertuanya.

"Pagi Aleta." Jawabnya singkat.

Tiba-tiba Saga berdiri dari tempat duduknya.

"Mau kemana, nak ?" Tanya Emma.

"Aku sudah selesai !!" Ucapnya tanpa menjawab pertanyaan mamanya.

Aleta hanya bisa menatap kepergian suaminya. Lalu pandangannya beralih ke atas piring bekas makan suaminya.

Masih ada separuh roti yang tersisa. Artinya dia belum selesai makan. Tapi kenapa dia pergi ? Apa mungkin karena kehadiran Aleta di meja makan membuat nafsu makannya hilang ?

Sekuat mungkin Aleta berusaha membuat hatinya tegar dengan sikap dan perlakuan sang suami.

Aleta bisa memakluminya, hanya saja dia pun hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit jika terus menerus di perlakukan seperti itu.

"Kamu baik-baik saja, Aleta ?" Tanya Alex membuyarkan lamunan Aleta.

"I-iya Om..."

"Jangan terlalu di masukkan hati. Kamu hanya harus sedikit lebih keras berusaha meluluhkan hati suamimu." Lanjut Alex.

"Leta akan berusaha sebisa Leta, Om, Tante..." Jawabnya sedikit mengukir senyuman.

"Setidaknya ada mereka berdua. Mama dan papa mertua yang baik terhadapku di tempat asing ini. Ahh, apakah pantas aku menyebut mereka seperti itu ?" Batin Aleta.

"Ya sudah, kamu makanlah dulu dan segera susul suamimu. Layani dia apapun yang dia perlukan." Ucap Emma menyentuh tangan Aleta.

"Baik, Tante..."

Aleta pun mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat di atasnya.

"Ternyata seperti ini sarapan mereka ? Pantas saja dia tidak selera dengan nasi goreng buatan ku. Rupanya dia hanya terbiasa sarapan seperti ini." Batin Aleta memperhatikan apa saja yang terhidang di atas meja.

Tiba-tiba,

"Aleta !!!!"

Suara teriakan terdengar sampai meja makan. Membuat Aleta yang baru saja ingin memasukan potongan roti ke dalam mulutnya, kaget bukan main.

Dengan cepat dia meletakkan kembali roti itu dan hendak pergi menemui orang yang berteriak memanggil namanya yang tidak lain adalah suaminya.

"Mau kemana ? Kamu belum juga makan !" Tanya Alex.

"Maaf Om, tapi aku harus segera pergi. Aku tidak mau tuan semakin marah." Ucap Aleta membuat Alex menatap istrinya penuh tanya.

"Yah.. begitulah, Pa !" Ucap Emma mengangkat kedua pundaknya dan melanjutkan sarapannya.

Sementara Alex hanya bisa menarik nafas dan membuang nya dengan kasar.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!