NovelToon NovelToon

Serangan Balik Wanita Dianggap Lemah

Hilangnya Sang Ketua

Xavia mengenakan high heels hitam, menunjang kaki jenjangnya berkulit putih, rambut ikal panjang sepunggung dan postur badan tinggi berdiri tepat di depan pintu utama keluarga Linn.

Ia baru saja selesai berlatih menembak, kini senjata jenis tanfoglio xtreme diberikan kepada anak buahnya sang papa, sambil mengerucutkan bibir.

Bermain main dengan senjata seperti itu, sama sekali bukan passionnya, oleh sebab itu ia selalu menggerutu kalau waktunya berlatih.

Terbukti, sampai sekarang ia tak pernah bisa menembak target tepat sasaran.

Para anak buah menundukkan pandangan saat berpapasan dengan Xavia Linn—putri satu-satunya Dominic yang merupakan seorang ketua geng motor Black Horses.

Black Horses memiliki slogan; “Lebih baik jadi pemangsa sebelum dimangsa” adalah salah satu geng motor terbesar di dunia, memiliki banyak anggota, di bawah kekuasaan Dominic menjadikan Black Horses sangat disegani.

Tak heran juga jika black horses memiliki banyak musuh. Banyak geng lain yang mengincar posisi mereka.

Xavia duduk di meja makan sendirian, pelayan datang membawa berbagai menu di atas meja. Kemudian mata indah bermanik coklat memutar ke sisi sebelah kanan, kursi di sana masih kosong.

“Di mana Papaku? Bukankah seharusnya dia duduk di sini menyantap makan siang bersamaku?” tanya Xavia pada pelayan yang berdiri di sebelahnya.

Xavia terbiasa makan bersama sang papa semenjak kecil. Jika tidak ada Dominic maka rasanya seperti hambar.

Pelayan laki-laki itu hampir saja membuka mulut mau menjawab pertanyaan Xavia. Tetapi urung saat seorang laki-laki merupakan anak buah Dominic masuk ke dalam rumah sambil tergopoh-gopoh.

Xavia yang duduk santai sambil menikmati makanan di ujung garpunya itu menoleh berekspresi bertanya-tanya.

“Billy, kenapa kau kembali sendirian, di mana papaku?” tanyanya kembali memasukkan makanan lagi ke mulut tanpa menoleh.

“Ada kabar kurang baik, Nona Xavia.” Wajah Billy berkeringat sangat panik.

“Katakan, kapan papaku kembali? Aku tidak terbiasa makan tanpanya,” Xavia meletakkan garpu kehilangan selera makan.

“Tuan Dominic tidak akan kembali, Nona, maafkan saya,” ucap Billy sambil menundukkan sedih.

“Tidak kembali?” Xavia bingung, apa yang dimaksud dengan tidak kembali.

“Tadi telah terjadi pertarungan antara geng Black Horses dengan kelompok Blue Sky, mereka sangat licik, menyusun siasat sehingga membuat anggota Black Horses terjebak dan termasuk Tuan Dominic yang ikut tertembak,” ucap Billy merasa bersalah.

Xavia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Syok sampai tidak bisa berkata kata lagi.

Secara bersamaan Kenard merupakan orang kepercayaan Dominic dengan keadaan terluka berjalan menghampiri Xavia.

“Kau harus menyelamatkan diri, Xavia, pergilah dari sini untuk bersembunyi! Setelah menghabisi Tuan Dominic, sekarang mereka mengincar kau sebagai target selanjutnya,” ucap Kenard panik.

Hari ini Xavia sangat terpukul atas kehilangan papanya yang amat dia sayangi. Bukan itu saja, bahkan sebagian para anggota Black Horses ikut kehilangan nyawa dan luka-luka.

Kini dirinya menjadi incaran mereka, sebab adalah target selanjutnya. Xavia bersembunyi di ruang bawah tanah untuk menyelamatkan dirinya.

Mamun, Xavia tidak selamanya harus bersembunyi dari musuh. Ia mulai memikirkan cara untuk melindungi kelompok geng motor yang sudah sudah payah dibangun oleh sang papa.

“Tujuan mereka adalah melenyapkan Black Horses sampai tak tersisa. Maka dari itu, ingin membunuhmu karena kau anak satu-satunya Tuan Dominic. Merupakan ancaman bagi mereka,” ucap Kenard.

“Aku tidak akan membiarkan keinginan mereka terkabul. Sebab aku akan membuat Black Horses tetap berdiri tegak, apa pun caranya, akan aku lakukan. Aku tidak mau perjuangan papa hilang begitu saja direbut oleh mereka,” ucap Xavia sambil mengepalkan tangan memandang lurus ke depan.

“Tapi kondisi kelompok kita sekarang sangat tidak memungkinkan, Xavia. Kita telah kehilangan sebagian dari mereka, sangat tidak mungkin kalau harus melawan mereka yang kuat dan berjumlah lebih banyak.”

Suara di luar sangat gaduh, telah terjadi pertarungan antara anggota Black Horses dan Blue Sky.

Xavia mengintip dari balik pintu, bagaimana perjuangan para anggota Black Horses mencoba melindunginya.

Xavia tak boleh berdiam diri begitu saja, melihat mereka tewas satu persatu. Ia memikirkan cara untuk meminta bantuan pada kelompok Eagle Eye—salah satu geng motor yang memiliki banyak anggota.

“Kau mau ke mana, Xavia? Pikirkan keselamatanmu!” ucap Kenard yang mengikuti dari belakang.

“Justru aku pergi untuk menyelamatkan diri dan Black Horses, Kenard. Antarkan aku menemui pemimpin kelompok Eagle Eye.”

“Tapi kenapa harus Eagle Eye?”

“Sebab tidak ada cara lain!” jawab Xavia cepat.

Xavia benar-benar datang ke tempat Richard, ketua kelompok Eagle eye. Ia mengatakan semua keinginannya pada laki-laki bertubuh besar dan memiliki tatapan dingin itu.

“Aku sangat berharap bantuan darimu, Richard. Apa pun akan kulakukan, asal kau mau membantuku untuk mengalahkan geng Blue Sky,” ucap Xavia.

“Apa pun?” tanya Richard sambil menaikkan satu alisnya.

“Iya.”

“Untuk aliansi yang baik, sebagai salah satu persyaratan, kau harus menikah denganku,” ucap Richard.

Xavia dan Kenard tercengang mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Richard. Bahkan keduanya saling menatap satu sama lain.

“Yang benar saja. Bagaimana bisa kau berpikir ingin menikah dengan Xavia? Tidak, maaf tidak akan ada pernikahan.” Kenard tak setuju dengan tawaran yang diberikan Richard.

“Aku tidak pernah memaksa. Kalau kau tidak setuju, kalian boleh pergi dari sini.” Richard duduk dengan santai di sofa hadapan Xavia.

“Baiklah, aku bersedia menikah denganmu. Demi Black Horses, aku mau melakukan apa pun,” terima Xavia dengan tatapan kosong seperti seorang yang akan mengorbankan dirinya sendiri ke dalam api.

“Xavia, pikirkan ini baik-baik.”

“Sudah sangat baik, Kenard. Aku mau menikah dengannya,” ucap Xavia sambil tersenyum terpaksa.

Kenard memejamkan mata, setelah menatap sangat kecewa dengan keputusan Xavia yang menerima menikah dengan pria lain.

Kini perempuan yang ada di hatinya itu telah selesai menandatangani pernikahan dengan Richard.

Xavia telah resmi menjadi istri Richard merasa aman sebab mendapatkan perlindungan dari laki-laki itu.

Selain terluka atas kepergian Dominic, papa Xavia pria yang selama ini merawatnya memperlakukan seperti anak sendiri. Ia juga merasa kecewa sebab Xavia menikah dengan pria lain.

Perasaan yang tersimpan sejak kecil mereka selalu bersama. Kini menguap begitu saja, Xavia sama sekali tidak peduli dengannya.

“Sekarang Black Horses aman, Kenard, kita bisa melanjutkan kembali, misi-misi yang belum diselesaikan papa.” Xavia memeluk Kenard tiba-tiba.

Tatapan Richard menyipit, tidak suka melihat mereka berpelukan. Menarik tangan Xavia hingga terlepas dari Kenard.

Ya, sekarang Kenard tak bisa lagi bersikap bebas pada Xavia. Setelah aliansi tercipta sepertinya ia harus menyimpan perasaannya yang masih tumbuh subur di dalam sana, secara rapat-rapat.

Kecewa, sedih dan terluka, semua perasaan berbaur menjadi satu. Demi ketenangan hati Kenard memilih pergi sejenak, ke pinggir kolam mata hijau.

Ia selalu memimpikan pernikahan dengan Xavia. Tapi siapa sangka, kalau akan berakhir seperti ini. Orang yang berkuasa lebih berhak memilikinya.

Hubungan Aliansi

Bab 2

Semenjak terbentuknya aliansi antar dua kubu, Richard sebagai ketua kelompok geng motor Eagle Eye, memenuhi janjinya telah melindungi Black Horses dari serangan musuh-musuh yang mengancam nyawa semua anggota.

Maka sekarang berganti Xavia mendedikasikan dirinya untuk sang suami.

Ia tidak bisa berkata tidak, atas keinginan Richard. Sebab telah terikat dengan perjanjian, bahwa ia akan patuh apa pun yang diperintahkan oleh Richard. Termasuk menghabiskan malam pengantinnya, menyerahkan keperawanan pada lelaki tampan bertubuh dua kali besar dibandingkan tubuhnya tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu, keterpaksaan atas apa yang dia lakukan telah menjadi kebiasaan. Perlakuan Richard amat sangat lembut, sampai membuat nalurinya bergejolak penuh gairah setiap bertemu dengan lelaki itu.

Pintu kamar terbuka, Xavia Linn yang tengah di atas ranjang besar memiliki empat tiang di empat sudut, segera mengubah posisi dari yang semula berbaring kini menjadi duduk, bersandar pada headboard berwarna putih di belakang sambil tersenyum.

Sorot mata tajam bermanik biru menatap lurus Xavia, pria telah menjadi suami Xavia itu sudah rapi mengenakan celana jeans dipadu dengan kaos dibalut dengan jaket berbahan kulit memiliki logo kepala elang di bagian punggung. Memegang nampan berisikan sepiring roti dan susu di atasnya.

“Semenjak kapan kau terbangun? Tadi kulihat kau bahkan masih tertidur sangat nyenyak. Aku memilih tidak membangunkan, membawakan makanan ke kamar, karena kau pasti lelah, bukan, setelah bekerja sangat keras tadi malam?” Richard duduk di tepi ranjang sambil membawa nampan di tangan mendekat.

Pipi Xavia merona merah, sebab tatapan Richard terus mendominasinya, tak membiarkan ia beralih sedikit pun.

“Makanlah, setelah itu bersiap-siap, aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Kau akan suka melihatnya,” ucap Richard sambil mengecup pucuk kepala istrinya dengan lembut.

“Apa kau sudah berhasil menanggap orang yang telah membunuh papaku, Richard?” tanya Xavia menghentikan langkah Richard yang akan sampai ke pintu.

Richard menggeleng pelan. “Belum, tapi aku akan terus berusaha menangkap siapa dalang di balik ini,” ucapnya.

“Terima kasih, Richard, karena kau sudah banyak membantu geng Black Horses selama ini.”

Richard mengangguk tanpa menoleh kemudian keluar dari kamar.

Xavia merasa beruntung telah dipertemukan dengan Richard. Pria itu sangat baik membantunya, bahkan cara perlakuan yang dilakukan Richard tak jauh beda seperti sang papa.

Selama hidup bersama Richard membuat Xavia merasa dia adalah pasangan terbaiknya. Sesosok lelaki sebagai pelindung membuat nyaman dan aman.

Semenjak sepeninggalnya sang papa, Xavia Linn telah menjadi ketua Black Horses, semua keputusan diambil atas persetujuannya, tetapi ia sekarang lebih memilih menjadi istri yang patuh dan ingin segera mengandung anak Richard.

Xavia Linn memberi polesan berwarna soft ke bibirnya, rambut ikalnya yang panjang dibiarkan tergerai, ia sudah siap akan pergi dengan Richard.

Pintu diketuk dari luar, awalnya Xavia mengira itu adalah Richard, tapi ternyata bukan.

Kennard berdiri di hadapannya dengan tatapan nanar. Menarik pergelangan tangan Xavia mengajaknya keluar dari kamar.

Xavia tidak mengerti maksud Kenard, mengerutkan dahi menatap bingung. Ia menolak untuk ikut dengan Kennard. Menghentikan kedua kaki satu tangannya melepaskan genggaman tangan lelaki itu di pergelangan tangannya.

“Di sini adalah rumaku dan suamiku, Kennard, maka tidak pantas kalau kau mengajakku pergi seperti ini.”

“Ada yang ingin kukatakan padamu, Xavia. Mengenai Richard, dia tak sebaik yang kamu kira. Dia terlibat dengan pembunuh Tuan Axton!”

Dari awal Kenard tidak menginginkan pernikahan Xavia dan Richard terjadi. Maka sekarang Xavia tidak mempercayainya, bisa saja ini adalah cara yang dilakukan Kennard untuk memisahkan Xavia dari suaminya.

“Kau tidak percaya padaku? Baiklah, ke mari akan ku tunjukkan yang sebenarnya padamu!”

Kennard membawa flashdisk memasukkan ke dalam laptop milik Xavia. Mereka bersama-sama memutar rekaman CCTV di sebuah markas. Richard berbicara sangat akrab dengan ketua geng Blue Sky. Di akhir video mereka saling berjabat tangan tanda kesepakatan.

Xavia mengepalkan tangan, dadanya terasa panas ketika amarah mendominasi ke kepala. Membalik tubuh dengan cepat. Ia berhadap kalau semua bukti-bukti itu tidak benar.

Xavia dengan keadaan ekspresi berapi-api datang ke markas Eagle Eye. Richard yang baru mengetahui kedatangannya itu terkejut, mengerutkan dahi seiring satu alis terangkat.

“Sayang, kau ada di sini?” tanya Richard langsung melingkarkan satu tangan ke pinggang mengecup pucuk kepalanya.

Xavia merasa muak dengan orang yang licik seperti Richard, enggan disentuh, menjauhkan tubuhnya dari pelukan lelaki itu.

“Kenapa, Xavia? Kau menginginkan sesuatu he um?” tanya Richard dengan lembut.

“Ya, aku ingin suatu darimu.” Tatapan Xavia dengan dagu terangkat menatap tajam suaminya. Tampak jelas kemarahan di wajah perempuan yang mencintai Richard.

“Katakanlah. Apa yang kau inginkan?”

“Katakan dengan jujur, apa benar kau terlibat kerja sama dengan geng Blue Sky atas kematian papaku?!” pekik Xavia tak bisa membendung lagi kemarahan sejak tadi memenuhi dada.

Richard menyunggingkan bibir kedua pundak terangkat.

“Kau tidak bisa berbohong lagi, Richard, semua bukti-bukti sudah kami lihat, dasar pria licik!” bentak Kennard wajahnya memerah, menahan amarah yang sulit dibendung.

Xavia memandang Richard dengan sangat kecewa. Tapi suaminya itu justru tergelak.

“Jadi, kau sudah tahu, Sayang?”

Xavia langsung menepis tangan Richard yang akan menyentuh rambut.

“Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Supaya kau bisa tenang. Ya, aku adalah orang yang merencanakan jebakan untuk menghabisi papamu tercinta. Sebab posisinya selama ini selalu menggangguku,” ucap Richard merasa tidak bersalah.

“Berengsekk sekali kau!” Xavia dalam keadaan marah menyerang Richard, tetapi tenaganya tidak berarti apa-apa bagi Richard.

“Aku sudah mempercayaimu selama ini, bahkan seluruh anggota geng Black Horses tunduk di bawah perintahmu, tapi ternyata kau adalah pria licik yang memanfaatkan kelemahanku!”

“Sangat benar sekali, Sayang. Aku hanya menginginkan posisi papamu. Sama sekali tidak berniat mencintaimu.” Richard kini memperlihatkan sifat aslinya, yang dingin dan arogan.

“Aku tak akan membiarkan semua itu terjadi!” Xavia meninggalkan markas Eagle Eye diikuti oleh Kenard, dengan kemarahan perempuan itu tentu saja masalah akan semakin panjang.

“Bagaimana ini, Bos. Xavia Lin sudah mengetahui semuanya.”

“Tidak akan bisa, sebab semua kuasa segala urusan Black Horses di bawah kendaliku, mereka juga sudah kehilangan wilayah kekuasaan, sebab sudah diakusisi oleh Eagle eye,” ucap Richard merasa senang.

Menikah dengan Xavia adalah satu cara membuat geng Black Horses tunduk di bawah kuasanya.

Terutama untuk memperluas wilayah kekuasaan. Richard memiliki ambisi besar untuk menjadikan eagle eye menjadi klub terbesar dan disegani.

Maka jalan satu-satunya adalah merebut Black horses. Dengan cara itu ia akan mudah mendapatkan apa yang dia inginkan.

“Kami butuh keputusan dari Nona Xavia, melepaskan wilayah kekuasaan, bukan keputusan sepele,” ucap Billy salah satu anggota geng black horses.

Geng black horses menolak tunduk di bawahnya. Selama Xavia masih hidup, maka mereka akan terus seperti itu. Tidak bisa dibiarkan.

“Bunuh Xavia, supaya sepenuhnya black horses tunduk padaku!” perintah Richard pada anak buahnya.

“Aku sudah mengatakan pada seluruh anggota black horses, jika terjadi apa pun padaku, maka sepenuhnya kuasa keputusan ada pada Xavia, maka walaupun bagaimana pun kau mencoba merebut posisiku, tidak akan pernah bisa,” ucapnya.

“Maka aku akan membuat putrimu tunduk padaku!” Sedetik kemudian Richard meninggalkan pria itu dalam keadaan tidak bernyawa.

Serangan Musuh Sebenarnya

Bab 3

Deru ratusan motor menggema di luar markas black horses. Mereka adalah anggota dari kelompok geng motor Eagle eye dan blue sky yang bersatu untuk menyerang black horses untuk membunuh Xavia Linn.

Dibanding dengan jumlah mereka, tentu saja geng black horses kalah banyak.

“Sekarang Richard telah memperlihatkan sifat aslinya, kau lihat bukan, bagaimana sikap lelaki yang selama ini kau anggap sebagai malaikat itu? Bahkan dia ingin melihat kau hancur tak tersisa,” ucap Kenard menyadarkan Xavia.

Xavia sendiri juga tidak menyangka, kalau Richard yang dicintainya hanya memanfaatkannya saja. Selama ini ternyata dia berpura-pura mencintai.

Tujuan mereka adalah melenyapkan Xavia. Anggota black horses yang masih tersisa tetap melawan mereka di depan untuk melindungi Xavia.

Begitu pula dengan Kenard melawan dari mereka yang berusaha masuk ke dalam, dengan bersenjatakan pisau di tangannya.

“Masuklah ke dalam, Xavia! Cari tempat yang aman!” perintah Kenard sambil melawan mereka yang mencoba mendekat.

Xavia masuk ke dalam rumah kayu bercat putih itu. Ia mengunci rapat berlindung di balik pintu.

Namun tak lama berselang, kobaran api menjalar ke dinding samping bangunan tersebut. Di luar rumah dikepung oleh api, asapnya membumbung masuk ke dalam rumah, membuat Xavia merasa sesak.

Kenard melihat kobaran itu berlari panik. Mencoba membuka pintu akan menyelamatkan Xavia, tapi terkunci dari dalam.

“Xavia!” teriaknya khawatir.

“Kenard, tolong aku!”

Kenard semakin panik, mendobrak pintu dengan beberapa kali hentakan tubuhnya.

Asap mendominasi di dalam rumah, hingga membuat jarak pandang terbatas. Kenard mencari Xavia, ternyata sedang terlukai lemas karena terlalu banyak menghirup asap.

“Tidak akan terjadi apa-apa padamu, Xavia. Seperti janjiku pada Tuan Axton, aku akan selalu melindungimu.” Kenard membopong tubuh Xavia keluar, melewati kepulan asap berasal dari api yang membakar sebagian rumah.

Kenard berhasil membawa Xavia keluar dari dalam rumah itu, tetapi siapa menduga, kalau keluar dari satu ancaman, justru bahaya lain mengintai.

Xavia yang berdiri di samping Kenard mejatap marah. Richard berdiri tegap ada di hadapan lengkap membawa senjata di tangan menembak para anggota geng black horses.

Tatapan pria itu begitu dingin dan mengintimidasi. Secara impulsif Xavia ingin berjalan menghampiri untuk meluapkan kekesalannya, tapi Kenard lebih dulu mencegah Xavia.

“Apa kau masih kuat berlari?”

Xavia mengangguk, walau ia sendiri tak yakin apakah bisa berlari atau tidak.

“Bagus. Lebih baik kita berlari dari sini.” Kenard memegang tangan Xavia, mengajaknya berlari, menghindari Richard.

“Melenyapkan satu nyawa, wanita sepertimu, kenapa mereka kesulitan?” ucap Richard sambil menggertakkan gigi, rahangnya mengeras mata bermanik birunya menyipit berjalan mengikuti mereka.

Mereka berdua berlari ke jalanan, tapi Richard masih saja mengimbangi di belakang mereka.

Kenard menautkan tangannya berlari di depan sebagai penunjuk arah. Sedangkan Xavia mengikuti di belakang.

Tanpa sengaja, tangan Xavia terlapas dari tangan Kenard. Lelaki itu mengira, Xavia telah berlari di belakangnya, tapi ternyata perempuan itu terjatuh di atas jalanan hitam.

Posisi Xavia dekat dengan Richard. Seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk berlari.

Tatapan Richard dan Xavia menatap lurus satu arah.

Richard sudah siap mengacungkan senjata. Jari telunjuknya bahkan siap menekan pelatuk.

“Aku sangat menyesal telah percaya dan menempatkan kau dalam perasaanku. Ternyata kau adalah pria yang sama sekali tidak memiliki hati! Sikapmu bahkan lebih dari pada seekor buaya!” teriak Xavia.

Richard sama sekali tidak memedulikan ocehan Xavia. Ia terus saja melangkah maju, tetap ke tujuannya awal yaitu melenyapkan Xavia.

“Aku tau kalau kau sangat menyayangi ayahmu. Oleh sebab itu, aku berbaik hati, menyatukan kalian di neraka.” Richard sudah siap menembak.

“Selamat tinggal, Sayang...”

Dua kali suara tembakan menggema,

Dua butir peluru melesat bebas dari induknya. Mengarah lurus pada Xavia yang masih duduk di atas aspal.

Saat Xavia tersadar ada sesosok hangat memeluknya dari depan kini perlahan-lahan terlepas. Kenard tergeletak di hadapannya, demi melindungi dirinya dari serangan senjata api Richard.

“Kenard!” teriak Xavia khawatir. Tangan Xavia merayap ke punggung lelaki itu, merasakan cairan lengket dan hangat berwarna merah mengalir deras dari punggung Kenard.

“Kenard, bangun! Kenard, siapa yang membantuku menghadapi semua ini, kalau kau berbaring seperti ini?!” ucap Xavia panik, khawatir bercampur jadi satu.

Kenard belum sepenuhnya tidak sadarkan diri. Tangannya meraih tangan Xavia, menautkan jemarinya. “Maafkan aku, Xavia. Karena perjuanganku untuk melindungi mu hanya sampai sini,” ucapnya napas tersengal-sengal.

“Kau tidak akan apa-apa, Kenard!” Xavia benar-benar menangis kini melihat teman masa kecilnya sedang terluka parah.

“Xavia, ada hal yang ingin ku sampaikan padamu. Entah kau menerima perasaanku ini atau tidak, yang pasti biarkan aku apa yang ku pendam dalam hati selama ini.”

Xavia memandangnya dengan sangat khawatir. Tapi ia juga tau harus melakukan apa.

“Jangan banyak bicara, Kenard, kalau tidak, kau akan semakin kehilangan banyak darah,” ucap Xavia.

“Jangan cegah aku untuk kali ini, Xavia. Sudah sejak kecil aku menyimpan ini sangat rapat. Xavia aku akan pergi dengan tenang, setelah memberitahumu, kalau aku sangat mencintaimu, Xavia. Aku sangat menyayangimu bahkan lebih dari pada aku menyayangi Tuan Axton yang telah merawat ku.”

Xavia sebelumnya panik kini menjadi terdiam sejenak, setelah mendengar ungkapan perasaan Kenard. Ia terkejut sebab selama ini hubungan mereka hanya sebatas teman. Tapi siapa sangka kalau Kenard mencintainya, ia terharu sebab Kenard mengucapkan itu dengan sangat tulus.

“Tolong peluk aku untuk yang terakhir kalinya, Xavia. Biarkan aku menghirup aromamu diembusan napas terakhirku.”

Xavia melakukan apa yang Kenard minta, ia memeluk Kenard erat memegang kepalanya dari belakang. “Bertahanlah, Kenard, aku bersedia, kalau kau ingin memelukku selama yang kau inginkan.”

Tidak ada jawaban dari bibir Kennar, tubuhnya terasa dingin. Xavia tak lagi mendengar atau merasakan napas Kennard. Ternyata orang yang selama ini bersama dengannya benar-benar pergi.

Richard menyeringai melihat adegan di depannya. Tak sedikit pun rasa kasihan ada pada wajahnya.

“Kau boleh puas dengan kemenanganmu, Richard! Kau sudah membunuh orang-orang yang menyayangiku! Tapi aku akan pastikan, kalau kau tidak akan merasakan kebahagiaan, atas apa yang sudah kau dapatkan! Aku bersumpah bahwa tidak akan melepaskanmu, kau akan menerima balasan atas apa yang kau lakukan padaku, Richard!” ancam Xavia sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

“Kau benar-benar sendirian sekarang. Jadi, apa yang ingin kau banggakan? Bahkan orang yang selalu melindungi mu sudah pergi menyusul papamu tercinta,” ucap Richard meremehkan.

Richard membiarkan Xavia lari darinya. Lagi pula, kekuatan seorang wanita lemah sepertinya tidak akan bisa melawan Richard.

Namun setelah wanita itu pergi, Richard merasakan sebagian besar hatinya kosong.

Pulang ke rumah semua terasa berbeda sebab tak ada lagi senyuman yang menyambutnya. Richard masuk ke dalam kamar, menyalakan lampu.

Ia melihat Xavia menyilangkan kedua tangannya di depan wajah, menghalau silau masuk ke dalam mata.

“Sudah kubilang, Richard, jangan nyalakan lampu, saat aku masih tidur.”

Sedetik kemudian Richard menyadari kalau itu hanya bayangan semu.

Lelaki itu benar-benar dibuat gila oleh Xavia. Kenangan-kenangan manis di kamar ini, begitu terukir indah. Tak bisa dipungkiri kalau ia merasa jatuh cinta pada Xavia Linn setelah pergi dari sisinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!