NovelToon NovelToon

Cold Boy

Prolog

"Kak!" Seru Rio.

"Ck! Berhenti panggil gue kakak!" Sentak Reo yang tak terima dengan sebutan dari adiknya.

"Emang kenapa sihh! Lo kan emang kakak guee! Dari kecil juga gue manggil lo kakak." Ucap Rio dengan polos. Reo memutar matanya malas.

"Sekarang udah gede! Bukan bocah lagi!" Sentak Reo kembali.

"Yaelahhh, jaim amat~" goda Rio.

Reo mengabaikan omongan Rio dan mengalihkan pandangannya ke hp yang sedang ia genggam. Rio yang di acuhkan itu menyebarkan pandangannya ke segala arah untuk menghilangkan kebosanannya. Dilihatnya Ririn di lorong sana membuat Rio ceria kembali dan bangkit dari duduknya.

Reo yang tak sadar dirinya di tinggal sendiri kini menjadi pusat perhatian oleh seluruh siswi yang ada di sekolahnya.

Karena Reo adalah seorang pangeran yang berparas tampan, tak ada satu pun wanita yang mau menolaknya, ya kecuali Ririn yang sudah menyimpan rasa benci nya dari awal mereka berjumpa sampai sekarang mereka sudah berusia delapan belas tahun.

Reo mewarisi sifat ayah nya yaitu cuek. Namun, ntah dari mana sifat yang satu lagi datang nya, yaitu sifat tidak peduli sama sekali.

Reo juga belom pernah merasakan cinta atau berpacaran. Di posisinya seperti ini, sangat lah susah baginya untuk mencari pacar. Sebenarnya dia ingin mencari seseorang yang benar - benar menyukainya dalam diam, kalau ada juga yang membenci dia pun tidak masalah. Namun tidak kepada Ririn kerena REO KU TIDAK SUKA PADANYA.

"Reo, cepat main, gantikan teman mu." Perintah pelatih membuat Reo bangkit kemudian menghampiri mereka.

Reo salah seorang anggota box yang sangat baik. Dia sudah meraih sabuk hitam di usia mudanya. Dia benar - benar bersungguh - sungguh dalam eskul boxnya. Karena dia sangat menyukai bela diri tapi tidak menyukai silat atau pun karate.

"Wii, ganteng banget ya," bisik Serira sendiri. Dia menatap Reo dengan penuh kekaguman. Meneliti seluruh titik indahnya muka Reo yang benar - benar sempurna.

Mata yang besar, bulu mata yang lentik, alis yang tebal, hidung mancung, pipi tirus, bibir agak tipis, yaa kalo nggak bisa ngebayangin, ini foto Reo..

Serira memejamkan matanya meratapi kebodohan dirinya yang menyukai seorang pangeran sekolah yang di rebutkan oleh satu sekolah itu. Tapi jika sekedar menyukai dalam diam, tak salah kan?

Ketika Reo sedang bertarung, tiba - tiba dirinya merasa hatinya ada yang mengganggu sehingga tidak fokus dengan lawan yang menyebabkan dirinya terkena pukulan keras di pipi sebelah kanannya.

Ia terbanting ke tanah membuat seluruh penonton terkejut dan khawatir dengan keadaannya yang sudah bercucur darah segar di mulut.

"Panggilkan pmr cepat!!" seru Leza, sebagai pelatih box Reo.

Dengan sigap, Leo langsung bergegas pergi menuju ruang pmr untuk meminta pertolongan agar Reo yang terkena cidera bisa di tangani.

"Ehh, Leoo!! Bawa Reo jugaa!" Teriak Leza. Leo berhenti dari larinya dan kembali ke tempat Reo terjatuh.

"Ayo Reo! Bebepque." Ajak Leo. Reo langsung mentangkis lengan Leo.

"Gue bisa sendiri." Ketusnya. Leo terkekeh.

"Emang gue nggak bisa liat lo?! Muka ancur begitu, lo tuh di pukul master, buka orang biasa!" Seru Leo. Dia pun menghampiri Reo kembali.

"Jangan buat gue ngomong dua kali!" Leo memutar matanya malas menghadapi keras kepalanya Reo. Walau nama mereka hampir sama, tapi perilaku mereka berbanding terbalik.

Walau pun begitu, Leo adalah sahabat yang sangat setia kepada Reo dan selalu ada di sisinya di keadaan susah mau pun senang♡.

Satu

Ih, kak Reo kok ganteng banget si. Buat aku kehipnotis aja deh. Tatapan tajam nya itu.. muka nya yang sempurna tapi kelihatan simpel ituu, bener - bener menggoda deh. Ih jadi suk--

"Eh!! Rira! Kamu kenapa senyum - senyum sendiri?! Bikin aku takut aja!" seru Kani mengejutkan Serira.

"Ih, Kani! Bikin kaget deh!!" balas Serira yang tak kalah serunya.

"Abis aku takut tahu, kamu senyum - senyum sendiri dari tadi, lagi liatin apa sih?!" Kani langsung merebut handphone Serira dan melihat isi handphone yang sendari tadi Serira pandangi.

"Oh.., lagi liatin fotonya Kak Re--mmph!!"

"Ih! brisik Kanii!! Jangan sampai yang lain dong!" seru Serira yang langsung membekap mulut Kani yang akan menyebutkan nama Reo.

Kani terkekeh kemudian mengangguk dan mengacungkan jari kelingkingnya pertanda kalau dia berjanji tidak akan membocorkan tentang hal ini.

Serira melepaskan tangannya dengan sangat bete karena gebetan yang niatnya ingin ia sembunyikan itu terbongkar oleh sahabatnya sendiri. Tapi sebenarnya bukan masalah besar bagi Serira, karena Kani adalah sahabatnya mungkin mustahil bagi dia akan mengkhianati sahabatnya sendiri.

"Btw, aku deket loh sama Kak Ririn!" Seru Kani yang membuat Serira mengerutkan dahinya bingung.

"Aku kan suka nya sama Kak Reo, bukan Kak Ririn. Lagian masa aja aku suka sama Kak Ririn! Dia kan cew--"

"Ish! Maksud aku tuh.. kan Kak Ririn deket tuhh sama Kak Rio kembaran Kak Reo, jadi kamu bisa minta bantu buat deket sama Kak Reo dari Kak Ririn!" Jelas Kani dengan kesal.

Seria membulatkan mulutnya mengerti sambil mengangguk - anggukan kepala. Dia sempat sedikit berfikir dengan usulan dari Kani, tapi sepertinya itu 99% akan manjur karena di sekolahnya menjunjung tinggi skala kesenioritasan.

Serira menghembuskan nafas kasar dan duduk di tempatnya dengan sedikit menghentak. Ia menompa wajah gembilnya di tangan kanan yang bersender ke meja dan memanyunkan bibir.

"Ehh, kamu kenapa?! Kok malah cemberut?" tanya Kani mulai khawatir karena berfikir bahwa usulannya itu bukan yang terbaik.

"Gini lo, Ni. Sekolah kita tuh kalau ada yang pacaran sama kakel atau misalnya deket aja, ntar satu rw ngelabrak aku, males ah." Jawab Serira dengan malas.

"Ih kamu mah, sama kakel aja takut! Kan kalau kamu udah jadi pacar Kak Reo kamu pasti di jagain sama dia!" Seru Kani memberi semangat.

Namun tetap saja, Serira masih ragu akan saran itu. Pasalnya, ia juga bukan salah satu orang yang mahir dalam mengajak orang bicara, apa lagi kakak kelas yang sama sekali belum dia kenal.

"Huh.. aku pasti susah," ucap Serira tak yakin.

"Ih!! kamu. Masa menyerah sebelum mencoba!! Nih yaa, aku bakal chat Kak Ririn sekarang biar mempersingkat waktu!" Seru Kani yang langsung mengambil hp nya dari saku.

Seperti menyetujui, Serira hanya diam memandang Kani yang kini telah mengetik pesan di hpnya. Yang pastinya pesan itu akan di kirim ke Ririn.

Ririn adalah ratu di dalam sekolah Serira. Dia salah satu cewek populer yang paling di rebutkan oleh semua lelaki di sekolah SMAN 1.

Seperti Reo, Ririn juga tidak memiliki pacar. Walau dia sering di gosipkan berpacaran dengan Rio karena selalu dekat, mereka meluruskan gosip itu dengan mengumumkannya di instagram.

Itu salah satu hal yang membuat para cogan sekolah bersemangat kembali untuk mencuri hati kecil Ririn yang sangat lembut.

Kelembutan hatinya itu selembut sutra. Tidak hanya hatinya yang baik, namun juga otaknya. Dia adalah keturunan dari Albert eins tein, entah dia cicit nya atau setelahnya, atau setelahnya lagi, tapi otak nya benar - benar encer.

Dia sudah memenangkan delapan olimpiade juara satu yaitu kimia, fisika, dan matematika tingkat nasional. Tidak terbayangkan jika menjadi saingannya di unbk.

Bahkan, Ririn juga di minta untuk jadi ketua Osis di sekolah atau ketua Mpk, tapi Ririn menolak dan malah memilih untuk menjadi ketua Pmr di sekolahnya.

Eskul Pmr itu sendiri sekarang menjadi favorit di sekolah mereka. Itu semua karena keberadaan  Ririn. Tapi, Serira lebih berminat untuk mengikuti eskul box yang membuatnya kemungkinan tidak bisa dekat dengan Ririn.

"Ra!! Kak Ririn udah ngebales nih!! Katanya dia bakal kasih tau langsung aja sama Kak Rio, trus di sampaiin deh ke Kak Reo." Jelas Kani yang buat mata Rira terbelak lebar.

"Ih, Kani!! Kok langsung frontal sih!!" seru Serira yang tidak siap dengan respon Ririn.

"Ih, kok kamu malah gitu sih responnya, kamu itu harusnya seneng dong karena Kak Ririn udah mau bantu kamu," ucap Kani.

"Ye bukan begitu, ntar kalo Kak Reo nggak suka kan berabe." Balas Rira.

"Dah lah, kamu tenang aja. Kak Ririn pasti ngebantu kok!" seru Kani memberi kepercayaan. Serira tersenyum karena Kani kini berguna untuknya.

"Nggak usah senyum - senyum gitu lah. Aku lakuin ini sebegai tanda balas budi aku karena kamu juga udah bantu aku ngerjain tugas," jelas Kani. Aku mengangguk.

"Ohiya Kani. Kamu gimana bisa deketnya sama Kak Ririn?" tanya Serira penasaran. Kani mengangkat matanya ke arah atas ujung kiri yang menjelaskan bahwa dia sedang mengingat memori yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu.

"Waktu itu.., aku ikut reunian mama aku sama temennya, Tante Camila. Katanya Tante Camila tuh sahabat deket mama aku dulu. Dan, Tante Camila ini tuh adalah mamanya Kak Ririn, jadi mama aku suka main sama Tante Camila, aku sama Kak Ririn. Sama satu lagi Tante Jessica, dia juga sahabat mama aku cuman aku belom pernah ketemu soalnya Tante Jessica itu keluarga bangsawan katanya. Kek Kak Reo yaa, keluarga bangsawan," jelas Kani dengan kebingungan juga.

"Tante Jessica? Kayak namanya mama Kak Reo. Apa mungkin?" tanya Serira yang mulai menebak - nebak.

"Hmm, mungkin sih. Kamu chatingan aja sama Kak Ririn, aku nggak tau jelas sama kehidupan Kak Reo." Ucap Kani lalu mengalihkan pandangannya kepada handphone yang sedang ia mainkan.

"Gimana cara mulai chatingannya ya?" tanya Serira kembali berfikir agar bisa berbincang dengan lancar.

"Kamu minta save nomernya dulu aja, Kak Ririn bisa nyari topik sendiri kok." Jawab Kani yang membuat Serira sedikit tenang. Karena Serira adalah orang yang benar - benar kaku dan tidak bisa mencari topik sama sekali untuk berbincang hangat.

Serira mulai ngetik pesan ke nomor Ririn yang sebelumnya sudah ia simpan itu. Ia mengetik kalimat yang simpel dan bisa di bilang itu bukan kalimat sih.

"Hai Kak Ririn. Tolong simpan nomor ku ya. Serira X Mipa 3."

"Gina aja kali ya? Bisa ya?" tanya Rira kepada dirinya sendiri dengan bergumam. Kani menengok, "Udah?"

Serira mengangguk kemudian menatap kembali layar. Dengan cepat, Ririn menjawab pesannya yang membuat Rira kegirangan.

"Iya boleh. Ada apa dek?"

Serira langsung membelakkan matanya kaget sekaligus khawatir dengan pertanyaan yang Ririn berikan ini. Masa iya Rira harus to the point kalau Rira ingin meminta bantuan kepada Ririn?

Serira menghembuskan nafas dengan kasar seolah menyerah dengan semua ini.

Ting!

Tak lama, satu pesan muncul kembali membuat Rira tersadar dan melirik hpnya.

"Owh, kamu Serira yang suka sama Reo itu ya?"

 

 

Dua

Reo berjalan memasuki sekolahannya. Seperti biasa, ia datang ke sekolahnya jam sepuluh pagi.

Walau ibu Reo selalu memarahinya karena dia bangun siang, Reo tetap bangun siang dan berangkat sekolah semaunya karena dia tipe murid yang baik di depan dan buruk di belakang para guru.

"Pak, saya tuh tadi ngebantu ibu saya masak sama bersihin rumah." Jelas Reo yang malah membuat Satpam sekolah kebingungan.

"Kembaran kamu aja selalu datang pagi, kok kamu malah siang?" tanya Satpam tegas.

"Duh Pak, saya mah ngasih ke enakan buat adik saya. Dia mah cuman nyuci piring doang saya mah masak, nyapu, ngepel, bahkan ke pasar Pak," jawab Reo bohong. Ya bohong lah! Mana mau dia ke pasar.

"Eh Reo. Kamu baru datang?" seru guru yang tiba - tiba melewat.

Ohiya, kelebihan Reo satu lagi adalah tampan.

"Bu.., tolong dong Bu. Masa Reo yang tampan menawan ini nggak di izinin masuk karena udah bantu mama di rumah." Pinta Reo sambil menggegoda guru piket yang masih muda itu.

Guru yang Reo beri senyuman itu langsung klepek - klepek sendiri seperti baru tenggelem di pantai yang daratannya dalam. Sang guru pun langsung menyuruh Satpam untuk membuka pintu gerbang.

Satpam yang tidak punya pilihan langsung membukakan pintunya untuk Reo dan Reo pun segera masuk ke dalam sekolah. Ampuhkan senyuman Reo?

Reo sangat berterima kasih kepada kedua orang tuanya, karena merekalah Reo bisa diwarisi wajah tampan. Walau ada saingan yaitu adiknya sendiri, tapi Rio tidak memanfaatkannya dengan baik dan benar. Melainkan hanya memberikan pandangan indah itu hanya kepada Ririn seorang.

Walau sebenarnya memang Ririn ini adalah seorang wanita yang sangat cantik, tapi Reo tidak pernah ikhlas jika julukan itu di berikan kepada orang yang sudah ia anggap sebagai musuhnya sendiri.

Reo pikir juga Rio dengan Ririn akan pisah dalam waktu hanya sehari atau dua hari, ternyata awet sampai delapan belas tahun ini.

Namun, Reo memang sudah melihat dengan sangat jelas bahwa adiknya ini menyukai Ririn. Padahal masih banyak sekali cewek yang lebih baik dari pada Ririn, namun Rio tetap menolaknya.

Lanjut ke hidup Reo.

Sebenarnya Reo sedikit tidak senang dengan pemberian tuhan yang sudah memberi ia wajah yang tampan. Karena para ciwi yang ada di sekolahnya selalu memberi sambutan yang malah membuatnya sangat jengkel.

"Kak Reo!!" Teriak adik kelas dari lantai atas.

Karena kelas Reo harus melewatin lapangan yang dikelilingi oleh ruang kelas sepulus dan sebelas, jadi Reo selalu mendapatkan teriakan yang membuat fungsi pendengarannya sedikit terganggu.

Reo menanggapinya dengan berjalan biasa tanpa memberi ekspresi karena buat apa juga, Reo tidak menda[at keuntungan sama sekali dari semua itu.

Ia hanya memberi senyumnya ke orang - orang yang mungkin berguna baginya. Contohnya guru - guru, atau ibunya jika ia minta sesuatu.

Lumayan sulit bagi Reo jika memberikan itu kepada ibunya karena ia sudah cinta mati kepada ayah Reo. Tapi, ya bodo amat lah.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Reo sampai di kelasnya yang sedang freeclass. Reo duduk di bangkunya yang terletak di pojok dekat tembok. Dan di sana juga sudah terdapat teman - temannya yang setia mendukung kedatangan Reo.

"We.., pangeran kita sudah datang!" seru Tio, teman Reo yang ada di sana. Namun Reo acuhkan.

"Ih, judes banget si lo!" sambung Johan yang sebal melihat kelakuan temannya ini.

Reo melirik.

"Gimana ya, caranya biar sikap lo ini kayak kembaran lo yang satu lagi?" tanya Exel.

"Bener! Kayaknya kita harus nyari solusi, Jo!" sambung Tio.

Reo memutarkannya mata malas.

"Sebenernya, apa hal yang buat lo gini? Adik lo perasaan nggak ada sama - sama nya sama sikap lo." Tanya Vans kepada Reo. Reo melirik, kemudian mengangkat bahunya.

"Bokap gue katanya juga gini dulu." Jawab Reo asal.

Semua pun langsung mengangguk - angguk kepala mengerti.

"Trus nurun gitu?" Tanya Exel.

"Maybe."

Reo kemudian melirik ponselnya yang banyak sekali chat dari nomor yang tidak di kenal. Tapi, ada satu nomor yang ia beri nama, Rio.

Reo melihat pesan awalnya, sepertinya ia sedang lagi ada butuhnya kepada Reo, karena Rio spam chat kepada Reo. Reo pun membuka pesannya.

"Kak! Gue ada pemberitahuan berharga nih! Mau tau kagak?!"

Reo mengerutkan dahinya. Sebenarnya ini pertama kalinya Rio ngechat Reo hal yang menurut Rio penting. Namun, sepenting - pentingnya pesan dari Rio, jika bukan berita tentang keluarga meninggal, menurut Reo itu hal yang tidak penting.

"Nggak." Balas Reo.

Tidak lama kemudian balasan pun datang dari Rio.

"Astagfirulloh gini amat gue punya kakak."

Reo hanya melihat balasan dari Rio karena ia sendiri bingung harus jawab apa. Jadi Reo menunggu saja Rio sendiri yang memberi tahu kabar yang ingin Rio sampaikan itu.

"Kata Ririn adek kelas ada yang suka sama lo! Ini kesempatan besar buat lo biar fans lo nggak ngeganggu lo lagi."

Reo langsung terkejut dengan pernyataan Rio karena ini pertama kalinya ia tahu ada orang yang suka kepadanya. Jantungnya langsung berdetak kencang seperti ingin copot dari tempatnya.

Reo mematikan ponselnya dan langsung menyimpan benda tersebut di pesaknya. Reo menyenderkan badannya di tembok buat menenangkan diri yang malah di lihat oleh teman - temannya yang ada di depan Reo.

"Apa?"

"Lo kenapa kayak yang kaget?" Tanya Vans, salah satu orang yang ngebuluk bersama Reo selama enam tahun.

"Gue nggak kaget." Jawab Reo.

"Bohong. Dustanya Keliatan banget Jang..," ucap Exel tidak percaya. Namun tetap saja Reo tidak mengubiskan karena itu membuat dirinya merasa lelah sendiri.

"Coba dulu aja, siapa tau buat lo berubah." Ucap Johan tiba - tiba.

Reo bingung dengan apa yang baru saja di katakan oleh Johan. Reo juga jadi terkejut sendiri, padahal Johan duduk di sebrangnya yang tidak mungkin bisa melihat ponsel Reo. Namun keterkejutannya itu sekarang tidak terlihat agar tidak memunculkan kecurigaan.

"Maksud lo apa?" Tanya Reo stay cool.

Johan tertawa melihat respon Reo. Bukan ketawa sih, lebih terlihat seperti, mengejek.

"Cewek yang itu, yang adek lo kasi tau, liat aja dulu. Siapa tau cantik." Jawab Johan memakai smirknya yang buat Reo tambah bingung. Tau dari mana dia tentang chat dari adik Reo?

"Jangan gitu mikirnya kayak orang ****!" Seru Tio.

"Hahaha, baru liat gue muka dia bisa begini." Sambung Exel.

Reo bersikap bodo amat yang sebenernya penasaran kenapa Johan bisa tahu apa yang ia pikirkan.

"Ish, Re. Gue lihat ini chatan lo dari bayangan Jendela!" seru Johan membuat semua temannya tertawa. Sedangkan Reo hanya diam sambil menatap bodoh ke arah teman - temannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!