NovelToon NovelToon

Gadis Miskin Kesayangan CEO

Bab 1 #kecewa

"Siapa nama kamu?"

"Elena Rosalina."

"Kamu tau perusahaan ini membuka lowongan bagian apa?"

"Yang saya dengar perusahaan ini mencari seorang sekretaris."

"Sayangnya lowongan itu sudah terisi, Saya sarankan anda silahkan pulang!"

"Tapi Bu, tadi saya disuruh masuk untuk interview?''

"Bagian sekretaris sudah terisi!"

"Apa tidak ada pekerjaan lain Bu, Saya mohon?"

"Em...Ada tapi di bagian cleaning service!"

"Kalau begitu tidak apa-apa Bu saya mau, saya sangat membutuhkan pekerjaan." Dengan sangat memohon Elena bersimpuh di hadapan Bu Maya.

"Baik lah, besok kamu bisa langsung bekerja!"

"Terimakasih banyak Bu." Elena akhirnya keluar dari ruangan Bu Maya, dengang rasa kecewa Elena harus menelan pil pahit atas kenyataan yang baru saja ia dengar.

Jelas-jelas Elena mendapat panggilan untuk interview. Tapi apa boleh buat dia sangat butuh pekerjaan, pekerjaan apa pun akan dia jalani, Walau sebenarnya dia mempunyai gelar sarjana.

Di ruangan Bu Maya, Bara begitu penasaran kenapa Bu Maya sampai hati membohongi gadis itu, padahal jelas-jelas lowongan itu masih ada.

"Maaf Bu, bukannya lowongan bagian sekretaris masih di buka?, Kenapa Ibu membiarkan gadis itu sebagai cleaning service!"

"Tau apa kamu!" Saya yang diberi wewenang menentukan diterima atau tidaknya calon pekerja!"

"Aku tidak mau tersaingi dengan Elena, dia begitu cantik. Bisa-bisa Pak Evan jatuh cinta kepadanya, aku akan menyingkirkan semua yang menghalangi langkahku, agar bisa mendapatkan Pak Evan" ucap Bu Maya dalam hati.

**

Benar saja pagi-pagi, Elena sudah datang ke perusahaan Evan, dengan langkah berat Elena menemui seorang security.

"Maaf Pak, bisa saya bertemu dengan Bu Maya?"

"Apa sudah ada janji sebelumnya?"

"Kemarin saya sudah bertemu, dan beliau bilang, besok boleh langsung bekerja."

"Oh begitu, Mari ikut dengang saya." Elena akhirnya berjalan mengikuti seorang security menuju sebuah ruangan, setelah bertemu Bu Maya akhirnya Elena di arahkan keruangan Bara.

Tok...tok...tok...

"Masuk!" Ucap Bara di dalam ruang kerjanya.

"Maaf Pak, saya tadi dari ruangan Bu Maya. Bu Maya bilang saya di suruh menemui Bapak?"

"Kamu Elena yang kemarin bukan?" sambil menyungging senyum bara berucap.

"Benar Pak!" "Orang ini sepertinya orang baik, beda dengan Bu Maya". Elena berfikir dalam hati.

"Kenapa kamu mau jadi cleaning service? Secara kamu cantik, kamu juga berpendidikan tinggi!"

Disana Bara mulai menatap Elena dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Penampilannya natural tapi dia benar-benar sangat cantik" di dalam hati Bara memuji paras ayu milik Elena.

"Saya butuh pekerjaan Pak, saya baru datang dari desa, dan saya tidak punya siapa-siapa di sini."

Bara sebenarnya punya rasa kasihan melihat Elena di jadikan cleaning service, padahal lowongan sebagai sekretaris Pak Evan masih ada, kenapa Bu Maya tega sekali dengan Elena?, tapi Bara hanya bawahan Bu Maya, Bu Maya lah yang di beri wewenang dalam penerimaan calon karyawan.

"Baiklah mari ikut Saya, saya akan tunjukan di mana kamu akan bekerja!"

Bara akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan menuju ruangan Bu Intan, disana Elena juga mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di ruangan Bu Intan, Bara langsung bertemu orang yang dia cari.

"Bu Intan ini karyawan baru, tolong anda beri arahan!'

"Baik Pak, setelah kepergian Bara, Bu Intan pun berjalan mendekati Elena." Siapa nama kamu Nak?"

"Elena Bu." Sabil berucap Elena mengulurkan tangannya ke Bu Intan.

"Kamu sangat cantik, apa kamu tidak malu jadi cleaning service?" Disana Bu Intan juga menyambut tangan Elena dengan penuh hangat.

"Tidak Bu, bagi saya semua pekerjaan itu baik."

"Baiklah, kamu akan bekerja bersama Siska membersihkan ruangan Pak Evan. Tugas kamu bersih-bersih ruangannya, sebelum bos datang, Kamu mengerti!"

"Mengerti Bu!" Elena akhirnya bisa lega setelah mendapat pekerjaan, Setidaknya, bulan depan sudah ada pemasukan untuk menyambung hidupnya di kota. Walau pun hanya sebagai cleaning service.

"Siska!" Disana Bu Intan memanggil Siska.

"Ya Bu." Mendengar namanya di panggil Siska akhirnya berlari menghampiri Bu Intan.

"Siska, Ini rekan kamu yang akan membatu kamu, membersihkan ruangan Pak Evan!" Disana Siska menatap ke arah Elena dan dengan segera mendekati Elena

"Hai, kenalkan saya Siska, senang bertemu denganmu!" Sambil mengulurkan tangan Siska memperkenalkan diri.

"Hai Siska salam kenal juga saya Elena." Ucap Elena sambil menerima uluran tangan Siska." Tolong beri tahu aku, nanti tentang pekerjaan yang akan kita kerjakan ya?"

"Siap mulai hari ini kita rekan!" he..he..he..

Hari itu juga Elena sudah bisa mulai bekerja dengan Siska, dengan cepat mereka menyelesaikan tugas mereka masing-masing.

Sampai akhirnya nampak disana karyawan satu demi satu mulai berdatangan. Setelah selesai membersihkan ruangan bosnya akhirnya Elena dan Siska mulai beristirahat bersama pekerja yang lain.

**

Evan Mahendra adalah seorang CEO pemilik tunggal Skyline Corporation, disana dia sudah datang bersama sang asisten Mario.

Mereka di sambut semua karyawan di lantai satu, sudah jadi tradisi disetiap paginya setelah sang CEO datang mereka harus menyambutnya.

Evan sebetulnya tidak begitu menyukai hal itu, tapi peraturan itu di buat sang asistennya untuk menyambut kedatangan dirinya. Bagi Evan selama tidak merugikan dirinya itu tidak jadi masalah.

Ketampanan Evan sangat di gandrungi semua mata yang melihat, wajahnya tampan, badannya tinggi, kulitnya putih. Penampilannya sangat gagah bak foto model, bahkan keharuman tubuhnya saja bisa dirasakan setiap dia melintasi karyawannya.

Tak ketinggalan, disana Bu Maya selalu berada di barisan paling depan. Dengan penuh harap Bu Maya ingin mendapatkan senyum dari sang CEO setelah dia menyapanya, Tapi sayangnya Evan hanya melewatinya saja.

Sampailah sang CEO diruangannya dia masuk dan berjalan kedalam ruangannya, dia pun akhirnya segera duduk di kursi kebesarannya.

"Mario apa plan hari ini?"

"Hari ini, Pak Evan ada pertemuan dengan Mr. Harosi pemilik perusahaan Asing dari jepang. Mereka yang ingin bekerja sama dengan perusahaan Skyline Corporation Pak!"

"Jam berapa pertemuannya?"

"Kira-kira jam Sembilan Pak, kita akan menunggu info terlebih dahulu."

"Oya, apa kamu sudah menanyakan Maya?, Apa dia sudah mendapatkan kandidat sekretaris untuk saya?"

"Sebentar saya tanyakan dulu Pak!"

Mario akhirnya segera keluar dan pergi menuju keruangan Maya, disana Maya nampak sedang sibuk di depan layar kerjanya.

"Maya, apa kamu sudah mendapatkan calon sekretaris Pak Evan!"

"Eh Mario...Belum, apa Pak Evan sudah menanyakannya?"

"Tentu saja, kamu sangat lambat!"

"Apa Pak Evan tidak mau mengambil salah satu dari karyawannya saja untuk jadi sekretarisnya? Saya bisa!"

Maya dengan percaya diri mengajukan dirinya sebagai sekretaris Evan. Memang sudah sejak lama Maya menaruh hati terhadap bos besarnya.

Dia sangat antusias agar bisa menjadi kekasih Evan, apa pun bisa dia lakukan untuk bisa mendapatkan seorang pemilik Skyline Corporation yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan.

Mendengar ucapan Maya, Mario benar-benar sangat geram. "Jangan Gila kamu!" kamu sudah mendapatkan jabatan manajer personalia apa kamu masih kurang!"

"Akukan cuma bercanda Mario, ya sudah kalau begitu nanti aku kabari kalau sudah ada kandidatnya!" Dengan kesal Maya menegaskan ke Mario.

"Oke kalau begitu, aku tunggu kabar secepatnya!, kalau tidak kamu pasti bakalan di pecat sama Pak Evan, kalau tugasmu lambat!"

Mario akhirnya meninggalkan Maya di ruangannya, dia segera menuju ke ruangan Evan tapi baru saja dia melangkah dan keluar dari ruangan Maya, Disana Mario bertemu dengan Bara.

"Pak Mario, boleh saya bicara sebentar?"

"Silahkan!"

"Tapi, jangan di sini Pak kalau tidak keberatan Bapak bisa keruangan saya sebentar, Maaf sekali tanpa mengurangi hormat saya Pak, Ini sedikit penting!" Disana Bara sedikit berbisik.

"Baiklah lima menit, saya sedang banyak tugas dari Pak Evan!" Akhirnya Mario mengikuti Bara keruangannya.

"Silahkan duduk Pak?"

"Langsung saja, apa yang mau kamu katakan!"

"Begini Pak, Ini tentang calon sekretaris Pak Evan, Sebenarnya kemarin sudah ada calon karyawan yang datang untuk interview. Tapi, sama Bu Maya ditolak mentah-mentah, Malah orang itu di jadikan cleaning service sama Bu Maya!"

Mario yang mendengar ucapan dari Bara sungguh sangat kaget.

"Apa kamu tidak bercanda!", apa Maya tidak melihat biodatanya?"

"Pastinya sudah Pak, kebetulan saya juga sudah melihat biodatanya, namanya Elena Rosalina dia lulusan universitas dengan nilai terbaik, jurusan Administrasi Perkantoran. Bu Maya bilang bahwa bagian sekretaris sudah penuh."

"Apa tujuan Maya berbohong?"

"Saya juga kurang tau Pak, maka dari itu saya berbicara ke Pak Mario, Saya tidak tau apa tujuan Bu Maya."

"Baiklah, kalau begitu, nanti saya akan bicara ke Pak Evan!"

Akhirnya Mario meninggalkan ruangan Bara, dia harus cepat-cepat menyiapkan materi untuk pertemuan Evan dengan orang jepang, yaitu Mr.Harosi selama belum ada sekretaris Mario lah yang menyiapkan semuanya.

Akhirnya pertemuan Evan dengan Mr.Harosi selesai, Dengan keputusan menjalin kerja sama, tapi sebelum itu Evan akan datang ke jepang untuk melihat langsung perusahaan Mr.Harosi.

"Mario tolong siapkan semuanya lima hari lagi kita akan ke jepang, urus semua tiket dan semua dokumen!" Evan segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Siap Pak, oya ada sesuatu yang ingin saya sampaikan Pak!"

"Tentang?" Evan akhirnya membatalkan menelepon seseorang dan meletakan ponselnya.

"Tentang Maya, saya dapat informasi dari Bara bahwa kemarin sebenarnya ada panggilan interview atas nama Elena Rosalina, tapi Maya bilang lowongannya sudah terisi padahal kenyataannya belum. Malah sama Maya orang tersebut ditolak mentah-mentah, Maya malah menjadikannya cleaning service!"

"What??, apa-apa si Maya?, orang yang sudah jelas-jelas mendapatkan panggilan interview, pastinya sudah di lihat biodatanya. Tidak sembarangan main masukin ketempat lain apalagi cleaning service, jelas-jelas saya sedang membutuhkan sekretaris!"

"Apa dia tidak melihat pendidikannya?" coba kamu tanyakan siapa yang interview kemarin, kalau menurut kamu dia memenuhi kriteria urus datanya, buatkan dia visa kita akan bertemu nanti di jepang!"

"Apa Pak Evan tidak berlebihan?"

"Saya sedang sibuk, tidak ada waktu untuk saya mengurus semua, saya akan kerumah orang tua saya, jadi saya akan cuti selama empat hari sampai kita berangkat ke jepang nanti!"

"Baik Pak, akan segera saya urus semuanya!"

Dengan segera Mario menemui Bara di ruangannya, dia meminta Bara untuk memberikan biodata Elena, setelah Mario menerimanya dia membaca biodata Elena dengan seksama. "Sepertinya Elena memenuhi syarat sebagai sekretaris Pak Evan."

Disana akhirnya Bara menemui Elena, dengan tugas yang di berikan Mario yaitu meminta kartu tanda identitas untuk pembuatan visa.

Tapi Bara tidak memberitahukan bahwa identitasnya itu akan dipergunakannya untuk pembuatan visa sesuai perintah Mario.

Bab 2#Kisah Elena

Benar saja akhirnya Evan mengambil cuti selama empat hari, tujuan utamanya yaitu untuk menemui Ibunya.

Di rumah yang megah itu Evan dulu di besarkan, selama Ayahnya sudah tiada hanya Ibunya yang sekarang menempati rumah itu, Evan sendiri mempunyai rumah di kota yang besarnya juga sama dengan rumah Ibunya.

"Pagi Bu, Ibu sehat?" Evan berjalan dan mendekati Ibunya, dia pun segera memeluk wanita paruh baya itu.

"Akhirnya kamu datang juga." Dengan lembut Ibu Sindy membalas pelukan putranya.

"Tentu saja Bu, hal utama semua alasan hanya Ibu tujuan Evan." Mengecup kening sang Ibu membuat hati sang Ibu bahagia.

"Evan kapan kamu mau memberi Ibumu ini cucu?" Dengan lembut Ibu Sindy membelai wajah tampan putranya.

Ibu Sindy memang ingin melihat Evan menikah, dan segera mempunyai cucu agar bisa melihat keturunan Mahendra hadir di tengah-tengah mereka.

"Ibu bersabarlah, aku tidak mau terburu-buru."

Evan menatap wajah sang Ibu dengan lekat dan berusaha meyakinkan pada Ibunya bahwa suatu saat dia juga ingin mempunyai pendamping dan tentunya mendapat keturunan.

"Iya tapi kapan? Ibu tidak mau tau, tahun depan kamu harus segera menikah!"

"Doakan yang terbaik saja Bu." Oya Minggu depan, Evan akan terbang ke jepang untuk perjalanan bisnis, doakan semua lancar ya Bu?"

"Iya Van... Sudah pasti Ibumu ini akan selalu mendoakan anaknya, Tapi mau sampai kapan Umurmu sudah dua puluh tujuh tahun, hartamu juga sudah melimpah. Apa kamu tidak ingin mempunyai keturunan Evan Mahendra?"

"Tentu saja Bu, nanti disaat aku sudah menemukan yang terbaik."

Evan Mahendra adalah keturunan dari Erlangga Mahendra, dulunya dia adalah seorang anak kecil yang sudah dididik sebagai seorang pembisnis. Setiap harinya dia hanya belajar dan belajar, Orang tuanya sangat ketat dalam mendidik, serta memberikan fasilitas terbaik untuknya.

Tidak heran sekarang Evan menjadi CEO yang tidak lagi di ragukan dalam kemampuannya dalam berbisnis, Ayahnya dulu adalah pemilik Skyline Corporation. Kematian Ayahnya yang begitu mendadak membuat Evan sangat terpuruk, bagaimana tidak Ayahnya meninggal dengan sangat misterius.

Sampai sekarang Evan belum bisa mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Ayahnya. Yang dia tau, Ibunya sudah menutup rapat-rapat atas kasus kematian Ayahnya.

**

Namaku Elena Rosalina, dari kecil aku hidup di panti asuhan. Aku tidak tau siapa kedua orang tuaku, yang aku tau dari Ibu panti, Ibuku meninggalkan aku saat aku masih bayi. Aku tidak tau alasan Ibuku meninggalkan aku pada saat itu, bahkan sampai sekarang rasanya aku tidak ingin tau siapa Ibuku.

Aku sudah sangat bersyukur memiliki Ibu panti yang baik hati, Aku di besarkan hingga aku bisa kuliah, semenjak sekolah aku sering mendapatkan beasiswa dari prestasi yang aku dapat. Aku selalu juara kelas hingga aku masuk SMA, setelah lulus aku mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjutkan kuliah. Semenjak kuliah, aku ikut kerja sampingan menjadi tukang cuci piring di sebuah rumah makan. Dari situlah aku bisa dapat gaji dan tentunya makan gratis.

Aku ingin mandiri, tapi sebenarnya Ibu panti tidak mengijinkan aku untuk tinggal jauh dari panti, tapi tempat panti dan kuliahku sangatlah jauh. Aku tidak mau merepotkan Ibu panti untuk minta ongkos pulang pergi kuliah, maka aku putuskan untuk bisa kos sendiri.

Setelah lulus kuliah, aku beranikan diri untuk pergi ke kota mengadu nasib dengan membawa bekal ijazah kuliahku, waktu itu aku melihat ada sebuah lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Aku mencoba memasukan lamaran kerja, selang dua hari, ternyata aku mendapat panggilan untuk interview. Aku sangat bersemangat sekali kala itu, Membayangkan aku bisa mendapatkan pekerjaan itu sesuatu yang aku harapkan.

"Pagi Pak, Saya ada panggilan interview hari ini."

"Baik, tunggu saja di dalam Mba, di dalam ada beberapa juga yang mau interview!"

Dengan semangat aku langkahkan kaki masuk ke sebuah kantor yang sangat besar, baru kali ini aku melihat sebuah perusahaan yang sangat megah menurutku. Disana aku melihat satu persatu calon yang akan di interview masuk dan keluar lagi, setelah menunggu lama akhirnya sekarang giliranku untuk masuk.

"Atas nama Elena Rosalina!"

"Saya Bu." kulangkahkan kakiku untuk masuk keruangan itu, disana aku melihat ada seorang wanita yang mungkin akan mewawancaraiku, tatapannya sangat tajam dan sungguh punya selidik, dia menatapku dengan sangat tajam dari ujung kaki sampai ujung kepalaku. Mungkin penampilanku kurang menarik, Entahlah...?

"Siapa nama kamu?"

"Elena Rosalina."

"Kamu tau, perusahaan ini membuka lowongan bagian apa?"

"Yang saya dengar perusahaan ini mencari seorang sekretaris."

"Sayangnya, lowongan itu sudah terisi, Saya sarankan anda silahkan pulang!"

"Tapi Bu, tadi saya disuruh masuk untuk interview?'' Dengan sekuat tenaga aku mempertahankan diri.

"Bagian sekretaris sudah terisi!"

"Apa tidak ada pekerjaan lain Bu?" Aku pun sampai bersimpuh di hadapannya.

"Em...Ada, tapi di bagian cleaning service!"

"Kalau begitu, tidak apa-apa Bu, saya mau, saya sangat membutuhkan pekerjaan."

"Baiklah, besok kamu bisa langsung bekerja!"

"Aku pikir orang ini berpendidikan tinggi, tapi sepertinya dia tidak bisa memanusiakan orang.

Padahal jelas-jelas aku mendapatkan panggilan untuk interview, tapi mengapa dia bilang bagian itu sudah terisi, dan menyuruhku untuk pulang. lantas untuk apa panggilan itu? Aku sudah terlanjur berharap akan di terima."

"Sudah berhari-hari aku di kota ini, aku hanya membawa uang pas-pasan untuk sewa kos, dan sisa sedikit uang untuk biaya hidup. Ku jatuhkan harga diriku meminta pekerjaan lain, karena aku sudah tidak tau bagaimana kedepannya kalau aku tidak punya pekerjaan. Mungkin aku akan jadi gelandangan!

Pagi itu juga, aku datang kembali ke perusahaan itu, disana aku menemui seorang security, dan di bawa masuk menemui orang yang kemarin menyuruhku pulang. Aku dengar namanya Bu Maya, setelah bertemu dengan Bu Maya aku di arahkan lagi ke ruangan lain dan aku tidak tau siapa orang yang akan aku temui.

"Kamu Elena yang kemarin bukan?"

"Benar Pak!"

"Kenapa kamu mau jadi cleaning service? Secara kamu cantik, kamu juga berpendidikan tinggi?"

"Saya butuh pekerjaan Pak, saya baru datang dari desa, dan saya tidak punya siapa-siapa di sini."

Aku pikir orang itu lebih bijak dari Bu Maya, Akhirnya aku di antar orang itu menuju ke sebuah ruangan, dan disana aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Aku pikir orang ini adalah kepala pekerja di bagian cleaning service, orangnya ramah, dan baik. Aku di pertemukan dengan Siska, dia rekanku bekerja membersihkan ruangan CEO di perusahaan ini.

Hari itu juga aku langsung bisa bekerja, akhirnya aku di ajak Siska untuk mulai bekerja.

"Ayo Elena kita bawa peralatan bersih-bersihnya, kita akan membersihkan ruangan Pak Evan!"

"Iya Sis..!! Aku pun mengikuti Siska di belakangnya, semua ruangan masih sepi, kata Siska karyawan di sini akan masuk pada pukul delapan, dan sebelum jam itu, aku dan Siska harus selesai membersihkan ruangan itu.

Siska benar-benar sangat terampil dalam bekerja, dia sangat baik denganku yang masih amatiran. Setelah semua selesai aku dan Siska akhirnya kembali ke ruangan belakang.

Perusahaan ini mengharuskan khusus ruangan Pak Evan hanya boleh dilakukan satu atau dua orang pekerja saja, Itu pun hanya membersihkan ruangannya saja, sebelum dan pulangnya Pak Evan bekerja.

Menurut Siska, dia pernah menunggu kepulangan Pak Evan sampai jam sebelas malam, hanya untuk membersihkan ruangannya saja harus menunggu Pak Evan pulang. Siang itu, aku di kejutkan dengan kedatangan orang yang tadi mengantarku bertemu Bu Maya.

"Elena boleh aku minta kartu identitasmu!"

"Boleh Pak." Dengan segera, aku mengambil tas yang aku simpan di sebuah loker, aku segera mengambil kartu identitasku disana.

"Ini Pak!"

"Terimakasih, saya bawa dulu ya, Mungkin besok kamu bisa mengambilnya di ruangan saya!'

"Baik Pak." Aku di beri tau Siska kalau tadi adalah Pak Bara, mungkin Pak Bara membutuhkan kartu identitasku, untuk memasukan dataku sebagai pekerja di perusahaan ini. Disana tiba-tiba Siska mendekatiku.

"Elena kamu tinggal di mana?"

"Aku tinggal tidak jauh dari perusahaan ini Sis."

"Apa kamu tinggal sendiri, kebetulan aku juga kos sendiri. Apa kamu mau tinggal bersamaku?

"Bisa Sis, kebetulan aku di sini juga baru, aku sangat senang kalau kamu mau berteman denganku, apalagi kos bareng."

"Oke, Nanti sepulang kerja kamu segera angkat barang-barang kamu ke kosanku ya!"

"Tapi aku tidak punya barang-barang Sis, aku cuma punya satu tas, itu pun isinya hanya baju-bajuku."

"Tidak masalah, kita malah lebih gampang untuk membawanya."

Bab 3 #Penolakan Elena

Benar saja, sepulang kerja Siska langsung menemaniku mengemasi semua barang-barang yang ada di kos tempatku tinggal, setelah semua selesai aku kemasi, Aku dan Siska akhirnya segera berpamitan pada Ibu kos dan segera meninggalkan kosanku yang berada di gang sempit.

Sebetulnya sayang baru satu Minggu aku tempati, Tapi Siska dengan senang hati menawariku untuk tinggal bersamanya.

Setelah melakukan perjalanan akhirnya aku dan Siska sampai di tempat Siska, tempatnya Siska lebih besar dari tempat kos yang aku sewa, tempatku saja hanya satu petak, itu pun aku pertimbangkan dengan uang yang aku punya.

Di kos tempat Siska ada tiga ruangan disana, ada ruangan untuk tamu, ruang tidur, dan di belakang ada dapur yang jadi satu dengan kamar mandi.

"Elena..Semoga kamu betah ya di sini, maaf dengan gajiku sebagi cleaning service aku cuma bisa menyewa kos seperti ini."

"Apaan sih Sis, ini lebih bagus dari tempatku Sis, tempatmu saja lebih luas, bersih lagi. Makasih banyak ya Sis, kamu sudah mau jadi temanku?"

"Sama-sama."

**

Pagi-pagi sekali, Mario sudah datang dengan membawa berkas-berkas yang bosnya minta. Hari ini Evan masih cuti, dan hari ini juga hari terakhir bosnya cuti.

Besok sang CEO akan terbang kejepang dengan sang asisten, dan tentunya Elena yang ikut serta dalam perjalanan bisnis. Disana Mario bergegas menghubungi Bara.

''Halo Bara!''

''Ya halo Pak."

''Tolong panggilkan Elena keruangan saya sekarang!"

''Baik Pak, akan segera saya laksanakan!'' Dengan cepat Bara menuju ke ruangan belakang menemui Bu Intan.

''Pak Bara, ada apa pagi-pagi kesini?, Bapak bisa panggil saya keruangan Bapak, jadi Bapak tidak perlu repot-repot kesini Pak?" Bu Intan merasa tidak enak dengan kedatangan Bara.

''Tidak apa-apa Bu, bisa saya minta tolong panggilkan Elena!"

''Bisa Pak, tunggu sebentar!" Bu Intan segera berjalan untuk memanggil Elena, Elena yang sedang berbicara di telepon dengan Ibu panti pun akhirnya berhenti berbicara setelah melihat kedatangan Bu Intan.

''Bu Intan, ada apa Bu?"

"Kamu di panggil Pak Bara." Bu Intan bergegas menggandeng tangan Elena untuk bertemu Bara.

Akhirnya disana Elena bertemu dengan Bara, tanpa sadar ponselnya masih terhubung dengan Ibu panti, Elena lupa mematikan ponselnya, tapi Ibu panti tau kalau Elena sedang bekerja, akhirnya Bu panti mengakhiri pembicaraannya dan mematikan ponselnya.

"Bapak memanggil saya?" Elena pun di persilahkan duduk oleh Bara.

"Elena bisa kamu ikut saya ke ruangan Pak Mario?"

"Bisa Pak!" "Pak Mario ada apa? Apa aku salah dalam bekerja" Elena masih bingung dengan pikirannya sendiri.

Akhirnya Bara berjalan menuju keruangan Mario, dengan di ikuti Elena di belakangnya, tanpa mereka sadari dari jauh ada seseorang yang memperhatikan langkah mereka.

Bu Maya sangat kaget melihat Elena berjalan mengikuti Bara keruangan Mario, dengan cepat Bu Maya diam-diam mengikuti Bara dan Elena.

Tok...tok....tok...

"Masuk!" Terdengar jawaban Mario dari dalam ruangannya.

"Pak, saya sudah membawa Elena kemari!"

"Duduklah!" Disana Mario memperhatikan kedatangan Elena, wanita ini sangat cantik. Diam-diam Mario mulai simpati dengan Elena.

"Pak apa saya harus keluar?" Ucap Bara

"Kamu bisa meninggalkan ruangan ini!"

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi." Bara akhirnya keluar dari ruangan Mario, alangkah kagetnya setelah Bara membuka pintu terdengar suara benturan kepala dari luar.

"Bu Maya?, Apa yang Bu Maya lakukan di sini!"

"Eh...Em..Itu, tadi saya sedang lewat mau ambil minum Pak!"

"Bukannya pantry ada di bawah?" Bara sebenarnya sangat penasaran dengan tingkah Bu Maya.

"Iiiya...Saya lupa, kenapa saya bisa lewat sini?" Bu Maya pun pura-pura amnesia.

Bara tidak mau terlalu terlibat dengan aksi Bu Maya, akhirnya Bara berjalan meninggalkan Bu Maya disana, tapi baru beberapa langkah tiba-tiba Bu Maya sudah memanggilnya.

"Bara!, tunggu sebentar!" Bu Maya akhirnya berjalan menghampiri Bara.

"Ada apa Bu?" ada yang bisa saya bantu?"

"Em...Begini, sebenarnya tadi saya penasaran dengan perempuan tadi!"

"Elena maksudnya?"

"Iya dia, ada apa dia di panggil ke ruangan Pak Mario?"

"Oh kalau itu saya kurang tau, saya hanya di minta untuk memanggil Elena dan bertemu Pak Mario." Bara sebenarnya berbohong pada Bu Maya, Bara tau kalau Bu Maya tidak suka dengan Elena.

"Benarkah kamu tidak tau?"

"Benar, kalau Ibu mau tau, silahkan tanyakan sendiri ke Pak Mario!" Akhirnya Bara meninggalkan Bu Maya sendirian.

"Apa sebenarnya yang di lakukan Elena, mengapa dia sampai di panggil ke ruangan Mario. Aku harus cari tau" Bu Maya akhirnya memilih untuk pergi.

Di ruangan, Mario sedang berbincang dengan Elena, sebelum memberi taukan apa yang sebenarnya di perintahkan oleh sang CEO.

"Elena, kamu tau kenapa saya panggil kamu kesini!"

"Maaf, saya tidak tau Pak, apa saya melakukan kesalahan dalam bekerja?"

"Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan, ini saya kembalikan kartu identitasmu, oya besok kamu harus siap-siap jam tujuh pagi saya akan menjemputmu. Berikan alamat di mana kamu tinggal!"

"Maksud Bapak apa ini? Saya tidak tau Pak saya harus siap-siap, dan saya akan di jemput jam tujuh pagi maksud Bapak apa?" Tolong jelaskan ke saya!"

"Kita akan berangkat ke jepang bersama Pak Evan!"

"Hah???" Maksud Bapak!" Elena merasa seperti mimpi "Jepang????" Apa sebenarnya yang terjadi? Belum pernah dia di hadapkan di situasi ini. Pikirannya pun mulai kacau.

"Mungkin kamu kaget mendengarnya, Pak Evan akan mewawancari kamu yang nantinya mungkin saja Pak Evan bisa menjadikanmu sekretarisnya, tapi itu nanti setelah kita sampai di jepang!"

"Apa itu tidak berlebihan Pak?, saya hanya seorang cleaning service, Pak Evan bisa mewawancari saya di sini saja Pak!"

Mario sangat heran dengan sikap Elena, Biasanya seorang wanita yang di beri kesempatan seperti ini pasti tidak akan menolaknya, tapi wanita ini??

"Pak maaf, bisa saya berbicara dengan Pak Evan?, saya bisa katakan, kalau di perbolehkan saya akan meminta Pak Evan mewawancarai saya di sini saja. Bukan saya menolak, tapi saya tidak pantas di perlakukan bak seperti ratu. saya hanya seorang cleaning service. Apa kata karyawan lain?, hanya cuma di wawancarai saja saya harus ikut kejepang, saya bukan siapa-siapa Pak!"

"Tapi visamu semua sudah saya buatkan, kamu tinggal berangkat, semua biaya di tanggung Pak Evan!"

"Saya mohon Pak, ijinkan saya berbicara dengan Pak Evan." Elena sangat memohon ke Mario dia merasa tidak pantas, hanya sekedar di wawancarai saja harus di jepang.

"Baiklah, saya akan berbicara dengan Pak Evan!" Akhirnya mau tak mau Mario menghubungi bosnya.

"Halo Pak, maaf bisa minta waktunya sebentar?"

"Mario, ada masalah apa di perusahaan selama saya cuti?"

"Tidak ada masalah Pak, cuma ada kendala sedikit tentang Elena."

"Elena siapa Elena?""

"Oya Elena Rosalina yang kemarin di jadikan cleaning service oleh Bu Maya!"

"Oh....Saya baru ingat, apa kamu sudah membuatkannya visa?"

"Sudah Pak, bahkan Elena sedang ada di hadapan saya saat ini."

"Lalu?" Evan yang sedang makan bersama Ibunya akhirnya menghentikan makannya.

"Ada apa Van?, Apa ada masalah di kantor?" Ibunya mulai memperhatikan Evan.

"Hanya masalah kecil Bu, boleh saya bicara sebentar dengan Mario?"

"Lanjutkan saja, tidak apa-apa, Ibu tidak terganggu."

Mario yang masih mendengarkan percakapan bosnya pun masih menunggu pembicaraan antara Evan dan Ibunya, sedangkan Elena masih begitu kacau pikirannya. "Apa yang harus aku katakan kepada Pak Evan, apa aku salah menolaknya?"

"Ya Mario lanjutkan!"

"Ya Pak, begini Elena menolak secara halus atas kepergian kita besok Pak, dia meminta ingin berbicara sendiri ke Pak Evan, Kalau di perbolehkan?"

Mario pun tampak ragu-ragu dia takut bosnya akan marah atas perintah yang tidak sesuai dengan perintah bosnya.

"Baiklah, berikan teleponmu itu ke Elena!"

"Baik, sebentar." Mario pun memberikan teleponnya ke Elena, Dengan ragu-ragu Elena menerimanya.

"Halo Pak Evan." Dengan nada bergetar Elena memberanikan dirinya untuk berbicara kepada bos besarnya.

"Ya, silahkan bicara!" Dengan nada ketus Evan berucap.

Elena pun nampak menjauhkan teleponnya dari telinganya, dan akhirnya menempelkannya lagi di telinganya.

"Begini Pak, maaf sekali bukannya saya menolak perintah Bapak, cuma sepertinya saya kurang layak diperlakukan seperti ini, kalau bisa saya di wawancarainya di sini saja Pak, di kantor ini?, Toh saya hanya seorang cleaning service Pak??"

Disana Evan masih terdiam, biasanya semua orang yang di perintahnya tidak akan menolak semua kata-katanya.

"Apa maksud kamu!" Saya di sini CEO, kamu juga adalah karyawan saya walau pun di bagian cleaning service, apa pantas bawahanku menolak perintahku!"

"Bukan begitu Pak, saya sangat menghargai perintah Bapak, saya cuma tidak layak Pak."

"Berikan teleponnya ke Mario!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!