NovelToon NovelToon

Love Story In SMA

BAB 1

Namaku Alya Putri. Aku seorang siswi kelas 12 di salah satu Sekolah Favorit yang ada di kotaku. Dan inilah kisah cintaku, kisah tentang percintaan remajaku di penghujung masa SMA. Dari aku yang tak mengenal cinta hingga terluka oleh cinta itu sendiri.

Aku tak pernah menyangka jika kisah cintaku akan serumit rumus-rumus yang sering ku pelajari di sekolah.

Setiap hari yang kujalani di sekolah hanyalah sebatas belajar menuntut ilmu. Aku tipe gadis yang tak pandai bergaul, aku lebih banyak menyendiri hingga tak memiliki banyak teman. sebenarnya semua itu aku lakukan karna aku cukup tahu diri, jika aku dan mereka yang bersekolah disini memiliki perbedaan. Aku berasal dari kalangan biasa, Sementara mereka yang bersekolah disini berasal dari kalangan atas. Oleh karna itu aku membentengi diriku dengan menutup diri.

Pagi hari cerah di hari senin.

Mendapat tugas piket kelas di hari senin memang cukup menyiksa, bagaimana tidak, aku harus berangkat sekolah lebih awal untuk membersihkan ruangan kelasku seorang diri. Meskipun tertera nama beberapa orang siswa lain di jadwal piket hari ini, nyatanya hanya aku seorang yang melaksanakan piket kelas. Meskipun begitu, aku tak pernah mengeluh ataupun protes, karna sungguh aku tak ingin berdebat dengan orang lain. Aku hanya ingin menjalani hari-hari ku dengan tenang di sekolah ini. Meski kenyataannya, aku tak pernah memiliki hari tenang barang sehari pun selama bersekolah disekolah ini.

Selesai membersihkan ruangan kelas dan melaksanakan upacara bendera. Aku yang merasa lelah mencoba mengistirahatkan tubuh dengan duduk di kursi dengan tubuh bagian atas telungkup diatas meja, sementara kedua tanganku, aku gunakan untuk menopang wajahku yang terbenam diantara kedua tanganku.

" Alya, gue pinjem buku PR lo ya." Ucap Anis yang merupakan teman sebangku sekaligus sahabatku satu-satunya. Anis dan aku bertemu pertama kali saat kami berada di kelas 10. Dan bagiku Anis adalah sahabat yang sangat baik. Ia gadis yang cantik dan ramah pada siapapun. Anis juga kerap meminjamkan ku buku-buku edisi terbatas miliknya untuk aku baca di rumah.

" Hmmm.. " Jawabku dengan malas. Dan kudengar suara tarikan resleting tasku. bisa ku tebak, Anis tengah mengambil buku yang ia cari. Dan pastinya gadis itu belum mengerjakan tugasnya minggu lalu.

"Morning Lampir!" Sapa seseorang yang selalu saja membuatku jengkel sepanjang hari. Siapa lagi kalau bukan Vino Mahardika.

Berpura-pura tak mendengar, menjadi strategi ku kali ini untuk menghadapi tingkah absurd seorang vino.Namun nyatanya itu tidaklah cukup ampuh untuk menghadapi kegigihan Vino dalam membuatku kesal, mungkin karna aku tak merespon sapaan gilanya, ia mulai menarik-nari kepangan rambutku seperti yang biasa ia lakukan jika melihat rambutku yang ter kepang rapih.

Vino terus saja menarik kepang rambutku hingga akhirnya aku merasa jengah. Aku segera bangun dari posisi telungkup ku dan berdiri menatapnya yang tengah berdiri di hadapanku sambil memperlihatkan senyum jahilnya. Jika tak ada meja yang menjadi pemisah diantara aku dan Vino, ingin rasanya ku tarik tangan usilnya itu dan menggigitnya kuat-kuat.

"Apa lo!" Ucapnya seolah memancing amarahku.

Baru saja aku ingin mengatakan sesuatu. Anis yang duduk di sampingku memegang lenganku.

" Udah Al!" ucap Anis memperingatkan ku.

mendengar ucapan Anis, aku pun menghela kasar nafasku.

" Pergi sana, jangan ganggu gue!" Ucapku sambil kembali duduk.

" Gitu doank, ga jadi marah lo!" Ucap Vino dengan kembali memperlihatkan senyum menjengkelkannya. Aku sedikit beruntung, karna Sebelum Vino kembali memuntahkan kalimat menjengkelkannya, Pak Danu memasuki kelas pertanda kegiatan belajar dimulai. Dan Vino pun dengan terpaksa enyah dari hadapanku berjalan menuju kursinya.

Jangan lupa like dan komen, jika suka dengan ceritaku ini. Terimakasih 🙏

BAB 2

Waktu terus berjalan hingga tak terasa bel tanda istirahat berbunyi. Semua siswa siswi di kelasku berhamburan keluar kelas menuju tujuan mereka masing-masing. Begitu pula denganku yang sudah bersiap meninggalkan kelas dengan membawa sekotak alat tulis.

"Mau ke Perpus?" Tanya Anis ketika melihatku hendak meninggalkan kursiku.

"Mau kemana lagi." Ucapku yang kemudian berlalu pergi menuju Perpustakaan.

Ruang Perpustakaan adalah tempat Favoritku di sekolah ini, selain memiliki banyak koleksi buku, ruangan itu juga dilengkapi dengan fasilitas yang terbilang nyaman. Memiliki tempat yang luas dengan banyak terdapat meja dan kursi yang cukup menampung banyak siswa, ruangan tersebut juga dilengkapi AC sehingga membuat nyaman siswa yang berkunjung kesana, termasuk aku yang setiap hari tak pernah absen untuk berkunjung kesana.

Setelah memilih sebuah buku untuk ku baca, aku pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Karna tak seperti biasanya hari ini perpustakaan nampak terlihat dipenuhi oleh siswa-siswi yang tengah sibuk mengerjakan tugas.

"Kamu bisa duduk di pojok sana!" Bisik sebuah suara milik siswa yang tiba-tiba berdiri di sampingku. Aku yang terkejut pun menatap tajam kearah siswa yang berbisik itu.

"Di sana!" Bisiknya lagi sambil menunjuk ke sebuah tempat dipojok ruangan. Aku pun mengikuti kearah pandang yang ia tunjukkan. Dan benar saja kulihat ada 2 bangku kosong yang baru saja ditinggalkan oleh pengunjung sebelumnya. Dengan cepat aku segera berjalan menuju bangku kosong tersebut tanpa memperdulikan siswa yang telah memberi petunjuk tadi.

Baru saja aku duduk dan membuka buku yang hendak ku baca, siswa yang tadi berdiri di sampingku kini tiba-tiba ikut duduk tepat di sampingku.

"Besok, anggota kelompok kita sepakat untuk mulai mengerjakan tugas." Ucap siswa tersebut dengan berbisik.

"Tugas?" Tanyaku yang masih belum mengerti dengan apa yang siswa itu ucapkan.

"Tugas kimia, kamu ingat? Kita berada di kelompok yang sama." Ucapnya. Kali ini ia berkata sambil menatap ke arahku.

Mendengar penjelasannya, aku jadi teringat jika memiliki tugas kimia yang harus dikerjakan berkelompok. Dengan anggota kelompok yang sudah ditentukan oleh guru pengajarnya.

"Gue bisa kerjain sendiri!" Ucapku tanpa menatap kearahnya.

"Ini tugas kelompok, terlebih akulah ketua kelompok itu!" Ucapnya dengan sedikit menaikkan nada bicaranya. Aku yang sedikit terkejut pun menatap kearahnya.

" Gue....."

" Besok sepulang sekolah, aku tunggu di gerbang depan!" Ucapnya lebih dulu, seolah tahu jika aku akan memuntahkan kalimat penolakan.

Setelah mengucapkan kalimat tegasnya itu, ia pun beranjak pergi tanpa mau mendengar jawaban atas kesiapan ku esok.

" Benar-benar siswa yang tak terbantahkan. " mungkin itu sedikit gambaran yang aku tahu tentang siswa yang sempat duduk di sampingku tadi. " Rayyan Narendra putra " seorang siswa yang merupakan ketua kelas di kelasku. Ia juga pernah menjabat menjadi ketua OSIS saat kelas 11 lalu. mungkin karna ia terbiasa berada di lingkungan sebuah organisasi ia terlihat memiliki perangai yang tegas dan tak terbantahkan. Meskipun sikap tersebut hampir tak terlihat jika tengah menatap wajahnya yang memang terlihat TAMPAN.

"Sepertinya aku harus menyusun rencana untuk besok. " Gumamku dalam hati. Sungguh, tugas berkelompok adalah tugas yang Paling ingin aku hindari. Aku yang memang memiliki kadar introvert yang tinggi ditambah rasa insecure yang tak kalah tinggi membuatku lebih merasa nyaman mengerjakan tugas seorang diri.

Jangan lupa untuk like dan komen, jika suka dengan ceritaku ini.

Terimakasih 🙏

Like kalian menjadi sebuah penyemangat dalam menulis cerita ini.. 🙏

BAB 3

Bel tanda masuk berbunyi bertepatan dengan aku yang baru saja masuk kedalam kelas.

"LKS Lo!" Todong Anis sambil menadahkan kedua tangannya di hadapanku. Dengan sukarela aku pun menyerahkan LKS milikku pada Anis.

"Tadi Rayyan nyariin Lo." Ucap Anis sambil mulai menulis jawaban pada LKS miliknya.

"Gue udah ketemu Dia di Perpus tadi."

"Serius, dia nyariin Lo sampe ke Perpus?" Tanya Anis sambil menatap heran ke arahku. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Mungkin Anis heran karna seorang Rayyan mencari ku bahkan sampai ke Perpustakaan.

"Enak banget sih lo bisa satu kelompok sama Doi!" Gumam Anis yang kemudian kembali fokus menulis.

"Gue malah lebih suka ngerjain tugas sendirian." Jawabku sambil membuka Buku LKS lainnya.

" Cih, dasar sombong." Gerutu Anis.

Aku tak menggubris ucapan Anis, karna aku mulai fokus mengerjakan lembar soal di LKS karna memang guru yang mengajar belum juga hadir dikelas.

Baru saja Aku menuliskan satu kalimat, tiba-tiba pena yang tengah ku gunakan terasa berat. Dan benar saja, Ketika aku mendongakkan kepala, kulihat Vino tengah berdiri didepan mejaku dengan senyum menjengkelkannya, dan salah satu tangannya memegang pena yang sedang ku gunakan.

Aku mencoba bersabar dan tak terpancing emosi dengan tidak menggerakkan pena itu, dan justru malah memegangnya dengan erat. Namun bukannya Vino menyerah, justru ia malah menarik pena itu dengan kencang, dan refleks aku melepaskan pena itu ketika Vino menariknya. Alhasil ia pun terjengkang ke belakang karna tarikannya sendiri.

"Sial!" Umpatnya ketika ia tidak berhasil mengerjai ku justru malah membuatnya terkena perbuatannya sendiri.

"kena kan Lo." Ucapku sambil menahan tawa.

Dengan wajah yang terlihat kesal, Vino pergi dari hadapanku tentunya dengan mulut yang masih terdengar mengumpat.

"Gue heran sama lo dan Vino, tiap hari berantem mulu, ga ada niatan Damai gitu." Celoteh Anis setelah sebelumnya ia menyaksikan apa yang terjadi tadi.

"Ga ada kata Damai." Jawabku pasti.

Terkadang Aku merasa heran pada seorang Vino, sejak awal kami bertemu di kelas 10 hingga saat ini, ia selalu mengibarkan bendera perang terhadapku. sikap dan tingkahnya yang selalu menyebalkan padaku benar-benar membuatku kesal padanya. Mungkin tak ada satu hari pun di kamusnya untuk berhenti membuatku kesal. Namun Anehnya sikap dan tingkah menyebalkan itu hanya ia tunjukkan padaku. Ia justru bersikap sebaliknya jika berhadapan dengan siswa siswi lain. Itulah sebabnya aku memberinya julukan " Si Pembuat Onar ". Pembuat Onar hari-hari tenang ku di sekolah ini. Aku dan Vino layaknya serial kartun Tom and Jerry versi kenyataan.

Waktu terus berputar, hingga tibalah saat yang paling semua siswa nantikan. Bel tanda pulang yang berbunyi nyaring.

Tak sampai 5 detik setelah Pak Guru meninggalkan kelas, riuh seluruh penghuni kelas terdengar nyaring, mereka berebutan meninggalkan menuju pintu untuk segera meninggalkan kelas.

"Mau pulang bareng gue?" Tawar Anis.

aku hanya menggeleng sambil tersenyum padanya. Anis yang paham hanya mengangkat bahunya kemudian pamit untuk pulang lebih dulu.

Bukan satu dua kali Anis menawarkan tumpangan padaku, namun aku selalu menolak niat baiknya itu, aku tak ingin dianggap memanfaatkan kebaikan Sahabatku. Aku lebih suka berjalan kaki seorang diri untuk berangkat dan pulang sekolah, meskipun jaraknya memang lumayan cukup jauh dari tempat tinggal ku, namun semua itu tak masalah bagiku. justru aku sangat menikmati Moment kesendirianku seperti itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!