Monako.
Seorang wanita mengenakan dres putih yang kotor berlari kencang tanpa alas kaki.
Rambutnya tergerai dan sangat berantakan. Kakinya juga kotor karena berpijak langsung dengan tanah dan jalan yang basah.
Dengan napas terengah-engah, wanita itu terus berlari untuk menghindari seseorang yang sejak tadi mengejarnya.
Langkahnya tertuju pada lorong bawah tanah. Kakinya sudah jauh berlari, hingga ia merasa lelah dan jatuh terjungkal di permukaan lantai.
Lututnya berdarah, wanita itu terlihat kesakitan dan terus meneteskan air mata. Matanya terbelalak kaget, saat melihat pria yang sejak tadi mengejarnya semakin dekat dengan dirinya. Ia merangkak ke arah tiang beton yang besar.
Bersembunyi di balik tiang itu sambil menutup mulutnya. Tangannya gemetar karena takut, sesekali ia memberanikan diri untuk mengintip posisi pria itu.
“Señorita, Dejanos ir a casa (Ayo kita pulang),” teriak Pria itu dari jarak yang tidak jauh dengan dirinya.
Wanita itu hanya diam dan berusaha berlari lagi untuk menghindari pria yang ingin menangkap dirinya.
"No!" bantah wanita itu dengan suara serak. Lagi-lagi ia berlari untuk menghindar.
“Señorita, ¡No corra! (jangan lari!)” teriak pria itu sambil berlari mengejar.
“Me haces enojar (Kau membuatku marah),” umpat pria itu dengan wajah kesal. Ia tahu, kalau wanita itu tidak akan punya jalan untuk kabur dari dirinya.
Bruakkk!
Wanita itu terjatuh untuk yang kedua kalinya. Ia mendongakkan wajahnya, memandang Zeroun yang berdiri tegab di hadapannya.
“Tuan, tolong bantu aku. Orang-orang jahat itu ingin menangkapku!” Wanita itu memegang erat tangan Zeroun, sambil terus memohon.
“Tolong, percaya padaku. Tolong aku, aku mohon.” Wanita itu memandang ke arah pria yang berlari untuk menangkapnya.
“Tolong aku, Aku mohon,” ucapnya dengan wajah yang sangat sedih.
“Pergilah!” jawab Zeroun singkat.
Wanita itu melepas genggaman tangannya dari tangan Zeroun. Memutar arah tubuhnya dan berlari dengan kencang. Ia percaya, kalau Zeroun akan menghalangi pria yang ingin menangkap dirinya.
“Hentikan, wanita itu!” teriak pria itu tidak terima.
Saat pria itu berpapasan dengan Zeroun, dengan cepat Zeroun menghentikan langkah kaki pria itu. Mendorong pria itu hingga mundur beberapa langkah dari posisi awal.
Zeroun menatap tajam mata pria itu, “Biarkan wanita itu pergi.”
“Beraninya kau menghalangiku!” Pria itu mengepal tangannya dengan kuat.
Tanpa menunggu lama, pria itu menyerang Zeroun untuk melampiaskan kekesalannya. Zeroun menahan tangan pria itu, yang hampir menyentuh wajahnya. Menatap mata pria itu dengan tatapan dingin, mencengkram kuat tangan pria itu dengan tangan kirinya.
Secepat kilat ia menghadiahkan pria itu dengan satu pukulan. Tidak ingin kalah, pria itu ingin membalas pukulan Zeroun dengan tembakan. Belum sempat ia mengeluarkan pistol dari sakunya, Zeroun sudah berhasil menendang wajah pria itu dengan kaki.
Pria itu jatuh terjungkal di permukaan lantai yang berdebu, dengan luka pada wajahnya. Tidak berhenti sampai di situ, Zeroun terus menyerang pria itu dengan beberapa pukulan hingga pria itu tidak berdaya.
“Kau akan menyesal karena sudah melakukan ini,” ucap pria itu sambil membuang saliva dengan tatapan menghina.
Tanpa memiliki belas kasih lagi, Zeroun mencekik leher pria itu dengan sekuat tenaga. Dengan tenang ia membunuh pria itu hingga tidak lagi bernyawa.
“Apa kau baru saja mengancamku?” Zeroun merapikan jas yang kini ia kenakan.
Zeroun berjalan perlahan dan mengambil sesuatu dari dalam saku pria itu. Matanya terbelalak kaget, saat menemukan ID polisi dari dalam saku pria yang sudah ia bunuh.
“Untuk apa polisi ini mengejar wanita itu?” Zeroun mengerutkan dahinya.
Melempar kartu identitas itu di samping tubuh polisi yang sudah tidak bernyawa. Ia pergi meninggalkan tempat itu dengan begitu tenang. Tanpa merasa bersalah atas perbuatan yang baru saja ia lakukan.
Zeroun berjalan ke tempat Lukas dan pasukan Gold Dragon kumpul. Lukas dan pasukan Gold Dragon menunduk hormat saat melihat Zeroun berjalan mendekati mereka.
“Kita ke bandara,” perintah Zeroun singkat.
“Baik, Bos,” jawab Lukas dan pasukan Gold Dragon lainnya secara bersamaan.
Lukas memperhatikan tangan kanan Zeroun yang memerah. Ia tahu, kalau Zeroun baru saja memukul orang.
“Maaf, Bos. Apa yang terjadi? Apa ada orang yang ingin mencelakai anda?” tanya Lukas dengan penuh rasa khawatir.
“Tidak ada,” jawab Zeroun singkat. Ia berjalan ke arah mobil, diikuti pasukan Gold Dragon dan Lukas di belakang.
Lukas membuka pintu mobil untuk memberi jalan kepada Zeroun. Menutup pintu mobil dengan kencang sebelum berlari ke arah bangku kemudi di depan.
Di dalam mobil, Zeroun kembali mengingat wanita itu lagi. Ia terus bertanya-tanya di dalam hati, kenapa wanita itu bisa di kejar oleh polisi.
Zeroun tersenyum tipis, karna sudah melakukan kesalahan hari ini. Ia menyesali perbuatannya karena sudah menolong orang yang salah.
Apa wanita itu seorang penjahat, hingga polisi itu sangat ingin menangkapnya. Seharusnya aku membantu polisi itu untuk menangkapnya.
Mobil yang dikemudikan Lukas berhenti mendadak. Zeroun hampir saja terbentur bangku depan.
“Ada apa?” protes Zeroun dengan nada tinggi.
“Wanita itu menghalangi jalan kita, Bos.”
Zeroun memandang ke arah jalan depan. Matanya berkedip beberapa kali dengan tatapan dingin. Wanita yang sama sedang berdiri tegab untuk menghalangi jalan mobilnya.
Seorang wanita berlari ke arah kaca samping, tempat Zeroun duduk. Mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil dengan durasi cepat.
“Ayuadame! (Tolong aku!)” ucap wanita itu berulang kali.
Zeroun menarik napas dan memalingkan pandangannya dari wanita itu.
“Jalan,” ucap Zeroun tanpa ingin memperdulikan wanita itu lagi.
Lukas mulai menginjak gas mobil, untuk melajukan mobilnya lagi tanpa memperdulikan wanita yang meminta tolong. Wanita itu jatuh ke jalanan dan tidak sadarkan diri. Zeroun menatap tubuh wanita itu dari balik kaca.
Tubuh wanita itu terlihat sangat tidak berdaya, terdapat luka di kakinya dan wajahnya terlihat sangat kotor.
Wanita itu kembali mengingatkan dirinya dengan Shabira, adik kandung yang paling ia sayangi. Zeroun terus memperhatikan tubuh wanita itu yang sudah semakin jauh tertinggal.
“Hentikan mobilnya,” perintahnya lagi.
Lukas melirik wajah Zeroun dari balik kaca spion sebelum menghentikan laju mobilnya.
Dengan cepat Zeroun membuka pintu mobil dan berjalan ke arah wanita itu. Lukas dan beberapa pasukan Gold Dragon juga keluar dari dalam mobil untuk melindungi Zeroun.
Zeroun berjongkok dengan satu kaki di tekuk. Ia mengangkat tubuh wanita malang itu ke dalam gendongannya. Lukas hanya diam tanpa berani untuk melarang perbuatan Zeroun saat itu.
Lukas membuka pintu mobil untuk memberi jalan kepada Zeroun agar masuk ke dalam mobil.
Zeroun meletakkan wanita itu di bangku depan samping kemudi. Memasang sabuk pengaman pada tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. Menutup kembali pintu mobil sambil menatap wajah Lukas dengan tajam.
“Aku yang membawa mobil ini.” Zeroun berjalan ke arah samping mobil.
Lukas hanya bisa menunduk hormat untuk menuruti perintah Zeroun. Ia berjalan ke mobil belakang dan masuk ke dalam mobil itu.
Zeroun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke arah bandara.
***
Kantor Polisi, Monako.
Seorang pria berjas hitam berlari dengan kencang menuju ke arah ruangan pimpinan tertinggi. Ia membuka pintu itu dengan cepat, untuk memberi info yang baru saja ia dapatkan.
“Tuan, tarik regu penyerangan kita.” Pria itu bernapas dengan terengah-engah.
Pria berbadan gemuk dengan perut buncit duduk di kursi hitam yang berputar. Ia meletakkan rokok yang belum sempat ia hisap di atas asbak rokok.
“Apa kau becanda, sekarang kau takut kalah karena menyerang satu pria?” jawab Pria itu dengan senyum menghina.
“Jika tidak menarik regu penyerangan. Semua regu yang kita punya akan mati.” Pria itu berdiri di depan meja dengan tatapan wajah yang serius.
“Jangan membuat lelucon. Aku belum pernah melihat regu kita kalah. Regu kita di buat dengan standart yang sangat tinggi.” Pria itu mengambil laptop memutar kembali rekaman CCTV.
Pria itu tersenyum licik saat melihat wajah Zeroun menghalangi tugas bawahannya. Ia mengirim pasukan elit yang ia miliki untuk menangkap Zeroun. Pria itu berniat untuk memberi pelajaran kepada Zeroun karena sudah menolong wanita itu untuk kabur.
“Saya tidak becanda, Tuan,” ucap pria itu semakin frustasi.
“Saya tahu, kau mau bilang kalau regu yang kita miliki tidak pantas melawan pria itu bukan?” Pria perut buncit itu tertawa lagi. Ia sangat yakin, kalau tim yang ia kirim akan berhasil.
“Tuan,” ucap pria itu tanpa kenal putus asa.
“Sudahlah. Saya masih memiliki banyak pekerjaan. Jangan ganggu saya, pergi dari sini.” Pria itu tidak ingin memandang bawahannya lagi.
Telepon berdering.
Pria itu tersenyum dengan bahagia, sambil memandang bawahan yang kini ada dihadapannya.
“Hanya dalam waktu lima menit, regu kita sudah berhasil menangkap pria itu,” ucapnya dengan penuh percaya diri sebelum mengangkat telepon.
Pria itu menerima telepon dengan senyuman indah. Dalam waktu singkat, wajahnya berubah. Telepon itu terlepas dari tangannya, saat mendengar kabar kalau regu penyerangan yang ia kirim tidak lagi tersisa satupun.
Dengan mata yanga penuh amarah, ia memandang lagi wajah bawahannya.
“Siapa pria itu?” Pria itu menggebrak meja yang ada di hadapannya.
“Ketua Mafia Gold Dragon.”
.
..
...
**Masih Bab awal. Alur belum jadi... 🤭
Diusahakan up setiap hari, tapi kalau banyak yang like.🙈
jadi ....
Like, komen, jadikan favorit. Bintang 5.
Terima kasih.
semoga kita semua selalu diberi kesehatan (amiin**)
Satu Minggu sebelumnya.
Hongkong.
Mobil hitam Mercedes benz melaju dengan cepat, di iringi beberapa mobil lainnya di belakang. Zeroun menatap dingin keluar jendela. Menikmati kesunyian selama perjalanan. Menikmati keindahan kota Hongkong di malam hari.
Sudah satu tahun ia pergi meninggalkan Jepang dan memilih untuk menetap di Hongkong. Suasana kampung halaman memang sangat terasa saat ia berada di Hongkong. Setelah menghabisi beberapa musuh masa lalu Erena dan Shabira, Zeroun kembali terjun ke dunia bisnis gelap yang pernah ia miliki.
Momen-momen seperti ini sudah menjadi pemandangannya setiap hari. Zeroun bersandar dengan tenang, menarik napas dalam.
Lukas melirik Zeroun dari balik spion kecil yang ada di hadapannya. Bibirnya mengukir senyum saat melihat Zeroun tidak lagi memikirkan masa lalu percintaannya.
“Bos, hari ini Pangeran Monako langsung yang datang untuk bertemu dengan anda.” Lukas angkat bicara.
Hari ini adalah jadwal Zeroun bertemu dengan seorang Pangeran dari salah satu kota kecil yang ada di Eropa. Zeroun sudah menghidupkan Gold Dragon lagi, ia kembali terjun ke dalam bisnis gelapnya. Bisnis yang sudah lama ia tinggalkan, namun hari ini kembali ia kembangkan.
Beberapa saat kemudian, mobil Zeroun sudah terparkir di depan restoran elit. Zeroun melangkah masuk ke dalam restoran itu.
Beberapa pengawal juga mengikuti langkah Zeroun dengan cepat. Beberapa pria berpakaian resmi menunduk hormat untuk menyambut kedatangan Zeroun malam itu.
“Selamat malam, Tuan Zeroun. Silahkan, anda sudah di tunggu oleh Pangeran Damian.” Satu pengawal membawa Zeroun ke salah satu pintu VVIP.
Zeroun berjalan dengan santai mengikuti pengawal itu. Lukas dan dua pasukan Gold Dragon mengikuti langkah Zeroun dari belakang.
Lukas memperhatikan lokasi restoran yang terbilang mewah itu. Beberapa pejabat negara dan orang-orang penting juga menggunakan tempat itu sebagai tempat pertemuan yang aman.
“Silahkan, Tuan.” Pria itu membuka pintu untuk memberi jalan kepada Zeroun.
“Terima kasih,” jawab Zeroun singkat.
Zeroun melangkah perlahan ke dalam ruangan itu. Satu pria berjas resmi, duduk di salah satu kursi yang melingkari meja kaca. Pria itu berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan Zeroun saat itu.
“Selamat malam, Tuan Zeroun Zein.” Pria itu mengulurkan tangan menyambut kedatangan Zeroun.
“Selamat malam, Pangeran Damian Adalson.” Zeroun membalas uluran tangan pria itu.
“Silahkan duduk, Tuan. Senang bertemu dengan anda.” Pangeran Damian tersenyum ramah.
“Terima kasih, Pangeran.” Zeroun duduk di kursi yang menghadap langsung dengan Damian. Sesekali Zeroun memperhatikan pria bersenjata yang menjadi pengawal Pangeran itu.
“Anda bisa memanggil saya Damian. Kita seumuran bukan?” ucap Pangeran Damian dengan santai.
Pangeran Damian menuangkan wine ke gelas kristal yang ada di hadapannya. Memberi satu gelas kepada Zeroun sebagai sambutan.
“Terima kasih, Damian.” Zeroun menerima gelas kristal itu, meneguknya secara perlahan. Menikmati minuman beralkohol itu dengan seksama.
“Anda sangat ahli dalam memilih wine yang berkualitas, Damian.” Zeroun meletakkan gelas itu di atas meja.
“Saya tidak terlalu paham jenis-jenis wine. Hanya ada beberapa jenis yang menjadi favorit saya selama ini. Jika dibandingkan dengan anda, saya masih sangat jauh.” Pangeran itu menatap wajah Zeroun dengan seksama.
“Ini pertama kalinya kita bertemu. Saya tidak pernah menyangka, kalau Pangeran Monako adalah pria yang sangat ramah.” Zeroun membalas tatapan Pangeran itu.
“Anda terlalu memuji, Zeroun.” Pangeran tertawa kecil.
“Ada yang bisa saya bantu, Damian?” Tanpa ingin menunggu lama, Zeroun kembali fokus pada tujuan awal dirinya di undang malam ini.
“Anda orang yang tidak sabar menunggu, Zeroun Zein. Baiklah, langsung saja. Saya ingin mengajak anda bekerja sama dengan Kasino yang saya miliki di Monako. Minuman beralkohol anda sudah terkenal sejak dulu."
Pangeran Damian mengukir senyuman sebelum melanjutkan perkataannya.
"Saya yakin, kerja sama ini tidak akan merugikan anda. Karena saya akan membayar tiga kali lipat dari harga yang biasa anda tawarkan.”
Pangeran Damian menatap wajah Zeroun dengan tatapan tajam.
Zeroun diam sejenak untuk berpikir. Bagaimanapun, ini pertama kalinya ia berurusan dengan anggota kerajaan. Ia tidak ingin salah dalam mengambil keputusan yang akan membuat hidupnya menjadi rugi.
“Bagaimana kalau saya menolak?” Zeroun mengambil wine yang baru saja di tuang di salah satu gelas Kristal.
“Anda tidak punya alasan untuk menolaknya.” Pangeran Damian mengambil gelas yang berisi wine yang sama dengan Zeroun, mengangkat gelas itu sebagai tanda penghormatan.
Zeroun meneguk wine itu dengan perlahan. Meletakkan gelas Kristal itu kembali ke atas meja, “Saya butuh waktu untuk berpikir.”
“Silahkan, Zeroun. Saya tidak memaksa anda untuk menjawab hari ini.” Satu pengawal berjalan mendekati Pangeran Damian. Meletakkan satu undangan mewah di atas meja.
“Satu minggu lagi adalah hari pernikahan saya. Saya akan sangat senang jika anda mau datang ke acara pernikahan saya ini. Anda juga bisa melihat langsung kasino yang saya miliki.” Pangeran Damian menyodorkan undangan pernikahannya di hadapan Zeroun.
“Saya pasti akan datang, Damian.” Zeroun menerima undangan itu.
“Anda akan menjadi tamu kehormatan, Zeroun. Semua akan saya siapkan untuk menyambut anda.” Pangeran Damian beranjak dari duduknya.
“Sampai berjumpa di pesta.” Pangeran Damian merapikan jas yang kini ia kenakan.
Zeroun juga beranjak dari duduknya, “Senang bertemu dengan anda, Pangeran Damian.”
Pangeran Damian mengangguk pelan, sebelum pergi meninggalkan ruangan itu. Beberapa pengawal mengikuti langkah Pangeran dari belakang.
Zeroun kembali duduk di kursi itu setelah pintu kembali tertutup. Mengambil undangan pernikahan Pangeran Damian dan memperhatikannya dengan seksama.
“Kita akan pergi ke Monako.” Zeroun tersenyum penuh arti.
***
Monako
Matahari memancarkan sinar dengan begitu terang. Membuat silauan bagi setiap mata yang ingin memandangnya. Kota Monako siang itu diselimuti dengan kebahagiaan. Hari ini adalah hari pernikahan Pangeran Damian dengan salah satu putri dari Kerajaan Inggris, bernama putri Emelie.
Gedung istana yang menjulang tinggi telah dipenuhi dengan beberapa anggota kerajaan. Keamanan juga sudah siap siaga di setiap sudut gedung megah itu. Mobil-mobil mewah terparkir rapi di halaman depan istana. Semua tamu yang datang pada siang itu berasal dari golongan kelas atas.
Tidak hanya ruang tengah dari istana itu yang di hias dengan begitu indah. Tangga yang menjulang ke lantai atas, juga di hias dengan bunga yang indah.
Pengantin wanita turun dari tangga sambil memegang buket bunga yang sangat indah. Semua tamu undangan berdiri untuk menyambut kedatangan Putri Emelie.
Pangeran Damian mengukir senyuman indah, saat wanita yang akan menjadi istrinya segera tiba di hadapannya.
Wanita itu mengenakan gaun pengantin yang sangat mewah dan panjang. Wajahnya tertutup oleh selendang berwarna putih, membuat siapa saja menjadi penasaran untuk ingin segera melihat wajah cantiknya.
Zeroun dan Lukas ikut berdiri di antara kerumunan tamu. Pria berjas hitam itu, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dengan wajah yang begitu tenang.
“Bos, setelah acara ini kita akan melihat Kasino dan kembali ke Hongkong pada malam hari.” Lukas membisikkan daftar kegiatan zeroun siang itu.
Zeroun hanya diam tanpa ingin menjawab. Ia terus memandang sepasang pengantin yang akan mengikrarkan janji suci itu.
Suasana berubah hening seketika saat kedua mempelai akan mengucapkan akad pernikahan. Pangeran Damian membuka selendang yang menutupi wajah sang putri sebelum mengucapkan janji suci.
Pangeran Damian terbelalak kaget, saat melihat wajah wanita yang kini ada di hadapannya bukan Putri Emelie, melainkan Putri Adriana, adik dari Putri Emelie.
Bukan hanya Pangeran Damian, semua tamu undangan dan anggota kerajaan juga terperanjat kaget saat melihat kejadian itu.
Suasana yang tadi berubah hening menjadi rusuh karena setiap tamu undangan menceritakan kejadian yang baru saja mereka lihat.
“Cari Putri Emelie sekarang juga!” Perintah Pangeran Damian dengan tangan terkepal kuat.
Semua keamanan bergerak meninggalkan gedung untuk mencari keberadaan Putri Emelie.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Pangeran Damian pelan kepada Putri Adriana.
“Aku tidak ingin kau menikah dengan Kakakku!” balas Putri Adriana sambil meneteskan buliran air mata.
“Bawa Putri Adriana kembali ke kamar!” perintah Pangeran Damian dengan wajah dipenuhi amarah.
Beberapa pengawal menarik tangan Putri Adriana kembali ke dalam kamar. Seluruh keluarga kerajaan dari Inggris juga mengikuti Putri Adriana untuk meminta penjelasan atas keberadaan Putri Emelie saat ini.
Dari kejauhan, Zeroun dan Lukas memandang sekeliling Aula yang sudah tidak lagi tenang. Zeroun memandang wajah Pangeran Damian dari kejauhan. Ia tahu, apa yang saat ini di rasakan oleh Pangeran Damian.
“Bos, sebaiknya kita keluar dari tempat ini. Acara pernikahan ini sepertinya gagal.” Lukas berbisik di telinga Zeroun.
“Kita ke Kasino.” Zeroun memutar tubuhnya dan meninggalkan pesta pernikahan kerajaan itu.
Zeroun berjalan dengan tenang meninggalkan aula istana menuju ke arah luar. Lukas mengikuti langkah Zeroun dari belakang.
Sesekali ia memperhatikan beberapa pengawal yang berdiri tegab untuk memberi keamanan pada keluarga Kerajaan.
Ini pertama kalinya aku menghadiri pesta kerajaan. Pesta ini terlihat begitu megah dan mewah.
Lukas kembali memperhatikan dekorasi-dekorasi mewah yang menghiasi ruangan itu. Ia berjalan lebih dulu saat langkah Zeroun hampir mendekati mobil.
Beberapa pasukan Gold Dragon menunduk hormat saat melihat Zeroun keluar dari dalam gedung. Lukas membuka pintu mobil untuk memberi jalan kapada Zeroun agar masuk ke dalam mobil.
Dengan langkah cepat, Lukas mengambil alih dan melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Menembus terik matahari yang masih cerah menuju ke arah Kasino terbesar yang ada di Kota Monako
Kasino
Setelah beberapa menit, mobil yang di tumpangi Zeroun berhenti di depan pintu masuk kasino. Beberapa pelayan membukakan pintu mobil Zeroun dan menyambut kedatangannya.
Sejak awal, Pangeran Damian memang sudah mengutus orang untuk menyambut kedatangan Zeroun di kasino miliknya itu.
Zeroun mendongakkan kepalanya, memandang gedung yang menjulang tinggi ke atas langit biru. Ia memajukan langkah kakinya untuk masuk dan memeriksa isi kasino itu. Pria berjas resmi menunduk menyambut Zeroun.
“Selamat siang, Tuan Zeroun. Siang ini, saya mewakili Pangeran Damian, akan mengatur kerja sama yang pernah di tawarkan oleh Pangeran Damian sebelumnya.”
“Pangeran Damian tidak bisa menemui anda saat ini,” sambung pria itu lagi.
“Ya, saya mengerti.” Zeroun melangkah masuk untuk melihat isi kasino itu.
Di dalam kasino, terdapat banyak pria bertubuh tinggi dan tegab yang berbaris. Selain sebagai sarana judi, gedung kasino itu juga memiliki hotel berbintang. Zeroun diberi tawaran untuk menginap di salah satu kamar mewah yang ada di kasino itu.
Namun, Zeroun menolak tawaran itu. Ia lebih memilih untuk segera pulang ke Hongkong setelah menyelesaikan urusan kerja samanya dengan Pangeran Damian.
“Tuan, silahkan duduk.” Pria itu membuka satu kursi di hadapan Zeroun.
“Terima kasih,” jawab Zeroun singkat.
Pria itu juga duduk di salah satu kursi yang ada. Mengeluarkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani Zeroun siang itu.
“Tuan, ini berkas kerja sama anda dengan Pangeran Damian.” Pria itu menyodorkan berkas di hadapan Zeroun.
Tanpa menunggu perintah, Lukas mengambil berkas itu dan memeriksa isinya dengan seksama. Ia meletakkan berkas itu kembali di hadapan Zeroun.
“Semua aman, Bos,” ucap Lukas pelan.
Zeroun mengambil pulpen yang tersedia dihadapannya. Menandatangani isi berkas itu dengan tenang. Ia meletakkan pulpen itu di atas kertas yang baru saja ia tanda tangani.
“Katakan pada Pangeran Damian. Saya harus segera kembali ke Hongkong.” Zeroun beranjak dari duduknya.
“Baik, Tuan. Terima kasih atas waktu anda.” Pria itu mengambil berkas yang baru saja di tandatangani Zeroun. Memberikan berkas itu kepada pengawal yang berdiri di belakangnya.
“Mari,Tuan. Saya antar anda berkeliling.”
Pria itu memberi jalan kepada Zeroun untuk menjelajahi isi kasino yang di miliki Pangeran Damian.
Beberapa meja bar panjang terletak di sudut ruangan. Bagian tengah ruangan di isi dengan aneka permainan. Mesin Slot, Poker, Blackjach hingga taruhan judi lainnya memenuhi bagian tengah ruangan. Siang itu Kasino masih sunyi tanpa pengunjung. Tempat itu biasa di kunjungi pada malam hari.
Pada siang itu Zeroun lebih leluasa menjelajahi Kasino dan memeriksa aneka minuman beralkohol yang sudah ia kirim ke dalam Kasino itu.
“Pelanggan kami sangat menikmati minuman Alkohol milik anda. Wine ini memiliki rasa yang berbeda dari Wine yang sebelumnya kami miliki.” Pria itu menuang wine milik Zeroun ke dalam gelas Kristal.
“Terima kasih,” Zeroun mengambil gelas Kristal itu meneguknya perlahan.
“Kami akan sangat senang, jika anda mau menginap malam ini, Tuan. Kami akan menyiapkan kamar terbaik untuk anda.” Pria itu masih berusaha membujuk Zeroun agar mau menginap di salah satu kamar hotel.
“Terima kasih atas tawarannya, Tuan. Tapi, malam ini saya harus kembali ke Hongkong.” Zeroun mengukir senyuman tipis, sebelum meletakkan gelas Kristal di atas meja.
“Saya tidak lagi bisa memaksa anda, Tuan. Saya harap anda tidak bosan untuk berkunjung ke kota kami ini.” Pria itu berjalan mengikuti langkah Zeroun.
“Saya permisi dulu, Tuan.” Zeroun tersenyum ramah.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, Tuan.” Pria itu membungkuk hormat.
“Sama-sama.” Zeroun berjalan ke arah mobil. Pintu mobil sudah di buka oleh beberapa pelayan yang bekerja di kasino itu.
Lukas memandang wajah pelayan-pelayan itu sebelum melajukan mobilnya. Ia menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang.
“Bos, masih ada waktu untuk berjalan-jalan. Apa anda ingin melihat-lihat laut Monako?” Lukas memperhatikan wajah Zeroun dari balik spion.
“Kita akan mengunjungi surga Monako sebelum kembali ke Hongkong.” Zeroun tersenyum sebelum memandang ke arah luar jendela.
Mobil yang ditumpangi Zeroun melewati Kota kecil yang ada di Monako. Setiap pinggiran jalan, terdapat cafe-cafe kecil untuk tempat makan dan minum. Tidak jauh dari tempat itu, berbaris beberapa tokoh yang menjual aneka barang.
Beberapa saat kemudian, mobil Zeroun sudah meninggalkan kota kecil itu. Lukas menambah laju mobilnya melewati jalanan yang mengahadap langsung ke arah laut. Beberapa kapal yang sedang berlayar juga terlihat jelas dari jalan itu.
“Hentikan mobilnya.” Zeroun memandang ke arah laut yang biru.
Lukas memberhentikan mobilnya di pinggiran jalan. Beberapa mobil Gold Dragon juga berhenti di belakang mobil Zeroun.
“Tuan, apa anda ingin berjalan-jalan ditempat ini?” Lukas memandang ke arah jalan batu yang berkelok dan menanjak.
“Ya, aku ingin berkeliling di tempat ini. Jangan ikuti aku.” Zeroun membuka pintu mobil dan berdiri di samping mobil.
Lukas dan pasukan Gold Dragon berdiri di belakang Zeroun.
“Bos, ini bukan wilayah kita. Ijinkan saya menemani anda,” ucap Lukas sambil menundukkan kepala.
“Apa kau tidak percaya padaku, Lukas?” Zeroun memandang wajah Lukas dengan tatapan dingin.
“Maafkan saya, Bos.” Wajah Lukas dipenuhi rasa bersalah.
“Jangan ada satu orangpun yang berani mengikutiku!” perintah Zeroun untuk yang terakhir kalinya.
“Baik, Bos!” jawab Lukas dan pasukan Gold Dragon bersamaan.
Dengan santai, Zeroun berjalan kearah depan. Ia terlihat sangat menikmati pemandangan kota Monako sore itu. Ia terus berjalan mengikuti jalan setapak yang menghubungkan dirinya dengan gedung bawah tanah.
Gedung itu terlihat sunyi tanpa pengunjung. Zeroun memperhatikan gedung itu dengan seksama.
“Gedung ini sepertinya sebuah jalan di bawah tanah,” ucap Zeroun sambil terus berjalan mendekati peta yang terpampang di dinding.
Zeroun membaca peta bawah tanah itu dengan seksama, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
“Kota ini sangat unik. Walaupun kecil, tapi memiliki tempat yang begitu luas di bawah tanah.” Zeroun memandang jam yang melingkar di tangannya.
“Sudah waktunya untuk berangkat ke bandara.” Zeroun memutar tubuhnya dan berjalan kembali ke arah depan. Namun, langkahnya terhenti, saat seorang wanita menabrak tubuhnya dengan begitu kuat. Hingga wanita itu terjatuh di permukaan lantai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!