Seorang anak laki-laki bernama Dafa membawa sepeda dengan sebuah plastik besar terikat di belakangnya. Dia berhenti di depan sebuah ruko besar dan tampaknya sedang menunggu seseorang dari gedung tersebut. Kakaknya, Asna, yang seorang gadis cantik, tersenyum menjawab pertanyaan Dafa.
“Kak Asna sudah selesai mengajar, kan” tanya Dafa.
“Sudah, Dafa. Yuk, pulang,” jawab Asna.
Dafa dan Asna berjalan sambil Dafa mengiringi sepedanya. Namun, ketika mereka hendak memasuki sebuah gang yang agak gelap, Asna memberi peringatan kepada Dafa.
“Jangan lewat sini, nanti preman kampung bisa mengganggu kita,” kata Asna.
“Tenang aja, kak. Mereka semua gak akan berani melawan Dafa. Selama jantung Dafa masih berdetak, kakak akan selalu aman,” jawab Dafa terkekeh.
Asna tersenyum, merasa aman karena memiliki adik yang berani seperti Dafa. Mereka melanjutkan perjalanan melalui gang, tetapi tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatian mereka. Dafa menunjuk ke arah sepeda motor yang hancur.
“Lihat, kak. Pemilik motor ini adalah anggota geng motor ‘The Best’. Lambang mereka norak banget, singkatannya TB,” ujar Dafa.
Asna memperhatikan motor yang rusak itu, tampaknya sudah menabrak tembok pembatas perumahan mewah yang berbatasan dengan parit.
“Dafa kok tau? Di mana pemiliknya?” tanya Asna.
“Geng motor TB terkenal banget, kak. Mereka adalah geng motor anak-anak orang kaya dan sering balapan di sekitar lapangan yang tidak jauh dari sini. Yuk, kita cari pemiliknya, pasti ada di sekitar sini,” jelas Dafa.
Bersama kakaknya, mereka berdua mencari pemilik motornya hingga Dafa masuk ke parit.
“Kak, ketemu ni orangnya. Bantuin Dafa untuk menariknya, kak,” Ucap Dafa.
Dengan sekuat tenaga, Dafa bersama kakaknya menarik tubuh pemilik motor yang masih mengenakan helm.
Setelah berhasil menarik tubuh pemilik motor ke bibir parit, lalu Asna memperhatikan sekitarnya.
“Dafa, Itu ada gerobak. kita masukkan aja orangnya ke situ. Baru kita dorong untuk membawanya ke puskesmas.” Kata Asna
Asna menarik gerobak sampai mendekati bibir parit, bersama adiknya saling bahu-membahu menaikkan tubuh pemilik motor itu ke dalam gerobak.
“Haaaaa... Berat juga y, kak. Pasti karena makanan orang ini mahal-mahal sehingga tubuhnya berat.” Ucap Dafa dengan napas terengah-engah.
“Dafa ngaur deh, mungkin karena keberatan dosa kali, karena meresahkan warga.” Kata Asna.
Demikian juga dengan Asna, napasnya yang masih terengah-engah sama seperti adiknya.
Kemudian Dafa mengangkat sepedanya ke dalam gerobak dan bersebelahan dengan tubuh pemilik motor, lalu mereka bersama-sama mendorong gerobak tersebut.
“Neng Asna, apaan tuh yang di dorong? Kayaknya berat amat.”
Tanya seorang laki-laki bersama temannya yang kebetulan berpapasan dengan Asna dan adiknya.
“Orang habis kecelakaan kang Jaja, kayaknya menabrak tembok orang kaya itu.
Tuh motor nya sudah hancur, tolong bantuin dorong kang, berat nih ...!” Pinta Asna.
Pria paruh baya itu langsung menolong Asna dan adiknya untuk mendorong gerobak tersebut, dan yang satunya lagi membawa motor besar itu mengikuti Asna.
Mereka mendorong gerobak tersebut, hingga akhirnya tiba halaman sebuah puskesmas dan langsung membawa masuk pemilik motor yang masih mengenakan helm.
“Siapa yang kalian bawa?” Tanya seorang pria yang memakai jas khas dokter.
“Orang lah mas Bagus, ngak mungkin kami bawa kucing kemari.” Jawab Dafa dengan santai.
“Mas, ngak ngomong sama mu ya Dafa. karena kita berdua masih belum berdamai,” ucap pria yang bernama Bagus.
“Udah dong, mas Bagus. tolong orang ini ya...! mudah-mudahan belum mati ya.” Kata Asna dengan nada yang memohon.
Dokter Bagus yang dibantu oleh perawat, langsung menangani pasien tersebut dan pertama kali mereka membuka helmnya dan perawat tersebut langsung mengagumi ketampanannya.
Seluruh pakaian sudah di gunting, untuk memeriksa luka-luka pada tubuh pemilik motor tersebut.
“Gimana, orang itu mas? dah mati apa belum?”
“Masih hidup orangnya, hanya betis pasien yang terluka. Mas, tidak menemukan memar atau luka di bagian tubuh lainnya.” Jawab dokter Bagus.
Lalu Asna dan Dafa langsung melihat pemilik motor yang masih belum sadarkan diri, lalu Dafa menatap sang dokter dengan tatapannya yang penuh curiga.
“Mas Bagus aneh deh, masa orang itu ditelanjangi...! mas Bagus melakukan apa pada orang itu?” Tanya Dafa dengan raut wajahnya yang curiga.
Dokter bagus menatap Dafa dengan tatapan tajam, seolah-olah mereka berdua musuh bebuyutan, Dafa bertanya demikian karena melihat kondisi pasien yang mengenakan selimut yang hanya bisa menutupi dari perut sampai paha pasien.
“Pakaiannya mas Bagus gunting, untuk memeriksa luka-luka pada tubuhnya, kalau Dafa ngak ngerti sebaiknya di tanya dan jangan bicara sembarangan.” Jawab dokter Bagus dengan cetus.
“Idihhhh...! Sensi amat, dah kyak mamak aja setiap hari Senin.”
Dafa dan dokter Bagus, masih lanjut berdebat. sementara Asna mendekati pasien dan memberikan minyak angin ke area hidung.
Hu.....hum....hu.....
Dokter Bagus dan Dafa berhenti berdebat, karena pasien sudah sadar, lalu mereka berdua langsung mendekati pasien.
“Anak geng motor TB, nama yang norak. Kau siapa namanya? Dan kenapa ngak bawa identitas?” Tanya Dafa.
“Kok, Dafa tau kalau orang ini ngak bawa identitas?”
Kakaknya bertanya dan Dafa membisikkan sesuatu di telinga kakaknya, dan seketika mereka berdua tertawa.
“Asna, berhubung pasien sudah sadar. tolong bawa ke rumah kalian ya. Mas mau tutup klinik dulu, karena mau menjemput kakak mu di kondangan pernikahan Ramli.” Kata dokter Bagus kepada Asna.
Atas permintaan dokter Bagus, akhirnya Asna dan Dafa membawa pemilik motor tersebut ke rumahnya, agar mendapatkan pakaian yang layak, karena pakaiannya sudah koyak.
Sesampainya di rumah dan Papa nya Asna langsung menyambut mereka, dan kemudian ngomel-ngomel kepada mereka berdua.
Papanya ngomel-ngomel karena Asna dan adiknya membawa seorang laki-laki yang hanya mengenakan selimut tipis yang dililitkan di pinggangnya.
Setelah mendengar penjelasan dari Asna yang didukung oleh Dafa barulah papa mereka paham dan kemudian memberikan pakaian untuk pria tersebut.
Beberapa saat kemudian pria itu sudah memakai pakaian pemberian papanya Asna dan terlihat ekspresi pria itu sangat angkuh.
“Pakaian apaan sih nih? bau pesing dan kumal. Daerah mana lagi ini? Kok bisa manusia tinggal disini?” Kata pria itu.
“Ih...ih...! Songon benar ni orang, kalau kau ngak suka, buka aja pakaiannya dan pergi sana.” Ujar Dafa
Dafa yang terlihat kesal, dan kemudian pria itu meraih kantong kresek tempat handphonenya yang sudah diberikan oleh perawat waktu di puskesmas.
“Mati lagi handphonenya...! Pinjam handphone dong, jangan bilang ngak punya.” Kata pria yang belum diketahui namanya siapa.
Asna langsung memberikan handphonenya, dan seketika itu juga pria itu menghina handphone jadul milik Asna.
Selesai menelpon seseorang lalu pria itu kembali menghina Asna dan keluarganya, kata-kata yang tidak pantas dan lebih tepatnya merendahkan keluarga Asna.
Karena kesal akhirnya Dafa, menyiram pria tengil itu dengan air yang di ambilnya bekas cucian piring mama nya dari dapur.
“Apa-apaan sih ni bocil?” Ungkap pria dengan kesal.
“Apa, mau ku pindahkan kedua ginjal mu ke pupil mata mu itu...! Sekarang kau pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi kemari.” Bentak Dafa.
“Bentar dulu bocil, tar juga pulang. Aku lagi nungguin jemputan.”Jawab nya dan terlihat sangat kesal.
“Makanya diam, ngak usah bacot dan menghina orang lain.” Tegas Dafa.
Akhirnya pria yang belum diketahui namanya itu terdiam dan sampai akhirnya, sebuah mobil mewah parkir di depan rumah keluarga Asna yang sederhana.
“Cabut kau sana...! Muak benar lihat muka mu.” Ujar Dafa
“Awas loh bocil.” Ungkap pria itu yang mengancam Dafa.
“Sini kalau berani, panggil tuh geng motor mu yang norak itu. Ngak tau apa kalau saya penguasa di kampung, dasar orang kaya stress.” Kata Dafa dengan kesal.
Pria itu menjulurkan lidahnya ke Dafa, dan bocah tersebut melemparkan ember itu ke arah pria, tapi di tangkis oleh dua pria yang datang menjemputnya.
Setelah pria itu pergi, akhirnya kedamaian di rumah itu kembali lagi.
Mamanya Asna sudah berangkat kerja, seperti biasa singgah ke pasar ikan untuk membeli kebutuhan kantin sekolah.
Sementara papanya membuka bengkel kecil yang tidak jauh dari pemukiman mereka.
Sekolah SMA Citra Insani dibawah naungan yayasan Insani, sekolah bertaraf internasional dan Asna adalah salah satu murid disana
Mama nya bekerja di sekolah Citra Insani sebagai tenaga kebersihan dan Asna bisa sekolah disana karena beasiswa prestasi dan juga beasiswa sosial.
Bel berbunyi pertanda pelajaran akan segera di mulai, siswa-siswi sudah pada duduk rapi di bangkunya masing-masing.
Jam pelajaran pertama telah di mulai dan tiba-tiba saja pintu diketuk, setelah di persilahkan masuk oleh guru mata pelajaran pertama, lalu masuk seorang siswa berama guru pendamping.
Asna sangat terkejut, sebab siswa baru itu adalah orang yang di selamatkan olehnya kemarin malam bersama adiknya.
“Ngak perlu perkenalan lah ya, kalian pasti tau siapa yang bapak bawa ini.” Kata pak guru.
“Tau dong pak, anak baru stok lama.”
Sanggah seorang siswa dari arah belakang, dan seketika langsung di sambut oleh suara tawa yang menyindirnya.
“Cukup...cukup...!” Ujar pak guru.
Bapak guru yang membawa siswa baru stok lama tersebut, berusaha menenangkan kelas dengan nada suaranya yang tinggi.
“Evano, mulai hari ini kamu duduk di sebelah murid bapak yang berprestasi yang berhasil membawa Sekolah Citra Insani, menjadi SMA terbaik se-Indonesia.
Namanya Asna Cantik Putri, dan semoga saja kecerdasannya bisa membantu mu naik kelas nantinya.
Asna...! Tolong bimbing Evano ya.”
“Namanya Eva, Ya pak? Namanya mirip sama dukun beranak di kampung ku.” Kata Asna.
Hahahaha haha hahahaha hahahaha hahahaha haha haha haha haha haha haha hahahaha......
Seluruh anak-anak tertawa, kecuali seorang siswi yang duduk di belakangnya.
“Nak, Asna. Bisa juga melawak ya.” Ucap pak guru.
Guru yang membawa Evano, langsung pamit keluar setelah menitipkan Evano ke teman-teman serta guru mata pelajaran.
Tatapan mata Evano begitu tajam ke arah Asna, yang membuat Asna merasa tidak nyaman.
Mata pelajaran matematika selesai, setelah Asna memberikan jawaban yang pasti kepada gurunya.
Begitu sang guru meninggalkan ruang kelas dan seketika itu juga, Evano mendekati Asna dengan raut wajahnya yang penuh kebencian.
Kemudian Evano mengeluarkan sesuatu dari tasnya, terbungkus dalam plastik kresek berwarna hitam dan diletakkan di meja Asna.
“Uang cash seratus juta rupiah, untuk upah mu yang telah menolong ku kemarin malam.” Kata Evano.
Asna mengembalikan uang tersebut kepada pemberi nya, lalu tersenyum kepadanya.
“Ngak perlu, karena biaya pengobatan mu itu gratis. Tapi jika memang kamu punya rezeki yang lebih, sumbangkan saja ke puskesmas itu.
Puskesmas itu selalu kekurangan obat-obatan dan juga peralatan medis lainnya, alangkah mulianya dirimu anak muda, jika memberikan sumbangan ke puskesmas itu.
Satu hal yang harus kamu ingat, kalau memberi sumbangan, harus penuh keikhlasan ya.
Biar berkah dunia akhirat, dan kelak nanti rezeki mu semakin melimpah.” Jelas Asna kepada Evano.
“Ya udah, lo aja yang ngasih, ribet benar loh jadi orang.”
“Ngak...! Kamu yang punya uang, dan kamu sendiri yang harus memberikannya.” Jelas Asna
“Baik kalau begitu, tapi temani aku nanti.” Pinta Evano
“Ngak bisa, karena aku punya urusan pribadi.” Jawab Asna dengan tegas.
Mereka berhenti ngobrol, karena guru pelajaran kimia sudah tiba di ruangan dan hanya Evano yang masih berdiri di samping Asna.
“Ngapain masih berdiri disitu? Duduk.” Perintah bu guru.
Evano tidak mengindahkan peringatan ibu guru yang sudah berdiri didepan kelas, dan seketika itu langsung menuliskan soal kimia di papan tulis.
“Jika, H₂O + C3H5(OH)3 + C17H33COOH
Evano...! Jika ketiganya di campur, apa yang terjadi dan berikan penjelasannya.
Jika tidak bisa menjawabnya, jangan pernah harap bisa masuk ke kelas ibu, dan barang yang kamu bawa itu akan ibu sita.” Ujar ibu guru kimia.
Rumus kimia yang di tulis oleh ibu guru kimia dan seketika itu Evano langsung garuk-garuk kepala.
“Ngak bisa jawab ya, kalau begitu ibu beri kesempatan untuk mintak tolong kepada teman mu yang bersedia dan tentunya mengetahui jawabannya.
Sebagai imbalannya maka, Ia berhak akan isi dari kantong yang kamu bawa itu.” Kata ibu guru kimia dengan tegas.
Sepertinya tidak ada yang berminat menolong Evano, atau memang tidak ada yang mengetahui hasil dari rumus kimia tersebut dan akhirnya bu guru mendekati Asna.
“Kamu tau jawabannya, Asna?” Tanya bu guru
“Tau bu.”
“Lantas kenapa kamu ngak menjawab pertanyaan itu dan membantu Evano?”
“Asna, hanya ngak mau berhubungan atau memiliki urusan sama Evano bu, serta tidak bersedia menerima apapun dari Evano.” Jawab Asna.
Lalu Evano menatap Asna dan kemudian menyerahkan kantong plastik tersebut.
“Jika berhasil menjawabnya, maka aku bersedia dan ikhlas memberikan uang ini ke puskesmas itu dan saya sendiri yang akan mengantar dan memberikan uang tersebut.” Ucap Evano dengan penuh percaya diri.
Asna tersenyum dan kemudian menatap sang ibu guru yang masih berdiri di depannya.
“Unsur kimia yang pertama adalah air, yang kedua adalah sabun cair dan yang ketiga penyusun dari CPO sawit atau minyak goreng.
Air ditambah sabun cair dan minyak goreng, jika di ketiganya di campur, maka minyak dan air akan menyatu.
Sebab sabun cair bersifat pengikat dan pelarut.
Minyak dan air bisa menyatu jika di tambah dengan sabun cair, itulah alasannya kenapa sabun di gunakan untuk mencuci piring kotor, karena sabun mampu mengikat lemak pada piring kotor.” Ujar Asna dengan jelas.
“Iya benar, seperti cinta ku pada mu Evano. Cinta kita bisa menyatu dengan konsentrat pelarut yaitu cinta tulus dan suci.” Kata Kiara seraya tersenyum.
Huuuuuuu.......
Kiara mendapatkan sorakan dari teman-temannya yang memotong pembicaraan Asna.
Kiara terlihat begitu menyukai Evano, sehingga dia mengancam Asna agar tidak mendekati Evano.
“Cukup...hentikan...!” Perintah bu guru dengan tegas.
“Asna, jawaban mu benar. Kamu memang murid ibu yang paling spektakuler.
Evano! Tepati janji mu sebagai laki-laki sejati.” Ujar ibu guru seraya menatap Evano.
Bu guru kemudian melanjutkan pelajaran, akan tetapi Evano masih terus-menerus menatap Asna.
“Evano, Keluar dari kelas ibu, sekarang...!” Perintah bu guru kepada Evano.
Akhirnya Evano diusir, karena dianggap menggangu kelas. Dengan santainya Ia keluar dari kelas tanpa beban.
Jam pelajaran kimia selama dua jam lebih, dan cukup membuat siswa kelelahan tapi tidak dengan Asna.
Hanya Asna yang terlihat aktif dan selalu menjawab semua pertanyaan dari gurunya dan sampai akhirnya pelajaran itu telah usai dan hanya menyisahkan PR bagi siswa.
Saatnya istrihat dan seketika itu para siswa langsung berhamburan keluar dari kelas.
“Urusan kita belum selesai.” Ucap Evano.
Asna begitu terkejut ketika Evano mencegatnya saat keluar dari kelas.
“Asna, ayo latihan jangan hanya pacaran aja.” Ucap seorang pak guru.
Pak guru yang mengenakan pakaian training olahraga dan beberapa siswi lainnya yang berada di belakangnya dan Asna langsung menghampirinya dengan setengah setengah berlari.
Sangat jelas terlihat kalau Asna, berusaha menjauhi Evano dan tidak ingin terlibat dengan urusan Evano.
Evano yang masih penasaran dengan kepribadian AsnA dan hanya bisa bengong karena Asna berhasil menghindarinya.
“Perempuan itu ngak pantas untukmu, hanya aku yang pantas untukmu.” Ujar Kiara dengan sinis.
Kiara bersama gengnya menghampiri Evano, tapi ekspresi wajah Evano yang terlihat kesal hanya bisa tersenyum kecut ke gadis modis itu.
Sepertinya rasa penasaran Evano terhadap Asna masih belum terjawab dan kemudian menatap kedua bola mata Kiara.
“Kenapa Asna, tiba-tiba ada di dalam kelas kita? Dan kenapa dia bisa sekolah disini?” Evano bertanya seraya menatap Kiara.
“Penasaran...! Yuk temani aku ke kantin, nanti kamu tau sendiri jawaban nya.” Ujar Kiara
Evano mengikuti Kiara dan gengnya ke kantin sekolah, sesampainya di sana dan kemudian mengantri untuk mendapatkan makanan dari kantin sekolah.
“Setelah kamu pindah tahun lalu ke Inggris, dan kemudian masuk anak baru.
Salah satunya Asna, putri dari ibu Jainab, juru bersih-bersih di sekolah ini.
Asna mendapatkan beasiswa prestasi dan juga beasiswa sosial.
Seharusnya Asna masih anak kelas satu, tapi karena eksalarasi kelas sehingga dia bisa masuk kelas kita dan menyingkirkan Davina sebagai juara umum.” Ungkap Kiara.
“Apa Davina merasa tersaingi?” tanya Evano lagi.
“Jelas ngak dong, dan Davina merasa lega karena tidak menjadi korban desakan para guru untuk jadi pemegang demi sekolah atau andalan sekolah untuk mengikuti berbagai kompetisi.” Jelas Kiara.
“Terus kenapa pak Dores memanggilnya?”
“Karena Asna itu setengah jantan, seperti orang-orang di klub voli itu. Bahkan si Asna itu jadi kaptennya, karena itulah dia ngak pantas untukmu.
Miskin dan tidak selevel dengan kita, tidak modis serta jelek seperti itu, dan kamu harus tau Evano...! Kita berdua sudah di jodohkan sejak kecil, dan kamu harus sadar itu.” Ucap Kiara dengan kesal.
“Papa yang menjodohkan kita dan si beliau itu sudah mati dari kehidupan kami, dan sekarang aku dah bebas memilih siapapun yang akan menjadi jodohku.
Jika karena bisnis, kau nikahi aja papa ku, karena mami sudah melepas nya.” Jawab Evano seraya tersenyum sinis.
Setelah berkata demikian, sepertinya Evano hendak pergi dan langsung di cegah oleh Kiara.
“Daris dan Nino sangat menyukainya, apa kamu akan bersaing dengan kedua sahabat mu itu?”
Evano tidak memperdulikan ucapan Kiara dan terus melangkahkan kakinya dan ternyata Evano menuju lapangan voli untuk menemui Asna.
Sepertinya Asna dan tim nya tidak memperdulikan kehadiran Evano di lapangan tersebut.
Lapangan yang berada di gedung sekolah yang mewah, akan tetapi cewek-cewek lain sudah pada berteriak karena Evano berada disana.
“Anak-anak, latihan hari ini sudah cukup, silahkan berganti pakaian dan lalu makan siang di kantin.
Jangan lupa untuk latihan esok pagi sekitar jam sembilan.” Perintah pak guru olahraga
“Siap pak....”
Asna dan tim volinya menjawab guru olahraga itu dengan serentak dan kemudian mereka langsung bergegas hendak ke kamar mandi dan tentunya untuk mengganti pakaian.
“Upss, mau kemana? Kok buru-buru...!” Ucap Evano.
Asna tidak menanggapinya dan terus melangkahkan bersama tim menuju kamar mandi.
Terlihat Evano semakin geram, karena baru kali ini dirinya di cuekin oleh seorang cewek.
“Mau kemana? Mas ngak liat kalau ini toilet cewek, toilet cowok itu sebelah sana.”
Evano di tegur oleh mama nya Asna, yang saat itu bekerja membersihkan area toilet cewek.
Lantas Evano langsung pergi karena sudah ditegur oleh pegawai juru kebersihan sekolah tersebut.
Asna dan tim nya sudah berada di kantin sekolah, untuk menyantap makan siang dan tentunya Asna selalu berada di antara rak makanan untuk membantu petugas kantin bersama mama nya.
“Asna, ngapain disitu? Kamu itu bukan petugas kantin. Kamu itu aset bapak dan juga aset sekolah ini, sini gabung untuk makan siang.” Ucap pak guru olahraga.
Guru olahraga memanggil Asna untuk keluar dari kantin itu, guru olahraganya yang datang bersama guru-guru lainnya dan meminta Asna agar duduk bersama mereka.
Ketika Asna sudah duduk bersama rombongan guru-guru tersebut, dan para guru menyisihkan sedikit makanan terbaik mereka untuk Asna.
“Kamu itu adalah murid ibu di kelas kimia yang paling mengerti ibu, Daging kelas satu ini, ibu berikan setengah untukmu agar selalu semangat belajar ilmu kimia bersama ibu.
Ibu bahagia melihat mu, karena mudah mengerti dan bisa mengajari teman-teman yang lain.” Ucap ibu kimia.
Bukan hanya guru kimia yang melakukannya, tapi guru-guru yang lain juga dan alhasil tempat makan Asna sudah penuh.
Asna yang menghabiskan semua makanannya, membuat Evano tertawa puas dari sudut ujung.
Akan tetapi Asna dan guru-guru tidak mengindahkan tawa dari Evano dan pada akhirnya Asna pergi setelah selesai makan dan sedikit bercengkrama dengan para guru.
“Heii, pulang sekolah nanti, jadi kan latihan nya?” tanya seorang laki-laki.
“Jadi dong Van, kan sebentar lagi hari guru. Pokoknya kita harus memberikan yang terbaik di hari ulang tahun pada guru kita.” Jawab Asna.
Namanya Irvan, seorang siswa yang jago drammer dan Asna adalah seorang vokalis dalam grupnya.
“Dibayar berapa sama si brengsek ini, sehingga kau mau bicara dengannya?” Ucap Evano dengan kasar.
“Apa-apaan kau bangsat...!” Ucap Irvan kepada Evano.
Asna mencoba melerai Evano dan Irvan yang hendak beradu jotos dan hal itu bisa terhindarkan.
“Kalian saling kenal ya?” Tanyanya kepada Irvan
“Ngak sudi mengenal pengecut ini.”
Irvan menjawab pertanyaan Asna, tapi jawaban itu malah membuat mereka hendak beradu jotos lagi.
Walaupun akhirnya bisa dilerai oleh Asna dan berhubung bel berbunyi pertanda jam pelajaran berikutnya akan segera di mulai.
Irvan beda kelas dengan mereka, dan Evano mengikuti Asna masuk kedalam kelas.
Asna sudah duduk di kursinya, kursi lipat atau citos yang terbaik dan Evano sengaja mendekatkan kursinya ke arah Asna.
Prak......
Kursi Asna di tendang dari arah belakang, dan itu adalah Kiara, yang cemburu melihat Asna yang selalu didekati oleh Evano.
“Jangan gitu Kiara, aku sama sekali tidak tertarik dengan cowok ini. Malah jadi pengganggu bagiku, kalau bisa aku minta tolong.
Tolong singkirkan pria ini dari hadapan ku, karena selalu menggangu.” Ucap Asna dengan wajah memelas.
“Ngak usah sok cantik, kau itu bukan tipe ku.” Kata Evano yang merasa tersinggung.
“Syukurlah......” Ujar Asna
Asna sejenak bersyukur, karena dirinya bukan tipe cewek yang di inginkan oleh Evano dan perdebatan itu segera berakhir karena bapak guru seni musik sudah tiba di dalam kelas.
“Selamat pagi anak-anak....!” Sapa pak guru.
Mereka serentak menjawab sapaan dari pak guru yang paling di sukai di ruangan tersebut, dan bapak guru itu sudah membawa peralatan nya yang didorong menggunakan meja dorong.
“Anak-anak, silahkan ambil gitar ini, dan bapak rasa gitar yang bapak bawa cukup.” Ucap pak guru.
Pelajaran seni musik adalah pelajaran favorit dan tentunya para siswa berebutan mengambil alat musik gitar itu dari meja dorong tersebut.
Hanya Asna yang tidak melakukannya, dan hanya duduk menunggu di kursinya dan biasanya juga seperti itu.
“Gitar habis dan Asna ngak kebagian ya...! Iya, bapak lupa kalau disini ada murid baru stok lama.”
Ucapan pak guru itu, serentak mengundang tawa gelak Lainnya dan pak guru membawa gitar miliknya dan diberikannya kepada Asna.
“Nanti biar Asna yang mencontohkan ke teman-temannya ya...! Karena bapak percaya dengan kemampuan permainan gitar mu.”
Terlihat Evano bengong karena ucapan dari pak guru, yang merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Lalu Asna di panggil untuk maju ke depan, dan pak guru mulai mengajarkan kunci nada untuk lagu Indonesia raya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!