Entah kisah cinta apa yang gue jalani ini?
Kisah yang dimulai dari seorang cowok bernama Geovano Dipta. cowok tampan, tinggi, bersifat dingin, dan juga kaya, yang banyak diidam-idamkan oleh para cewek dikampus gue, itupun termasuk gue.
Yang dimulai dari sebuah awal pertemuan, yang membuat gue merasa spesial buat dia, karna sifatnya yang hangat ke gue, namun tidak dengan yang lain. Sampai suatu hari gue ditembak dengan cara yang sangat romantis. Yang bagi kebanyakan orang akan terharu dengan caranya itu, dan itupun termasuk gue.
Gak bisa dipungkiri kalo gue nerima pernyataan cinta-nya dia ke gue, dan kitapun jadian. Banyak cewek yang mengidolakan Geo sebagai pasangan mereka, namun pilihan Geo jatuh pada gue. Dan itulah yang membuat gue jadi bahan ke-irian para cewek, nggak sedikit yang nge-judge gue, bahkan hampir seluruh cewek kampus nge-judge gue. yah, walaupun begitu gue tetep enjoy aja ngejalani hari-hari gue dikampus.
Gue merasa kisah cinta negeri dongeng terjadi sama gue, yaitu kisah seorang pangeran tampan yang jatuh cinta pada seorang wanita pada pandangan pertama, yaitu kisah cinta impian gue.
Setiap hari akan ada perlakuan manis Geo ke gue, yang membuat gue merasa beruntung punya dia, yang bakalan bisa gue andelin jadi suport sistem terbaik gue.
Semuanya berjalan normal saat awal-awal, namun semakin gue masuk ke dunia dia semakin terlihat bagaimana sifat aslinya, yang membuat gue kadang kuwalahan, dan punya pikiran untuk lepas dari dia.
Bayangan kisah cinta negeri dongeng gue pun hilang, saat sedikit demi sedikit sifatnya semakin terbuka, dan benar-benar membuat gue ingin lari.
Saat gue akan melepasnya, maka akan ada banyak tindakan-nya yang tak akan pernah terprediksi oleh pikiran gue, membuat gue harus terus bertahan disampingnya.
Disaat yang lain iri sama gue karna pangeran tampan Geo, gue malah semakin ingin lepas dari belenggu pangeran itu, yang membuat gue bisa gila.
Anehnya lagi rasa cinta gue buat dia gak hilang, semua perlakuan manis yang gue terima dari dia, kemesraan dan sayangnya dia ke gue, gak bisa gue lupain gitu aja.
Gue harus selalu berhati-hati akan semua tindakan gue, pergaulan gue, bahkan dengan siapa gue berbicara. Seakan itu semua dibatasi.
Gue pernah mau meminta putus dari dia namun, sebelum gue berkata seperti itu maka dia akan bersikap lembut, perhatian, dan baik ke gue. Dan guepun gak bisa mutusin dia gitu aja, karna rasa cinta gue ke dia lebih besar, namun gue sadar semua perlakuan Geo ke gue itu hanyalah obsesi semata.
Obsesi seorang Geo yang rela melakukan apapun asal gue tetep disisinya, tapi obsesi itu nggak urung dari sikapnya dia yang nyakitin gue. bukan cuma batin gue yang tersiksa, tapi fisik gue juga yang disiksa.
Pikiran dan hati gue selalu bertentangan, hati gue selalu meminta untuk bertahan walaupun sakit, karna hati gue yakin kalo Geo pasti bisa berubah, tapi pikiran gue selalu ingin pergi dari sisi Geo.
Gue bingung antara memilih bertahan atau lari, saat gue bertahan akan semakin banyak luka yang gue dapetin. Tapi semakin gue lari makin banyak kegilaan yang akan dia lakukan untuk buat gue terus bertahan disamping dia.
pagi hari di halaman Pulm university, kampus swasta bergengsi yang sangat terkenal mahal dengan fasilitas yang lengkap. Dari namanya saja sudah bisa dibayangkan seberapa luas dan besar bangunan dari kampus tersebut,
Dijalanan kampus ada 2 mobil sport mahal yaitu Lamborghini Aventador berwarna kuning dan Buggati la voiture noire warna hitam mengkilap, kedua mobil itu tengah beradu kecepatan tinggi hingga mencapai halaman parkiran didepan gedung kampus.
secara tiba-tiba mobil hitam itu membanting setir ke kanan, saat ada sebuah mobil Aston Martin DB11 berwarna merah yang menghadang dari arah berlawanan. beruntung mobil hitam itu tidak menabrak tiang disana, namun pemilik mobil itu terpentuk keras ke setir, karna berusaha mengerem. pemilik mobil itupun keluar dengan kesal sambil memegang jidatnya yang memerah, ia adalah seorang pria, dengan memakai kaos berwarna hitam yang ditutup dengan jaket denim merk Balenciaga, dan celana jeans Burberry.
Mobil Lamborghini Aventador itupun ikut berhenti, pemilik mobil itu seorang gadis, ia pun turun dari mobilnya dengan tampilan kemeja putih hermes dengan membiarkan 2 kancing teratas terbuka, bagian depan kemeja dimasukkan kedalam celana hitam polos dengan ikat pinggang yang berlogokan H, gadis itu berlari ke arah pria itu untuk memastikan tidak ada yang terluka. gadis itupun menghampiri sang pria, dan menanyakan kondisinya " Lo gak papa kan? " tanya garis itu dengan nada khawatir.
" gue gak papa lyn " ucap pria itu,
nama dari wanita tadi adalah Chelyn Grahama, putri konglomerat dari pengusaha tekstil, yang memasuki jajaran 30 besar keluarga terkaya, dan pria yang dihampiri tadi bernama Karana Derick, yang merupakan putra dari pemilik DK group internasional yang memiliki posisi jajaran keluarga terkaya yang sama dengan keluarga Chelyn Grahama.
Dari mobil Aston Martin DB11 keluar seorang pria mengenakan kacamata hitam dengan pakaian cassual kaos hitam yang dibalut jacket trucke dengan tulisan merk Louis Vuitton.
" what are you doing bro? " tanya Karan pada orang yang menghalanginya tadi.
" oh my God! Geo, it's so dangerous " ucap Chelyn, mendekat ke arah Geo. Yah, pria yang menghentikan mereka balapan adalah Geodan steeve. anak dari rektor sekaligus pemilik kampus, tidak hanya itu keluarganya adalah pemilik saham terbesar dari perusahaan keluarga Karan.
Sangat mengagumkan Pulm university hanya diisi dengan anak konglomerat.
" i don't care! " ucap Geo datar sambil melepas kacamatanya.
" asal Lo tau ya Ge, kurang dikit lagi gue menang. Karna Lo dan mobil kesayangan Lo itu gue gak jadi dapet apartemennya Chelyn " ucap Karan kesal. bagaimana tidak? Adanya pertandingan antara dirinya dan Chelyn itu karna siapa yang menang akan dapat memiliki apartemen milik yang kalah.
" Lo nyalahin gue? " suara Geo pelan dan datar namun penuh peringatan dan tajam. Karan hanya bisa mendengus, sudah biasa dengan sifat Geo yang tidak pernah mau disalahkan " mana ada seorang Geodan Steve pernah melakukan kesalahan, yang salah itu gue sama mobil gue, kalo aja mobil gue bisa terbang, pasti gue bisa menang "
Chelyn hanya membuang nafas lega karna apartemennya tak jadi diberikan kepada Karan. Diantara apartemen Chelyn dan Karan, milik Chelyn yang paling strategis yang tempatnya berada dipusat kota, untuk masalah kemewahan dua-duanya sama-sama mewah. Geo yang mendapati ekspresi Chelynpun hanya tersenyum miring.
Mereka bertigapun masuk ke dalam mobil masing-masing dan melaju ke area parkiran kampus.
###
" saya sangat berterimakasih pada bapak, karna bapak sudah memberikan saya kesempatan untuk menjadi asisten dosen selama ini " ucap seorang gadis dengan senyum manis dan berkacamata.
Lorenza giana nama dari gadis pemilik senyum manis itu. selama di kampus ia menjadi asisten dosen dari Mr. Lucky karna kepintarannya, dan suatu kebanggaan untuk dirinya juga bisa masuk dan menjadi bagian dari mahasiswa Pulm university dengan beasiswa penuh, sekarang ia sudah memasuki semester akhir dari kuliahnya, ia memutuskan untuk berhenti menjadi asisten dosen karna ia ingin fokus mengerjakan skripsinya, dan memulai bimbingan dari dosen dengan baik. Yah itulah alasannya.
" selama kamu menjadi asisten saya, saya merasa sangat senang dengan adanya kamu membantu saya dalam banyak hal. Karna hanya tinggal beberapa beberapa bulan lagi masa kuliah kamu. Kamu harus fokus! Jangan sampai IPK kamu turun, kamu mahasiswa terbaik disini. Jangan buat saya kecewa. " ucap pak Lucky.
"saya akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat pak Lucky kecewa "
" baiklah! saya suka semangat kamu "
" kalau begitu saya permisi " pak Lucky mengangguk, Loren pun meninggalkan ruangan pak Lucky.
Setelah meninggalkan ruangan pak Lucky, Loren melepas kacamatanya karna ada sedikit buram, ia mencoba meniup lensa kaca. Namun sayangnya kacamata itu jatuh saat seseorang menabrak punggungnya.
" oh, i'm so sorry " ucap seseorang yang menabraknya lalu pergi begitu saja.
Saat Loren hendak mengambil kacamatanya yang terjatuh, sepatu seseorang terlebih dahulu menginjaknya hingga lensanya remuk,
" kacamata gue " pekik Loren
Mendengar pekikan Loren, orang yang menginjak kacamata Loren pun melihat ke arah kacamata yang ia injak, orang itupun lalu menjauhkan kakinya dari kacamata Loren, kemudian memungutnya.
" yah pecah " ucap Loren bersedih hati menatap kacamatanya yang rusak.
" gue ganti " ucap orang itu, Lorenpun menoleh ke sumber suara, ia tertegun menatap wajah Deon dari dekat dengan alis yang tebal, mata tajam, hidung mancung, bibir kecil, rahang yang tegas, benar - benar melihat pahatan yang sempurna, bagaikan ia ditarik untuk masuk ke dalam era zaman dinasti Yunani. Namun tak terlalu lama sebuah jentikan jari menginterupsinya untuk kembali sadar.
" are you okay Loren? " tanya Chelyn, setelah menjentikkan jari kedekat telinga Laura.
" e... I.m okay Chelyn " ucap Laura.
" e... Untuk kacamata ini Lo gak perlu ganti " Loren pada Geo, Geo hanya mengangkat sebelah alisnya. Sebenarnya baru kali ini ia melihat Chelyn tanpa kacamata, jika diperhatikan wajahnya terlihat lebih cantik dan imut, daripada dengan kacamata yang terlihat seperti gadis cupu.
ditatap seperti itu membuat Loren salah tingkah " gue duluan " ucap Loren meninggalkan ketiga orang tadi.
Mereka bertiga menatap punggung kepergian Loren, yang terlihat tergesa-gesa. heran melihat hal seperti itu, karna biasanya setiap gadis di kampus ini yang melihat Geo atau Karan, mereka akan kegatelan, dan berusaha mencari perhatian, namun berbeda dengan Loren, ia pergi begitu saja.
" gue perhatiin tuh si cupu Loren makin cantik aja, apalagi tanpa kacamata kayak tadi " ucap Karan " eh, tapi kok dia masih bisa ngeliat? Bukannya dia minus? " sambung Karan.
" mungkin aja minusnya nggak parah " timpal Chelyn.
" she's mine! " ucap Geo tiba- tiba dan berbalik yang membuat kedua temannya melongo kebingungan.
" kayaknya kita salah denger deh " ucap Chelyn, yang langsung diangguki oleh Karan.
" hai! " panggil Loren pada seorang pria yang sedang bersandar pada pintu mobil Pagani Zonda tricolore berwarna biru mengkilap. Merasa kenal dengan suara itu pria itupun mendongak dan mendapati senyum manis dari pacarnya.
" where you glases? " tanya pria itu.
Lorenpun merogoh tasnya dan mengeluarkan benda yang dimaksud oleh pria itu dengan wajah yang sedih.
" ya udah gapapa, lagian kan kamu udah operasi Lasik atau kita beli kacamata yang lain? " tawar pria itu. sebulan yang lalu Loren melakukan operasi Lasik, itupun karna paksaan dari pacarnya tersebut.
" nggak usah! yang terpenting sekarang mata aku udah bisa ngelihat wajah tampan seorang Geovano Dipta itu aja udah cukup buat aku " gombal Loren.
Geovano yang mendengar itupun langsung mengecup kening Loren, lalu turun ke kedua pipinya dan kemudian mulutnya, namun itu hanya sekedar kecupan.
Loren dan Geovano sudah berpacaran selama sebulan
[flashback on]
tepat pada saat ulang tahun Loren. Loren ditembak dihalaman kampus. Pada saat itu bagasi mobil Geovano dipenuhi dengan banyak bunga mawar warna-warni. Geovano menarik kedua tangan Loren, Loren yang ditarik hanya bisa patuh, hingga tangannya berada didepan tangan Geovano.
Loren merasa hangat saat tangannya berada di genggaman Geovano " Lorenza giana, Lo mau kan jadi pacar gue? " mendengar suara Geovano membuat hati Loren berbunga, ia juga mendengar pekikan histeris dari para wanita kampusnya yang merasa kecewa.
Secara refleks Lorenpun mengangguk " aku mau " ucapnya tegas.
" can you repeat again? "
" iya aku mau jadi pacar kamu Geovano Dipta " ucap Loren tegas, setelah itu Geovano menarik Loren kedalam pelukannya.
" you are mine! " bisik Geovano ditelinga Loren yang mampu membuat kaki Loren seakan melumer seperti coklat yang kepanasan.
" yes, i.m yours " balas Loren, mengabaikan pandangan patah hati para wanita dikampus.
Loren tak pernah mengira bahwa perasaannya selama ini yang terpendam untuk Geovano akhirnya terbalaskan, tepat pada saat ulang tahunnya yang ke-21.
Ia berani bersumpah ini adalah hadiah terindah untuknya.
[flashback off]
Dan selama itu pula, banyak yang sinis terhada Loren, karna para wanita itu merasa kalah saing dengannya.
" so! Where is go now? " tanya Geovano dengan wajah yang masih menunduk , untuk menyamakan tinggi wajahnya dengan si gadis.
Loren nampak berpikir dengan jari telunjuknya diketuk-ketukan ke dagu, sambil memanyunkan bibirnya. Melihat mulut Loren yang di majukan seperti itu membuat Geovano menarik pinggangnya, dan keadaan mereka berdua saat ini sangat intim. Loren yang mendapat serangan tersebut melebarkan matanya terkejut dan berusaha mendorong Geovano untuk menjauh, namun tenaganya kalah dari pria itu.
Geovano menurunkan wajahnya dan berbisik ditelinga Loren " kamu sedang menggodaku? " mendapat bisikan dari Geovano membuat tubuh Loren meremang, wajahnya langsung memanas, dengan sekuat tenaga ia lepas dari pelukan Geovano.
Geovano pun langsung melepaskannya, setelah lepas dari rangkulan Geovano, Loren langsung mengipasi wajahnya dengan tangan. Melihat hal itu membuat Geovano menarik kedua sudut mulutnya. Gemas dengan ekspresi wajah Loren.
Geovano membuka pintu mobil dan mengisyaratkan Loren untuk masuk dengan gerakan kepalanya, Lorenpun faham dan langsung masuk ke dalam mobil. Geovano menutup kembali pintu mobil dan berjalan memutar ke arah kursi kemudi.
setelah sampai didalam Geovano mendapati Loren yang masih mengipasi wajahnya sambil membuang muka ke samping. Geovano maju ke arah Loren, secara refleks Loren menahan nafas begitu wajah Geovano hanya berada beberapa centimeter darinya. Entah kenapa secara tiba-tiba Loren menutup mata, merasa tak ada yang terjadi Lorenpun membuka matanya dan mendapati Geovano tersenyum mengejek.
" what do you think? " tanya Geovano dengan wajah yang menurut Loren benar-benar menyebalkan, Lorenpun langsung memalingkan wajahnya malu. bisa-bisanya ia berpikir Geovano akan menciumnya, padahal Geovano hanya memasangkan seatbelt untuknya, benar-benar memalukan, rasanya ia ingin berlari dan menenggelamkan wajahnya.
" Embrassing! " gumam Loren pelan, namun masih terdengar oleh Geovano.
Geovano kembali menegakkan tubuhnya dan melajukan mobilnya.
Dari kejauhan ada 3 orang yang melihat semua adegan antara Geovano dan Loren.
" Lo yakin mau rebut Loren dari Geovano? " ucap Chelyn pada Geodan
" why not? "
" serem anjir, kalo berurusan sama Geovano. Udah gila kali ya Lo? " ucap Karan.
di wajah Geodan hanya ada senyuman smirk, " menarik! "
###
Selama dimobil Loren hanya diam dan mengalihkan pandangannya pada luar jendela mobil, untuk menutupi rasa malunya, hingga mobil Geovan berhenti di basemant apartemen " masih marah? " tanya Geovano,
" siapa yang marah? Orang nggak ada yang marah kok " elak Loren, sebenarnya ia ingin berteriak ' malu banget gue ' sayangnya itu hanya bisa ia ucapkan didalam hati
" ya udah kalo gitu ayo turun! "
Lorenpun turun dari mobil Geovan, saat akan melangkah Geovan menginterupsi " kamu tunggu disini aja dulu! "
Lorenpun berhenti dan menunggunya disamping mobil, sambil memperhatikan Geovan berjalan ke arah folding gate, iapun membukanya dan masuk, jika dilihat dari tempat Loren itu adalah ruangan yang sangat gelap. Loren masih terus memperhatikan mencoba mencari pencahayaan dari sana hingga terdengar suara deruman motor.
Sebuah motor Ducati Panigale 959 keluar dari ruangan tadi. motor itu mengarah ke Loren, dan berhenti tepat didepannya.
Loren mundur 2 langkah mengamati motor tersebut dan pengendaranya juga, helm full face itupun terbuka menampilkan wajah Geovano.
Geovano mengangkat telunjuknya dan menggerakkannya isyarat meminta Loren mendekat. Lorenpun mendekat dengan lembut Geovano memakaikan helm dikepala Loren dan mengunci pengaitnya, setelah itu ia menarik tangan Loren ke jok belakang memintanya naik.
Walaupun Geovano jarang mengeluarkan suara, tapi ia lebih dominan pada tindakannya, yang benar-benar lembut, dan terkesan manis. Itu yang membuat Loren nyaman daripada ucapan manis tanpa tindakan lebih baik tindakan tanpa ucapan, karna itu sudah cukup untuk menjadi sebuah bukti rasa Sayang orang itu pada pasangannya.
Motor Geovano kini telah membelah jalan raya. Loren merasa sangat senang iapun merentangkan kedua tangannya ke udara sebentar, kemudian ia letakan pada sisi jaket kulit yang dipakai oleh Geovano.
Geovano menarik tangan Loren untuk merangkulnya lebih erat, namun Loren menarik kembali tangannya dan memposisikannya seperti tadi.
" aku seneng banget hari ini " teriak Loren pada Geovano, yang suaranya kalah dengan angin.
Geovano dengan sengaja menaikan kecepatan hingga membuat tangan Loren memeluknya dengan erat dari belakang.
" Geovano... " teriak Loren terkejut.
setelah setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah danau dengan suguhan pemandangan yang sangat indah.
" wow! Bagus banget " pekik Loren bahagia, ia berjalan terlebih dahulu, Geovano mengikutinya dari belakang.
" kamu tahu darimana tempat ini? " ucap Loren pada Geovano yang sudah berdiri tepat disampingnya, bukan menjawab Geovano hanya mengedikkan bahunya sambil menatap wajah Loren.
Seketika Loren meralat ucapannya tadi, walaupun lebih baik tindakan, namun terkadang ia juga butuh ucapan.
Lorenpun mengalihkan pandangannya ke depan menatap danau itu, melihat air yang begitu tenang membuat hati Loren ikut merasa tenang.
Seketika tangan Geovano terulur merangkul bahunya, dan membawanya ke ujung Gladak kayu, Geovano mengajaknya duduk, sebelum duduk Geovano melepas sepatunya dan sepatu Loren, dan merekapun duduk dengan tangan Geovano merangkul bahu Loren, Loren memiringkan kepalanya untuk bersandar dibahu Geovano, kaki mereka yang tanpa sepatu kini menyentuh air.
" aku bakalan jadiin tempat ini sebagai tempat favorit aku, kamu tahu nggak kenapa? "
" kenapa? "
" ih kok malah nanya balik sih? Tebak dulu dong baru tanya " ucap Loren mendongak ke arah wajah Geovano, Geovano menatap wajah Loren dengan dalam namun terkesan lembut.
" apapun alasannya, yang aku tahu kamu adalah tempat terfavorit buat aku, semuanya tentang kamu adalah tempatku, your is mine! " pipi Loren memerah mendengar ucapan Geovano, rasanya jantungnya ingin lompat keluar dari tempatnya. Entahlah Loren bingung sendiri, walaupun terbilang irit bicara, namun saat berucap mampu meluluhkan segalanya, dari semua tindakan dan ucapan Geovano semuanya manis dan lembut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!