Hari itu masih siang dan terik, tapi terlihat seorang gadis muda 20 tahunan yang masih semangat berlari tergesa-gesa. Ponsel Sashi terus berdering, karena Rio sudah menunggunya di depan Mall dengan motornya. Mereka biasa makan siang bersama saat Rio libur kerja dan pulang ke Kota Sashi. Mereka pacaran beda kota dan memang jarang bertemu. Sashi rela lari di bawah panas terik matahari yang agak menyengat demi lekas bertemu dengan kekasihnya untuk makan siang di apartemen mereka yang hanya 5 menit dari Mall Sashi bekerja.
“Aduh sayang, panas ya?” sambut Rio sambil mengelus dengan lembut pipi manis gadis yang ia pacari 4 tahun belakangan ini.
“Ahh iya nih.” Jawab Sashi dengan manjanya. Rio hanya tersenyum gemas melihat tingkah manja pacarnya.
“Yaudah yuk!” ajak Rio.
Sashi pun naik motor kesayangan Rio, yang sengaja ditinggalkan di apartemen untuk antar jemput Sashi tiap Rio libur kerja. Mereka pun melaju pulang ke apartemen mereka.
Tak begitu lama mereka sampai di gedung apartemen yang mereka tinggali berdua 2 tahun ini, karena hanya berjarak 1km dari Mall. Dulu Sashi hanya ngekos sewaktu SMA karena orangtuanya cerai dan menghilang. Orangtua Sashi sudah menikah dan mungkin mereka sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing. Jadi Rio memfasilitasi kekasihnya itu sebuah apartemen sederhana.
Tempat tinggal mereka memang tidak luas namun terlihat hangat, saat terlihat mereka sedang bercanda mesra layaknya suami istri. Rio tidur di paha Sashi sambil di elus elus kepalanya oleh kekasihnya. Mereka bertukar cerita tentang kegiatan mereka. Saat sedang asyik bercanda, tiba-tiba ponsel Rio berbunyi. Melihat ponsel itu terus berbunyi, spontan Rio pun bangkit.
“Sayang sebentar ya, asisten aku telepon nih. Aku mau angkat dulu ya, tungguin ya abis ini makan bareng.” Ucap Rio sambil bangun dari sofa tempat mereka mengobrol tadi. Dan Sashi pun ikut beranjak bangun mengambil makanan yang sedari tadi ia hangatkan di microwave. Sementara Rio masih sibuk dengan teleponnya, Sashi yang juga bosan menunggu Rio pun lalu memilih untuk memainkan layar ponselnya dan melihat sosial medianya.
Tak berapa lama setelah itu, Rio selesai dengan urusannya namun mendapati pacarnya asyik sendiri.
“Aduh sayang… maaf ya jadi nunggu lama,” ucap Rio sambil berlari kecil menghampiri pacarnya. Namun Sashi tidak mendengar dan malah asik bermain dengan ponselnya. Melihat itu, Rio tersulut emosi karena merasa diabaikan. Saat itu ia sangat rindu kekasihnya, apalagi Rio sangat cemburuan jadi agak sensitif melihat Sashi asyik sendiri bermain ponselnya sendiri. Namun fantasinya mulai Liar. Ia mengambil gelas berisi air, dan menyiram Sashi. Mata Rio terbelalak melihat aksinya berhasil, membuat istrinya basah.
“Ah!”Sontak Sashi kaget dan berdiri, “Kamu tu apa-apaan sih? aku masih harus kerja nanti. Basah nih baju aku.”
Sambil Sashi mengelap-elap bajunya di area dada yang sudah basah kuyup. Baju yang ia kenakan adalah kemeja tipis berwarna putih sehingga dalaman Sashi pun menerawang. Terlihat Bra merah menyala karena kain yang melapisinya sedari tadi basah. Indah dan menarik mata pacarnya yang amarahnya sedang menggebu-gebu.
“Kamu yang apa-apaan? Kamu ngapain main hape sambil senyum-senyum? Malah asyik sendiri. Ada cowok baru ya kamu.”
“Apa Sih sayang. aku nggak tau kalo kamu udah selesai, gitu aja sampe marah banget. Pake nuduh-nuduh.” Sambil Sashi masuk kamar untuk ganti pakaiannya. Sashi agak marah dengan perilaku kekasihnya, tapi itu sudah sering terjadi, apalagi kalau Rio sedang cemburu. Saat Sashi melepas bajunya, Rio yang sedang menegang itu melihat pacarnya yang telanjang dada dan terlihat buah dada besarnya itu langsung spontan tangan berototnya menarik tubuh kecil Sashi dan dihempaskan ke kasur.
Sashi nampak seperti bidadari indah dengan rok span yang sangat pendek tanpa mengenakan atasan. Pipi merah walau tak semerah bibirnya. Dadanya juga eksotis, bulat dan juga padat. Membuat siapa saja yang melihat pasti tak sabar untuk melahapnya. Rio pun sudah tak tahan lagi.
“Kak! Jangan! aku masih harus kerja nanti.” Rio tidak peduli dan terus berusaha menguasai tubuh Sashi. Dan Sashi yang kecil pun kalah.
“Nggak peduli! aku mau sekarang!” bentak Rio
Sebenarnya Sashi juga butuh belaian, tapi dia hanya tidak ingin bermain secara singkat. Tanpa buang-buang waktu, dia lalu pasrah dan melayani pacarnya yang abusive itu. Rio selalu pulang hanya untuk menikmati tubuh Sashi, itu sudah kebiasaan. Jadi Rio selalu memanfaatkan situasi dan kesempatan yang ada. Karena Rio tahu Sashi sangat mencintai Rio. Jadi tidak mungkin Sashi menolak.
“Ahhhhhkkk….” Desah Sashi meningkatkan gairah Rio. Rio raih rambut Sashi yang hanya panjangnya sebahu itu, ia jambak untuk menambah fantasinya. Namun mereka bergelut tidak begitu lama. Rio mempercepat durasinya, mengingat Sashi harus kembali bekerja.
Selang 1 jam selesai lah pergulatan birahi mereka dengan 1 ronde. Saat itu Rio masih tertidur dan Sashi beranjak untuk merapikan diri. Dia buru-buru karena waktu istirahatnya hanya tinggal 20 menit lagi. Walaupun ia di toko parfum itu memang menjabat sebagai perfumer, atau peracik parfum. Yang mana dia bisa leluasa keluar kantor seberapa lamanya, biasanya untuk keperluan dia riset parfum. Namun bagaimanapun dia hanya karyawan, jadi ia harus tertib
“Sayang aku pergi dulu ya …” Sashi mengecup bibir Rio yang masih lemas setelah ber-kuda. Sashi tidak peduli dengan kondisi Rio yang memang masih telanjang bulat di atas kasurnya itu. Dia berlari karena khawatir terlambat, biar bagaimanapun dia selalu tidak enak hati dengan teman-temannya.
Sesampainya di tempat kerjanya, Sashi langsung masuk ke ruangannya. Disana sudah ada 2 asistennya yang sudah 40 menit yang lalu masuk.
“Duh mbak Sashi, tiap mas Rio pulang. Balik makan siang selalu ganti baju dan tergesa-gesa deh hehe,” kata salah satu asistennya bernama Asti. Mereka sudah hafal, tidak melulu karena bajunya basah.
Terkadang Rio merusaknya, bahkan seringkali Sashi dilarang membuka semua bajunya. Karena Rio sangat menyukai postur tubuh Sashi memakai kemeja ketat dengan 2 kancing atas dibuka. Maka mau tidak mau Sashi harus menggantinya ketika kembali kerja. Supaya tidak bau keringat dan bau lain lainnya. Karena pekerjaannya berhubungan dengan bau, jadi dia sangat teliti dalam bau di tubuhnya maupun lainnya.
Sashi tidak menanggapi sindiran temannya itu dia hanya tersenyum kecil, namun malah di timpal oleh asisten Sashi yang satu, Gina.
“Ah Asti kayak gak pernah muda aja.”
Sashi tertawa kecil tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan memberi isyarat untuk melanjutkan bekerja.
"Ayo buruan kerjain, aku mau pulang cepet nih!" perintahnya.
Hari itu dia pulang akan lebih cepat, dia masih merindukan kekasihnya. Dan lagi malam ini mereka ada janji temu dengan kolega Rio.
SUPPORT AUTHOR DONGGG!!
Biar makin semakin semangat membuat karya tentang pernikahan panas yang sedang trend di platform ini.
DUKUNG AUTHOR DAN KARYA KARYAKU DENGAN TINGGALIN KOMENTAR DAN LIKE YA BESTIEEEE...
JANGAN LUPA FOLLOW JUGA YAAAA. DIJAMIN KETAGIHAN BACA KARYAKU !!!
🔥🔥🔥
“Sayang ayo!” teriak Rio sambil ia menggulung lengannya dengan wajah angkuhnya. “Cewek tu selalu lama kenapa sih?”
“Iya iya ini aku datang,” terlihat Sashi keluar kamar dengan dress hitam casual tapi sexy. Penampilan kesukaan Rio setiap kali mereka akan menghabiskan malam yang panjang di club langganan mereka di Tangerang.
“Ah! Terlalu seksi untuk di pamerin sayang,” ujar Rio. “Apa kita dugem dirumah saja? “
“Hey… udah ayo.”
Mereka pun berlalu pergi, karena Rio sudah ada janji bertemu dengan beberapa mantan client besarnya. Rio ingin menjamu mereka, karena Rio adalah orang yang loyal dalam pekerjaannya. Bagaimana pun awal karier Rio, mereka lah yang membantu. Dan tanda terimakasih Rio, ia selalu menyiapkan ‘santapan manis’ untuk para laki-laki tua hidung belang itu.
Sesampainya di tempat yang ditentukan, terlihat Rio dan Sashi keluar dari mobil hitam gagah bertipe SUV. Rio menggandeng pacar cantiknya yang terlihat menawan dan seksi, membuat semua mata tertuju padanya. Namun aneh, Rio selalu marah ketika ada yang menatap Sashi, tapi dia selalu menyuruh Sashi berpenampilan seperti itu karena itulah seleranya. Rio ingin menampilkan Sashi sedikit dewasa dari umurnya.
Mereka berjalan dan menaiki tangga untuk menuju sebuah ruangan. Lagi-lagi mata orang-orang tetap tertuju pada kemolekan tubuh Sashi. Dengan balutan dress hitam yang serba nanggung, karena hanya menutupi sedikit bagian-bagian tubuhnya. Orang-orang terlihat ingin menyantapnya. Selain itu parfum yang digunakan Sashi pun cukup semerbak, dengan aroma mawar Grasse dan Damascus ia semprotkan di lehernya dan ada juga aroma white Datura. Siapa saja yang menciumnya pasti akan melayang-layang, karena cukup seksi dan sensual. Sampai ia menyusuri koridor-koridor pun, langkah kaki yang tidak tinggi itu tetap menarik perhatian. Dan ketika mereka masuk ke ruangan VIP yang sudah di siapkan untuk mereka. Sudah ada beberapa bos besar dengan masing-masing bersama 2 gadis. Meskipun begitu, Sashi lah tetap yang paling menggoda.
Karena dia terlihat mahal dan elegan. Mata para tamu pun terkesima melihat tubuh kecil namun montok itu. Seakan di telanjangi oleh mata-mata mata keranjang itu, Sashi menggeser dirinya agak ke belakang tubuh Rio. Meskipun begitu, mereka tidak ada yang berani menyentuh Sashi. Karena Rio adalah orang sangat berbahaya bagi mereka, Rio tidak tanggung-tanggung untuk membunuh siapa saja yang mengganggu kekasihnya. Sashi sudah hafal dengan watak mereka, dia mencoba terlihat baik meskipun tidak nyaman sama sekali.
“Lah ini bintang utama kita datang," kata salah seorangnya.
Rio dan Sashi menyalami dan menyambut mereka dengan ramah. Lalu duduklah mereka, dan mulai menikmati acara. Biasa, mereka adalah orang-orang hidung belang yang punya uang dan selalu bersikap seolah-olah para wanita bisa mereka beli. Mereka perlakukan wanita hanya mainan, uang mereka hanya di habiskan untuk bersenang-senang dengan wanita-wanitanya, bahkan ada yang ‘membungkus’ lebih dari satu wanita.
Tapi untungnya, Rio bukan seperti itu, bukan berarti dia laki-laki yang setia. Rio hanya tidak mau menikmati wanita yang bisa dibeli siapa saja. Dia beberapa kali selingkuh dengan beberapa wanita. Bahkan sering kali Rio terpergok selingkuh dengan client wanitanya. Tanpa di dasari rasa cinta, Rio hanya melampiaskan nafsunya pada mereka. Dengan alasan jauh dari Sashi, yang membuat Rio beberapa kali bermain gila dengan rekan bahkan clientnya.
Kalau diingat-ingat dulu Rio pernah beberapa minggu tidak pulang Tangerang karena dia punya simpanan di apartemen di kota nya, Bandung. Sashi yang awalnya tidak tahu, karena Rio beralasan banyak proyek.
Rio adalah orang yang sangat tidak bisa mengelola nafsunya. Di dunia kerjanya memang banyak seperti dia, bahkan bos-bos besar juga tak sedikit yang memiliki simpanan. Uang, Kekuasaan, dan Wanita adalah sepaket. Namun Sashi selalu memaafkan perilaku Rio, bagaimanapun asal dia ingat akan dirinya dan kembali padanya bagi Sashi tidak masalah.
Mereka menghabiskan malam dengan mengobrol sambil meminum beberapa alkohol. Tapi ada juga yang melakukan adegan panas di dalam ruangan bersama itu. Sashi yang sudah muak melihat kelakuan mereka pun memilih keluar cari angin, Sashi minta ijin untuk keluar. Dan Rio mengijinkan karena dia paham Sashi bukan tipikal orang yang betah di dalam ruangan, Rio melepas luaran seperti blazer itu untuk diserahkan ke Sashi. Bagaimanapun tanpa ditemani Rio, penampilan Sashi tidak boleh dinikmati siapapun. Sashi menuju lantai atap untuk merokok, sambil melamun.
Tak berapa lama ia sadar dari lamunannya, Sashi melihat jam di layar Ponselnya, menunjukan jam 1 pagi. Ia pun memutuskan turun dan mengajak Rio pulang saja, tak lupa ia mengeluarkan parfum dan di semprotkan ke bajunya. Walaupun dia perokok, dia tidak suka ada bau rokok menempel di bajunya. Dia ingat ternyata besok ia libur, sudah 2 minggu dia tidak mengambil libur karena pekerjaan menumpuk, dan Rio yang tidak pulang karena banyak proyek juga.
Sesampainya di ruang VIP, tertinggallah Rio sendirian ia sudah mabuk berat. Sashi tidak tahu kemana para laki-laki tua dan pasangan-pasangannya itu. Mungkin mereka sedang menikmati dunia gelapnya, itu sudah biasa bagi Sashi. Sashi memapah pacarnya yang sudah oleng, sampai akhirnya datang juga seorang satpam membantu. Sashi di bantu satpam memapah sampai mobilnya. Kali ini Sashi yang menyetir.
Sashi melajukan mobil Sport milik Rio itu dengan kencang, ia hanya ingin cepat pulang saja. Setelah sampai di gedung apartemen, Sashi memanggil satpam yang memang sudah hafal dan kenal dengan Sashi dan Rio.
“Pak, tolong …” terlihat Sashi yang kerepotan.
“Tumben cepet mbak Sashi, biasanya subuh baru pulang.” Celetuk Pak Agus salah satu satpam yang membantu, sambil mengangkat Rio dan hendak di papah. Sashi hanya tersenyum ramah dan membereskan barang-barangnya.
Mereka menaiki lift dan Sashi menekan tombol lift bertujukan lantai 8. Setibanya di depan pintu apartemen miliknya, tak lupa Sashi memberikan uang tip untuk kedua satpam yang membantu.
“Makasih ya pak Agus, Mas Ridho …”
“Sama-sama mbak Sashi, kalau ada apa-apa panggil kita aja ya.”
“Oke.”
Mereka pun pergi, dan Sashi kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan pacarnya. Saat ia melepaskan baju Rio, tangan Rio meraih tubuh Sashi dan menjatuhkan ke tubuhnya.
Rio memberi isyarat untuk mengajak Sashi ronde kedua pestanya. Dengan setengah kesadarannya, ia menguasai tubuh pacarnya. Rio menarik turun dress Sashi yang sedari tadi menutupi setengah buah dada besar milik Sashi.
“Ahh sayang, mau mandi dulu ah …” pekik Sashi yang sudah tidak bisa bergerak karena Rio mendekap erat.
“Udah gausah, aku lapar! Aku mau makan kamu sayang …”
Tangan Rio sudah tidak terkendali dan ia lahap benda bulat segar milik Sashi. Mereka pun beradu keringat. Sashi terus mendesah dan teriak, sambil ia mencakar punggung Rio yang sedang asyik dengan mainan favoritnya. Dengan posisi duduk, Sashi diatas Rio ia tak henti-henti berteriak.
“Ah…Sayang.. Enak.”
“Enak ya… mau aku kencengin?” Sontak mata Sashi terbelalak karena Rio menaikkan ritme gerakannya. Ruangan mereka menjadi panas, penuh dengan ******* dan keringat sepasang kekasih yang sedang di puncak kenikmatan.
Rio pun merubah posisi, dengan kemeja yang belum sepenuhnya tertanggal. Ia melaju dengan posisi membelakangi Sashi dan tidak lepas tangan nya di gunung kembar Sashi. Semakin keras Sashi berteriak semakin kencang juga goyangan Rio.
“Ah … ah … ahk! Sayang terus, yang kenceng!”
Pergulatan pun berlanjut, hingga subuh. Dengan berbagai posisi dan cucuran keringat mereka berdua. Sampai di ujung pesta, mereka pun tertidur kelelahan dengan tak ada satupun baju yg membalut mereka. Entah berapa kali mereka bermain, namun terlihat Rio terlelap dengan wajah penuh kepuasan.
Pagi ini cukup cerah, sinar matahari pun mulai masuk di sela-sela jendela. Namun dua sejoli yang baru saja bercinta ini tidak terusik sedikit pun. Mereka masih lelap dengan tidurnya. Jam menunjukan jam setengah 9 namun disana. Suasana hari minggu cukup ramai di area gedung apartemen Sashi, apalagi gedung mereka dekat pusat perbelanjaan.
Terdengar suara getaran salah satu ponsel mereka. Sashi beranjak dan mengambil kimono piyamanya. Ia merogoh tas kecilnya, namun ternyata bukan ponselnya. Dengan mata sayu-sayu ia mencari ponsel Rio namun tidak ditemukannya. Lalu ia memilih pergi ke kamar mandi saja untuk bersih-bersih.
“Ah biar Kak Rio sendiri aja yang nyari, udah nggak enak ni badan. Mau mandi aja ah," seraya berjalan menuju kamar mandi dan meraih handuknya.
Sementara Sashi mandi sambil bernyanyi, ternyata suara merdu-merdu melengking itu membangunkan kekasihnya. Rio bangun, dan sadar bahwa kekasihnya mandi tanpa dia, dia pun beranjak menyusul kamar mandi.
“Sayang kok nggak bangunin aku," rengek Rio sambil masuk kamar mandi, dan melihat perempuannya begitu cantik saat basah. “Aku join ya … ”
“Oh sayangku sudah bangun?” sambutnya sambil menghampiri kekasihnya untuk melayangkan kecupan di bibir ranumnya. “Selamat Pagi sayangku.”
“Pagi juga sayangku yang cantik ini … ” dan mereka pun melanjutkan kegiatan mandi bersama.
Setelah beberapa saat mereka selesai mandi, dan sudah rapi dengan pakaian rumahnya. Namun tidak lupa dengan parfum meski berpakaian sederhana.
“Hari ini kita mau kemana ya sayang?” ucap Sashi sambil mengoleskan moisturizer di wajah mulusnya. Rio yang sedang rebahan sambil memainkan ponselnya pun menyahut.
“Nggak Tau. Kayaknya mau dirumah aja. Tapi gimana kalo kita belanja mingguan sayang. Kayaknya aku lihat kulkas sepi nih.”
“Oke sayang, tapi anterin aku beli bunga ya. Di ruang tamu udah layu nih.”
“Oke sayang, Lavender kan?”
“Bener! Pacarku memang paling tahu favoritku," goda Sashi sambil menghampiri Rio, dan Rio menaruh ponselnya dan memeluk kekasih kecilnya.
“Kiss dulu baby!” jawab Rio sambil memasang pipinya di depan wajah Sisa berharap untuk dicium olehnya. Sashi kegirangan dan melayangkan ciuman manja di seluruh muka Rio.
“Aduh … aduh … habis dong muka gantengku ini," ujar Rio menggoda Sashi, tapi Sashi malah terus menyerang bertubi tubi dengan ciuman. Hanya Rio sumber bahagia Sashi, walaupun hanya sekedar bersenda gurau sederhana. Sashi sangat bersyukur memiliki Rio walaupun banyak tabiat buruknya.
Selang beberapa waktu mereka beranjak dan mulai bersiap untuk pergi belanja di Mall tempat Sashi bekerja. Kali ini mereka berjalan saja, sambil menikmati suasana Tangerang yang agak panas. Dengan setelan rumahan mereka terlihat seperti pengantin baru, meskipun pemandangan itu sudah terlihat biasa dalam 2 tahun belakangan ini. Tetangga mereka sepi, ya begitulah kehidupan di lingkungan apartemen. Saat sampai di lobby, bertemulah mereka dengan Pak Agus dan Ridho yang terlihat mengantuk karena shift malam dan menyambutnya.
“Pagi Mas Rio, Mbak Sashi … Waduh udah seger aja ni Mas Rio. Keren hihi," ledek Pak Agus sambil mengacungkan jempolnya.
“Bisa aja nih Pak Agus, makasih ya semalem. Yuk duluan Pak, Mas Ridho," jawab Rio sambil melambai dan melenggang keluar gedung. Diikuti Sashi yang terlihat lebih manis dari biasanya.
“Mbak Sashi manis banget, pengen deh punya istri modelan begitu. Auto betah dirumah saya,” celetuk Ridho.
“Heh sembarang kamu, dho! Mas Rio tu ganteng, kaya, pinter, jadi arsitek pula. Kalau Mbak Sashi sama kamu, kurus nanti dia haha.” Kata Pak Agus sambil tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.
Dan partnernya hanya senyum kecut. Karena dari awal dia kerja disitu Sashi adalah penghuni idolanya. Selain cantik dan wangi. Sashi terkenal ramah, suka membawakan makanan untuk satpam dan staf gedung apartemen.Walau kadang terlihat badas, suka merokok di taman dekat kolam renang gedung. Namun dia di pandang manis dan menggemaskan.
Tibalah Sashi dan Rio di dalam Mall, mereka terus bergandengan satu sama lain. Mereka tidak langsung menuju ke tempat tujuan, tapi mampir ke store Sashi untuk sekedar mengecek asistennya yang ternyata tadi pagi mengirim pesan singkat. Masuklah mereka dan disambut teman-temannya.
“Eh ... Pagi Mbak Sashi, ada Mas Rio juga," sambut salah seorang karyawan.
“Aku ijin masuk ya Mbak Dit,” ucapnya sambil menuju ruangannya. Rio hanya menunggu sambil melihat dan mencoba-coba beberapa karya pacarnya. Datang seorang karyawan yang cukup cantik menghampiri Rio, sepertinya ia karyawan baru.
“Halo bapak, bisa saya bantu?” belum dijawab oleh Rio datanglah seorang karyawan yang tadi menyambutnya, Dita.
“Itu Pacar Mbak Sashi, Dev. Tadi kesini sama Mbak Sashi,” bisik Dita. Devi hanya manggut-manggut. Walaupun aslinya dia terkesima melihat si tampan dan gagah itu, terlihat garang meski hanya pakai kaos. Apalagi Rio memiliki beberapa tato-tato kecil di lengannya, dia tetap kelihatan elegan. Sambil senyum-senyum kecil Devi menatap Rio, dan Rio balik membalas senyumnya.
Tak berselang beberapa lama, Sashi keluar dari ruangannya.
“Ayo sayang,” ujarnya
“Oh, udah.” Sambil beranjak dari duduknya dan meraih tangan Sashi untuk di genggam. Sambil memberi salam ke karyawan-karyawan lain, mereka pun pergi.
Mereka berdua melanjutkan kegiatannya sesuai rencana. Benar-benar seperti pengantin baru, terlihat manis dan kompak. Sashi tidak mengambil banyak belanjaan. Dia hanya mengambil beberapa karena stok minggu lalu masih ada.
Setelah selesai belanja, mereka langsung keluar Mall untuk menuju tujuan selanjutnya. Lagi-lagi sambil bergandengan mereka berjalan di trotoar yang cukup luas, di tengah cuaca yang agak terik mereka menuju florist langganannya. Setiap 2-3 hari sekali Sashi rutin mengganti bunga-bunga yang dipajang di apartemennya. Awal mula ia menjadi peracik parfum dikarenakan sudah punya hobby merawat bunga dari dulu.
Dulu ketika kecil, ia memiliki taman sederhana di rumahnya. Sashi selalu menanam apapun yang dia suka dan tahu disana. Karena dari dulu ia sudah sering ditinggal-tinggal, ayahnya yang suka selingkuh dan KDRT apalagi ibunya yang juga suka jajan berondong, membuat Sashi tidak begitu suka orangtuanya. Makanya ia menanam dan merawat bunga-bunganya, untuk menemani hari-harinya yang sepi itu. Sampai saat Sashi SMP orangtua mereka pisah, meninggalkan Sashi seorang diri dirumahnya. Sashi hanya menghabiskan waktu bersama dengan bunga-bunganya. Dia mulai menyatukan aroma, bahkan beberapa kali ia membaca buku-buku tentang bagaimana cara meracik aroma menjadi sebuah pengharum ruangan.
Dan sampai di masa SMA, ibunya yang menang akan hak asuhnya dan rumah yang ia tinggalkan kembali pulang setelah 2 tahun menghilang. Dengan membawa keluarga barunya yaitu Suami yang hanya terpaut 5 tahun lebih tua dengan Sashi dan adik tirinya yang baru beberapa bulan. Mereka kembali ke rumah yang Sashi tempati, dan menguasai seisinya. Karena suami dan ibunya sudah tidak memiliki tempat tinggal lain dan suaminya sudah tidak bekerja tetap. Ibunya Sashi lah yang bekerja, dia adalah pemilik 3 butik di Tangerang.
Sampai suatu ketika, ada sebuah kejadian yang tidak mengenakan. Saat Sashi tertidur, ayah tirinya menghampirinya dan meremas serta meraba-raba area sensitif Sashi. Sontak Sashi bangun dan berteriak. Ia berlari dan menghampiri ibunya.
“ Mah! Sashi mau di perkosa sama dia … ” ujar Sashi ketguatan. Ibunya pun berjalan ke kamar Sashi menghampiri suaminya. Selang beberapa waktu ibunya kembali,
“ Udah nggak papa. Ayahmu Cuma mabuk,” jawab ibunya santai dan kembali berbaring. “ Lo tidur sini aja biar nggak ganggu ayahmu.”
Dalam hati Sashi, brengsek!
Di malam itu dia tidak berani memejamkan matanya, ia hanya berbaring di samping adik kecilnya sambil ketakutan. Namun ibunya tetap tenang dan tidur lelap. Memang setelah itu tidak kejadian apapun sampai pagi.
Keesokan harinya Sashi bertekad untuk pergi jauh, dia memilih untuk ngekos di dekat sekolahnya. Dia membawa semua baju-baju dan barang-barang yang bisa ia bawa. Sashi pergi tepat ketika ibunya dan ayah tirinya sedang di butik. Sashi pergi membawa semua tabungan yang dia miliki, dan hidup sendiri. Dia bekerja sebagai SPG sambil sekolah karena setelah kepergiannya ternyata ibunya memilih menghilang ke kota yang Sashi tidak tahu, setelah beberapa bulan sebelumnya Papa Sashi pergi tanpa kabar. Itulah masa lalu yang merubah hidup Sashi. Yang membuat Sashi berjuang hidup sampai sekarang ini.
Dan sesampainya di Florist langganannya, Sashi langsung menuju part bunga lavender. Dia sudah hafal daerah situ. Namun sayangnya lavender favoritnya masih kosong. Ia celingukan mencari Gaby, owner florist itu. Ternyata sedang ngobrol dengan Rio di luar, Sashi pun menghampiri.
“Lavenderku kosong Gab?” tanya Sashi sambil melihat-lihat.
“Duh sorry Sas, besok ya. Gua belum dapet kabar dari sananya," jawab Gaby. Sashi hanya manggut-manggut dan memutuskan pergi saja.
“Yaudah deh Gab.” Sashi sambil mengkode Rio untuk pergi, “Besok aja balik kerja aku kesini ya, bye Gab..”
“Bye Sas, Yo.” Balas Gaby Sambil melambaikan tangan.
Rio dan Sashi pun akhirnya pulang ke apartemennya. Setibanya di gedung apartemen terlihat lobby agak rame. Ternyata banyak tamu yang berkunjung dan menunggu dijemput penghuni disana, karena untuk naik ke atas harus menggunakan kartu akses. Sashi dan Rio menuju lift untuk naik ke apartemennya lantai 8. Setelah sampai dan keluar, mereka terus bercanda.
“Duh enaknya ngapain ya sayang … ” ledek Rio sambil mencolek Sashi.
“Apa ya … ” jawab Sashi sambil berlari kecil menggoda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!