NovelToon NovelToon

Stargate : Universe

TB - 11067

[STARGATE ACTIVATED]

>>>>>>> DESTINATION<<<<<<<<

UNIVERSE TB - 11067 : HETERO FORM.

...****************...

Tiga orang memasuki sebuah portal besar dengan interior berwarna biru berlapis besi dan kaca. Ketiga orang tersebut memejamkan mata mereka, bersiap untuk sebuah 'guncangan' yang akan mereka alami tidak lama lagi.

Dengarkan ini, Silvia. Proses transfer seseorang ke dunia lain akan sangat menyakitkan, dan menyiksa...... Apalagi dengan menggunakan Stargate. Apakah kamu siap ?

Tentu saja wanita itu menjawabnya dalam hati dengan satu kata, 'siap'. Lagipula ini semua ia lakukan untuk kelangsungan hidup umat manusia.

Ini adalah tahun 2100, awal dari jatuhnya era emas bagi umat manusia. Semua hal yang dapat dibanggakan oleh manusia di masa lampau, kini telah menghilang. Gedung-gedung pencakar langit telah habis tak tersisa, dan rumah-rumah warga yang mewah sudah tidak dapat dibedakan lagi dengan tanah. Sementara umat manusia dijatuhkan hingga ke ujung neraka, makhluk-makhluk yang muncul dari event 'Emergance' mulai bangkit dan menghancurkan dunia secara membabi buta, seolah sedang mengatakan bahwa merekalah penguasa yang baru dari planet ini. Anomali, adalah sebutan bagi mereka yang menghancurkan dunia.

Hanya berselang beberapa menit saja, turbulensi yang pertama dimulai. Masih tidak ada hal yang membuat ketiga orang tersebut kesakitan. Hanya ada guncangan yang hebat saja, dan sedikit membuat mereka agak mual.

Di belakang mereka, para ilmuwan dan operator sedang mengutak-atik komputer Stargate, dan salah satu dari mereka yang sedang berdiri di tengah-tengah membuka mulutnya.

“Silvia ! Peluncuran tahap kedua akan segera dimulai. Sebaiknya mulai bersiaplah !”

Silvia dan dua orang yang lainnya tidak menjawab. Namun setidaknya, orang tersebut mendapat sebuah jawaban dari Silvia yang sekilas terlihat sedang mengangguk, walaupun agak tidak jelas karena ia melihatnya dari belakang.

Tahap kedua dimulai. Ketiga orang tersebut mulai merasakan kulit mereka yang memanas secara perlahan, seolah-olah sedang dipanggang hidup-hidup. Silvia menutup matanya rapat-rapat, masih berusaha untuk tidak meringis kesakitan seperti gadis yang ada di samping kanannya. Tanpa sadar, tangan dari gadis itu menggenggam tangan Silvia, semakin lama semakin erat.

Vita, kamu yakin mau ikut bersamaku ? Alat itu katanya begitu menyeramkan.

Tentu saja ! Lagipula aku sudah selalu bersama denganmu dan Exceels juga, jadi aku tidak akan tidak ikut sekarang. Kita bertiga akan selalu bersama !!

Sigh..... Baiklah.

Vita jatuh berlutut karena rasa sakit yang luar biasa menyerangnya. Kulitnya memerah, bahkan hampir terkelupas. Tidak ada menyadarinya, atau mungkin tidak ada yang memperdulikannya. Ini sudah hampir mendekati tahap ketiga, jadi akan sangat disayangkan kalau proses saat ini dihentikan begitu saja.

TAHAP KETIGA DIMULAI.

Tubuh ketiga orang tersebut mulai memancarkan cahaya biru, seolah mereka sama seperti kunang-kunang yang memancarkan cahaya dari tubuhnya di tengah kegelapan malam. Itu bukanlah sesuatu yang indah untuk dilihat. Itu sebuah kesengsaraan bagi mereka yang mengalaminya dan para operator yang melihat mereka dari kejauhan di balik komputer-komputer kompleks yang sama bekerja kerasnya dengan mereka saat ini.

Kulit Silvia, Vita, dan Exceels, mulai terintegrasi ke dalam bentuk kubus-kubus kecil berwarna biru. Ini adalah saat dimana tubuh manusia akan diubah menjadi atom atom kecil, dipisahkan dari wujud asli mereka. Bukan manusia sebenarnya, melainkan mechanoid. Namun, baik itu manusia ataupun mechanoid, keduanya tetap memiliki indera perasa, yang membuat mereka dapat merasakan rasa sakit. Mematikan sistem reseptor saat ini adalah hal yang sangat tidak bijak, karena itu hanya akan melipatgandakan kinerja sistem yang lainnya dan akan membuat mereka mengalami over heat, dan setelah itu akan ada kemungkinan bahwa mereka akan meledak, tepat di dalam Stargate. Hal itu akan memberikan kerusakan yang sangat besar pada Stargate pastinya, dan satu-satunya harapan umat manusia akan lenyap begitu saja.

TAHAP KEEMPAT DIMULAI.

Proses integrasi mulai lebih menyakitkan. Di saat tubuh bagian bawah mereka mulai menghilang, di situlah mimpi buruk ketiganya dimulai. Mulut Silvia yang awalnya terbungkam, kini ia buka lebar-lebar karena tidak dapat menahan rasa sakit yang berlebihan dalam sistem reseptor miliknya. Vita pun juga mengalami hal yang sama, namun sepertinya itu tidak berlaku bagi Exceels, yang masih tenang-tenang saja selama ini. Persetan dengan sebuah quotes lama di jaman emas dulu. Rasa sakit adalah bukti bahwa manusia masih hidup. Ia sudah mematikan reseptor nya sejak lama.

Exceels membuka matanya secara perlahan, kemudian menoleh ke arah Silvia yang sedang kesakitan. Tanpa sadar menggenggam tangan Vita dengan sangat keras.

Kalau begini caranya, bisa-bisa tangan Vita hancur sebelum tiba saatnya. Begitulah yang dipikirkan oleh Exceels.

Exceels merangkul kepala Silvia, dan secara lembut mulai menyandarkan kepala Silvia ke bahunya. Anehnya, Silvia seketika merasakan kehangatan di saat kepalanya itu menyentuh bahu Exceels. Rasa sakit dari integrasi yang mulai melahap tubuhnya secara perlahan namun juga cepat di saat yang bersamaan, sudah tidak terasa lagi. Ia seperti mendapatkan tempat peristirahatan yang tepat, dimana seluruh rasa sakit yang dideritanya terangkat begitu saja. Benar juga, ia sudah melakukan hal yang sama berkali-kali dengan Exceels, dan semuanya itu ia lakukan saat merasakan hal yang sama, kesakitan dan tersiksa. Exceels menyadari bahwa tahap kelima akan segera dimulai, saat setengah dari tubuh Vita mulai menghilang dan tidak dapat terlihat lagi dari matanya. Setelah ini, hanya takdir yang dapat memutuskan apakah mereka akan kembali dengan selamat dan sampai di tempat tujuan, atau menghilang untuk selamanya di tengah-tengah perjalanan. Yang hanya bisa mereka lakukan, adalah berdoa dan berharap saja.

Kita bisa melewati ini...... Silvia..... Vita......

Tahap kelima pun dimulai, dan ketiganya, sudah tidak dapat ditemukan lagi. Menghilang, bagaikan telah bercampur dengan debu.

“Profesor Tamashi, apakah mereka akan sampai di dunia lain tersebut ?” tanya seorang operator yang masih duduk di tempatnya. Operator yang lainnya pun juga begitu, merasakan rasa penasaran bercampur dengan kekhawatiran dengan apa yang akan dialami oleh ketiganya setelah ini. Tamashi pun juga sama dengan mereka juga. Walaupun hanya dalam diam, sebenarnya, jantungnya itu sudah berdetak dengan sangat cepat, sampai-sampai terasa seperti ia telah melewatkan beberapa detakan dalam satu detik. Ia bergumam.

“Setidaknya mereka berkorban.... Untuk umat manusia.”

...****************...

TB - 11067, waktu tidak diketahui.

Silvia membuka matanya secara perlahan, hanya untuk mendapati bahwa proses pengembalian integrasi atom tersebut tidak berjalan dengan lancar dan semestinya pada dirinya. Bukan hanya dia saja, namun Vita dan Exceels juga. Vita yang paling parah di sini, karena kedua kakinya tidak kembali sama sekali. Itu terpisah dan terdampar jauh di depan sana.

“Vita.... Bertahanlah....”

Silvia bangkit berdiri di tengah-tengah gurun gersang dengan pasir berwarna merah gelap, seluruhnya begitu. Tubuhnya terasa sangat ringan. Tentu saja karena setengah dari tubuh bagian kanannya berlubang, tidak kembali-kembali juga dari konversi materi atom.

“Sialan.... Aku tidak bertarung kalau begini caranya.”

Di tengah gurun gersang yang sangat luas ini, mereka bertiga hanya terlihat seperti tiga ekor semut saja yang berada di atas secuil daun, terombang-ambing oleh riak air yang keras. Hanya ada suara nafas kelelahan dari Vita yang terdengar, diikuti oleh suara magazine pistol yang dimasukkan kedalam ke dalam grip, mengisi peluru dari pistol tersebut.

“Aku sudah siap. Kamu berjalanlah di belakang ku.”

Exceels berhenti di samping kanan Silvia, dengan tubuhnya yang tidak berbentuk seperti manusia lagi. Mata Vita telah bercampur di wajah Exceels, membuatnya kini memiliki tiga mata di satu wajah. Terlihat seperti monster cthulhu bagi Silvia. Bukan hanya itu saja, karena Silvia juga mendapati tangan kanan dengan armor cybernetic putih tergantung di bagian belakang kanan punggung Exceels, terlihat sangat familiar di matanya.

“Itu tangan kananku, brengsek.”

Exceels menghela nafasnya di tengah-tengah kalimat yang diucapkan oleh Silvia, seolah tidak menghiraukannya sama sekali.

“Tidak ada waktu untuk bercanda di saat seperti ini, Silvia. Estimasi waktu kita untuk bertahan hidup di dunia baru ini hanyalah tiga jam dua puluh menit dan lima detik saja, belum ditambah dengan keadaan kita yang sangat kacau seperti sekarang.”

“Cih, itu terlalu spesifik untuk dijelaskan, tahu. Omong-omong, bagaimana dengan Vita ?”

Exceels tidak dapat mengatakan yang sejujurnya. Namun, ini adalah kenyataannya, bahwa Vita tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Ia diam sejenak, membiarkan keheningan mengambil alih untuk sementara waktu.

“Lima belas menit dan dua lima detik, sebelum tubuhnya kembali menghilang menjadi atom dan kesadarannya tidak dapat dipulihkan kembali.”

“Maafkan aku, teman-teman......”

Hembusan angin menerpa mereka, hampir membuat Silvia terjatuh ke tanah dalam amukan angin yang sepoi-sepoi itu. Sulit untuk dibayangkan, betapa ringannya ia sekarang. Seperti yang dikatakan oleh Exceels, bahwa Vita akan menghilang tidak lama lagi. Vita mulai kehilangan tubuh bagian bawahnya secara perlahan, dan ia masih saja tersenyum kecil ke arah mereka berdua.

“Apa yang bisa kita lakukan dalam waktu tiga jam itu ?”

“Berkeliling, dan mencari kematian yang tidak menyakitkan.”

“(Sigh)..... Baiklah.”

Silvia menekan tombol alat komunikasi yang terpasang di telinga kanannya, yang masih tersisa tiga per empat dari ukuran aslinya. Entah itu masih bekerja apa tidak, yang penting ia melakukan apa yang dikatakan oleh Tamashi kepadanya waktu itu.

Rekam semuanya, apapun itu, yang kamu temui di sana. Tidak peduli apakah itu berbahaya bagi manusia atau tidak, semuanya itu akan berharga bagi penelitian.

“Ini adalah Silvia, kapten dari Black Hawk. Merekam dunia TB - 11067, dimulai.”

Vita ditinggalkan di posisi awalnya, dan mereka pun mulai berjalan di tengah gurun yang bagaikan gerbang neraka yang menganga, sedang menunggu jiwa yang tersesat berjalan masuk dan membiarkan diri mereka dilahap olehnya.

Tiga menit perjalanan, dan kini mereka sedang berjalan di antara tebing curam dengan batu-batuan berwarna merah menyala, seakan terbakar dari dalam. Bahkan di saat tidak ada harapan lagi bagi dirinya untuk dapat bertarung seperti biasa, Silvia masih memegangi grip dari pedangnya yang beristirahat di dalam sarung pedangnya, siap untuk menebas apapun saat dikeluarkan. Punggung lengan kanan Silvia menghilang sebagian, membuat dirinya menyadari sesuatu yang buruk akan segera menimpanya.

“Exceels, aku akan segera hancur juga. Mungkin tidak akan lama lagi.”

“Mulai re-boot kesadaran mu sekarang, karena itu akan memakan waktu yang cukup lama.”

“Dimengerti.”

Silvia segera melakukan apa yang dikatakan oleh Exceels, menyalakan sistem re-boot dalam diam. Suara mesin yang melengking keras sudah tidak dapat dihindari lagi untuk tidak terdengar olehnya. Beberapa percikan api menyambar dari dalam punggungnya. Silvia tidak panik sama sekali, karena itu adalah hal yang lumrah terjadi, jika keadaannya sedang sangat rusak seperti sekarang. Entah apakah Vita juga melakukan hal yang sama, namun jika itu memang terjadi demikian, mereka pasti memiliki perasaan yang sama, yaitu...... Siap mati dengan sebuah ledakan.

Mereka masih melanjutkan perjalanan. Suara lengkingan dari mesin-mesin di dalam tubuh Silvia masih menghantui telinga Exceels, namun ia tidak menutup telinganya sama sekali. Ia masih tenang-tenang saja bersama dengan Silvia, yang sebentar lagi akan menyambut kematiannya dengan ikhlas dan lapang dada. Setidaknya, itu sebelum mereka berdua melihat penampakan yang sama...... Sebuah awan badai dengan tinggi sekitar 15 meter. Perjalanan masih berlangsung selama 5 menit, entah apa yang terjadi pada Vita, namun itu masih sangat jauh dari estimasi kelangsungan hidup mereka di dalam dunia ini yang sekitar tiga jam. Masih sangat jauh. Mereka menghentikan langkah mereka secara spontan, dan langsung mencari tempat persembunyian di sekitar.

“Sialan, tidak ada apa-apa di sini.” gumam Silvia yang melihat ke sekelilingnya.

Langkah kaki terdengar dari kejauhan, seperti sebuah ribuan pasukan sedang berlari menghadang musuh mereka di tengah-tengah medan perang. Exceels menodongkan pistolnya, dan Silvia bersiap dengan kuda-kudanya. Exceels menarik safety pin dari pistol energinya itu, dan mulai mengarahkan pistolnya ke kanan dan ke kiri. Matanya begitu awas, terhadap apapun yang akan menyerang mereka berdua dari sana.

“Silvia, aku akan mengulur waktu untukmu, apapun itu yang ada di sana. Pergi dari sini dan selesaikan reboot milik mu.”

“Bagaimana dengan mu ?”

“Percayalah, re-boot ku akan jauh lebih cepat daripada kamu. Pergilah dari sini, sekarang !!”

Silvia segera mengakhiri kuda-kudanya, dan ia menatap wajah Exceels untuk yang terakhir kalinya dalam kesedihan yang mendalam. Tapi ia tidak perlu merasa kalau ia tidak akan pernah bertemu dengan Exceels lagi untuk selamanya. Jika Exceels dan Vita berhasil melakukan re-boot dan transfer kesadaran mereka di waktu yang tepat, juga dengan dirinya, mereka pasti akan bertemu lagi di dunia yang sama, walaupun dengan tubuh yang berbeda.

“Selamat tinggal, Exceels. Semoga kita bisa bertemu lagi, dengan frame yang berbeda.”

“Itu sudah pasti. Cepatlah !!”

Terima kasih, Exceels.

Beberapa saat kemudian, di dalam sebuah gua batu.

Log pertama, TB 11067, dari Kapten Silvia Redwood.

TB - 11067, sebuah dunia yang sepertinya hanya penuh dengan gurun gersang, dan pasirnya berwarna merah, sangat merah. Kami hanya berkeliling di dunia ini selama lima menit saja, dan tidak ada hal yang sepertinya tidak terlalu berguna. Exceels mengorbankan dirinya untuk mengulur waktu bagiku, entah apa yang dia alami sekarang ini. Vita juga meninggal, bahkan sebelum penjelajahan dimulai. Tubuhnya tidak kembali secara normal, dan ia tidak dapat berjalan karena kedua kakinya tidak ada. Seharusnya, ia sudah melakukan transfer kesadaran saat ini dan tubuhnya sudah menghilang menjadi atom sekarang.

Planet ini..... Atau dunia ? Aku tidak tahu. Yang pasti, ada makhluk yang tinggal di dalamnya...... Dan mereka sangat buas.

Itu saja dari ku. Akhiri log rekaman.

...****************...

Bulwark, tempat terakhir pertahanan manusia.

“Einsteina, apa yang terjadi dengan mereka ?”

“Santai saja Tamashi. Kesadaran mereka sudah ada di frame yang baru. Sebentar lagi, mungkin kamu sudah bisa bertemu dengan murid kesayanganmu dengan tubuh mereka yang berbeda.”

“(Sigh)..... Jadi begitu.”

Kekhawatiran Tamashi menghilang begitu saja, dan ia langsung meninggalkan ilmuwan wanita yang berambut merah api itu dengan senyum kecil. Tiba-tiba saja, pintu otomatis di sampingnya terbuka, dan seorang wanita berambut pirang lurus ada di balik pintu tersebut. Walaupun tidak berteriak sekencang-kencangnya, ia masih terkejut dalam hatinya.

“Aku tidak mengenalmu. Siapa kau ?”

“Aku ?...... Sepertinya, namaku Silvia ?”

Beta - 2000347

“Apa yang terjadi pada Exceels, dan Vita ?”

Silvia, dalam tubuhnya yang baru, sedang duduk berhadap-hadapan dengan Tamashi di sebuah meja kafe, dengan kopi capuccino sebagai pesanan mereka berdua. Tamashi masih diam, menunduk seolah menghindari kontak mata dengan muridnya yang paling pertama itu. Mereka saat ini sedang berada di area kafe, bulwark, sebuah kota luar angkasa pertama yang diciptakan oleh peradaban manusia sebagai rumah baru mereka. Terletak dekat dengan bulan dan juga orbit mars, seolah-olah bulwark diciptakan untuk mengenang dua peradaban manusia lainnya yang ada di sana, yang telah hancur menjadi debu.

Hiruk-pikuk para warga di bulwark tidak menghentikan mereka berdua terjatuh ke dalam keheningan. Seluruh bulwark terasa seperti milik mereka berdua saja saat ini. Tamashi akhirnya menjawab pertanyaan Silvia dengan wajahnya yang terlihat sangat sedih, dan juga agak menyesal.

“Tidak ada frame yang cocok untuk Vita saat ini, jadi kesadarannya dikirimkan ke Limbo untuk sementara waktu. Dan Exceels, dia hanya perlu beberapa hari saja sebelum ia hidup dengan frame barunya.”

“Itu, agak baik kedengarannya..... Dan juga buruk.”

“Benar.”

Keheningan muncul di antara mereka kembali. Seolah tidak tahu apa yang akan dibicarakan lagi, Tamashi langsung menunjukkan tablet hologram miliknya, yang menunjukkan misi selanjutnya. Beta - 2000347, dunia lainnya dengan kadar oksigen 30%, 9,1% lebih banyak dengan oksigen yang ada di bumi.

“Apa ini ?”

“Aku tahu kamu butuh istirahat, Silvia. Tapi, frame yang kamu gunakan saat ini sebenarnya untuk menjelajahi dunia yang ada di sini, dan atasan benar-benar memaksamu untuk segera menjelajahinya. Maafkan, aku tidak melakukan terlalu banyak untuk mencegah para bedebah itu untukmu.”

“Tidak apa-apa. Aku sudah terlalu terbiasa dengan ini. Pastikan saja aku punya waktu libur sebulan penuh setelahnya.”

“Itu sudah pasti. Berjuanglah, Silvia.”

...****************...

[STARGATE ACTIVATED]

>>>>>>> DESTINATION<<<<<<<<

BETA - 2000347 : HIDRO PARADISE

“Akhirnya aku tahu kenapa mereka memberi nama dunia ini dengan nama yang aneh seperti itu.” gumam Silvia.

Setelah melewati proses transfer yang mengerikan dengan Stargate seperti biasanya, di sanalah Silvia akhirnya berada, sedang di tengah-tengah samudera raya yang cukup luas, dan dangkal. Di temani oleh dua orang baru sebagai rekan sementara miliknya, ia menoleh ke segala arah untuk menemukan sesuatu yang sekiranya dapat menarik perhatiannya. Namun tidak ada apa-apa di sini, hanya ada bentangan air laut berwarna biru kaca yang sangat luas, luas sekali. Silvia menghela nafasnya, dan kemudian berjalan lurus ke depan sebagai orang pertama yang berjalan di dunia biru ini.

“Oi, namamu Silvia, kan !? Sebaiknya kamu mengecek kadar oksigen brengsek yang ada di dunia ini dengan matamu sendiri ! Sangat aneh, tahu !!”

“Huh ? Ada apa memangnya ?”

Silvia menekan tombol di layar hologram yang terpancar dari kedua mata birunya. Benar saja. Saat ia melihat kadar oksigen di sekitar, ia segera mendapati keanehan dengan mata kepalanya sendiri.

“Oksigen di sekitar sini..... Menurun ?”

“Hei, punya ku juga !!” seru seorang pria dengan bersemangat, yang bernama Bastion. Silvia seketika menoleh ke arah Bastion, dan menatapnya dengan tajam. Cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan.

Sementara itu, wanita yang barusan saja berseru kepada Silvia bernama Blast, dan dia adalah seorang yang suka berteriak dengan suara kencang, bahkan saat tidak dibutuhkan sama sekali. Di saat pertama kalinya Silvia bertemu dengan Blast, ia sudah memiliki kesan pertama bahwa Blast adalah orang yang menyebalkan, begitu juga dengan Bastion. Setidaknya Blast baru saja memberitahu sebuah informasi yang sedikit agak berguna dan menarik kepadanya, tentang oksigen yang perlahan menurun tanpa alasan yang jelas itu.

“Mau sampai kapan kalian berdua berdiri di tempat yang sama itu ? Cepetan ikuti aku !”

“Bah !! Bangsat bener lu !!”

Silvia seharusnya sangat membenci misi ini. Namun ia masih harus bersyukur, karena tidak ada dari mereka yang sampai di dunia ini dengan tampang seperti monster cthulhu yang mengerikan. Semuanya tampak baik-baik saja, begitu juga dengan dirinya saat ini. Dengan dengusan yang terdengar sangat jelas di telinga Silvia, Blast akhirnya berjalan mengikuti ke mana Silvia pergi, diikuti oleh Bastion yang nampaknya sangat tertarik dengan Silvia. Bisa dilihat dengan Bastion yang segera berlari menghampiri Silvia penuh dengan semangat.

Lima belas menit kemudian, dalam perjalanan penuh tanpa istirahat. Baik Silvia, Blast, maupun Bastion, masih saja tidak dapat menemukan satu darat sedikitpun di dunia ini, kecuali daerah dangkal yang mereka gunakan untuk berpijak dan berjalan. Sesekali, mereka dapat menemukan bentuk kehidupan di laut, hanya ikan seperti yang ada di laut bumi. Itu adalah sebuah catatan yang menarik untuk diingat oleh mereka bertiga, bahwa dunia ini memiliki jenis kehidupan laut yang sama dengan di bumi.

Ada koi, Nemo, bintang laut, dan beberapa ikan batu di dunia ini. Sulit dipercaya bahwa ikan-ikan di bumi bisa ada di dunia lain. Apa yang sebenarnya terjadi ?

“Hei, apa yang ada di langit itu adalah paus biru !?”

“Hah !?”

Silvia dan Blast, keduanya benar-benar kaget saat melihat ke atas langit yang ditunjukkan oleh Bastion. Seekor paus biru raksasa, yang tubuhnya sedikit tersembunyi di balik kabut putih, terlihat mematung di atas langit depan mereka, seolah-olah itu dipasang di sana oleh seseorang sebagai sebuah dekorasi dunia ini. Silvia reflek menarik pedangnya dari sarungnya, jaga-jaga kalau paus biru yang mematung tersebut seketika melakukan hal aneh yang tidak terduga.

“Apa yang kita lakukan sekarang ?”

“Entahlah. Menembak paus itu ? Meriam ku selalu siap melakukannya, tahu !!”

Di saat Silvia sedang berhati-hati dan menatap paus itu dengan tajam, Blast justru menyeringai dan meremas telapak tangannya, seolah sedang bersiap untuk menghajar seseorang di dalam ring tinju. Bastion kemudian berjalan di depan mereka, memegangi pegangan pedang besarnya dan bersiap sebagai perisai hidup bagi mereka. Perannya memang sebagai seorang tank omong-omong, jadi itu cukup biasa bagi Silvia kalau Bastion bersiap menjadi perisai hidup baginya.

“Mulai sekarang, aku yang akan berjalan di depan kalian, tante-tante.”

“Aku bukan seorang Tante, brengsek !!”

“Terserah kamu saja.” gumam Silvia.

Setelah mengamati paus biru tersebut dan tidak bergerak sama sekali selama beberapa menit, mereka memutuskan untuk lanjut berjalan kembali. Mereka secara bersamaan menghela nafas lega setelah berjalan melewati tepat di bagian bawah paus itu, dan tidak ada hal yang aneh sama sekali. Silvia sempat terkagum-kagum saat melihat paus itu dari jarak yang sangat dekat, terlihat seperti sebuah museum makhluk air di matanya. Namun seruan Blast seketika membangunkannya kembali ke realita.

“Oi, paus itu masih bernafas ternyata !!”

“Sialan, itu ternyata benar !”

Mata Silvia dapat dengan jelas melihat bahwa insang paus itu masih bergerak, menghirup oksigen. Tiba-tiba saja, alarm peringatan mereka bertiga berbunyi secara bersamaan, menyatakan bahwa oksigen mereka sedang dalam keadaan yang sangat miris.

“Apa-apaan ini !? Paus itu menghabiskan seluruh oksigen kita !?”

“Guys, kita menjauh dari ikan sialan ini sekarang juga !!” seru Bastion.

Mereka berlari secepat mungkin yang mereka bisa, melawan berat dari air yang memperlambat kaki mereka saat ini. Bagaikan melawan arus kuat, langkah mereka semakin lama semakin melambat, seolah air air yang sedang mereka lewati saat ini berusaha untuk menahan mereka menjauhi paus tersebut. Dan mereka tentu saja tidak akan menyerah dengan mudah. Setelah bergumul dengan lautan dangkal dan oksigen yang semakin menipis itu, mereka akhirnya mendapatkan kadar oksigen yang hampir mendekati normal kembali, setelah berjalan jauh dari paus melayang tersebut. Pengukur oksigen menunjukkan angka 3,5. Walaupun itu masih terbilang di bawah rata-rata, setidaknya mereka masih dapat bernafas dengan lega untuk sementara waktu.

Ada entitas seperti paus biru di dunia ini, yang mengurangi oksigen secara perlahan. Jika terlalu dekat dengannya, akan ada kemungkinan bahwa seseorang akan mati kehabisan oksigen dalam waktu 15 detik.

Tidak ada daratan terlihat juga sejauh ini. Kecocokan bahwa manusia dapat bertahan hidup di dunia ini sangatlah tidak cocok, walaupun masih ada kemungkinan bagi mereka untuk bertahan hidup di dunia ini.

Namun untuk apa ?

“Bisakah kita kembali saja sekarang ? Tidak mungkin akan ada orang yang mau tinggal di dunia semacam ini !”

“Bastion benar. Kecuali kalau orang itu selalu dehidrasi selama hidupnya.”

“Ahahaha, Silvia-chan ! Kamu lucu sekali !!”

“Diam !! Menjauhlah dari ku, bangsat !!”

Bastion hanya ingin bercanda saja dengan Silvia yang selalu terlihat murung itu, namun ia malah menerima kata-kata kejam sebagai balasan dari niat baiknya. Sungguh malang sekali nasib dia.

Sementara itu, Blast masih diam saja, dan agak memiringkan kepalanya seolah seperti sedang berusaha mendengarkan sesuatu dengan lebih jelas. Jarang-jarang dia sediam ini selama misinya.

“Oi, kalian ! Dengar suara itu ?”

“Suara apa ?”

Seketika itu juga, semuanya diam tak bersuara. Blast masih yang paling serius disini, diikuti oleh Silvia yang walaupun tidak mendengar apa-apa, ia masih berusaha menangkap suara apapun itu. Sementara Bastion ? Dia sedang bersenandung riang gembira beberapa saat kemudian, seperti tidak ada hal yang serius saat ini.

“Diamlah, Bastion !!”

“Baiklah, Silvia-sama !!”

“Cih, menyebalkan !!”

Setelah benar-benar diam beberapa saat, 'suara' yang dimaksud oleh Blast itu benar-benar muncul, walau hanya sedikit saja orang yang mungkin dapat mendengarnya, salah satu orang tersebut adalah Silvia juga.

“Itu dari si paus, kah ? Dia..... Melengking ?”

“Jujur saja, aku tidak dengar apa-apa, tapi itu.... Mungkinkah nyanyian paus seperti biasanya ?”

“Kamu pintar juga, brengsek.” gumam Silvia dan Blast secara bersamaan.

Mata Blast seketika melebar, saat kakinya yang tenggelam di se mata kaki saja merasakan getaran kecil di tanah. Silvia dan Bastion pun juga merasakan hal yang sama, dan mereka berdua sudah siap untuk berlari kembali ke tempat awal mereka sampai di dunia ini.

“Dunia ini tidak mungkin akan ditinggali oleh manusia. Kita keluar saja dan kembali ke bulwark !!”

“Silvia-chan memang selalu benar. Kenapa kita tidak balik saja ke bulwark ?”

“Hush !! Bisa kita dengerin si paus brengsek itu dulu !?”

Blarrr !!

Sebuah ledakan terdengar dari arah paus terbang tersebut, menyemburkan banyak asap putih yang bisa terlihat dengan sangat jelas dari tempat mereka bertiga saat ini sekarang. Kadar oksigen mereka naik secara tiba-tiba, menciptakan sebuah kabut yang menghalangi pandangan mereka bertiga saat ini.

“Sudah kubilang..... Sebaiknya kita kembali ke bulwark sekarang.” gumam Silvia.

...****************...

Mereka secepat mungkin berjalan kembali ke posisi awal mereka. Tidak dapat berlari, karena tingkat ketinggian laut sekarang naik hingga ke betis mereka. Sejak kapan level air dari lautan ini baik mereka tidak tahu, yang pasti, mereka hanya terus berjalan kembali ke posisi awal tersebut tanpa memedulikan apa yang ada di belakang mereka.

“Bajingan macam apa sebenarnya mereka itu !?”

“Tidak tahu. Yang pasti, siapkan saja senjata untuk menyerang mereka.”

“Tapi tidak mungkin kita bisa bertarung di level air yang setinggi ini !!” seru Bastion.

Silvia menyadari hal itu barusan saja. Terima kasih berkat perkataan Bastion, ia akhirnya mengetahui bahwa pergerakannya akan sangat terbatas dan juga lambat jika ketinggian airnya se betis mereka. Kecuali ada satu orang, yang bisa menembaki musuh dari kejauhan.

“Blast ! Meriam mu itu !! Kita butuh kekuatannya yang luar biasa saat ini !!”

“Oh !? Tentu saja ! Saatnya pesta ledakan sekarang !!”

Blast membalikkan tubuhnya ke belakang, dan ia sudah siap dengan meriamnya. Raungan dari berbagai makhluk aneh di balik kabut tebal itu dapat terdengar dengan sangat jelas, seperti memberitahu siapapun yang mendengarnya secara langsung bahwa mereka sedang kelaparan saat ini. Riak air terlihat dimana-mana, mengatakan berapa banyak jumlah mereka yang sebenarnya. Hampir ada ribuan sepertinya. Blast mengetahui itu dengan pasti, namun ia masih saja berdiri dengan tegak, tidak ketakutan sama sekali.

“Blast, apa yang kamu lakukan dengan berdiri saja di situ !?”

“Kamu bodoh, hah !? Tentu saja mengulur waktu, brengsek !! Tenang saja, aku bakal selalu hidup bersama meriam ku ini, Silvia !!”

Di saat itulah, Silvia menyadari seperti apa Blast sebenarnya. Dia adalah orang yang bodoh dan menyebalkan, namun baik hati. Seperti apa yang baru saja dibisikkan oleh Bastion.

Blast mengorbankan dirinya untuk kita. Lupakan saja, karena dia itu keras kepala.

Blast menoleh ke arah Silvia dan Bastion, memberikan senyumnya yang jarang terlihat itu. Sudah ada dua orang yang melakukan hal ini, dan semuanya selalu untuk melindungi dirinya. Apakah suatu hari nanti, ia akan mampu menjadi sekuat seperti kedua orang itu ? Exceels dan Blast ?

Aku akan selalu hidup, bersama dengan meriam ku !! Karena Blasto-blasto lah yang selalu ada di sampingku ! Dia yang selalu menyelamatkan ku dari medan perang ! Blasto.... Tidak akan pernah mengkhianati ku....

Ledakan terdengar di mana-mana, dan tawa keras Blast sudah seperti bersatu dengan ledakan-ledakan dari meriamnya tersebut.

“Blast sangat suka ledakan, huh ?”

“Begitulah, sesuai dengan namanya. Dia seperti tidak bisa hidup kalau ia tidak menciptakan ledakan sekali saja setiap harinya. Yah, setidaknya ledakan itu ia buat untuk melindungi bulwark dari ancaman luar.”

Silvia akhirnya mengingat siapa Blast itu. Nama aslinya adalah Nicolaina Serval, putri paling sulung dari keluarga Serval. Dia menyukai ledakan, karena seluruh anggota keluarga selalu bergumul dengan yang namanya ledakan. Ayahnya adalah pilot pesawat tempur yang terkenal, dan ibunya adalah mekanik meriam pertahanan bulwark yang tidak kalah hebatnya dengan sang ayah. Dan pada suatu hari, ledakan beruntun membunuh ayah dan ibunya di hari yang sama, di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda. Para anomali yang melakukan itu. Pada akhirnya, Nicolaina memutuskan untuk menggunakan prototipe meriam peninggalan ibunya yang awalnya akan digunakan sebagai senjata pertahanan terkuat milik bulwark jika itu benar-benar berhasil. Ia mengubah prototipe itu, dan menjadikannya sebuah handheld Cannon. Dengan daya ledaknya yang besar itu, meriam handheld yang ia beri nama sebagai Blasto-blasto tersebut telah menjadi senjata utamanya selama ini saat dia bergabung menjadi seorang mechanoid. Keputusasaan dan kehilangan telah menimpanya berkali-kali, namun berkat Blasto-blasto yang ada di tangannya selalu, Blast telah memenangkan berbagai peperangan yang mengerikan melawan para anomali dari emergance event. Ia percaya, bahwa selama ia bersama dengan Blasto-blasto, kehebatan yang dimiliki oleh ibunya dan ayahnya itu akan selalu bersama dengannya, dan menyemangati dirinya. Karena para anomali menghancurkan manusia dengan ledakan, manusia pun akan bangkit kembali dan mengalahkan mereka dengan ledakan semangat yang jauh lebih besar. Itulah umat manusia. Selalu keras kepala, seperti dirinya sendiri.

“Kita sudah ada di tempat awal, tapi..... Dimana alat itu ?”

“Entahlah. Sepertinya sudah tersapu oleh laut ?”

“Sialan !! Apakah Blast mati sia-sia !?”

Silvia dan Bastion hanya berdiri diam, mengamati pemandangan biru yang indah di dunia biru ini. Penuh dengan laut yang menenangkan pikiran, sebelum akhirnya membunuh mereka secara kejam dengan gerombolan para monster itu.

Pada akhirnya, Silvia dan Bastion memulai re-boot mereka, pasrah kepada segalanya. Jika Blast masih hidup sampai saat ini, mungkin mereka haru berterimakasih kepadanya di kemudian hari, karena telah mengulur waktu sebanyak ini supaya mereka dapat mentransfer kesadaran mereka dengan aman. Dan jika tidak. Jika para monster aneh yang tidak pernah mereka ketahui wujudnya itu sampai di tempat ini dan menyerang mereka, maka keduanya hanya perlu bertarung mati-matian, bahkan jika mereka terbunuh sekalipun.

Lagipula, itulah yang selalu dilakukan oleh para manusia. Selalu menyerang balik dan berharap, di saat tidak ada yang dapat diharapkan lagi.

...****************...

Oi !! Ini aku, Blast ! Kalian dapat pesan ini !? Baguslah ! Karena aku sebenarnya masih hidup !

Dua orang brengsek itu, walaupun sepertinya sudah mati, mereka berhasil transfer kesadaran mereka. Begitulah kelihatannya. Pengorbananku sampai terjebak di dunia sialan ini sendirian kayaknya ga sia-sia.

Entah kalian mau menyelamatkan ku dari kolam renang tanpa batas ini atau tidak, yang pasti, manusia tidak bisa hidup di sini. Dengarkan itu dan camkan, brengsek ! Karena ini adalah terakhir kalinya aku bisa menghubungi antar dimensi seperti ini.

Selamat tinggal, sialan !!

Ursa - 455TB

[STARGATE ACTIVATED]

>>>>>>> DESTINATION<<<<<<<<

UNIVERSE URSA - 455TB : Stardust.

...****************...

Semenjak kembalinya Silvia dari universe Beta - 2000347, ia telah diberondong oleh pertanyaan dari anggota kelompok Fire Hound. Blast adalah kaptennya mereka, jadi itu wajar saja terjadi. Hingga sampai saat ini, Silvia masih berusaha untuk menggonta-ganti tubuh baru miliknya, atau yang sering disebut sebagai frame, supaya dia dapat terbebas dari kejaran orang-orang Fire Hound, sehari saja cukup untuknya. Ia merasa bersalah karena tidak dapat membawa kembali tubuh Blast ke bulwark. Jika saja dia tidak selemah ini, Blast pastinya dapat kembali bersama dengan party miliknya.

15 hari kemudian setelah misi Beta - 2000347. Silvia terus-menerus berlatih memperkuat tubuhnya, baik itu lewat simulasi ataupun bertarung secara real-time dengan anomali yang ada di bumi. Ia masih tinggal di bumi sekarang ini, dan yang selalu ia lihat sekarang hanyalah puing-puing bangunan dan reruntuhan sisa-sisa kota. Comss nya tiba-tiba berbunyi, dan ia langsung menjawabnya. Sebuah layar hologram dengan cepat muncul di depan matanya, menunjukkan gambar seorang wanita yang sedang menatapnya dengan tajam dan terlalu dekat dengan kamera.

“Hei, bocah ! Kamu ingat siapa aku, kan !?”

“Einsteina, yang mengurus frame baru pertama ku.”

“Hah, boleh juga ingatan mu itu, bocah ! Tapi aku juga orang yang sama yang mengurus frame keduamu, tahu !!”

“Apakah itu penting ? Kenapa tidak langsung ke intinya saja ?”

“Itu sangat penting, bocah !! Ehem, baiklah, langsung ke intinya. 5 jam 24 menit lagi, atau lebih mungkin, kamu akan dijemput kembali ke bulwark karena ada misi baru buat mu !!”

“Tapi Tamashi mengatakan kalau aku akan dapat libur sebulan penuh setelah misi itu.”

“Memang benar demikian, tapi satu kata 'sayang sekali' untukmu. Ini masih bukan harinya, bocah !!”

“Oh, sialan sekali dia. Apa aku akan dijemput secara paksa ?”

“Yup ! Secara paksa....”

“Dan jangan coba-coba untuk melawan balik, karena jenderal Nero yang akan menjemputmu kali ini. Bye !!”

Comms dimatikan.

“Jenderal Nero ? Siapa dia ?”

Layar hologramnya masih menyala, menunjukkan bahwa Einsteina pergi bukan tanpa meninggalkan apapun. Sebuah email ditinggalkan untuknya.

Catatan untukmu newbie : Nero itu orang yang menyeramkan ! Sangat, sangat, sangat menyeramkan !!!!!!!!!!!!!!!

“Tanda serunya banyak sekali. Apakah dia semenyeramkan itu ?” gumam Silvia.

...****************...

Slash !

Pedang Silvia membelah tubuh anomali kecil yang paling terakhir dilihatnya. Sebagai seorang mechanoid yang dibuat semirip mungkin dengan tubuh manusia, Silvia mengeluarkan keringat di berbagai bagian tubuhnya. Ia bahkan terengah-engah karena kelelahan. Matanya seketika menyala terang, dan sebuah alarm tiba-tiba berbunyi di dalam telinga dan kepalanya juga. Benar-benar hampir membuat kepalanya terasa ingin meledak begitu saja.

Peringatan ! Peringatan ! Penggunaan stamina berlebihan terdeteksi !!

“Diam sebentar saja, bodoh !! Ini masih baru satu jam saja tanpa ada yang serius selama ini, brengsek !!”

“Sebaiknya jangan terlalu memaksakan dirimu, ****** muda.”

“Siapa !?”

Silvia seketika menoleh ke belakang, dan di situlah, ia mendapati seorang pria tua dengan seragam militernya sedang menatapnya dengan tajam. Wajahnya benar-benar mengerikan, seperti yang dikatakan oleh Einsteina, apalagi perkataannya. Orang itu bahkan memanggilnya dengan sebutan jal*ng muda.

“Aku memang terkadang berbuat kekacauan seperti ******, tapi bukan berarti aku bakal terima dipanggil seperti itu, tua bangka !!”

Silvia berlari ke arah pria tua itu, yang sepertinya bernama Nero, dan ia juga sambil memegang pedangnya dengan erat-erat. Begitu ia sudah dekat dengan Nero, Silvia mengayunkan pedangnya langsung ke kepala Nero, hanya untuk di hindari dengan sangat mudah oleh Nero.

“Cih, benar-benar seperti ******.” gumam Nero sambil beralih ke frame miliknya.

...****************...

Kota mati tersebut kini terasa seperti sudah hidup kembali, karena suara bising dari ledakan yang ada dimana-mana. Itu semua adalah ulah Nero, yang dengan tenang berhasil membuat Silvia kewalahan karena rentetan misilnya yang tanpa henti menyerang itu.

“Pak tua bajingan ! Biarkan aku menyentuh pantat mu itu sekali saja dengan ujung pedang ku, brengsek !!”

“Jangan mimpi. Seinci pun kamu tidak akan pernah bisa menyentuh ujung pantatku dengan pedang mainan mu itu, ******.”

“Aku masih 17 tahun, bangsat !!”

“Ohh ?? Aku tidak peduli dengan itu. Menyerahlah, atau ini akan menjadi seperti ledakan nuklir.”

“Aku juga sama-sama tidak pedulinya dengan mu, bangsat !!”

Mereka berdua memiliki pertarungan yang cukup bagus di bawah sana, sangat cukup untuk membuat orang-orang yang ada di dalam pesawat luar angkasa tidak mengantuk untuk beberapa saat.

“Hei, seberapa dekat mereka berdua sebenarnya ? Sampai-sampai mereka berdua sparring seperti itu secara tiba-tiba ?”

“Itu bukan sparring namanya, bodoh.”

“Lalu bagaimana dengan misinya ?”

“Nah, entahlah. Cewek itu bisa saja diberhentikan sementara waktu karena sudah melakukan banyak hal pelanggaran saat ini. Luar biasa sekali bocah newbie itu.”

Hingga tibalah saatnya pertarungan itu berhenti. Silvia jatuh berlutut dan terengah-engah karena kelelahan. Ia bahkan tidak dapat menyentuh Nero sekalipun selama pertarungan itu berlangsung, bahkan saat Nero sendiri hanya berdiri diam saja. Silvia menatap Nero dengan tajam, menggeram, dan mengutuki nama Nero itu dalam hatinya. Dengan bantuan dari pedangnya yang tertancap di tanah, Silvia masih berusaha untuk bangkit kembali dan ingin menyerang Nero, hanya untuk jatuh kembali ke tanah.

“Sialan kau...... Tua bangka. Aku..... Benar-benar akan menyentuh pantatmu itu dengan ujung pedangku..... Suatu saat nanti !!”

“Itu hanyalah fantasi belaka, ******. Butuh waktu 60 tahun atau lebih buatmu dapat menyentuh pantatku dengan ujung pedang mainan itu.”

“Oi, lepaskan tanganmu, brengsek !! Aku bisa berjalan sendiri !!”

“Kemungkinannya sudah tidak mungkin, bocah. Berhenti memberontak sekarang.”

Dan begitulah. Nero menggeret Silvia dengan menarik armor cybernetic miliknya ke bawah cahaya biru yang dipancarkan oleh pesawat penjemput bulwark, benar-benar tidak menghiraukan Silvia yang berteriak sepanjangia digeret tersebut. Anggap saja itu sebagai hukuman dari orang tua kepada Silvia karena ia sudah berani-beraninya kurang ajar pada Nero barusan.

...****************...

Stardust, waktu tidak diketahui.

“Sialan. Lama sekali bocah baru itu.”

“Kapten, ada perintah baru dari Einsteina secara langsung ! Katanya abaikan saja bocah baru itu. Dia saat ini sedang ditahan di bulwark karena baru saja menghajar jenderal Nero !!”

“Bocah itu menghajar siapa KATAMU !!?”

“Tenang saja, ayahmu tidak terluka sama sekali, Vierra.”

“Tch, rasakan itu, bocah baru.”

Vierra, kapten dari tim Cerberus Glow. Ia sudah menjadi pemimpin dari tim ini sejak umurnya 14 tahun, dan kini ia sudah 18 tahun dan masih mampu mempertahankan titelnya itu. Ia menolak berkali-kali seluruh promosi yang diberikan oleh pihak militer bulwark untuk menjadi seorang komandan atau bahkan yang ada jauh di atasnya, karena ia hanya menginginkan bertarung secara langsung di lapangan. Sementara itu, pria yang baru saja berbicara dengannya adalah Gamma, lulusan dari akademi militer bulwark terbaik di bidang penembak jitu. Ia dan Vierra sudah menjadi teman lama, dan bahkan sedang berada dalam sebuah 'hubungan' saat ini.

“Tapi sebagai gantinya, kita dapat seseorang dari Myriad Angels. Benar-benar menyebalkan.”

“Tim yang seluruhnya healer itu ? Memang benar katamu, menyebalkan.”

hanya selang beberapa detik setelah itu, seorang gadis mulai muncul dari integrasi atom tepat di hadapan Vierra. Bahkan setelah baru saja tubuhnya kembali dari integrasi atomnya, ia masih saja berteriak kencang karena kesakitan, terlihat sangat menjijikkan di mata Vierra. Setelah tubuh gadis itu kembali sepenuhnya, barulah ia berhenti berteriak kesakitan, hanya nafasnya saja yang tersengal-sengal. Masih beruntung ia sampai di dunia ini tanpa cacat sama sekali, namun di dalam hatinya, ia bersumpah untuk tidak pernah ikut lagi dengan misi yang berhubungan dengan Stargate. Masih mending mati karena anomali daripada mati menghancurkan diri di dalam Stargate.

“Uh, maaf. Aku benar-benar kesakitan sejak awal tadi.....”

“Cih, tidak apa-apa. Asalkan jangan berbuat kacau seperti bocah baru Silvia yang kamu gantikan itu.”

“Huh ? Uh, baiklah, aku akan berusaha !!”

Silvia ? Seperti apa orangnya ?

“Jangan berusaha tapi gagal, bodoh !! Paksa badan sialanmu itu tetap baik sampai kamu mati !”

Eeeeek !! Kakak ini sangat menyeramkan !!

Dengan begitu, mereka pun mulai berpetualang di dunia yang lain ini. Hal yang paling mencolok dari dunia ini adalah langitnya, dimana itu dipenuhi oleh bintang jatuh yang sepertinya tidak akan pernah berhenti. Vierra langsung mencatat ciri khas dunia ini di dalam memori internal nya.

“Hei, Vierra. Beberapa struktur di sini, itu seperti...”

“Benar, seperti bekas spaceship.”

Hal kedua yang unik, adalah batu-batuan yang ada di dunia ini. Seperti yang dikatakan oleh Gamma dan Vierra, beberapa dari batu tersebut seperti terlihat seperti bekas-bekas sebuah spaceship. Walaupun mereka sebenarnya tidak tahu sama sekali spaceship macam apa itu, beberapa dari bagiannya terlihat sangat familiar untuk digunakan sebagai bahan utama pembangunan spaceship. Itupun dicatat secara langsung oleh Vierra dalam memori internalnya, dalam folder yang terpisah karena ia masih tidak yakin dengan itu sepenuhnya.

“Anu.... Kak Vierra..... Kemana bintang-bintang itu jatuh sebenarnya ?”

“Jangan tanya aku, bodoh !! Kamu kira aku yang punya dunia ini !?”

“Ma-maaf !!”

“Tapi pikirkan sekali lagi, Vierra. Bagaimana kalau semua bintang-bintang sialan itu menjatuhi kita di tempat yang sedatar ini ? Kita harus mencari tempat persembunyian, tahu.”

“Ah, kamu benar juga. Lupakan saja, kita selesaikan ini dengan cepat.” ucap Vierra sambil mempercepat langkahnya, seperti yang ia suruh barusan saja.

Hal pertama yang penting bagi misi ini, telah ditemukan. Mereka menemukan bahwa gravitasi di dunia ini hampir sama dengan gravitasi yang ada di bumi. Kadar oksigen pun juga sama. Mereka sempat memikirkan bahwa ini adalah dunia yang cocok untuk ditinggali oleh manusia, namun Vierra teringat sesuatu saat itu juga.

“Sayangnya, tidak ada air disini ? Dan dari mana juga oksigen-oksigen ini berasal ?”

Kedua pertanyaan dari Vierra itu membuat ketiganya harus memutuskan apakah dunia ini layak ditinggali oleh manusia atau tidak. Mereka akhirnya memilih bahwa 'tidak' adalah sebuah jawaban yang tepat untuk sekarang ini. Vierra menghela nafasnya, dan memandang ke atas langit yang dipenuhi oleh bintang-bintang jatuh. Sebenarnya dunia ini memiliki pemandangan yang indah, itulah yang ada di dalam pikirannya. Gamma seketika mengarahkan senapan sniper nya ke arah depan, diikuti dengan suara 'bip' yang keras.

“Radar mu berbunyi, Gamma.”

“Karena itu aku menodongkan sniper ku, Vierra !”

Walaupun begitu, sejauh mata memandang, tidak ada yang terlihat sama sekali oleh mata mereka. Beberapa kali hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkan pasir-pasir ke kiri dan kanan, hanya itu saja.

“35 meter dari sini. Mau memeriksanya, Vierra ?”

“Kita tidak akan pernah dapat jawaban yang pasti apa sebenarnya dunia ini kalau tidak menjelajah, kan ?”

“Benar.”

...****************...

Mereka mengikuti arah yang ditujukan oleh radar Gamma, hingga mereka akhirnya berhenti dan tidak bisa apa-apa selain tercengang oleh sebuah struktur yang sangat besar, dan sangat jelas bahwa itu adalah sebuah spaceship yang telah lama terkubur dan beroperasi. Menurut catatan sejarah yang pernah di pelajari oleh Vierra, pernah ada satu spaceship yang menghilang entah kemana dan kenapa. Ia masih memastikan lagi, namun jawabannya tetap tidak berubah.

“Ini..... Adalah spaceship yang menghilang itu ?”

“Bagaimana bisa itu sampai ke sini ?”

“Tidak ada tahu, brengsek. Kita di sini buat cari alasan itu sekarang.”

Dengan sedikit kekuatan paksaan, Vierra membuka pintu otomatis yang sudah tidak berfungsi lagi itu dengan kekuatan fisiknya saja. Interiornya sangat gelap, pastinya. Setelah sekilas mendapati beberapa pesawat terbang di dalamnya, Vierra mengetahui ruang apa yang akan mereka masuki saat ini.

“Kita memasuki bagian hangar. Bersiaplah untuk kemungkinan terburuk.”

Vierra yang memasuki hangar tersebut paling pertama, disusul oleh Gamma, dan yang paling terakhir adalah sang healer, Mox Luna. Beruntung Vierra dan Gamma memiliki senter saat ini. Dua senter saja sudah cukup untuk menerangi ruangan ini. Sambil berjalan, Vierra dan yang lainnya mulai mengamati pesawat-pesawat yang masih berbaris dengan rapi di tempatnya masing-masing.

“Mengejutkan. Pesawat-pesawat ini bahkan tidak berpindah sedikitpun dari tempat awalnya.”

“Uhm..... Kak Vierra..... Kenapa aku tidak pernah melihat pesawat pesawat jenis ini di bulwark ?”

“Karena mereka semua produksi dari tahun 2050, bodoh.”

“Itu..... Sudah lama sekali.”

“Yup. Dan yang lebih menyebalkannya, mereka semua terlihat sangat terawat.”

Tidak pernah Vierra sangka kalau dirinya itu akan bisa seramah ini dengan healer yang dia anggap sebagai lemah dan tidak berguna. Ia mengenal kebanyakan dari pesawat pesawat kuno ini. Semuanya masih tercatat dengan baik di dalam otaknya. Mereka bertiga sempat melewati sebuah pintu otomatis yang cukup besar. Itu adalah pintu di mana seluruh pesawat ini akan keluar dan lepas landas. Lalu, kalau begitu, untuk apa pintu yang mereka gunakan untuk masuk ke sini barusan ?

“Spaceship ini...... Dimodifikasi untuk meniru bulwark.” gumam Vierra yang seketika berhenti dan menyadari sesuatu.

“Apa maksudmu, Vierra ?”

“Babylon, spaceship yang awalnya hanya digunakan untuk mengirimkan pesawat tempur dalam jumlah yang besar saja. Kecepatannya bisa mencapai kecepatan cahaya dengan warp tech, jadi tidak perlu ada maintenance yang dilakukan di tengah-tengah udara. Tugasnya hanya itu saja. Sementara itu, pintu yang tadi kita lewati, itu adalah sebuah pintu untuk para mekanik keluar dan memperbaiki kerusakan di bagian luar. Ada seseorang yang mencoba meniru spaceship ini, dan itu adalah sebuah kegagalan besar. Siapapun itu, tujuan mereka pasti adalah untuk membuat spaceship ini bertahan jauh lebih lama daripada tujuan awalnya.”

“Dan standar pabrik manusia sulit untuk dirubah, sehingga fungsinya tidak dapat bekerja dengan baik, membuat spaceship ini pada akhirnya jatuh dan terdampar di planet ini.”

“Jawaban yang sangat benar, Gamma tersayang.”

Spekulasi keduanya itu terdengar begitu luar biasa di telinga Mox Luna, membuatnya tercengang. Pantas saja mereka terlihat sebagai pasangan yang sangat cocok dan sempurna baginya.

“Itu jawaban yang luar biasa, kak Vierra !!”

“Hmph, biasa saja, bodoh.”

Mox Luna tidak tersakiti hatinya atau apa. Ia justru termotivasi untuk menjadi lebih hebat seperti Vierra dan Gamma. Ia akan selalu berjuang keras, dan suatu saat nanti, usahanya itu pasti akan terbayar dan tidak akan sia-sia. Dia mengetahui itu, sangat.

Beberapa saat kemudian, ketiganya telah keluar dari hangar. Keanehan interior dari spaceship ini mulai terlihat dengan jelas, seperti tangki bensin di tempat yang tidak seharusnya.

“Pantas saja Spaceship ini bisa jatuh. Mereka menaruh tangki bensin di atas seperti ini ?”

“Yang membuat tidak terlalu pintar sepertinya.”

“Kemungkinan.”

Sedikit pemandangan yang mengejutkan mereka terjadi, walau tidak seberapa. Percikan-percikan api terlihat menyembur dari balik tembok.

“Mesin spaceship ini masih menyala ternyata.”

“Apakah bisa diperbaiki ?”

“Kemungkinannya sangat kecil, sayang.”

Mox Luna menghela nafasnya di belakang mereka. Sifat bucin itu, akhirnya keluar juga. Mereka terus berjalan, hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan yang sepertinya adalah sebuah ruangan kontrol, penuh dengan kabel-kabel raksasa, dan berbagai monitor tabung yang sudah mati. Teknologi yang ada di dalam ini sangatlah ketinggalan jaman, namun beberapa ada juga yang lebih canggih daripada yang manusia miliki saat ini. Misalnya saja, sebuah portal yang mereka yakini sebagai tiruan dari Stargate, namun memiliki beberapa modifikasi spesifik yang cukup jelas.

“Tabung besar macam apa itu ? Mereka ingin memerangkap partikel atom dengan gradien medan magnet dan berusaha untuk mengontrol jalurnya ? Buat apa ?”

“Dilihat dari kelemahan Stargate saat ini, mereka sepertinya berusaha mengurangi kegagalan re-integrasi atom di tahap kelimanya. Itu adalah usaha yang tidak pernah terbayangkan olehku.”

“Sebuah analisis yang sangat mendalam, wahai para manusia. Sungguh luar biasa rasanya bisa bertemu dengan entitas sehebat kalian.”

“Siapa di sana !?”

Vierra, Gamma, dan Mox Luna dengan cepat menoleh ke belakang. Terlihat di sana, sesosok entitas humanoid wanita tinggi dengan tubuh hitam sepenuhnya dan satu mata besar berwarna merah terang di tengah-tengah wajahnya sedang berdiri di dekat pintu ruang kontrol saat ini. Kemunculan entitas tersebut yang secara tiba-tiba membuat ketiganya langsung siaga dengan senjata mereka. Vierra mengeluarkan pedang lurus gandanya, Gamma menodongkan sniper nya, dan Mox Luna memegang erat scepter nya. Bagaimanapun juga, mereka tidak dapat merasakan ada yang berbahaya dari makhluk itu.

“Bisakah kalian turunkan senjata-senjata itu ? Saya adalah pemilik spaceship ini, menyambut kalian semua dengan damai atas nama Star breeder.

“Hmph, nama yang aneh.”

...****************...

Ruang utama Babylon, Stardust.

Waktu : tidak diketahui.

“Sejarah ras kami sebagai Star breeder sangatlah panjang, dan semuanya berkembang karena anda, umat manusia.”

”Jelaskan. Bagaimana bisa kami membantu ras brengsek mu itu ?”

Gamma menyenggol Vierra, dan ia kemudian membisikkan sesuatu kepada Vierra.

“Hush, jangan kurang ajar, Vierra. Dia ini alien, bodoh !”

“Tidak peduli sama sekali, brengsek. Kepalanya itu kelihatan gampang sekali buat dipenggal.”

“Apa yang kalian bisikkan ?”

“Tidak ada !”

Baru kali ini aku menghargai usaha mu, Mox brengsek. Kamu adalah penyelamat saat ini.

Makhluk itu memalingkan wajahnya kembali dari mereka, terus berjalan dan akhirnya duduk di sebuah kursi dengan sandaran yang sangat tinggi, sepenuhnya terbuat dari besi dan terhubung dengan kabel-kabel misterius.

“Baiklah, akan ku mulai dari namaku terlebih dahulu. Aku adalah Voidlings, keturunan terakhir dari ras Star breeder....”

Hei, Cerberus ! Apa yang terjadi di sana !? Kalian sudah melebihi durasi maksimal dari penjelajahan biasanya, tahu-

Vierra segera mematikan comms miliknya, kemudian menatap Voidlings kembali. Sebelum itu, ia juga mendengarkan Gamma yang berbisik sekali lagi padanya.

“Dengar itu ? Kita harus keluar dari sini secepatnya, tahu.”

“Aku sudah tahu semuanya, brengsek !! Pertama, kita cari kesempatan buat membunuh bajingan ini dulu !”

“Baiklah.”

Vierra berdehem, kemudian melanjutkan untuk berbicara kembali.

“Lupakan saja itu. Lanjutkan.”

Voidlings diam sejenak, sebelum akhirnya menciptakan sebuah simulasi di belakangnya, menampilkan sebuah galaksi yang tidak diketahui.

“Ras kami, Star breeder, berasal dari galaksi Longinquus, empat belas miliar tahun cahaya dari galaksi Bima sakti kalian semua. Kami adalah ras makhluk hidup paling pertama di seluruh alam semesta ini, dan kami hanya memiliki satu tugas, menciptakan bintang-bintang, planet, satelit alami, dan objek luar angkasa lainnya, kemudian menyebarkan semua itu dengan energi gelap. Namun, kepunahan akhirnya mengancam keberadaan kami. Seperti bintang yang berumur panjang masih bertemu kematian, itulah yang terjadi pada kami saat itu. Kami mulai menggunakan kemampuan kami untuk melihat masa depan, dan di sanalah kami akhirnya menemukan ciptaan kalian ini. Sebuah kendaraan terbang, yang mampu bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Kami kira itu akan mampu melintasi antar bintang, namun dugaan kami ternyata salah. Berbagai bintang jatuh yang ada di luar sana, adalah sisa-sisa dari rekanku yang meninggal dalam percobaan kendaraan itu, terjebak di dalam masa lalu dan juga masa depan di saat yang bersamaan. Mereka..... menghentikan waktu.”

“Menghentikan waktu ? Buat apa ?”

“Walaupun mati, mereka masih ingin mengamati dunia kalian. Masih berusaha untuk mengetahui apa saja yang dapat diciptakan oleh kalian. Masih berjuang, untuk meniru kemajuan teknologi kalian, dan menyelamatkan ras yang sudah tidak memiliki harapan ini.”

“Dan mereka semua tidak mengetahui bahwa ras mu sudah punah, bukan ?”

“Benar. Bahkan setelah meninggal sekalipun, mereka sama sekali tidak tenang.”

"Intinya, kalian hanya terlalu terobsesi dengan manusia, bukan ? Betapa ironis sekali, karena saat ini, manusia juga sedang mengalami hal yang sama, dekat dengan kepunahan.”

Voidlings berdiri seketika, seakan tidak percaya. Harapan yang selalu ia pegang selama hidupnya ini, yang selalu ia percaya dan pegang teguh, ternyata sama-sama tidak berdaya dengan ras nya. Ia telah melihat begitu jauh ke masa depan, melihat berbagai galaksi, bintang-bintang, dan planet-planet. Semua makhluk hidup yang selama ini ia temui, hanyalah binatang buas tak berakal, bertindak berdasarkan instingnya saja. Mereka berevolusi hanya untuk bertahan hidup saja, tidak memiliki keinginan untuk menjadi penguasa di alam mereka. Namun, berbeda dengan manusia. Mereka berakal, dan memiliki keinginan. Mereka berambisi untuk menjadi penguasa segalanya, menggunakan apapun yang mereka miliki untuk melindungi, dan bertahan hidup. Pada awalnya, hanya seekor primata, kemudian bangkit dengan sebuah nyala api yang memulai perjalanan panjang mereka menuju puncak. Itulah manusia, yang akan selalu bertarung dan bangkit dari keterpurukan. Itulah yang menjadi pegangan Voidlings selama ini. Namun sekarang, ras yang menjadi kepercayaannya itu akan segera hancur ? Tidak mungkin ia akan membiarkan hal itu terjadi. Jika makhluk seperti mereka musnah, apalagi yang bisa ia lakukan untuk rasnya ?

“Apa !?”

“Begitulah nasib kita saat ini. Aku dan temanku harus kembali, bertarung bagi ras kami. Supaya manusia dapat kembali lagi ke masa kejayaan mereka. Tidak punah seperti kalian.”

Voidlings mengepalkan kedua tangannya, dan mata merah ruby itu seketika bercahaya terang seluruh kulitnya yang bagaikan cacing-cacing menggeliat mulai terbuka, menampakkan wujud aslinya yang jauh lebih mengerikan.

“Tidak ! Tidak akan kubiarkan kalian pergi dari sini !! Seperti kalian manusia yang telah bertahan selama ber milenia-milenia kali, ras ku akan bangkit kembali !! Aku..... Hanya perlu mempelajari otak kalian, apa yang telah kalian pelajari selama ini !! Apa yang kalian umat manusia telah alami selama ini ! Dengan begitu, aku dapat membangkitkan ras ku kembali !! Kembali menjadi penguasa, sama seperti kalian di bumi !!!”

Voidlings menerjang ke arah Vierra, namun sebelum mampu menangkapnya, Gamma telah terlebih dahulu membuat ia terhempas ke belakang dengan sebuah tembakan yang tepat mengenai bagian dalam kepalanya yang terbuka.

“Oi, healer. Saatnya untuk membunuh alien !”

Vierra menyeringai, dan dengan cepat, ia sudah berada di depan Voidlings yang baru saja menyerangnya. Gamma menghentikan serangan Voidlings tersebut dengan sebuah tembakan yang mengenai punggung Voidlings, karena sejak tadi, ia sudah berpindah tempat bersama dengan Vierra. Itu memberi waktu yang cukup bagi Vierra untuk melakukan serangkaian serangan beruntun terhadap tubuh Voidlings, yang kelihatannya masih tidak terluka sedikitpun.

“Oi, Gamma ! Sepertinya kita punya musuh yang kuat di sini !”

“Bukankah itu akan menyenangkan !?”

“Tentu saja !! Siapa bilang aku ketakutan, bangsat !!”

Voidlings mengeluarkan teriakan keras, menciptakan sebuah gelombang yang menghempaskan Vierra dan Gamma dari sekelilingnya. Ia kemudian terbang menjauh ke arah kiri, kemudian menembakkan beberapa peluru kosmis ke arah Vierra, yang dapat dengan mudah menghindari ketiga tembakannya itu.

“Aku hanya membutuhkan pengetahuan kalian, manusia ! Hanya itu saja-”

Sebelum Voidlings menyelesaikan kalimatnya, salah satu pedang Vierra telah terlempar dan menusuk bahunya, hingga setengah dari pedang itu menembus keluar dagingnya Voidlings.

“Tidak ada peduli dengan ras mu, bodoh.”

Voidlings dengan cepat jatuh ke lantai, dan ia masih harus menerima serangan tak terhentikan dari ketiga orang itu. Gamma meloncat ke atas, dan dengan cepat, ia menembakkan peluru es yang diperkuat ke arah Voidlings, membekukan area sekitar Voidlings seketika.

“Dasar makhluk rendahan !!”

Voidlings kini telah kehilangan akalnya. Manusia yang dulu ia anggap sebagai dewa penyelamat, kini ia anggap sebagai sampah murahan di bawah kakinya. Bagaimanapun, semua kebaikannya di awal hanyalah muncul karena ambisinya yang besar untuk membangkitkan ras nya kembali. Hanya itu saja.

Voidlings kembali berdiri, namun ia sudah tidak dapat bergerak karena sebuah replika bola hitam yang muncul di belakangnya, akibat manipulasi quantum yang dimiliki oleh scepter Luna. Vierra tanpa basa-basi lagi langsung melesat ke arah Voidlings, kemudian berputar di udara dan menebas tubuh Voidlings hingga ia terhempas ke belakang dan menghantam ke tembok besi.

Walaupun dirinya mengetahui bahwa ia sangat terpojok, ia masih keras kepala, berusaha untuk mengalahkan ketiga manusia itu yang ada di hadapannya. Ia terbang ke atas, dan mengeluarkan kedua sayapnya.

“Fase kedua. Ini jauh lebih menyenangkan !!”

Voidlings memanggil gugus-gugus bintang untuk menghujani area di sekitarnya, yang secara perlahan bergerak menuju Vierra. Namun serangan itu berhenti seketika, saat Voidlings terkena tembakan tepat di kepalanya oleh Gamma. Bukan saja menghantam tembok sekali lagi, namun Voidlings terhempas hingga menembus tembok tersebut, berpindah ke ruangan lain yang penuh dengan jembatan besi.

Di saat dirinya masih di udara dan jatuh dengan kecepatan tinggi, Vierra sudah menyusulnya, melemparkan kedua pedangnya yang kini telah bergabung menjadi satu menjadi sebuah tombak dengan bilah pedang di kedua sisinya. Lemparan tombak tersebut menembus dada kiri Voidlings, dan setelah itu, Vierra langsung menukik ke arahnya hingga jatuh di atas salah satu jembatan besi di ruangan tersebut.

Pertarungan sengit masih berlanjut. Voidlings tanpa henti menembakkan peluru kosmis dari dalam mulutnya, dan semua itu dapat dihindari dengan mudah oleh Vierra. Setelah dua kali menghindar sambil mendekati Voidlings, Vierra berhasil menebas tubuh Voidlings kembali hingga Voidlings terluka cukup parah. Masih belum cukup, tembakan beruntun dari peluru es milik Gamma membuat Voidlings harus berjalan mundur menjauhi Vierra, memberinya jarak yang efisien untuk mengeluarkan serangan pamungkasnya.

Lubang hitam dari Mox Luna yang menyebalkan itu kembali lagi, membuat Voidlings tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah menerima serangan terakhir Vierra.

Dalam sekejap mata, Vierra telah membelakangi Voidlings dengan kedua tangan dan pedangnya terentang. Ribuan tebasan pedang berwarna merah mencabik-cabik tubuh Voidlings, hingga akhirnya ia dapat merasakan apa itu dinginnya kematian.

“Selamat tinggal, alien.”

Voidlings jatuh berlutut ke lantai, dan mata merahnya itu mulai meredup. Ia secara perlahan mengamati sang manusia, harapan satu-satunya, Vierra, berjalan menjauhinya dan meninggalkan dirinya sendirian di ruangan ini.

Jadi, beginilah akhirnya. Sejarah panjang dari ras penguasa alam semesta, Star breeder, akhirnya berakhir hanya sampai di sini saja. Aku telah berusaha melakukan yang terbaik, namun manusia itu terlalu kuat. Apa itu takdir ? Kenapa ras masih saja tetap punah di saat kita memercayai hal yang tepat ?

Apakah..... Ini adalah takdir bagi ras kita, Star breeder, untuk akhirnya benar-benar meninggalkan alam semesta ini ?

Seluruh gugus-gugus bintang yang kita ciptakan. Seluruh galaksi-galaksi yang kita lahirkan. Dan seluruh planet-planet yang kita kembangbiak kan, apa gunanya semua itu ? Apakah seluruh sejarah kita, dan seluruh kehebatan kita, akan menghilang begitu saja ? Dan apakah, mereka para umat manusia, juga akan mengalami hal yang sama nantinya ?

Ah, lupakan. Setidaknya aku sudah berjuang keras, sama seperti kalian semua. Akhirnya, kita akan bertemu kembali......

Dia antara bintang-bintang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!