“Serang!!” ucap seorang pria pada anak buahnya.
Kalian pikir bisa dengan mudah mengalahkan diriku— jangan harap kalian akan lepas dari seranganku kali ini. Sudah cukup kalian membuatku sangat kesal.
Bug! Bug! Aku mengepalkan telapak tangan lalu meninju mereka dengan kuat dan cepat. Mereka berhasil bertahan dari tinjuanku tetapi aku tidak akan kalah.
Bug!
Bug!
Whussss!
Mereka balik menyerangku, aku bertahan dengan serangan mereka. Kubiarkan mereka terus menyerangku, guna melihat sapai sejauh mana mereka bisa menyerangku.
Aku menyeringai lalu berkata, “Hanya ini kekuatan yang kalian miliki? Aku pikir kehebatan kalian sudah berada di atasku!”
Ucapanku membuat mereka marah, itulah yang aku inginkan. Semakin mereka marah maka mereka akan mengeluarkan seluruh tenaganya dengan percuma. Setelah mereka lemah, itu adalah giliranku menyerang balik mereka.
“Sekarang saatnya!” gumamku.
Bug!
Bug!
Whussss!
Lalu aku melayangkan tinjuanku bertubi-tubi lalu diakhiri dengan tendangan yang mematikan. Sehingga satu per satu musuh terhuyung ke belakang dan terjatuh.
Aku pikir sudah selesai dengan mereka tetapi aku salah, mereka semakin bertambah. Rupanya salah satu dari mereka ada yang meminta bantuan.
“Yuki ... Di mana posisimu sekarang?!” Suara Kimiko padaku melalui earpiece.
Foto ini di ambil dari Google.
“Aku berada di daerah Akihabara!” jawabku pada Kimiko.
“Apa kau sudah selesai, Nona?” Seorang pria bertanya padaku lalu dia menyerangku dengan pukulannya yang sangat kuat. Sehingga aku terdorong ke belakang.
Dia menyeringai setelah berhasil membuatku mundur tetapi aku mulai menikmati semua ini. Adrenalinku sudah mulai meningkat, kalau begini aku akan segera serius dengan mereka.
Aku bersiap dengan jurus yang sudah aku pelajari dari ayah dan ibu. Kulihat mereka semua sudah siap untuk menyerangku secara bersamaan.
Sebelum mereka menyerang, aku berlari dan memulai penyerangan terhadap mereka. Ada seorang musuh yang memegang kayu balok, dia mulai mengayunkan tongkat tersebut.
Whussss!
Secara refleks tubuhku berseluncur dengan kedua lutut di jalan beraspal. Aku tersenyum melihat wajahnya yang terkejut karena aku berhasil menghindar dari pukulannya.
Setelah itu aku langsung berdiri dan melayangkan tendanganku pada pria yang hendak memukulku dengan kayu balok. Seketika dia terpental dan menabrak temannya.
Aku terus menyerang mereka begitu pula merek selalu menyerang balik. Namun, aku berhasil bertahan dengan mereka. Sehingga mereka sudah merasa kesal karena tidak bisa mengalahkan diriku dengan cepat.
Entah mengapa jika mereka sudah terlihat kesal, niat nakal yang ada di dalam diriku mulai muncul. Aku terus mengatakan kalimat yang membuat mereka semakin kesal.
Dor!
Seorang pria menembakkan senjata apinya ke atas, mungkin dia ingin membuatku diam dan tidak melawan. Aku harus berhati-hati, aku pikir mereka tidak akan seberani ini mengeluarkan senjata api.
Musuh mulai mengelilingiku, terlihat sangat jelas mereka semua tersenyum tipis. Yang menandakan jika aku tidak akan bisa melawan kembali.
“Anda sudah tidak bisa melawan lagi— lebih baik Nona menyerah saja dan ikut bersama kami!” Pria yang memegang senjata api berkata dengan nada dingin. Namun, masih terdengar rasa kesal dari setiap kata yang dia ucapkan.
Tidak semudah itu kalian membuatku menyerah, ini belum selesai. Kita lihat apa yang akan terjadi sebentar lagi, mungkin kalian akan merasa terkejut dan semakin kesal.
Mereka semakin mendekat, aku hanya menunggu saja dengan senyum termanisku. Saat mereka hendak menangkapku dengan tangan mereka yang kotor itu.
Ckitttt!
Terdengar sebuah decitan dari mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu terus berputar mengelilingi kami. Aku tersenyum sepertinya sudah saatnya aku pergi.
Salah satu pintu mobil terbuka tetapi masih berputar, aku melihat Kimiko dengan senyum puasnya. Aku mencari kesempatan untuk masuk ke dalam mobil.
Jika Kimiko sudah memperlambat laju mobilnya maka itu adalah kesempatanku. Laju mobil sudah diperlambat tetapi masih berputar, ini saatnya aku masuk kedalam mobil.
“Kau terlambat!” ucapku pada Kimiko saat aku sudah terduduk di dalam mobil.
“Huh ... Untung saja kau masih hidup— kalau tidak aku menjemput mayatmu saja!” Kimiko berkata dengan nada menggoda. Akhirnya kami berdua terkekeh.
Dor!
Dor!
Terdengar tembakan yang mengenai mobil kami, aku menyuruh Kimiko untuk segera menambah kecepatannya. Kimiko langsung menginjak pedal gas, mobil seketika melesat dengan kecepatan tinggi.
“Sial! Mereka menembaki kita terus!” gerutu Kimiko yang kesal karena mobilnya dihujani oleh peluru.
“Apakah mobilmu akan hancur? Buat apa kau menghabiskan banyak uang jika mobilmu kalah oleh peluru mereka!” ucapku padanya seraya aku menggodanya.
“Diam kau Yuki! Akan aku perlihatkan kelihaian diriku mengendarai mobil kesayanganku ini!” Kimiko berkata sembari tersenyum.
Terlihat jelas dia sangat menyukai ini, aku tahu pasti adrenalinnya sudah meningkat. Itu sebabnya dia mulai tersenyum.
Ckitttt!
Dia berhenti dengan mendadak, sehingga terdengar decitan dari rem dan ban mobil. Dia menunggu mobil musuh mendekat, aku tahu yang dia lakukan kali ini. Dia akan menyombongkan diri untuk keahlian pada mereka yang sudah menghujani mobilnya dengan peluru.
Brum!
Brum!
Terdengar suara permainan gas mobil yang dilakukan oleh Kimiko. Musuh sudah berhenti, terlihat beberapa orang yang berjalan mendekati mobil kami.
Brum!
Whussss!
“Kau siap Yuki!” ucap Kimiko padaku.
Aku mengangguk, lalu dia menginjak pedal gas mobilnya dengan sangat kuat. Sehingga mobil melesat dengan kecepatan tinggi, dia menyeringai yang menandakan dia sangat puas kali ini.
Kecepatan mobil sudah mendekati batas maksimum, aku pikir sudah bisa lepas dari kejaran mereka. Namun, aku salah mereka berhasil mengejar kami.
Dor!
Dor!
Mereka kembali menembaki kami, aku bertanya pada Kimiko apakah dia punya ide lain untuk lepas dari kejaran mereka. Dia tersenyum lalu mengatakan padaku agar tidak perlu khawatir.
Entah apa yang hendak dia lakukan kali ini, aku harap rencana yang dia miliki tidak membahayakan nyawanya. Dan tentu saja nyawaku juga karena masih banyak misi yang harus aku selesaikan.
Ckitttt!
Kimiko menginjak rem mobil dengan kuat sehingga mobil kami terhenti dan dua roda ban belakang mobil kami melayang lalu kembali menapak pada jalanan beraspal.
Salah satu mobil musuh berusaha mengerem dengan kuat tetapi mereka tidak bisa. Lalu salah satu mobil menghantam bagian belakang mobil kami.
Brukkkk!
Mobil tersebut melayang di atas mobil kami setelah menghantam bagian belakang mobil. Lalu terjatuh dengan sangat kuat sehingga terbalik.
Kimiko segera menginjak pedal gas lalu melewati mobil yang sudah terbalik itu. Saat melewati mobil itu, aku melihat ada percikan api.
Duar!
Mobil itu meledak setelah mobil kami melewatinya dengan kecepatan tinggi. Saat aku melihat ke belakang tidak ada mobil yang mengikuti kami.
“Apa— kau sudah tidak waras hah!? Jika kau salah perhitungan kita berdua tiada!” ucapku pada Kimiko yang sedang tersenyum atas kemenangannya.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan kasi rate bintang lima ya 😉 terimakasih
Selamat membaca...
____________________________________________
Bug! Bug! Pagi ini seperti biasanya selalu berlatih untuk memperkuat dan mempercepat pukulanku. Aku masih sedikit kesal dengan Kimiko karena dia sudah sangat berlebihan dalam menjalankan mobilnya. Aku akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu padanya.
“Pagi-pagi sudah bermain dengan samsak— apa kau sedang kesal?!”
Aku menghentikan memukul samsak saat mendengar ucapan paman Daichi. Dia merupakan asisten kepercayaan ayah Kenzo, semenjak misinya mencari ayah tidak berhasil dia kembali ke rumah ayah Arata dan menjadi asisten sekaligus pelindungku.
“Aku kesal dengan Kimiko— dia semakin menggila dengan mobilnya!” jawabku dengan menghela napas.
Paman Daichi hanya tersenyum saat aku mengatakan itu, mungkin dia sudah mendengar cerita Kimiko. Aku tahu paman Daichi sangat menyayangi Kimiko seperti anaknya sendiri karena dia adalah putri dari paman Maru dan tante Sarada.
“Apa kau sekesal itu padaku? Jika iya— aku akan melakukan hal yang lebih ekstrim dari semalam!”
Aku memandang ke arah orang yang berkata, terlihat Kimiko yang tersenyum tanpa memiliki perasaan menyesal. Namun, aku tidak bisa marah padanya karena aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri.
Dia berjalan mendekatiku lalu melepaskan jaket yang menempel di tubuhnya. Setelah itu dia sudah bersiap untuk berlatih bersamaku. Lalu dia mengatakan, “Ayo— kita mulai.”
Melihatnya begitu bersemangat membuatku semakin bersemangat pula. Aku tidak menyangka jika dia akan selalu mengikuti ke mana pun aku pergi. Padahal ayah dan ibunya sudah melarang. Namun, dia masih bersikeras ingin mengikuti diriku.
Sehingga ayah dan ibunya tidak bisa berkata apa-apa, lagi pula masih ada paman Daichi yang bisa menjaga kami berdua. Itu sebabnya paman Maru menyetujui jika Kimiko ikut bersamaku.
Bug!
Bug!
Whussss!
Kimiko mulai menyerangku terlebih dahulu, gerakannya sangat cepat. Sehingga aku memutuskan untuk bertahan dari serangannya. Dia sama seperti paman Maru yang selalu menyerang tanpa memberi kesempatan pada lawannya.
Staminanya cukup bagus, meski menyerangku secara bertubi-tubi tidak membuatnya lelah. Sungguh aku salut dengan staminanya. Sehingga aku tidak terlalu khawatir dengannya.
Setelah lama bertahan aku melihat celah untuk menyerang balik, aku tersenyum padanya. Dia sudah mulai bersiap, sepertinya dia sudah tahu apa yang akan kulakukan. Apakah dia akan mengetahui jurus apa yang akan digunakan untuk menyerangnya balik.
Whussss!
Kakiku melayang guna menendangnya, dia berhasil menghindar dari tendanganku. Aku tersenyum tipis, rupanya dia sudah bisa menghindari tendanganku. Keahliannya sudah mulai meningkat.
Bug! Bug! Aku terus menyerang balik Kimiko, sekarang giliranku yang tidak akan melepaskannya. Dia terlihat tersenyum meski sudah terpojok. Namun, aku masih memiliki ide untuk menendang bagian bawahnya. Karena dia terlalu fokus padaku sehingga dia tidak akan fokus pada gerakan bawahku.
Brugggg!
Kimiko terjatuh setelah mendapatkan tendangan bawah dariku, dia terduduk sembari tersenyum. Lalu dia mengatakan bahwa aku masih berada di atasnya, sehingga dia akan terus melatih dirinya. Namun, dia mulai menyombongkan dirinya jika aku tidak bisa mengalahkan dirinya dalam memacu mobil dengan kecepatan tinggi
Memang aku mengakui hal itu, Kimiko lebih baik dan hebat dibandingkan diriku. Jika menyangkut memacu mobil dengan kecepatan di batas maksimum. Entah dari mana dia bisa menyukai hal itu, aku pernah melihatnya dimarahi oleh paman Maru karena dia selalu memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Dan itu membuat ayah dan ibunya merasa khawatir.
Aku mengulurkan tanganku pada Kimiko, dia menerima uluran tanganku. Lalu aku berjalan menuju kursi untuk berisi dan meminum minuman yang sudah di siapkan oleh paman Daichi. Begitu pula dengan Kimiko yang duduk di sampingku, dia menyadarkan kepalanya pada dinding.
“Kapan kita kembali ke Saporo?!” Kimiko bertanya padaku.
“Besok!” jawabku singkat.
Dia terdiam lalu menjenguk minuman kaleng yang ada di tangannya. Aku tahu mungkin dia merasa sedih juga akan pergi dari Tokyo. Meski jarak antara Tokyo dan Saparo tidak terlalu jauh tetapi tetap saja dia tidak akan bisa bertemu dengan kedua orangtuanya setiap saat.
“Aku tidak akan memaksamu— jika kau tidak mau pergi!” ucapku.
“Jika aku mendengar perkataan seperti itu lagi akan kubawa kau dengan kecepatan tinggi menggunakan mobilku! Hingga kau memohon ampun agar aku menghentikannya!” jawabnya padaku dengan nada kesal.
Kimiko merasa kesal jika aku mengatakan hal-hal yang mengartikan bahwa aku membebaskannya untuk memilih. Karena aku tahu dia sudah menentukan pilihannya yaitu mengikutiku. Dia juga sudah berjanji pada ibu Lili untuk selalu bersama dengan diriku.
“Baikah— aku akan bersiap-siap!” Kimiko berkata lalu dia pergi meninggalkan diriku.
Aku menghela napas panjang, sebenarnya aku tidak ingin membuatnya berada dalam bahaya. Jika dia ikut denganku maka dia akan selalu berada dalam bahaya. Karena paman kandungku sendiri menginginkan kematianku.
“Apakah ibu sudah kembali?!” tanyaku pada paman Daichi.
“Belum, Nona.” Jawabnya.
Mendengar jawaban itu, aku beranjak lalu berjalan meninggal ruang latihan, menuju kamar guna membersihkan diri dan bersiap untuk kepergianku. Rumah ini terasa sepi setelah kepergian nenek, semenjak itu kakek memutuskan untuk kembali ke perasaan untuk menjalani hari tuanya.
Sedangkan Eitaro dia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Columbia University. Entah mengapa dia ingin melanjutkan di sana, sehingga sulit bagiku untuk bertemu dengannya. Sekarang ibu masih berada di New York untuk bertemu dengan Eitaro.
Aku berjalan masuk kedalam kamar mandi lalu membuka satu per satu pakaianku. Setelah selesai dengan rutinitas membersihkan diri aku kembali ke luar dari kamar mandi. Menuju almari guna mengambil pakaian yang hendak ku pakaian dan mengeluarkan beberapa pakaian untuk di bawa ke Saparo.
Beres sudah merapikan pakaian yang besok akan aku bawa, ponselku berdering. Aku melangkah menuju nakas guna mengambil ponsel yang sedang berdering. Kulihat layar ponsel tertera nama ibu, aku langsung mengangkatnya. Karena begitu rindunya pada ibu sehingga aku terus bicara tanpa jeda, sehingga membuat ibu terkekeh-kekeh.
“Bagaimana kabarmu, Yuki?!” tanya seorang pria di seberang telepon. Aku hafal betul suara itu, dia adalah Eitaro. Yang membuatku aneh mengapa dia memanggilku hanya Yuki. Biasanya dia memanggilku kak Yuki.
Aku mengatakan jika aku baik-baik saja lalu aku bertanya padanya bagaimana keadaannya di sana. Dan akhirnya kami pun berbincang-bincang. Tidak terasa sudah satu jam aku berbincang-bincang dengan Eitaro. Aku memutuskan untuk memutuskan sambungan telepon karena aku sudah mengantuk.
Setelah menutup sambungan telepon, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Dan berusaha menutup kedua mataku tetapi mendadak rasa kantuk ini hilang setelah aku kembali memikirkan bagaimana keadaan ayah Kenzo saat ini. Aku tidak tahu apakah ayah masih hidup apa sudah tiada.
Namun, aku tidak akan menyerah sebelum menemukan batu nisannya jika memang ayah sudah tiada. Akan tetapi aku berharap jika ayah masih hidup dan sehat selalu.
Hai bertemu lagi, semoga sehat selalu dan selamat membaca...
____________________________________________
“Yuki— aku ingin berkunjung ke suatu tempat, apa kau mau ikut denganku?!” ucap Kimiko padaku.
Aku tersenyum jika mendengar Kimiko memanggilku hanya dengan sebutan nama saja. Terkadang aku terkekeh jika membayangkan Kimiko yang gelagapan karena aku suruh memanggil namaku saja tanpa embel-embel kakak atau nona.
Dia sempat meminta pertolongan pada ayah dan ibunya agar aku tidak memaksanya. Bahkan dia pun sampai meminta bantuan pada ibu Lili serta ayah Arata. Namun, aku tetap teguh dengan pendirianku, jika Kimiko ingin bersamaku maka dia harus memanggil aku Yuki. Meski umur kami berbeda 3 tahun lebih, aku tidak mempermasalahkan semua itu.
“Aku bertanya padamu? Mengapa kau diam saja?!” Kimiko bertanya kembali padaku sembari melambaikan tangannya di depan wajahku.
“Kau mau pergi ke mana? Aku akan menemanimu!” jawabku sekaligus bertanya kembali padanya.
Dia terlihat berpikir sejenak, aku pikir dia sudah menentukan tempat mana yang akan dia kunjungi selagi ada di Sapporo sebelum kembali ke Kyoto. Karena saat ini aku tinggal di Kyoto guna mencari keberadaan ayah.
Semakin aku dekat dengan paman Asamu, aku akan semakin dekat dengan keberadaan ayah. Entah mengapa aku merasa jika aku dekat dengan paman Asamu, aku merasa dekat dengan ayah Kenzo. Meski aku tahu jika paman Asamu menginginkan kematianku.
Namun, paman Asamu tidak akan bisa dengan mudah mencelakaiku. Karena dia masih membutuhkan aku, jika tidak ada aku maka seluruh perusahaan dan kekayaan milik ayah Kenzo akan hilang begitu saja dari tangannya.
“Gunung Moiwa!” ucap Kimiko padaku dengan semangat.
Foto diambil dari google.
Setalah mengetahui tempat yang akan kami kunjungi, aku menyuruh Kimiko untuk bersiap-siap. Mungkin akan menginap beberapa malam disana. Karena aku ingin mengunjungi tempat lain selain gunung Moiwa.
Kimiko bergegas menuju kamarnya untuk bersiap, begitu dengan diriku berjalan menuju kamar. Berjalan perlahan, entah mengapa aku teringat tentang ibu Lili. Dulu aku pernah di ajak ke gunung Moiwa bersama ayah dan Eitaro.
Aku menghempaskan semua itu, sekarang adalah bersiap dan pergi bersenang-senang bersama Kimiko sebelum menjalankan misi. Yang mungkin akan membahayakan nyawa kami tetapi apa pun yang terjadi aku akan selalu melindungi Kimiko.
Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu, aku menyuruhnya masuk karena itu sudah pasti Kimiko. Benar saja saat pintu terbuka Kimiko masuk kedalam kamar.
“Aku sudah siap— apakah kau perlu bantuanku?!” tanyanya padaku.
“Tidak perlu, aku sudah selesai!” jawabku.
“Ok— ayo kita pergi!” ucapku.
Kami pun berjalan keluar menuju mobil, lebih baik kami menggunakan mobil saja. Itu terasa nyaman bagiku, lagi pula mobil Kimiko sudah berada di Sapporo.
“Nona, akan pergi?!” tanya paman Daichi padaku.
Aku mengatakan akan pergi bersama Kimiko ke gunung Moiwa, saat paman berkata ingin ikut. Aku menolaknya dengan lembut agar dia tidak ikut. Karena jika paman ikut maka aku tidak bisa bertindak sesuka hatiku begitu pula dengan Kimiko.
Dan Kimiko melirik padaku seraya berkata padaku agar tidak menyetujui paman Daichi ikut. Aku tahu dia bagaimana lalu aku tersenyum, melihat tatapan matanya padaku. Setelah mendapatkan penjelasanku akhirnya paman Daichi setuju untuk berada di rumah saja.
Kami pun memasukkan barang-barang yang hendak kami bawa ke dalam bagasi mobil. Setelah semuanya siap, Kimiko menyalakan mobilnya. Secara perlahan mobil berjalan keluar dari area rumah. Setelah keluar dari area rumah dia menambahkan kecepatan mobilnya. Sehingga mobil berjalan dengan kecepatan tinggi.
***
Tibalah kami di tempat tujuan yang sudah direncanakan tetapi aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Aku memilih menginap di sebuah hotel. Kami hanya memesan satu kamar saja karena itu lebih mengasikan bagiku.
“Yuki— apa kau sudah puas beristirahat?!” tanya Kimiko padaku.
Kimiko sepertinya sudah tidak sabar untuk bersenang-senang, jika seperti ini dia terlihat seperti seorang anak kecil. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari kamar hotel. Saat berjalan menuju pintu hotel, Kimiko mengatakan padaku untuk menunggunya di lobby. Karena dia hendak ke kamar mandi sebentar.
Aku anggukan kepalaku dengan arti aku menyetujuinya, kubuka pintu kamar lalu melangkah perlahan menuju sebuah lift. Kutekan tombol lift dan menunggu sesaat hingga pintu lift terbuka. Sembari menunggu pintu lift terbuka, aku merogoh saku jaket guna mengambil ponsel dan aku memainkan ponselku.
Ting!
Secara perlahan pintu lift terbuka, terlihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Setelah melihatku, mereka menghentikan permainan mereka. Sebenarnya aku tahu apakah akan masuk kedalam lift itu atau menunggu lagi.
Pria itu tersenyum lalu mengatakan, “Silakan Nona!” dengan senyum mesumnya. Malas sekali jika aku harus berdekatan dengan pria seperti itu. Dan yang pasti mereka berdua tidak tahu posisi mereka ada di mana.
Aku pun terpaksa masuk dalam lift bersama mereka dan berharap akan ada tamu lain yang masuk dalam lift lalu aku memasukkan ponsel kedalam saku jaket. Dia masih menatapku dengan tidak tahu malunya, padahal di sampingnya ada seorang wanita yang sedang menatapku dengan tajam.
Mengapa waktu terasa lama, sehingga aku mendapatkan tatapan yang begitu mengesalkan. Yang satu menatapku dengan kemesumannya dan yang satu memancarkan hawa ingin menyerangku karena sudah mengalihkan perhatian prianya.
“Sayang, lihat sini!” ucap wanita itu dengan nada nakal.
Mendengarnya saja membuatku ingin muntah, lalu wanita itu mengecup sang pria. Dan akhirnya mereka kembali bercumbu di dalam lift. Aku menghela napas panjang, ingin rasanya aku meneriaki mereka 'Woiii ini lift— bukan kamar!'
Ting!
Suara pintu lift berhenti, rupanya akan ada yang masuk atau mereka berdua akan keluar dari lift. Pintu terbuka secara perlahan lalu terlihat tiga orang pria masuk ke dalam lift. Jika dilihat yang satu berpenampilan layaknya seorang pimpinan perusahaan dan dua orang yang berada di sisinya adalah asisten atau pengawalnya.
Kedua pasangan mesum ini memang tidak tahu diri, meski sudah ada orang lain di dalam lift mereka masih saja bercumbu. Aku semakin kesal saja dengan tingkah laku mereka, sabar— aku harus bisa menahan emosiku.
Brettt!
Ada yang menarik tanganku dengan kuat sehingga aku tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku. Alhasil aku terjatuh dalam pelukan pria mesum ini. Darahku semakin mendidih dengan apa yang dia lakukan ditambah lagi dia tersenyum tanpa merasa bersalah.
Bug! Aku mengepalkan telapak tangan lalu memukul bagian perutnya dengan sangat kuat. Dia meringis kesakitan, lalu aku menjauhkan tubuhku dari tubuhnya.
“Kau pikir aku wanita apa hah! Berani sekali kau menyentuh tubuhku dengan tangan kotormu itu!” ucapku dengan nada marah dan berapi-api.
Ting!
Terdengar suara pintu lift berhenti, aku menatap pria itu dengan sorotan tajam dengan hawa ingin membunuhnya. Terlihat dia masih meringis tetapi dia kembali tersenyum padaku.
“Sungguh memuakkan— bertemu dengan pria sepertimu, begitu murah dan banyak di jalanan!” gumamku lalu aku keluar dari dalam lift.
Saat aku melewati ketiga pria itu terlihat jika salah satu pria dengan setelan jas berwarna biru dongker. Terlihat dia ingin terkekeh tetapi dia menahannya dengan sekuat tenaga. Huh mungkin dia juga sama dengan pria mesum itu, bercumbu dengan berbagai wanita tiap malam dan selalu dengan wanita yang berbeda.
Aku berharap dijauhkan dari para pria mesum yang tidak tahu diri.
Karena rasa kesal dalam hatiku membuat aku melangkah dengan sangat cepat dan masih menggerutu. Tidak peduli dengan orang-orang yang menatapku dan mengatakan aku wanita aneh.
Melihat sofa yang ada di lobby, aku memutuskan menunggu Kimiko. Ketika menunggunya, aku mengambil ponsel yang berada di saku jaket. Namun, hati ini masih kesal dengan sikap pria mesum itu.
Beberapa saat kemudian Kimiko tiba, dia langsung mengajakku ke mobil. Entah mengapa aku merasakan ada yang sedang mengawasiku sedari tadi aku duduk di atas sofa lobby hotel.
“Ayo Yuki!” ucap Kimiko padaku.
Mungkin itu hanya perasaanku saja, lebih baik aku tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Sekarang waktunya bersenang-senang sebelum melakukan hal yang berbahaya.
____________________________________________
Sampai bertemu di bab berikutnya...
Jangan lupa jadikan favorit ya agar kalian bisa melihat update dari Yuki..
Beberapa lagi deh hahaha..., jangan lupa like, komentar yang membangun ya😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!