NovelToon NovelToon

Journey Of Love

Pencarian Emily

Satu bulan setelah ibunya tiada Emily akhirnya memberanikan diri pergi mencari keberadaan sang ayah di kota Batam dengan modal nekad dan sisa uang yang dia miliki

Tentunya bagi Emily si gadis yatim yang miskin perkara pergi dan mencari ayahnya adalah perkara yang tidak biasa karena setidaknya dia harus memiliki cukup uang untuk ongkos dan bekal selama pencariannya.

Emily Adisti Rani

Perjalanan jauh pun rela dia tempuh demi bisa bertemu dengan sang ayah.

"Ayah aku datang tunggulah aku" ucapnya dengan semua harapan hidupnya yang baik setelah bertemu dengan sang ayah.

Hingga akhirnya dia sampai di alamat sebuah pabrik besar tempat dimana ayahnya bekerja alamat yang pernah ibunya berikan sebelum tiada.

Dia yang baru menginjakkan kaki di kota itu mulai kebingungan pada siapa dia harus bertanya?

Tidak ada satu orangpun yang dia kenal di kota itu?

Emily memberanikan diri masuk kedalam untuk bertanya pada satpam pabrik.

"Selamat siang pak?" Sapa Emily dengan ramah.

"Maaf disini sedang tidak menerima lowongan pekerjaan" Jawab satpam yang mengira Emily hendak melamar pekerjaan.

Emily tidak tersinggung dengan jawaban satpam dia justru tersenyum dan mengatakan jika dia bukan datang untuk melamar pekerjaan namun ingin menanyakan dan bertemu dengan pegawai pabrik disana yang bernama Anton Baskara.

"Namanya pak Anton Baskara apa beliau masih bekerja disini?" Tanya Emily membuat satpam terkejut mendengar nama Anton Baskara.

"Astaga mengapa kamu menanyakan orang yang sudah lama tiada nak? Kamu siapa? Dan ada perlu apa dengannya? Apa dia memiliki hutang kepadamu?" Jawab satpam kembali bertanya pada Emily yang terlihat sangat shock mendengar jawaban satpam.

"Maksud bapak apa?" Tanya Emily penasaran.

Satpam mengatakan jika Anton Baskara memanglah pegawai di pabrik itu dia juga menambahkan jika pak Anton telah lama meninggal akibat kecelakaan kerja.

"Sudah hampir sepuluh tahun pak Anton Baskara tiada nak" Ucap pak satpam.

"Apa… Tidak mungkin itu pasti tidak mungkin? Ayahku tidak mungkin tiada" Jawab Emily menangis mendengar semua kebenaran tentang ayahnya.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula nasib yang kini menimpa hidupnya dia tidak menyangka harus kembali menerima kenyataan pahit karena sebenarnya sang ayah justru telah lama meninggal jauh sebelum ibunya tiada dan itu alasannya mengapa sang ayah tidak pernah ada menghubungi dirinya dan sang ibu. Kini dia harus menjadi seorang gadis yatim piatu yang sebatang kara. Dia sangat terpukul dengan kenyataan hidupnya.

Sedih dan terpuruk karena dia tidak memiliki kerabat selain ibu dan ayahnya. Mengetahui Emily adalah anak dari pak Anton Baskara pemimpin pabrik memberi tunjangan kematian atas nama ayahnya pada Emily.

Perasaan Emily sangat hancur dia bingung harus kemana melangkah pergi kali ini. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke Jakarta setelah mengetahui semua kenyataan tentang ayahnya namun sebuah insiden terjadi, saat hendak menaiki bus menuju bandara tas Emily hilang lengkap dengan semua isi di dalamnya termasuk sisa uang yang dia miliki.

"Jambret jambret tolong jambret" Teriak Emily sambil mengejar pencuri itu namun karena jalan cukup sepi tidak ada satu orangpun yang membantunya dia justru terhadang oleh seorang pria yang sedang berjalan sambil menelpon.

Brugh...

Emily terjatuh setelah menabrak pria asing itu, dia marah dan mengira jika pria yang menghadangnya adalah komplotan pencuri yang sudah mengambil tasnya.

"Kamu pasti salah seorang dari pencuri itu kan? kembalikan tas ku kembalikan" Kata Emily pada pria yang sedang menelpon.

Pria itu berhenti dan melihat ke arah Emily dengan tajam namun tetap diam sementara Emily terus memukul kecil dan memaksa pria itu untuk mengakui jika dia adalah rekan pencuri tasnya.

Aditya Buana

"Kembalikan tasku aku mohon" Ucapnya lirih.

Pria itu lantas mendorong Emily dengan sangat kasar.

"Perempuan gila" Ucap pria yang mengira Emily adalah wanita tidak waras.

Dia bangkit dan hendak kembali melanjutkan perjalanannya.

"Apa?" Emily tersinggung.

Dia juga ikut bangun dan kembali menarik baju si pria dengan kasar hingga ponselnya terjatuh.

"Apa kamu bilang? Perempuan gila? Kamu dan teman-teman kamu yang tidak waras tega sekali kalian merampas tasku hartaku satu-satunya, cepat kembalikan jika tidak aku akan laporkan kamu ke polisi biar semua kawan kawan kamu ikut tertangkap" Tegas Emily menggertak.

Si pria menghela nafasnya panjang menahan amarahnya pada wanita yang baru ditemui itu.

"Sudah cukup bicaranya? Berapa harga tas kamu? Berapa isi di dalam tas kamu?" Jawab si pria bertanya dengan cukup tenang pada Emily berniat ingin mengganti tas Emily yang hilang.

Emily terdiam saat mendengar semua pertanyaan itu.

Namun tiba-tiba seseorang datang diantara mereka dengan berkata

"Ini trik lama kami tidak akan tertipu oleh wanita seperti dirimu pergilah jika tidak aku yang akan laporkan kamu ke polisi jangan harap kamu akan mendapat sepeserpun dari kami" Ucap Rihana datang menyebut Emily sebagai wanita penipu

Rihana Atmajaya

"What.. penipu" Emily semakin bingung saat Rihana menyebutnya penipu.

Belum sempat dia menjawab tuduhan Rihana padanya, pria itu di paksa pergi meninggalkan Emily tanpa sempat mendengarkan penjelasannya.

"Ayo kita pergi wanita ini hanya seorang penipu ulung yang menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan uang" Ucap Rihana menarik tangan pria yang bernama Aditya itu.

Emily terdiam seakan sesuatu menghalangi pita suaranya saat dia ingin mengatakan jika dia bukanlah seorang penipu. Hanya air mata yang menetes membasahi pipinya dia menatap wajah pria itu begitupun sebaliknya dalam langkahnya pergi pandangan Aditya terus tertuju pada Emily yang menangis seakan dia tahu jika Emily memang bukan seorang penipu. Emily pun menjatuhkan dirinya menangis dan berlutut di pinggir jalan karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang? kemana dia harus pergi tanpa membawa selembar uang dan identitasnya?

"Ya tuhan kenapa ini harus terjadi padaku?" Emily menangis tak kuasa menahan air matanya.

Hari semakin larut Emily berjalan tanpa arah tujuan menyusuri tepian jalan berharap mendapat sedikit bantuan, suara cacing di perutnya pun menambah kegelisahan hatinya Emily yang pintar dan pekerja keras akhirnya coba mengesampingkan dahulu kesedihan dan keterpurukannya.

"Aku harus kuat, aku harus bertahan ya aku harus cari pekerjaan agar aku bisa kembali pulang" Emily pun melihat dan mengunjungi setiap rumah makan berharap ada suatu pekerjaan yang bisa dia lakukan. Beruntung ada satu rumah makan yang memang membutuhkan tenaga bantuan.

"Terimakasih pak saya akan segera membersihkan semua ini" Ucap Emily berterimakasih pada pemilik warung makan.

Sampai saat nya tiba warung tutup pak Ginanjar sang pemilik warung bertanya hendak kemana Emily pulang?

"Sebenarnya saya tidak tahu harus kemana pak? Saya baru datang kesini?" Jawabnya kembali menceritakan kisahnya pada pak Ginanjar.

"Bapak turut sedih jika kamu bersedia nak kamu bisa tinggal sementara di rumah saya kebetulan istri dan anak saya sedang pergi berlibur jadi kamu bisa pakai kamar anak saya dulu" Pak Ginanjar.

"Tidak pak terimakasih saya tidak ingin merepotkan bapak, biar saya cari tempat tinggal sendiri" Emily menolak bantuan pak Ginanjar dengan halus dan memutuskan untuk pamit pergi melanjutkan perjalanannya.

Wanita penipu

Berjalan sendiri menyusuri jalan malam yang sunyi dia sangat bingung harus kemana melangkahkan kaki untuk pergi setelah beberapa tempat menolaknya untuk bermalam karena uang yang dimiliki tidak mencukupi.

"Maaf nona disini hanya menerima uang sewa langsung bayar tidak bisa di cicil" kata salah seorang pemilik penginapan menolak permohonan Emily yang malang.

"Tapi mbak…" Emily.

"Pintu keluar ada di sebelah sana anda bisa kembali lagi setelah memiliki cukup uang untuk bermalam" jawab petugas dengan tegas mengusir Emily.

Dengan perasaan sedih Emily berjalan keluar melihat sekeliling yang sudah nampak sepi karena hari sudah semakin larut. Semilir angin malam mulai terasa dingin menusuk tulangnya meski dia memakai jaket sekalipun. Rasa lelah dan kantuk yang mulai dirasakan membuatnya ingin segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat tapi dimana?

"Harus kemana lagi aku mencari tempat tinggal disini? Oh tuhan tolonglah aku" ucap Emily dengan seribu kegelisahan hati dan pikirannya dia kembali melihat sisa uang yang dimilikinya tapi tiba-tiba.

"Hahaha lumayan ada buat minum kita malam ini bos" Kata seorang preman yang berhasil merebut uang di tangan Emily.

Emily begitu terkejut kala dua orang preman bertubuh kekar dengan tato memenuhi tubuh mereka datang mengambil uang di tangannya. Dan ternyata sedari tadi preman itu memang sudah mengintai Emily dengan uang ditangannya.

"Kembalikan itu uangku" kata Emily coba merebut kembali haknya.

"Coba saja jika kamu berani" jawab preman dengan pandangan licik menyeringai melihat lekuk tubuh dan wajah cantik Emily yang baru mereka sadari.

Pikiran dan tatapan mereka mulai membuat Emily merasa takut kala keduanya berbisik tentang niatnya yang ingin menculik Emily terdengar.

"Dia cukup cantik juga bos bagaimana jika kita culik saja gadis itu? Kita bisa menjualnya haha" Bisik si preman pada rekannya.

Mendengar semua itu dengan pelan Emily berjalan mundur untuk melarikan diri, dengan sekuat tenaga dia berlari bersamaan dengan air mata yang menetes karena takut dan menyesali keputusannya datang mencari sang ayah ternyata hanya mengundang nasib buruk untuknya. Dia berlari dan bersembunyi di balik tembok yang ada berharap mereka tidak bisa menemukannya.

"Kejar dia… cari dia jangan sampai dia lolos" perintahnya.

"Ibu tolong aku" ucapnya sedih teringat akan sang ibu.

Di dalam persembunyianya dia terus menangis teringat akan ibunya dia ingin cepat pulang kembali ke Jakarta dan tekad kuat itulah yang membuatnya kembali bangkit, Setelah beberapa saat dia merasa jika preman itu sudah tidak ada di sekitarnya Emily coba berdiri untuk keluar dari persembunyiannya, setelah dirasa aman dia pun mulai melangkahkan kakinya dan

"Mau kemana kamu hahaha kau tidak akan bisa lari dariku cantik" preman itu berhasil menemukannya dan langsung menarik tangan Emily.

"Lepaskan aku lepaskan… tolong" teriak Emily coba berontak dan melawan dengan semua kekuatan yang dimiliki namun tenaga kecilnya kalah jauh dengan tenaga mereka yang kuat hingga disaat matanya hampir tertutup karena sudah tidak sanggup melawan, tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di tubuh salah seorang preman dan berhasil melepaskan tangan Emily.

"Lepaskan wanita itu" ujar seorang pria yang datang menolong Emily.

Pria itu akhirnya melawan kedua preman tersebut dan menempatkan Emily di belakangnya untuk melindungi agar mereka tidak menculik dan melukainya. Baku hantam pun tidak terelakan lagi hingga akhirnya kedua preman itu kalah dan memilih untuk lari.

Emily coba melihat pria yang telah menyelamatkannya namun belum sempat dia melihat dengan jelas dan mengucapkan terima kasih tubuhnya seketika jatuh pingsan.

"Wanita ini bukankah dia! …" ucap sang pria yang ternyata adalah Aditya yang saat itu tidak sengaja lewat di jalan tersebut dan melihat Emily yang hendak diculik dan dianiaya.

"Hei bangunlah … " Aditya coba membangunkan Emily.

Namun semua percuma sekeras apapun usaha Aditya membangunkan Emily dia tetap masih tidak sadarkan diri akhirnya Aditya membawa Emily ke rumah sakit terdekat untuk diberikan pertolongan pertama.

"Tolong sus dia pingsan" Aditya.

"Baiklah tuan bisa mengisi formulir pendaftaran terlebih dahulu pasien akan segera kami periksa" jawab suster dengan sopan.

Saat mengisi formulir pendaftaran seorang staf bertanya akan hubungan Aditya dengan pasien (Emily).

"Apakah anda saudara pasien?"

"Ya saya suaminya" jawab Aditya dengan singkat dan tanpa berpikir panjang karena yang dia pikirkan saat itu dia tidak mau ambil pusing akan Emily yang tidak dia kenal itu, dia tidak mau merepotkan dirinya hanya untuk Emily jadi agar lebih cepat proses pendaftaran diapun mengaku sebagai suaminya.

Setelah beberapa saat dokter keluar dari ruangan Emily, Aditya coba menanyakan keadaannya dan ternyata dokter mengatakan jika keadaan Emily tidak terlalu buruk.

"Istri anda hanya kelelahan saja, disarankan agar dia cukup istirahat dan jangan bekerja terlalu berat" jawab dokter yang memeriksa Emily.

Mendengar keadaannya yang tidak mengkhawatirkan Aditya memutuskan untuk kembali pulang namum saat kakinya mulai melangkah pergi perasaanya terus mengatakan jika dia tidak boleh meninggalkan wanita itu.

Sejenak Aditya terdiam dan berpikir untuk melihat Emily sebentar. Pintu kamar dia buka dan melihatnya sedang menangis. Emily terkejut saat Aditya masuk kedalam kamarnya.

"Siapa kamu?" Emily segera menyeka air matanya.

Sesaat dia terdiam dan mengingat sepintas bayangan pria yang telah menyelamatkannya dari kedua preman tadi.

"Apa kamu pria yang telah menyelamatkan aku?" Tanyanya lagi.

Aditya berjalan pelan dengan wajahnya yang datar menghampiri Emily dia berkata jika Emily sudah bisa pulang dia tidak usah dirawat karena keadaannya tidak terlalu buruk.

"Tapi… sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih banyak kepadamu? Aku juga minta maaf karena telah salah paham padamu di hari itu? Aku salah aku minta maaf?" Kata Emily meminta maaf pada Aditya dengan mata yang berkaca-kaca menahan air mata yang hendak tumpah.

Meski Aditya dikenal angkuh dan cuek namun jika dihadapkan dengan air mata seorang perempuan sikap arogannya seketika hilang.

"Sudahlah tidak usah menangis aku sudah memaafkan mu, lebih baik sekarang kamu pulang ini sudah larut malam bahaya juga buat kamu jika pulang sendiri aku akan menghubungi keluargamu untuk menjemputmu disini?" Ucap Aditya.

"Aku tidak memiliki keluarga" jawab Emily lirih.

Mendengar jawaban itu Aditya pun terdiam dan melihat ke arah Emily yang sedang sedih.

Meski wajahnya masih terlihat angkuh Aditya coba bertanya apa yang Emily katakan kenapa dia bisa mengatakan semua itu? sementara Aditya hanya menjadi pendengar yang bisa masuk dan merasakan cerita sedih Emily.

"Jadi kamu baru datang kesini dan itu pun ingin mencari ayahmu? Aku bisa saja membantumu untuk kembali tapi… " Aditya

Sejenak keduanya terdiam, namun tiba-tiba saja Emily meminta tolong pada Aditya meminjam ponselnya untuk menghubungi sahabatnya yang ada di jakarta.

"Bisakah aku meminjam ponselmu?" Emily.

Karena kasihan Aditya memberikan ponselnya pada Emily kemudian dia coba menghubungi Doni namun dia tidak ingat berapa nomor ponsel sahabatnya itu.

"Aku tidak ingat dengan jelas berapa nomornya?" Emily mulai kesal dan putus asa namun sebuah ide muncul untuk masuk ke akun media sosialnya di ponsel Aditya agar bisa menghubungi Doni.

Emily meminta ijin Aditya terlebih dahulu.

"Terserah kamu… " jawab Aditya.

Senyum Emily pun mulai kembali terpancar karena akhirnya dia bisa menghubungi Doni meski akunnya sedang tidak aktif tapi setidaknya Doni pasti akan membuka pesan darinya.

"Don, saat ini aku sedang berada di Batam untuk mencari ayahku tapi ternyata dia sudah lama meninggal aku juga tidak bisa pulang kembali ke Jakarta karena tas, uang dan hp ku dicuri bisakah aku meminta bantuanmu? aku pinjam uang kamu untuk aku kembali ke Jakarta, setelah aku kembali bekerja aku akan segera ganti"

Pesan chat Emily pada Doni berharap dia bisa segera membacanya.

Seperti diketahui Doni adalah sahabat Emily di tempat dia bekerja, Doni pria yang baik dia juga sangat perhatian pada Emily jadi perkara mudah baginya jika Emily meminta bantuannya.

"Terimakasih ini ponselmu tapi jika nanti ada balasan tolong kasih tahu aku ya" ucap Emily pada Aditya dengan senyum manisnya berhasil menusuk hati Aditya yang kesepian.

Aditya pun tersadar dari sihir senyum Emily yang berhasil mencuri perhatiannya kemudian dia mengajak Emily untuk ikut bersamanya.

"Kamu sudah bisa berjalan kan? Ikut denganku sekarang?" Pinta Aditya.

"Kemana?" Emily

"Ikut saja denganku" Aditya berlalu dengan angkuhnya meninggalkan Emily yang masih duduk di pembaringan.

"Tu… tu tunggu … " Emily menguatkan dirinya untuk menyusul Aditya.

Dan ternyata Aditya hendak membawa Emily pergi ke rumah meski sebelumnya dia menolak namun Emily tidak mempunyai pilihan lain karena dia melihat jika pria yang ada bersamanya saat ini adalah pria baik meski tampangnya dingin.

Insiden

"Ah sial… " Aditya memukul stir mobilnya.

"Ada masalah apa?" Tanya Emily

Aditya menggerakkan bola matanya menuju arah isi bensin di mobil dan membuat Emily mengerti jika mobil Aditya berhenti karena kehabisan bensin.

Keduanya keluar dari mobil dan melihat ke arah sekitar berharap ada pengisian bensin yang dekat namun ternyata mereka berhenti tepat di jalan sepi yang jauh dari keramaian.

"Kenapa aku bisa lupa mengisi bensin mobil sendiri?" Kata Aditya kesal.

"Ini dimana?" Emily yang tidak tahu bertanya dan melihat ada banyak bunga indah yang terhampar luas di tepi jalan dengan dihiasi cahaya kunang-kunang yang beterbangan.

Ditengah kekacauan Aditya karena mobilnya mogok Emily justru sangat menikmati pemandangan di hadapannya itu hingga dia tidak menyadari jika langkahnya terus berjalan menuju hamparan bunga tersebut.

"Kamu mau kemana? … hei hati-hati" Tanya Aditya tidak dihiraukannya.

Dari kejauhan Aditya mengagumi wajah Emily yang membuatnya damai setiap kali dia melihatnya, senyumnya yang manis, suaranya yang lembut dan tatapan matanya yang tulus membuat Aditya merasa ada yang berbeda pada Emily meski dia baru bertemu dengannya.

"Siapa wanita itu? Mengapa dia terlihat berbeda?" Gumam Aditya.

Namun seketika lamunan akan kekagumannya pada Emily pudar kala melihat ada seekor anjing liar di belakang Emily yang hendak mendekati dan menyerangnya. Dengan segera dia menarik tangan Emily dan berlari dengannya dari kejaran anjing liar tersebut.

Emily terkejut namun dia tahu jika ternyata Aditya sedang berusaha menyelamatkannya.

"Ayo cepat lari… " teriak Aditya di sela pelariannya bersama Emily.

Sekuat tenaga Emily berlari bersama Aditya dari kejaran anjing liar tersebut, suasana mulai genting kala Emily jatuh tersandung akar pohon dan membuat kakinya terluka sementara anjing liar itu semakin mendekat.

"Ayo cepat bangun …" Aditya.

"Aku tidak bisa bangun" Emily.

Aditya menghela nafasnya panjang dengan seribu akal di pikirannya agar bisa keluar dari kejaran anjing liar itu, namun terlalu lama dia berpikir anjing semakin mendekat dan akhirnya tanpa pikir panjang Aditya berdiri tepat di depan Emily seakan sedang melindunginya.

Ternyata dia memilih untuk melawan anjing tersebut dengan tangan kosong, hewan liar itu menyerang Aditya dengan brutalnya hingga membuat tangannya mulai terluka karena gigitan hewan liar itu Emily yang melihat semua terkejut dan takut,

"Lari … cepat lari" perintah Aditya di sela penyerangannya meminta Emily untuk menyelamatkan diri.

Emily bukan tipe wanita egois, dia tidak akan bisa membiarkan pria yang telah menyelamatkannya terluka berpikir apa yang harus dia lakukan, dia melihat sekitar berharap ada sesuatu yang bisa digunakan untuk melumpuhkan hewan liar itu.

Hingga akhirnya.

"Tangkap ini… " teriak Emily melemparkan sebuah bolpoin milik Aditya berharap dia bisa mengerti jika barang kecil itu bisa dia pakai untuk menyerang si hewan liar dan

"Tidak… " teriak Emily histeris menutup mata karena tidak kuasa kala melihat darah di tubuh Aditya yang berhasil melumpuhkan hewan liar hanya dengan menusuk tepat di bagian tenggorokan dengan bolpoin yang dilempar Emily padanya.

Terdengar suara nafas Aditya yang berhasil melumpuhkan hewan liar itu.

Keduanya kini bisa bernafas lega namun Emily yang khawatir terus menanyakan keadaan Aditya yang terluka parah.

"Bagaimana keadaanmu? tanganmu terluka sangat parah" tanya Emily dengan tatapan penuh kecemasan pada Aditya berbalik menghadap Emily dan jatuh tidak sadarkan diri di pelukannya.

Emily yang terkejut berteriak minta tolong sekeras mungkin berharap ada seseorang yang bisa menolong mereka.

"Tolong… " teriak Emily dengan terus menahan tubuh Aditya di pelukannya, dia juga coba membangunkan Aditya dengan terus memanggil dan menyentuh pipinya.

"Astaga apa yang harus aku lakukan, bangunlah hei siapa namamu aku tidak tahu? Aku mohon bangunlah? " ucap Emily yang bingung menangis cemas.

Aditya yang saat itu hanya berpura-pura pingsan tersenyum lucu dalam hati melihat ekspresi wajah Emily yang sangat mencemaskannya, dalam hati dia menyukai ekspresi Emily yang peduli padanya. Langkah terakhir Emily pun mulai dilakukan dengan membersihkan luka di tangan Aditya dan membalutnya dengan kain yang dia robek dari bajunya sendiri dengan terus menatap dan membangunkan Aditya.

Dalam hati melihat Emily yang mencemaskannya hingga rela merobek baju hanya untuk membalut lukanya dia merasa semakin tersentuh dengan semua perhatian dan kepedulian Emily padanya.

"Siapa dia? Mengapa dia sangat mencemaskan aku? Rasanya baru pertama kali aku mendapat perhatian sebegitu besarnya seperti ini dari seseorang sungguh aku sangat merasa tenang dan damai" kata hati Aditya.

Melihat Aditya yang masih belum sadarkan diri akhirnya dia hendak coba untuk memberikan nafas buatan pada Aditya.

Namun saat dia hendak mendekatkan bibirnya pada wajah Aditya tiba tiba saja Aditya berpura pura batuk dan membuat Emily menghentikan laju bibirnya pada bibir Aditya dan membuka matanya. Kedua bola mata indah mereka pun kini bersatu dengan saling memandang satu sama lain.

"Mm maafkan aku? Aku tidak berniat untuk …" Emily.

"Aku tahu kamu ingin menciumku kan? Pintar sekali kamu memanfaatkan kesempatan ya?  " Aditya menggoda.

"Issh bukan seperti itu kamu tadi tidak sadarkan diri jadi aku hendak memberikan nafas buatan untukmu, maaf saja kamu bukan tipe pria yang aku mau" jawab Emily tersinggung.

Aditya melihat rona pipi merah di wajah Emily dia tersenyum dan tidak menganggap semua yang dikatakan Emily padanya. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan luka masing-masing hingga akhirnya anak buah Aditya datang tepat pada waktunya dan membawa mereka segera kembali ke rumah dan langsung ditangani oleh dokter pribadinya.

"Jangan beritahu mereka jika aku terluka" perintah Aditya pada Tama selaku tangan kanannya.

"Tapi pak?" Tama.

Tama mengalah dan memilih untuk menuruti permintaan sang atasan dia juga diminta Aditya untuk mengobati luka Emily dan menjaganya selama dia dalam masa pemulihan.

"Biarkan saja dia bersamaku di rumah ini, kamu bisa pergi ingat pesanku jangan sampai ibu dan Rihanna tahu tentang ini" Aditya.

Tama pamit dan kembali ke kantor sesuai dengan perintah Aditya, sementara Aditya dengan luka di tangannya coba keluar kamar untuk melihat Emily yang sedang diobati oleh dokternya.

"Lukanya sudah saya obati tuan, sebentar lagi lukanya akan sembuh" kata dokter pada Aditya setelah selesai mengobati Emily.

Aditya berjalan menuju Emily yang sedang terbaring tidur dia menatap wajahnya dengan dalam, hatinya terus memuji kecantikan Emily yang natural.

Senyum Aditya yang telah lama hilang kini sedikit terpancar menikmati kecantikan Emily, dia merasa heran dan bingung sendiri dengan tingkahnya yang aneh pada wanita asing di hadapannya. Dan tanpa dia sadari semakin lama dia menatap dan menikmati wajah wanita itu perlahan dia maju hendak mencium keningnya.

Namun saat satu kecupan Aditya hendak mendarat di kening Emily tiba-tiba saja ponselnya berdering panggilan masuk dari Rihanna mengejutkannya. Bersamaan dengan itu Emily terbangun dan membuka mata.

"Kamu… " ucap Emily yang masih lemah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!